• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Subjek

Karakteristik merupakan suatu gambaran mengenai subjek meliputi sifat maupun ciri-ciri baik secara fisik maupun sosial. Subjek merupakan siswa-siswi SMP/SMA Ragunan yang merupakan atlet taekwondo dan gulat. Jumlah populasi yang ada 21 atlet taekwondo dan 8 atlet gulat sehingga total sampel berjumlah 29 orang. Semua popolasi digunakan sebagai subjek dalam penelitian dengan metode purposive sampling. Karateristik subjek merupakan gambaran umum atlet taekwondo dan gulat di Sekolah Atlet Ragunan Jakarta yang meliputi usia, berat badan, tinggi badan dan tingkat pendidikan subjek.

Usia

Usia subjek diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuisioner. Hasil wawancara dengan subjek usia subjek beragam, untuk memudahkan analisis maka data dibagi menjadi tiga kategori yaitu <13 tahun, 13-15 tahun, dan >15 tahun. Pengkategorian usia subjek berdasarkan kuartil usia subjek yang didapat. Berikut sebaran subjek berdasarkan usia disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Sebaran subjek berdasarkan usia

Usia (tahun) Taekwondo Gulat Total

n % n % n % <13 1 4.8 0 0.0 1 3.4 13-15 4 19.0 4 50.0 8 27.6 >15 16 76.2 4 50.0 20 69.0 Total 21 100 8 100 29 100 Rata-rata ± SD 16 ± 1.28 15.8 ± 1.67 15.9 ± 1.37 Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa rata-rata usia atlet taekwondo yaitu 16 ± 1.28 tahun sedangkan rata-rata usia atlet gulat yaitu 15.8 ± 1,67 tahun. Rata-rata usia subjek keseluruhan yaitu sebesar 15.9 ± 1.37. Berdasarkan data tersebut menurut Hardinsyah & Tambunan (2004), subjek tergolong dalam usia remaja. Beberapa penyebab masalah gizi yang terjadi pada remaja menurut WHO (2005) kurang konsumsi pangan, faktor gaya hidup, penyakit infeksi dan masalah kesehatan lainnya.

Jenis Kelamin

Jenis kelamin subjek diperoleh dari kuisioner. Sebaran subjek berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Sebaran subjek berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin Taekwondo Gulat Total

n % n % n %

Laki-laki 11 52.4 8 100 19 65.5

Perempuan 10 47.6 0 0 10 34.5

12

Jenis kelamin subjek sebanyak 19 orang dengan persentasi 65.5% adalah laki-laki, dan sisanya sebanyak 10 orang dengan persentasi 34.5% berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan cabang olahraga, jenis kelamin Atlet taekwondo sebanyak 11 orang dengan presenatse 52.4% laki-laki, dan sisanya sebanyak 10 orang dengan persentasi 47.6% berjenis kelamin perempuan. Atlet gulat 100% atau sebanyak 8 orang berjenis kelamin laki-laki.

Berat Badan

Pengukuran antropometri pada subjek meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan. Pengukuran berat badan subjek dilakukan dengan menggunakan timbangan injak digital. Hasil pengukuran berat badan subjek didapat data yang sangat beragam, sehingga untuk memudahkan analisis data dibagi menjadi beberapa kategori. Kategori berat badan dibagi menjadi <45 kg, 45-60 kg, dan >60 kg. Pengkategorian berat badan berdasarkan kuartil berat badan subjek. Sebaran subjek berdasarkan berat badan disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran subjek berdasarkan berat badan Berat Badan

(kg)

Taekwondo Gulat Total

n % n % n % <45 1 4.8 0 0 1 3.4 45-60 15 71.4 5 62.5 20 69.0 >60 5 23.8 3 37.5 8 27.6 Total 21 100 8 100 29 100 Rata-rata ± SD 55.4 ± 6.02 57.2 ± 6.82 55.9 ± 6.18 Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa sebagian besar subjek memiliki berat badan antara 45-60 kg yaitu sebanyak 20 orang dengan persentasi 69%. Berat badan subjek yang terkecil <45 kg hanya 1 orang dengan persentasi 3.4% dan sisanya >60 kg ada 8 orang dengan persentasi 27.6%. Subjek taekwondo memiliki rata-rata berat badan 55.4 ± 6.02 kg dan rata-rata berat badan gulat 57.2 ± 6.82. Rata-rata keseluruhan subjek yaitu 55.9 ± 6.18. Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013 rata-rata standar berat badan untuk remaja yaitu 55 kg, sehingga rata berat badan subjek secara keseluruhan telah memenuhi rata-rata berat badan standar (Hardinsyah et al. 2013).

Tinggi Badan

Pengukuran antropometri tinggi badan dilakukan dengan menggunakan stature meter. Pengukuran tinggi badan menurut Arisman (2004) diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung dan bokong menempel pada dinding, dan pandangan diarahkan ke depan. Tinggi badan subjek dibagi menjadi 3 kategori yaitu <145 cm, 145-160 cm, dan >160 cm. Sebaran subjek berdasarkan tinggi badan disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Sebaran subjek berdasarkan tinggi badan

Tinggi Badan (cm) Taekwondo Gulat Total

n % n % n % <145 0 0.0 0 0 0 0.0 145-160 5 23.8 1 60 6 20.7 >160 16 76.2 7 40 23 79.3 Total 21 100 8 100 29 100 Rata-rata ± SD 166.9 ± 8.46 164.8 ± 6.76 166.3 ± 7.96 Berdasarkan Tabel 10 diketahui sebanyak 23 orang dengan persentasi 79.3% masuk dalam kategori tinggi badan >160 cm. Sebanyak 6 orang berada diantara 145-160 cm dengan persentasi 20.7%. Tidak terdapat subjek yang tingginya <145 cm. Berdasarkan cabang olahraga tinggi badan atlet taekwondo rata-rata 166.9 ± 8.46 cm sedangkan tinggi badan atlet gulat rata-ratanya yaitu 164.8 ± 6.76 cm. Rata-rata tinggi badan taekwondo lebih tinggi dibandingkan dengan gulat. Hal ini terkait dengan jangkauan tendangan ke arah lawan, semakin tinggi badan atlet maka jangkauan tendangannya makin jauh.

Tingkat pendidikan subjek

Karakteristik subjek yang terakhir yaitu tingkat pendidikan subjek. Tingkat pendidikan subjek dibagi menjadi dua kategori yaitu SMP dan SMA. Sebaran subjek berdasarkan tingkat pendidikan disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Sebaran subjek berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Taekwondo Gulat Total

n % n % n %

SMP 4 19.0 3 37.5 7 24.1

SMA 17 81.0 5 62.5 22 75.9

Total 21 100 8 100 29 100

Berdasarkan Tabel 11 diperoleh data sebagian besar tingkat pendidikan subjek yaitu SMA sebanyak 22 orang dengan persentasi 75.9%. Sisanya sebanyak 7 orang dengan persentasi 24.1% tingkat pendidikannya yaitu SMP. Tingkat pendidikan per cabang olahraga taekwondo sebagian besar SMA yaitu sebanyak 17 orang dengan persentasi 81%. Atlet gulat sebagian besar tingkat pendidikannya juga SMA yaitu sebanyak 5 orang dengan prsentase 62.5%. Saat latihan tidak dibedakan berdasarkan tingkat pendidikan baik SMP maupun SMA disetarakan saat di lapangan.

Status Gizi

Status gizi adalah gambaran kondisi kesehatan tubuh seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan (Anwar & Riyadi 2009). Indeks antropometri yang dapat digunakan untuk menentukan status gizi pada usia 5 sampai 19 tahun yaitu Indeks Massa Tubuh berdasarkan Umur (IMT/U) mengacu kepada referensi WHO (2007). Status gizi tersebut dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu sangat kurus (≤ -3 SD), kurus (-3 SD ≤ z-score < -2), normal (-2 SD < z-score < +1 SD), gemuk (+1 SD ≤ z-score < +2

14

SD), dan obese (> +2 SD). Sebaran subjek berdasarkan status gizi (IMT/U) disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Sebaran subjek berdasarkan IMT/U

Z-Score Taekwondo Gulat Total

n % n % n % Severe thinness 0 0 0 0 0 0 Thinness 0 0 0 0 0 0 Normal 21 100 8 100 29 100 Overweight 0 0 0 0 0 0 Obese 0 0 0 0 0 0 Total 21 100 8 100 29 100 Rata-rata ± SD -0.35 ± 0.54 0.12 ± 0.51 -0.22 ± 0.56 Berdasarkan Data IMT/U pada Tabel 12 diperoleh hasil semua subjek baik atlet taekwondo maupun gulat memiliki status gizi normal. Hasil ini berbeda dengan penelitian Wijaya (2014) dimana dalam penelitiannya status gizi atlet di Sekolah Atlet Ragunan Jakarta Selatan terdapat sebanyak 21.5% subjek memiliki status gizi overweight dan sebanyak 2.5% subjek memiliki status gizi obesitas namun sebagian besar memiliki status gizi normal. Menurut Irianto (2007) status gizi yang baik diperlukan untuk mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan, membantu pertumbuhan serta menunjang pembinaan prestasi atlet.

Konsumsi Suplemen

Konsumsi suplemen pada penelitian ini dilihat dari konsumsi suplemen satu tahun terakhir. Konsumsi suplemen terdiri dari beberapa sub bab diantaranya, persentasi penggunaan suplemen, tujuan mengonsumsi suplemen, jenis suplemen yang dikonsumsi, frekuensi konsumsi suplemen, bentuk suplemen, sumber informasi mengenai suplemen, pemberi kewajiban konsumsi suplemen, dan cara memperoleh suplemen subjek.

Persentasi Penggunaan Suplemen

Suplemen menurut (BPOM RI 2004) yaitu produk yang memiliki nilai gizi dan mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau bahan lain yang berasal dari tumbuhan maupun bukan tumbuhan yang bertujuan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi. Sebaran subjek berdasarkan persentasi penggunaan suplemen disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Sebaran subjek berdasarkan persentasi penggunaan suplemen Konsumsi

Suplemen

Taekwondo Gulat Total

n % n % n %

Ya 17 81.0 4 50 21 72.4

Tidak 4 19.0 4 50 8 27.6

Total 21 100 8 100 29 100

Berdasarkan Tabel 13 sebagian besar subjek sebanyak 21 orang dengan persentasi 72.4% mengonsumsi suplemen. Hasil ini lebih tinggi dibanding hasil

penelitian Sato et al. (2012) yang meneliti pada atlet Jepang sebanyak 75 orang berusia 13 sampai 18 tahun diperoleh hasil sebesar 62.7% mengonsumsi suplemen. Sebanyak 8 orang dengan persentasi 27.6% tidak mengonsumsi suplemen. Hasil ini lebih tinggi dibanding dengan penelitian Froiland et al. (2004) sebanyak 11% tidak mengonsumsi suplemen dengan alasan apapun.

Jika berdasarkan per cabang olahraga, cabang olahraga taekwondo sebanyak 17 orang dengan prsentase 81% mengonsumsi suplemen dan sisanya sebanyak 4 orang (19%) tidak mengonsumsi suplemen. Alasan atlet taekwondo yang tidak mengonsumsi suplemen yaitu tidak sempat, tidak tersedia dan tidak suka. Hasil ini lebih tinggi dibanding penelitian Imaduddin (2012) yang menemukan sebanyak 58.3% atlet taekwondo di Sekolah Atlet Ragunan mengonsumsi suplemen. Cabang olahraga gulat baik yang mengonsumsi suplemen dengan yang tidak jumlahnya sama yaitu sebesar 4 orang dengan prsentase 50%. Alasan atlet gulat tidak mengonsumsi yaitu tidak suka. Hal ini berbeda dengan penelitian Wijaya (2014) yang menunjukkan bahwa semua atlet gulat di Sekolah Atlet Ragunan mengonsumsi suplemen.

Tujuan Konsumsi Suplemen

Subjek memiliki tujuan tertentu dengan mengonsumsi suplemen. Tujuan subjek mengonsumsi suplemen dibagi menjadi 5 kategori, yaitu recovery cidera, meningkatkan kebugaran tubuh, memenuhi kebutuhan zat gizi, menjaga daya tahan otot, dan lainnya. Sebaran subjek berdasarkan tujuan mengonsumsi suplemen disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Sebaran subjek berdasarkan tujuan mengonsumsi suplemen

Tujuan Taekwondo Gulat Total

n % n % n %

Recovery cidera 1 5.9 0 0.0 1 4.8

Meningkatkan kebugaran tubuh 9 52.9 2 50.0 11 52.4 Memenuhi kebutuhan zat gizi 7 41.2 1 25.0 8 38.1

Menjaga daya tahan otot 0 0.0 1 25.0 1 4.8

Lainnya 0 0.0 0 0.0 0 0.0

Total 17 100 4 100 21 100

Berdasarkan Tabel 14 diperoleh hasil sebanyak 11 orang dengan persentasi 52.4% tujuan subjek mengonsumsi suplemen yaitu untuk meningkatkan kebugaran tubuh. Sebanyak 8 orang dengan persentasi 38.1% tujuan mengonsumsi suplemen yaitu untuk memenuhi kebutuhan zat gizi. Sisanya yaitu masing-masing sebanyak satu orang dengan persentasi 4.8% tujuan mengonsumsi suplemen yaitu untuk recovery cidera dan menjaga daya tahan otot. Hasil ini berbeda dengan Sato et al. (2012) yang menyebutkan bahwa tujuan atlet mengonsumsi suplemen yaitu pemulihan dari kelelahan, meningkatkan performa, dan sebagai pelengkap makanan.

Berdasarkan cabang olahraga tujuan atlet taekwondo mengonsumsi suplemen sebagian besar yaitu sebanyak 9 orang dengan persentasi 52.9% untuk meningkatkan kebugaran tubuh, sebanyak 7 orang dengan persentasi 41.2% untuk memenuhi kebutuhan zat gizi, sebanyak satu orang dengan persentasi 5.9% untuk recovery cidera. Atlet gulat sebanyak 2 orang dengan persentasi 50% tujuan mengonsumsi suplemen yaitu untuk meningkatkan kebugaran tubuh, sebanyak

16

masing-masing satu orang dengan persentasi masing-masing 25% untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dan menjaga daya tahan otot.

Jenis Suplemen

Jenis suplemen dibagi menjadi dua jenis yaitu, suplemen makanan dan suplemen ergogenic acids. Suplemen makanan yaitu jenis suplemen yang mengandung zat gizi seperti yang ada di makanan seperti, protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Suplemen ergogenic acids merupakan jenis suplemen yang mengandung zat yang dapat meningkatkan performa (Sato et al. 2012). Sebaran subjek berdasarkan jenis suplemen yang di konsumsi disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15 Sebaran subjek berdasarkan jenis suplemen yang di konsumsi

Jenis Suplemen Taekwondo Gulat Total

n % n % n %

Suplemen makanan

Protein 1 5.6 1 25.0 2 9.1

Vitamin 9 50.0 0 0.0 9 40.9

Mineral 3 16.7 0 0.0 3 13.6

Vitamin dan mineral 4 22.0 0 0.0 4 18.2

Suplemen ergogenic acid

Asam amino 1 5.6 0 0.0 1 4.5

Kreatin 0 0.0 3 75.0 3 13.6

Total 18 100 4 100 22 100

Berdasarkan Tabel 15 paling banyak dikonsumsi pada kategori suplemen makanan yaitu sebesar 9 orang dengan persentasi 40.9% mengonsumsi suplemen vitamin. Paling sedikit yaitu suplemen protein sebanyak 2 orang dengan persentasi 9.1%. Kategori ergogenic acid paling banyak dikonsumsi yaitu sebanyak 3 orang dengan persentasi 13.6% mengonsumsi suplemen kreatin. Sebanyak satu orang dengan persentasi 8.3% mengonsumsi suplemen asam amino. Hasil ini berbeda dengan Wijaya (2014) jenis konsumsi suplemen makanan yang paling banyak dikonsumsi atlet di Sekolah Atlet Ragunan yaitu protein, sedangkan jenis suplemen ergogenic acid yang paling banyak asam amino. Suplemen vitamin disini berupa Supradyn orange, Enervon C, Vitamin E 200, dan Vitamin D3. Suplemen ergogenic acid dikonsumsi untuk meningkatkan energi secara cepat salah satunya asam amino. Kreatinin dikonsumsi untuk meningkatkan masa otot.

Berdasarkan cabang olahraga atlet taekwondo jenis suplemen makanan yang paling banyak dikonsumsi yaitu vitamin sebanyak 9 orang dengan persentasi 50%. Paling sedikit yaitu suplemen protein sebanyak satu orang dengan persentasi 5.6%. Jenis suplemen ergogenic acid yang dikonsumsi yaitu asam amino sebanyak satu orang dengan persentasi 5.6%. Atlet gulat hanya satu orang dengan persentasi 25% yang mengonsumsi suplemen makanan yaitu suplemen protein. Sisanya sebanyak 3 orang dengan persentasi 75% mengonsumsi suplemen ergogenic acid yaitu kreatin. Atlet gulat mengonsumsi suplemen kreatin beralasan untuk membesarkan otot.

Frekuensi Konsumsi Suplemen

Frekuensi konsumsi suplemen merupakan seberapa kali subjek mengonsumsi suplemen. Frekuensi konsumsi suplemen dibagi menjadi empat kategori yaitu setiap 6-7x seminggu, 4-5x seminggu, 2-3x seminggu, dan 1x seminggu. Sebaran subjek berdasarkan frekuensi konsumsi suplemen disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16 Sebaran subjek berdasarkan frekuensi konsumsi suplemen

Frekuensi Taekwondo Gulat Total

n % n % n % 6-7x seminggu 9 52.9 0 0 9 42.9 4-5x seminggu 4 23.5 1 25 5 23.8 2-3x seminggu 3 17.6 0 0 3 14.3 1x seminggu 1 6.0 3 75 4 19.0 Total 17 100 4 100 21 100

Berdasarkan Tabel 16 diperoleh hasil yaitu sebanyak 9 orang dengan persentasi 42.9% mengonsumsi setiap hari, sebanyak 5 orang dengan persentasi 23.8% mengonsumsi suplemen 4-5x seminggu, sebanyak 4 orang dengan persentasi 19% mengonsumsi suplemen 1x seminggu dan sebanyak 3 orang dengan persentasi 14.3% mengonsumsi suplemen 2-3x seminggu. Melihat intensitas latihan subjek yang sering subjek beralasan perlu asupan zat gizi untuk mempertahankan kebugaran tubuh.

Dilihat frekuensi konsumsi suplemen per cabang olahraga diperoleh hasil untuk cabang taekwondo paling banyak yaitu sebanyak 9 orang dengan persentasi 52.9% mengonsumsi suplemen setiap hari dan yang paling sedikit sebanyak satu orang dengan frekuensi 6% mengonsumsi suplemen 1x seminggu. Frekuensi konsumsi suplemen pada atlet gulat sebanyak 3 orang dengan persentasi 75% yaitu 1x seminggu dan sebanyak satu orang dengan persentasi 25% yaitu 4-5x seminggu.

Bentuk Produk Suplemen

Bentuk produk suplemen dibagi menjadi lima kategori yaitu bentuk pil, tablet, bubuk, kapsul, dan cair. Sebaran subjek berdasarkan bentuk suplemen yang dikonsumsi disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17 Sebaran subjek berdasarkan bentuk suplemen yang dikonsumsi

Bentuk Suplemen Taekwondo Gulat Total

n % n % n % Pil 5 27.8 3 75.0 8 36.4 Tablet 9 50.0 0 0.0 9 40.9 Bubuk 1 5.6 1 25.0 2 9.1 Kapsul 3 16.7 0 0.0 3 13.6 Cair 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Total 18 100 4 100 22 100

Berdasarkan Tabel 17 didapat hasil bentuk produk suplemen yang dikonsumsi atlet sebanyak 9 orang dengan persentasi 50% bentuk tablet, sebanyak

18

8 orang dengan persentasi 36.4% bentuk pil, sebanyak 3 orang dengan persentasi 13.6%, sebanyak 2 orang dengan persentasi 9.1% bentuk bubuk, dan tidak ada yang mengonsumsi suplemen dalam bentuk cair. Hasil ini sejalan dengan penelitian Wijaya (2014) sebagian besar atlet di Sekolah atlet Ragunan Jakarta mengonsumsi suplemen dalam bentuk tablet.

Jika berdasarkan cabang olahraga didapat hasil atlet taekwondo sebanyak 9 orang dengan persentasi 50% bentuk tablet, sebanyak 5 orang dengan persentasi 27.8% bentuk pil, sebanyak 3 orang dengan persentasi 16.7% bentuk kapsul, dan satu orang dengan persentasi 5.6% mengonsumsi dalam bentuk bubuk. Tidak ada atlet taekwondo yang mengonsumsi suplemen dalam bentuk cair. Atlet gulat sebanyak 3 orang dengan persentasi 75% mengonsumsi dalam bentuk pil, sebanyak satu orang dengan persentasi 25% mengonsumsi dalam bentuk bubuk, tidak ada atlet gulat yang mengonsumsi suplemen dalam bentuk tablet, kapsul dan cair. Tidak ada atlet baik taekwondo maupun gulat yang mengonsumsi suplemen dalam bentuk cair. Hal ini kemungkinan dikarenakan atlet taekwondo dan gulat tidak mengetahui bahwa minuman berenergi dan isotonik termasuk sebagai suplemen (Sato et al. 2012).

Sumber Informasi Tentang Suplemen

Sumber informasi tentang suplemen dibagi menjadi lima kategori yaitu, pelatih, dokter, pelatih fisik, teman, dan keluarga. Sebaran subjek berdasarkan sumber informasi tentang suplemen disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18 Sebaran subjek berdasarkan sumber informasi tentang suplemen

Sumber Informasi Taekwondo Gulat Total

n % n % n % Pelatih 8 47.1 1 25 9 42.9 Dokter 6 35.3 0 0 6 28.6 Pelatih fisik 0 0.0 1 25 1 4.8 Teman 1 5.9 1 25 2 9.5 Keluarga 2 11.8 1 25 3 14.3 Total 17 100 4 100 21 100

Berdasarkan Tabel 18 sebagian besar atlet yaitu sebanyak 9 orang dengan persentasi 42.9% mendapat sumber informasi tentang suplemen dari pelatih, sebanyak 6 orang dengan persentasi 28.6% dari dokter, sebanyak 3 orang dengan persentasi 14.3% dari keluarga, sebanyak 2 orang dengan persentasi 9.5% dari teman dan sisanya sebanyak satu orang dengan persentasi 4.8% dari pelatih fisik. Sejalan dengan penelitian Wijaya (2014) sumber informasi tentang suplemen paling banyak dari pelatih. Pengetahuan pelatih tentang gizi dan suplemen tergolong kurang (Rockwell et al. 2001).

Berdasarkan per cabang olahraga atlet taekwondo paling banyak yaitu sebesar 8 orang dengan persentasi 47.1% mendapat sumber informasi suplemen dari pelatih dan paling sedikit yaitu sebesar satu orang dengan persentasi 5.9% mendapat sumber informasi suplemen dari teman. Atlet gulat tersebar merata yaitu masing-masing satu orang dengan persentasi 25% mendapat sumber informasi suplemen dari pelatih, pelatih fisik, teman, dan keluarga.

Pemberi Kewajiban Atlet Mengonsumsi Suplemen

Pemberi kewajiban atlet mengonsumsi suplemen terdapat enam kategori yaitu, tidak ada, diri sendiri, dokter, pelatih, orang tua dan diri sendiri dan orang tua. Sebaran subjek berdasarkan pemberi kewajiban atlet mengonsumsi suplemen disajikan pada Tabel 19.

Tabel 19 Sebaran subjek berdasarkan pemberi kewajiban atlet mengonsumsi suplemen

Pemberi Kwajiban Taekwondo Gulat Total

n % n % n % Tidak ada 7 41.2 4 100 11 52.4 Diri sendiri 5 29.4 0 0 5 23.8 Dokter 1 5.9 0 0 1 4.8 Pelatih 0 0.0 0 0 0 0.0 Orang tua 3 17.6 0 0 3 14.3

Diri sendiri dan orang tua 1 5.9 0 0 1 4.8

Total 17 100 4 100 21 100

Berdasarkan Tabel 19 dari total atlet paling banyak yaitu sebesar 11 orang dengan persentasi 52.4% tidak ada yang memberi kewajiban dalam mengonsumsi suplemen dan paling sedikit yaitu sebesar masing-masing satu orang yang memberi kewajiban mengonsumsi suplemen adalah dokter dan diri sendiri dan orang tua. Pelatih yang memberikan informasi tentang suplemen namun tidak ada satupun atlet yang mengaku pelatih memberi kewajiban untuk mengonsumsi suplemen. Sejalan dengan penelitian Wijaya (2014) sebagian besar atlet di Sekolah Atlet Ragunan tidak ada yang memberi kewajiban kepada atlet untuk mengonsumsi suplemen.

Berdasarkan per cabang olahraga pada atlet taekwondo paling banyak yaitu sebesar 7 orang dengan persentasi 41.2% tidak ada yang memberi kewajiban mengonsumsi suplemen dan paling sedikit yaitu sebesar masing-masing satu orang dengan persentasi 5.9% yang memberi kewajiban mengonsumsi suplemen adalah dokter dan diri sendiri dan orang tua. Atlet gulat seluruhnya yaitu sebesar 4 orang dengan persentasi 100% mengaku tidak ada yang memberi kewajiban untuk mengonsumsi suplemen.

Cara Memperoleh Suplemen

Cara memperoleh suplemen dibagi menjadi empat kategori yaitu, membeli, diberi, membeli dan diberi, dan lainnya. Sebaran subjek berdasarkan pemberi kewajiban atlet mengonsumsi suplemen disajikan pada Tabel 20.

Tabel 20 Sebaran subjek berdasarkan cara atlet memperoleh suplemen

Cara Memperoleh Taekwondo Gulat Total

n % n % n %

Membeli 7 41.2 3 75 10 47.6

Diberi 2 11.8 1 25 3 14.3

Membeli dan diberi 8 47.1 0 0 8 38.1

20

Berdasarkan Tabel 20 diperoleh hasil sebanyak 10 orang dengan persentasi 47.6% memperoleh suplemen dengan cara membeli, sebanyak 8 orang dengan persentasi 38.1% memperoleh suplemen dengan cara membeli dan diberi, dan sebanyak 3 orang dengan persentasi 14.3% memperoleh suplemen dengan cara diberi. Hasil ini berbeda dengan penelitian Wijaya (2014) yang memperoleh hasil cara atlet memperoleh suplemen paling banyak yaitu diberi.

Berdasarkan cabang olahraga atlet taekwondo paling banyak yaitu sebanyak 8 orang dengan persentasi 47.1% memperoleh suplemen dengan cara membeli dan diberi. Paling sedikit sebanyak 2 orang dengan persentasi 11.8% memperoleh suplemen dengan cara diberi dan sisanya dengan cara membeli. Atlet gulat paling banyak memperoleh suplemen dengan cara membeli yaitu sebanyak 3 orang dengan persentasi 75%. Sisanya sebanyak satu orang dengan persentasi 25% memperoleh suplemen dengan cara diberi.

Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan kegiatan sehari-hari seseorang dari bangun tidur sampai tidur lagi. Aktivitas fisik sehari-hari antara lain olahraga, jalan, mengangkat beban, mengendarai kendaraan dan lainnya. Menurut Gibney et al (2008) aktivitas fisik mempunyai konsekuensi biologis. Setiap aktivitas fisik yang dilakukan akan mempengaruhi penggunaan energi sesuai intensitas lamanya dan otot yang bekerja (FKM-UI 2007). Aktivitas fisik subjek dikelompokkan menjadi 3 kategori menurut FAO/WHO/UNU (2001) yaitu ringan(1.4 ≤ PAL ≤ 1.69), sedang(1.7 ≤ PAL ≤ 1.99), dan berat(2.00 ≤ PAL ≤ 2.40). Sebaran subjek berdasarkan aktivitas fisik disajikan pada Tabel 21.

Tabel 21 Sebaran subjek berdasarkan aktivitas fisik

Kategori Aktivitas Fisik Hari libur Hari Sekolah

n % n % Ringan 20 69 0 0 Sedang 6 20.7 0 0 Berat 3 10.3 29 100 Jumlah 29 100 29 100 Rata-rata ± SD 1.55 ± 0.35 2.57 ± 0.16

Hasil pada Tabel 21 menunjukkan bahwa kategori aktivitas fisik subjek pada hari libur yaitu hari minggu sebagian besar termasuk dalam kategori ringan, dengan persentasi 69%. Rata-rata nilai Physical Activity Level (PAL) subjek pada hari libur sebesar 1.55 ± 0.35. Baik atlet taekwondo maupun gulat sama, pada hari libur aktivitas fisiknya sebagian besar ringan, karena pada hari libur tidak ada latihan sehingga atlet lebih banyak waktu luangnya yang banyak digunakan untuk tidur.

Subjek pada hari sekolah nilai PAL rata-ratanya sebesar 2.57 ± 0.16 dan termasuk dalam kategori Berat, dengan persentasi sebesar 100%. Aktivitas fisik atlet tergolong berat, karena pada hari sekolah atlet melakukan latihan rutin yaitu 2x dalam sehari. Latihan pertama yaitu di pagi hari, latihan fisik dan latihan kedua yaitu di sore hari, latihan teknik. Beberapa atlet juga menambah waktu latihan mereka sendiri di malam hari. Aktivitas fisik yang berat dapat memberikan peningkatan kebugaran fisik seseorang, karena aktivitas fisik yang berat akan

meningkatkan kemampuan pemakaian oksigen dan curah jantung, meningkatkan ketahanan saat melakukan latihan, dan meningkatkan kemampuan otot (Fatmah 2011).

Kebugaran

Kebugaran jasmani atau kebugaran fisik merupakan kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari, kegiatan rekreasi atau kegiatan lainnya yang bersifat mendadak tanpa mengalami kelelahan yang berarti (Riyadi 2007). Tingkat kebugaran kardiorespiratori dapat dihitung dengan menggunakan Volume Oksigen Maksimum (VO2max). VO2max merupakan jumlah maksimum oksigen dalam mililiter yang dapat digunakan seseorang dalam satu menit per kilogram berat badan. Estimasi VO2max dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan Tes Balke yang dilakukan oleh pelatih cabang olahraga di Sekolah Atlet Ragunan Jakarta. Sebaran subjek berdasarkan VO2max disajikan pada Tabel 22.

Tabel 22 Sebaran subjek berdasarkan VO2max Kategori

VO2max

Taekwondo Gulat Total

n % n % n % Kurang 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Sedang 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Baik 17 81.0 5 62.5 22 75.9 Sangat baik 4 19.0 3 37.5 7 24.1 Jumlah 21 100 8 100 29 100 Rata-rata ± SD 45.7 ± 4.32 50.2 ± 4.32 47 ± 4.29 Berdasarkan Tabel 22 rata-rata subjek memiliki VO2max 47 ± 4.29 ml/kg/min. sebagian besar subjek sebanyak 22 orang dengan persentasi 75.9% memiliki kebugaran tubuh baik. Sisanya sebanyak 7 orang dengan persentasi 24.1% kebugaran tubuhnya tergolong sangat baik. Jika dibandingkan dengan penelitian Junaidi (2015), atlet voli dan renang di Sekolah Atlet Ragunan sebagian besar memiliki kebugaran tubuh yang tergolong sedang. Seseorang dengan kebugaran yang baik akan memiliki kemampuan recovery dalam waktu yang relatif singkat bila dibandingkan dengan orang yang tidak bugar Bennet et al. (2006).

Uji Hubungan Antar Variabel

Uji statistik yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variabel

Dokumen terkait