Hasil
Berdasarkan hasil sidik ragam, diketahui bahwa pemberian pupuk hayati cair berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter tanaman, sedangkan media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter pengamatantinggi tanaman (6-14 MST), jumlah daun (8-14 MST), diameter batang (8-14 MST), volume akar, total luas daun, bobot basah tajuk,bobot basah akar, bobot kering akar, dan bobot kering tajuk. Interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (6-14 MST), jumlah daun (6-14 MST), diameter batang (6-14 MST), volume akar, total luas daun, bobot basah tajuk, bobot kering akar dan bobot kering tajuk.
Tinggi bibit (cm)
Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam tinggi bibit umur 6-14 MST dapat dilihat pada Lampiran 1-10. Hasil analisis statistik diketahui bahwa perlakuan pupuk hayati cair berpengaruh nyata terhadap media tanam dan interaksi kedua perlakuan terhadap tinggi bibit umur 6-14 MST.
Tabel 1.Tinggi bibit kelapa sawit dengan perlakuan pupuk hayati cair dan komposisi media tanam limbah pada umur 12 -14MST
MST PHC(ml /bibit) Media Tanam Rataan M1 M2 M3 M4 M5 ---cm--- 12
P0 = 0 25,43abc 18,67f 25,3abc 26,05abc 26,3ab 24,35
P1 = 5 24,06bcd 19,95ef 25,36abc 27,21a 27,26a 24,77
P2 = 10 23,16cd 22,1de 26,67ab 24,43a-d 24,53a-d 24,18
Rataan 24,2b 20,23c 25,78a 25,9a 26,04a 24,43
14
P0 = 0 30,55a-d 22,92g 29,31b-e 30,1a-d 31,03abc 28,78
P1 = 5 27,93cde 24,11fg 27,85cde 32,88a 31,73ab 28,9
P2 = 10 27,68de 26,36ef 31,59ab 28,75b-e 28,53b-e 28,58
Rataan 28,72b 24,47c 29,58ab 30,57a 30,43a 28,75
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan
Rataan tertinggi dari parameter tinggi tanaman diperoleh pada kombinasi perlakuan media tanam M4 ( Top Soil + Sludge ( 1 : 1 ) ) dengan pemberian pupuk hayati cair 5 ml/bibit.
Jumlah daun
Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam jumlah daun umur 6-14 MST dapat dilihat pada Lampiran11-20. Dari hasil penelitian diketahui bahwa perlakuan pupuk hayati cair berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah daun 6-14 MST. Sedangkan media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit umur 6-14 MST dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit 8- 14 MST.
Tabel 2. Jumlah Daun bibit kelapa sawit dengan perlakuan pupuk hayati cair dan komposisi media tanam limbah pada umur 12-14MST
MST PHC(ml /bibit) Media Tanam Rataan M1 M2 M3 M4 M5 ---helai--- 12
P0 = 0 4,17a 3,17b 4,17a 4,17a 4,00a 3,93
P1 = 5 4,00a 3,17b 4,17a 4,00a 4,17a 3,90
P2 = 10 3,67ab 3,50ab 3,83ab 4,00a 4,00a 3,80
Rataan 3,94a 3,28b 4,06a 4,06a 4,06a 3,88
14
P0 = 0 5,17ab 4,17c 5,17ab 5,17ab 5,00ab 4,93
P1 = 5 4.83abc 4,50bc 5,50a 5,17ab 5,00ab 5,00
P2 = 10 5,00ab 4,50bc 5,17ab 5,00ab 5,00ab 4,93
Rataan 5,00a 4,39b 5,28a 5,11a 5,00a 4,96
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda
Duncan pada taraf α = 5%.
Pada umur bibit 12 MST, rataan tertinggi dari bibit diperoleh pada perlakuan komposisi media tanam M3 : Top soil + TKKS ( 1 : 1 ) dan M5 (Top Soil + TKKS + Serat + Solid ( 1 : 1 : 1 : 1) ) dengan pemberian pupuk hayati 5 ml per tanaman. Akan tetapi sejalan dengan pertambahan umur tanaman, kombinasi
perlakuan media tanam M4 ( Top Soil + Sludge ( 1 : 1 ) ) dan pupuk hayati 10 ml per tanaman (Tabel 2).
Diameter Batang
Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam diameter batang umur 6-14 MST dapat dilihat pada Lampiran 21-30. Dari hasil penelitian diketahui bahwa interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap diameter batang6-14 MST. Tabel 3. Diameter Batang bibit kelapa sawit dengan perlakuan pupuk hayati cair dan
komposisi media tanam limbah pada umur 6-14MST
MST PHC(ml /bibit) Media Tanam Rataan M1 M2 M3 M4 M5 ---mm--- 12
P0 = 0 10,38abc 8,24d 11,66a 11,43a 10,99ab 10,54
P1 = 5 10,45abc 9,06cd 10,87ab 10,96ab 11,42a 10,56
P2 = 10 10,71ab 9,43bcd 10,56ab 11,06a 10,98ab 10,55
Rataan 10,52a 8,91b 11,03a 11,15a 11,13a 10,55
14
P0 = 0 11,20a-d 9,48d 12,82a 12,84a 12,11ab 11,69
P1 = 5 11,32abc 9,87cd 11,57abc 12,49a 12,67a 11,58
P2 = 10 12,06ab 10,48bcd 11,62abc 12,44a 12,04ab 11,73
Rataan 11,53b 9,95c 12,01ab 12,59a 12,27ab 11,67
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda
Duncan pada taraf α = 5%.
Pada umur bibit 12 MST, rataan tertinggi dari bibit diperoleh pada perlakuan komposisi media tanam M3 : Top soil + TKKS ( 1 : 1 ) tanpa pemberian pupuk hayati . Akan tetapi sejalan dengan pertambahan umur tanaman, kombinasi perlakuan yang memberikan resnpons tertinggi diperoleh pada kombinasi perlakuan media tanam M3 ( Top Soil + TKKS ( 1 : 1 ) ) tanpa pemberian pupuk hayati cair (Tabel 3).
Total Luas Daun (cm2)
Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam total luas daun umur 14 MST dapat dilihat pada Lampiran 31-32. Dari hasil penelitian diketahui bahwa perlakuan pupuk hayati cair berpengaruh tidak nyata terhadap total luas daun pada 14 MST sedangkan perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap total luas daun pada 14 MST serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap total luas daun pada 14 MST.
Tabel 4. Total Luas Daun bibit kelapa sawit dengan perlakuan pupuk hayati cair dan komposisi media tanam limbah pada umur 14MST
MST PHC(ml /bibit) Media Tanam Rataan M1 M2 M3 M4 M5 ---cm2--- 14
P0 = 0 30,28cde 25,04e 33,54a-e 37,32a-d 40,08abc 33,25
P1 = 5 30,51b-e 24,41e 35,42a-d 42,24a 40,97ab 34,75
P2 = 10 36,15a-d 35,94abd 38,09abc 35,90a-d 27,02de 34,62
Rataan 32,31bc 28,46c 35,68 ab 38,55a 36,02ab 34,20
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda
Duncan pada taraf α = 5%.
Hasil dari Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan media tanam M4 (Top Soil + Solid ( 1 : 1 ) ) dengan pemberian pupuk hayati cair 5 ml per tanaman menghasilkan total luas daun tertinggi.
Volume Akar (ml)
Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam volume akar umur 6-14 MST dapat dilihat pada Lampiran 33-34. Dari hasil penelitian diketahui bahwa perlakuan pupuk hayati cair berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar paada 14 MST .Sedangkan media tanam berpengaruh nyata terhadap total luas daun 14 MST serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata pada 14 MST.
Tabel 5. Volume Akar bibit kelapa sawit dengan perlakuan pupuk hayati cair dan komposisi media tanam limbah pada umur 14MST
MST PHC(ml /bibit) Media Tanam Rataan M1 M2 M3 M4 M5 ---ml--- 14
P0 = 0 4,00a 2,00b 3,33ab 3,00ab 2,67ab 3,00
P1 = 5 3,33ab 2,33ab 3,00ab 3,33ab 2,67ab 2,93
P2 = 10 3,67ab 3,00ab 4,00a 3,00ab 2,00b 3,13
Rataan 3,67ab 2,44b 3,44ab 3,11ab 2,44b 3,02
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%
.
Hasil dari Tabel 5 menunjukkan bahwa Volume akar tertinggi yaitu 4.00 ml diperoleh pada bibit yang ditanam pada media tanam M3 (Top Soil + TKKS ( 1 : 1) ) dengan aplikasi 10 ml pupuk hayati cair per tanaman.
Bobot Basah Akar (g)
Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam bobot basah akar umur 6-14 MST dapat dilihat pada Lampiran 35-36. Dari hasil penelitian diketahui bahwa perlakuan pupuk hayati cair berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar pada 14 MST. Sedangkan perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar pada 14 MST. Serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata pada 14 MST.
Tabel 6. Bobot Basah Akar bibit kelapa sawit dengan perlakuan pupuk hayati cair dan komposisi media tanam limbah pada umur 14MST
MST PHC(ml /bibit) Media Tanam Rataan M1 M2 M3 M4 M5 ---g--- 14 P0 = 0 3,13 1,83 2,90 2,23 2,23 2,47 P1 = 5 2,63 2,00 2,40 2,70 2,07 2,36 P2 = 10 2,93 2,30 2,73 2,47 1,93 2,08
Rataan 2,90a 2,04b 2,67ab 2,47 ab 2,08ab 2,43
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda
Hasil dari Tabel 6 menunjukkan bahwa Bobot basah akar tertinggi yaitu 3,13 diperoleh pada bibit yang ditanam pada media tanam M1 (Top Soil ) tanpa pemberian pupuk hayati cair.
Bobot Basah Tajuk (g)
Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam bobot basah tajuk umur 6, 8, 10, 12 dan 14 MST dapat dilihat pada Lampiran 37-38. Dari hasil penelitian diketahui bahwa perlakuan pupuk hayati cair berpengaruh tidak nyata pada 14 MST. Sedangkan pada perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk 14 MST serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk pada 14 MST.
Tabel 7. Bobot Basah Tajuk bibit kelapa sawit dengan perlakuan pupuk hayati cair dan komposisi media tanam limbah pada umur 14MST
MST PHC(ml /bibit) Media Tanam Rataan M1 M2 M3 M4 M5 ---g--- 14
P0 = 0 7,37abc 3,87e 9,07ab 9,57a 8,03abc 7,58
P1 = 5 6,13bcd 4,00de 8,83ab 9,47a 7,77ab 7,44
P2 = 10 7,53abc 6,2cd 8,1abc 6,83bc 5,8bcd 6,89
Rataan 7,01b 4,69c 8,67a 8,62a 7,53ab 7,30
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda
Duncan pada taraf α = 5%.
Hasil dari Tabel 7 menunjukkan bahwa Bobot basah tajuk tertinggi yaitu 9,57 gr diperoleh pada bibit yang ditanam pada media tanam M4 (Top Soil + Sludge ( 1 : 1) ) tanpa pemberian pupuk hayati cair dan dengan pemberian pupuk hayati cair sebanyak 5 ml per tanaman pada media tanam M4 (Top Soil + Sludge ( 1 : 1) ) diperoleh bobot basah tajuk 9,47 g.
Bobot kering Akar (g)
Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam bobot kering akar umur 6, 8, 10,12 dan 14 MST dapat dilihat pada Lampiran 39-40. Dari hasil penelitian diketahui bahwa perlakuan pupuk hayati cair berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar pada 14 MST. Sedangkan perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar 14 MST. Serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar pada 14 MST.
Tabel 8. Bobot Kering Akar bibit kelapa sawit dengan perlakuan pupuk hayati cair dan komposisi media tanam limbah pada umur 14MST
MST PHC(ml /bibit) Media Tanam Rataan M1 M2 M3 M4 M5 ---g--- 14
P0 = 0 0,67ab 0,40b 0,63ab 0,43ab 0,50ab 0,52
P1 = 5 0,70a 0,50ab 0,70a 0,60ab 0,50ab 0,60
P2 = 10 0,67ab 0,50ab 0,57ab 0,53ab 0,40b 0,53
Rataan 0,67a 0,47c 0,63ab 0,52bc 0,47c 0,55
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda
Duncan pada taraf α = 5%.
Hasil dari Tabel 8 menunjukkan bahwa Bobot kering akar tertinggi yaitu 0,7 gr diperoleh pada bibit yang ditanam pada media tanam M1 (Top Soil) dan media tanam M3 (Top Soil + TKKS ( 1 : 1) ) dengan pemberian pupuk hayati cair sebanyak 5 ml per tanaman.
Bobot Kering Tajuk (g)
Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam bobot kering tajuk umur 6, 8, 10,12 dan 14 MST dapat dilihat pada Lampiran. Dari hasil penelitian diketahui bahwa perlakuan pupuk hayati cair berpengaruh tidak nyata pada 14 MST. Sedangkan pada perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering
tajuk 14 MST serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk 14 MST.
Tabel 9. Bobot Kering Tajuk bibit kelapa sawit dengan perlakuan pupuk hayati cair dan komposisi media tanam limbah pada umur 14MST
MST PHC(ml /bibit) Media Tanam Rataan M1 M2 M3 M4 M5 ---g--- 14
P0 = 0 1,83abc 0,93d 2,33a 2,30a 2,07ab 1,89
P1 = 5 1,47bcd 1,33cd 2,30a 2,40a 2,20a 1,94
P2 = 10 1,87abc 1,47bcd 2,03ab 1,90abc 1,50bcd 1,75
Rataan 1,72b 1,24c 2,22a 2,20a 1,92ab 1,86
Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda
Duncan pada taraf α = 5%.
Hasil dari Tabel 9 menunjukkan bahwa Bobot kering tajuk tertinggi yaitu 2,40 gr diperoleh pada bibit yang ditanam pada media tanam M4 (Top Soil + Sludge ( 1: 1) ) dengan pemberian pupuk hayati cair sebanyak 5 ml per tanaman. Pembahasan
Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati Cair terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Pre Nursery
Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati cair berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, total luas daun, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar, dan rasio tajuk akar. Walaupun perlakuan berbagai taraf pupuk hayati cair belum menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap semua parameter, namun tampak adanya peningkatan yang lebih baik pada perlakuan P1 (5 ml/liter air) yang ditunjukkan pada parameter jumlah daun, total luas daun, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar, dan rasio tajuk akar. Peningkatan lain tampak pada perlakuan P2 (10 ml/liter air) yang
diduga karena keberhasilan penggunaan jasad hidup yang menguntungkan di bidang pertanian tidak hanya dipengaruhi oleh kuantitas sel yang ada di dalam inokulan, tetapi juga dipengaruhi oleh sumber energi, pengaplikasian inokulan, faktor lingkungan (suhu, curah hujan) dan metode penyimpanan produk sebelum pakai (Suba, 1982,Nifal & Fao, dalam Hanafiah, 1995). Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim et al.,(1986) bahwa aktivitas kehidupan organisme tanah sangat dipengaruhi oleh faktor iklim, tanah dan vegetasi. Pengaruh pupuk hayati cair berpengaruh tidak nyata pada tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, bobot basah tajuk, bobot basah akar , bobot kering tajuk, bobot kering akar, dan rasio tajuk akar karena penguraian bahan organik dan unsur hara di dalam tanah terbatas sehingga secara uji statistik menghasilkan pengaruh yang tidak nyata.
Dugaan lain yang sedikit berlawanan yang menyebabkan pemberian pupuk hayati cair berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter dapat juga disebabkan karena penggunaan dosis yang masih terlalu rendah sehingga menyebabkan pengaruh yang diberikan kepada tanaman tidak maksimal karena jumlah mikroorganisme belum cukup untuk secara nyata meningkatkan produktivitas media tanam yang berdampak kepada pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hassink (1994) yang menyatakan bahwa jumlah, aktivitas, dan kualitas biomassa mikroorganisme merupakan faktor kunci dalam mengendalikan jumlah C dan M untuk dimineralisasi yang mempengaruhi kesuburan tanah. Iswandi et.al juga mengatakan bahwa tingginya populasi mikroorganisme dan beragamnya mikroorganisme akan berpengaruh terhadap kesuburan tanah yang berdampak pada pertumbuhan tanaman. Hal ini juga diperkuat oleh hasil penelitian Susilawati et.al (2013) yang mendapati bahwa
banyaknya populasi mikroorganisme dalam tanah mempengaruhi secara nyata kesuburan tanah tersebut.
Pengaruh Komposisi Media Tanam terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Pre Nursery
Hasil analisis data secara statistik menunjukan bahwa perlakuan media tanam limbah kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman (Tabel 1), jumlah daun (Tabel 2), diameter batang (Tabel 3),total luas daun (Tabel 4), volume akar (Tabel 5), bobot basah akar (Tabel 6), bobot basah tajuk (Tabel 7), bobot kering akar (Tabel 8), dan bobot kering tajuk (Tabel 9).
Pengaruh yang nyata dari komposisi top soil + serat + TKKS + solid 1 : 1 : 1 :1 (M5) terhadap parameter tinggi tanaman dan diameter batang diduga disebabkan sifat fisik media tanam yang mampu mendukung pertumbuhan bibit. Hal ini diduga karena komposisi serat, TKKS, dan solid decanter memiliki sifat fisik tanah yang mampu mendukung pertumbuhan karena dapat memegang air dan juga aerasi cukup yang baik bagi pertumbuhan akar bibit kelapa sawit di pre nursery. Aerase tanah yang baik akan membantu akar berespirasi dan menaikkan tumbuh dan kembang tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur yang dikemukakan oleh Hakim et al (1986) yang menyatakan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan daya serap air, ketersediaan air di dalama tanah, besar aerasi, infiltrasi dan laju pergerakan air (perkolasi). Dengan demikian maka secara tidak langsung tekstur tanah juga dapat mempengaruhi perkembangan perakaran dan pertumbuhan tanaman.
Kandungan hara pada komposisi top soil + serat + TKKS + sludge 1:1:1:1 bahwa serat, TKKS dan sludge memiliki hara yang dibutuhkan tanaman untuk
lumpur mempunyai kandungan unsur hara makro ataupun mikro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan produksi. Hal ini didukung literatur Pahan (2008) yang menyatakan bahwa TKKS merupakan bahan organik yang mengandung unsur hara utama N, P, K dan Mg, sehingga membantu dalam pertumbuhan tanaman tersebut.
Perlakuan media tanam limbah kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang pada 8,10,12 dan 14 MST. Menurut Schucardt et al., (2001) menyatakan solid ini merupakan bahan organik yang mengandung sejumlah hara terutama Nitrogen(N). Hal ini yang diduga menyebabkan diameter batang pada komposisi media tersebut memberikan hasil yang terbaik. Kandungan nitrogen pada solid decanter berperan penting pada aktivitas fotosintesis dan proses metabolisme sehingga berpengaruh pada tinggi tanaman maupun diameter batang. Hal ini didukung literatur Gardner et al., (1991) yang menyatakan bahwa nitrogen merupakan bahan penting penyusun asam amino, amida, nukleotida, dan nukleoprotein, serta esensial untuk pembelahan sel, pembesaran sel, dan untuk pertumbuhan.
Pengaruh nyata komposisi media tanam limbah terhadap jumlah daun dan pertambahan luas daun disebabkan kompos dalam media tanam dapat mencukupi kebutuhan unsur hara N, P, K dan Mg sehingga dapat merangsang pertumbuhan daun bibit. Penambahan kompos TKKS, serat dan juga sludge dari limbah kelapa sawit mampu menyuplai unsur hara N, P, K dan Mg yang cukup tinggi. Lebih lanjut dijelaskan oleh Hakim dan Sediyarsa (1986) bahwa unsur N adalah penyusun utama biomassa tanaman muda. Unsur N berperan dalam merangsang pertumbuhan vegetatif seperti merangsang pertumbuhan daun. Unsur N dan Mg
juga berperan sebagai penyusun klorofil daun yang penting dalam proses fotosintesis. Didukung pula oleh pernyataan Suwandi dan Chan (1982) bahwa unsur N menyebabkan perkembangan permukaan luas daun yang lebih cepat, sedangkan unsur P, K, Ca dan Mg berperan dalam menunjang pertumbuhan lebar daun.
Peningkatan tinggi bibit, diameter batang, jumlah daun dan pertambahan luas daun mempengaruhi pertambahan bobot basah dan kering bibit serta volume akar dari bibit. Bertambahnya bobot basah bibit dikarenakan jumlah kadar air dalam kompos TKKS dan sludge sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena kompos TKKS sebagai bahan organik memperbaiki struktur fisik media,dan juga sludge sebagai bahan organik mampu meningkatkan infiltrasi dan aerasi tanah akibatnya terjadi peningkatan kandungan air media sehingga mendukung perkembangan akar dan mempermudah penyerapan unsur hara yang tersedia. Oleh sebab itu, pada media tanam yang terdapat perlakuan kompos TKKS pertambahan bobot basah bibit akan semakin meningkat. Demikian juga pada media tanam yg terdapat perlakuan sludge pertambahan bobot basah bibit semakin meningkat.
Bobot kering tanaman (akar dan tajuk) menunjukkkan tingkat efesiensi metabolisme dari tanaman tersebut. Akumulasi bahan kering digunakan sebagai indikator ukuran pertumbuhan. Akumulasi bahan kering mencerminkan kemampuan tanaman dalam mengikat energy dari cahaya matahari melalui proses fotosintesis, serta interaksi dengan faktor lingkungan lainnya (Fried dan Hademenos, 2000). Perlakuan media tanam limbah kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk pada 14 MST. Dari hasil pengamatan diperoleh rataan bobot kering tajuk tertinggi terdapat pada perlakuan media tanam top soil +
solid decanter 1 : 1 (M3) yakni sebesar 2,22 g dan bobot kering tajuk terendah terdapat pada perlakuan media tanam top soil + serat 1 : 1 (M2) yakni sebesar 1,24 g. Hal ini menunjukkan bahwa laju translokasi asimilat pada media tanam campuran ini lebih tinggi dibandingkan media tanam lainnya. Menurut Hasanah dan Setiari (2007), biomassa tanaman mengindikasikan banyaknya senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman, semakin tinggi biomassa maka senyawa kimia yang terkandung di dalamnya lebih banyak sehingga meningkatkan berat kering tanaman.
Pengaruh interaksi pupuk hayati cair dengan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pre Nursery
` Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa interaksi antara perlakuan pupuk hayati cair dengan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit 6,810,12, dan 14 MST. Pada pengamatan tinggi bibit 14 MST, diperoleh rataan tinggi bibit tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan M4P1yaitu kombinasi pemberian 5mlpupuk hayati cair dan media tanam Top soil + Sludge ( 1 : 1 ) (dengan tinggi bibit 32,88 cm (Tabel 1).
Pengaruh nyata interaksi pupuk hayati cair dengan komposisi media tanam disebabkan oleh membaiknya kondisi media tanam akibat penambahan bahan organik . Bahan organik yang ditambahkan kedalam tanah dapat memperbaiki sifat fisik, kimia maupun biologi tanah. Komposisi media tanam yang baik yaitu media tanam dari limbah kelapa sawit menyebabkan kondisi tanah menjadi lebih subur dan menambah unsur hara didalam tanah.
Interaksi antara perlakuan kompos TKKS dan juga penambahan serat dan sludge dalam media tanam dengan pemberian pupuk hayati cair berpengaruh
nyata terhadap tinggi bibit, diameter batang, jumlah daun, pertambahan luas daun, pertambahan bobot basah tajuk , volume akar dan kering bibit. Hal ini dikarenakan unsur N berperan aktif memacu pertumbuhan tanaman secara umum, terutama pada fase vegetatif, berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim dan persenyawaan lain, P membantu pertumbuhan protein dan mineral yg sangat tinggi bagi tanaman, bertugas mengedarkan energi keseluruh bagian tanaman, merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar, K membantu pembentukan protein, karbohidrat dan gula, memperkuat jaringan tanaman, serta meningkatkan daya tahan terhadap penyakit dan Mg membantu pembentukan klorofil, asam amino, vitamin, lemak dan gula serta berperan dalam transportasi fosfat dalam tanaman.
Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa pada taraf kombinasi perlakuan M4P1 dan M4P0 yaitu Top soil + Sludge ( 1 : 1 ) dengan taraf pemberian pupuk hayati cair sebanyak 5 ml/polibag di dapat pertambahan bobot basah bibit tertinggi 9,57g, karena kondisi media tanam akan bahan organik dan ketersediaan unsur hara yang cukup baik untuk proses pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Suwandi dan Chan (1982) bahwa kombinasi pupuk dengan bahan organik dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, dimana penyerapan unsur hara yang berasal dari pupuk akan lebih efektif karena meningkatnya daya dukung tanah akibat penambahan bahan organik dalam tanah. Dengan demikian, pertumbuhan tanaman akan lebih baik sehingga dapat meningkatkan berat segar dan berat kering tanaman.
Sementara pada pertambahan bobot kering bibit tertinggi terlihat pada perlakuan M4P1 yaitu 2,4 g karena ketersediaan unsur hara N, P, K dan Mg
sangat berpengaruh terhadap pembentukan bahan kering tanaman. Menurut Sarief (1986) bahwa unsur N berperan aktif memacu pertumbuhan tanaman secara umum, terutama pada fase vegetatif, berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim dan persenyawaan lain, P membantu pertumbuhan protein dan mineral yg sangat tinggi bagi tanaman, bertugas mengedarkan energi keseluruh bagian tanaman, merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar, K membantu pembentukan protein, karbohidrat dan gula, memperkuat jaringan tanaman, serta meningkatkan daya tahan terhadap penyakit dan Mg membantu pembentukan klorofil, asam amino, vitamin, lemak dan gula serta berperan dalam transportasi fosfat dalam tanaman. Adanya respon tanaman terhadap unsur hara tersebut akan berpengaruh nyata terhadap bahan kering tanaman sehingga juga akan berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot basah dan kering bibit. Hal ini sesuai dengan literatur Dartius (1995) bahwa pertumbuhan sebagai proses diferensiasi terutama pada akumulasi bahan kering yang digunakan sebagai karakteristik pertumbuhan tanaman.