• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Iklim dan Topografi

Data iklim dari Stasiun Klimatologi Rambutan Kabupaten Serdang Bedagai (1996-2005) menunjukkan bahwa curah hujan terendah terjadi pada bulan Maret yaitu sebesar 80,7 mm/bulan, sedangkan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu sebesar 255,4 mm/bulan.

Menurut klasifikasi iklim Oldeman yang penggolongannya menitikberatkan pada bulan basah, lokasi penelitian yang mewakili Serdang Bedagai termasuk dalam Zona Agroklimat E2 dengan jumlah bulan basah berturut-turut yang kurang dari 3 kali. Menurut Oldeman (Wisnubroto, 1999),

Endi Wijaya : Identifikasi Iklim, Tanah Dan Irigasi Pada Lahan Potensial Pertanian Di Kabupaten Serdang Bedagai, 2007.

USU Repository © 2009

Bulan Basah (BB) adalah bulan dengan rata-rata curah hujan lebih besar 200 mm, Bulan Lembab (BL) adalah bulan dengan rata-rata curah hujan 100 mm - 200 mm, sedangkan Bulan Kering (BK) adalah bulan dengan rata-rata curah hujan lebih kecil dari 100 mm.

Setelah mengetahui klasifikasi iklimnya, kemudian dilakuka n penggolongan tipe iklim berdasarkan pembagian Zona Agroklimat agar bisa mengetahui kesesuai pertaniannya pada daerah tersebut. Berdasarkan pembagian Zona Agroklimat daerah penelitian tergolong kedalam Zona E2 yang berdasarkan kesesuaian untuk pertanian (Handoko, 1995) menunjukkan bahwa daerah ini umumnya terlalu kering, mungkin hanya dapat satu kali palawija, itu pun tergantung adanya hujan. Klasifikasi iklim dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Klasifikasi Iklim Dengan Curah Hujan Rata–rata 10 Tahun Terakhir

Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Jml

Rataan 129,1 97,1 80,7 110 88 119,9 190 113,8 212 255,4 156,3 129,4 1681,7

Kriteria BL BK BK BL BK BL BL BL BB BB BL BL 2 BB

Tipe

Iklim E 2

Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Sampali-Medan

Berdasarkan hasil penelitian seperti yang terdapat pada Tabel 6 menunjukkan bahwa keadaan topografi untuk semua daerah penelitian tergolong datar dengan kemiringan 0-3% yang sesuai menurut Rahim (2003) bahwa kemiringan lereng 0-3% dikelompokkan ke kelas datar. Sehingga dengan memiliki topografi yang datar maka gejala-gejala pengikisan tanah kemungkinan kecil terjadi. Menurut Darmawijaya (1992), topografi datar merupakan permukaan

Endi Wijaya : Identifikasi Iklim, Tanah Dan Irigasi Pada Lahan Potensial Pertanian Di Kabupaten Serdang Bedagai, 2007.

USU Repository © 2009

tanah yang datar atau hampir datar, tanpa kenampakan tanda-tanda run off dan erosi. Daerah ini sebagian besar digunakan untuk persawahan dan ada juga lahan yang potensial seperti untuk digunakan sebagai lahan persawahan. Misalnya pada Daerah Irigasi Perbaungan yang berada di Kecamatan Perbaungan yang memiliki luas lahan potensial 5920 Ha. Lahan tersebut berpotensi digunakan sebagai lahan persawahan hal ini diakui oleh masyarakat petani bahwa beberapa tahun sebelumnya lahan ini pernah digunakan sebagai lahan persawahan. Sesuai dengan Anonimous (2004) bahwa lahan potensial adalah lahan yang masih produktif bila diusahakan untuk pertanian tanaman pangan. Sedangkan pada daerah irigasi Bendang dan Singosari yang masing-masing mempunyai luas potensial yaitu 1380 Ha dan 880 Ha merupakan lahan fungsional, lahan tersebut sudah digunakan untuk persawahan. Karena lahan fungsional merupakan lahan berproduktif yang telah digunakan fungsinya sebagai media tanam.

Tabel 6. Keadaan Topografi

Sumber: Data Primer

Tanah

Fungsi tanah sebagai media tumbuh bagi tanaman, tempat menjangkarnya akar sekaligus sebagai tempat penyedia hara bagi tanaman adalah sangat penting dalam mengidentifikasi suatu lahan. Sifat fisik tanah merupakan salah satu faktor

No. Lokasi Kategori lahan Luas Potensial

(Ha) Bentuk wilayah

1 Sei Belutu Potensial 5082 Datar

2 Perbaungan Potensial 5920 Datar

3 Bendang Fungsional 1380 Datar

4 Singosari Fungsional 880 Datar

Endi Wijaya : Identifikasi Iklim, Tanah Dan Irigasi Pada Lahan Potensial Pertanian Di Kabupaten Serdang Bedagai, 2007.

USU Repository © 2009

penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman sehingga mempengaruhi tindakan pengelolaan tanah secara keseluruhan.

Menurut Islami dan Utomo (1995), tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang sangat menentukan kemampuan tanah untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa tekstur tanah pada daerah lokasi di dominasi oleh tanah berlempung yaitu mulai dari lempung hingga lempung liat berpasir. Tanah berlempung merupakan tanah dengan proporsi pasir, debu dan liat sedemikian rupa sehingga sifatnya berada diantara tanah berpasir dan berliat. Tanah berlempung sangat baik untuk

menunjang pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan Islami dan Utomo (1995) bahwa tanah berlempung mempunyai aerasi dan tata

udara serta air yang cukup baik, kemampuan menyimpan, menghantarkan dan meyediakan air untuk tanaman tinggi serta mampu menyediakan hara tanaman.

Kedalaman efektif tanah di lokasi penelitian yaitu sebesar 30 cm sehingga termasuk dalam kategori dangkal. Menurut Arsyad (1989), apabila kedalaman efektif tanah 50 sampai 25 cm dapat diklasifikasikan sebagai dangkal. Sehingga jika tanah mempunyai kedalaman efektif dangkal, cukup baik untuk perakaran

tanaman karena kedalaman ini termasuk lapisan top soil.

Menurut Kartasapoetra (1989), lapisan top soil mengandung berbagai bahan bagi tumbuhan dan perkembangan tanaman seperti bahan-bahan organik (humus) dan berbagai zat mineral. Selain itu, pada lapisan tanah ini hidup mikroflora dan mikrofauna atau jasad renik biologis (seperti bakteri, cacing tanah, dan berbagai serangga tanah) yang masing-masing dapat menguntungkan dan menyuburkan tanah. Disamping itu, pengolahan tanah pada tanah yang mempunyai kedalaman

Endi Wijaya : Identifikasi Iklim, Tanah Dan Irigasi Pada Lahan Potensial Pertanian Di Kabupaten Serdang Bedagai, 2007.

USU Repository © 2009

tanah dangkal sebaiknya dilakukan seperlunya saja, misalnya terbatas pada pemberantasan gulma (rumput-rumputan pengganggu) dengan memperhatikan agar tanah tidak terlalu terinjak-injak menjadi padat. Seperti pada lokasi penelitian di Perbaungan yang tanahnya belum diolah sehingga masih ditumbuhi semak belukar.

Permeabilitas merupakan kemampuan tanah dalam melewatkan air baik secara vertikal maupun horizontal. Nilai permeabilitas tanah sangat dipengaruhi oleh tekstur dan struktur tanah. Tanah-tanah di daerah penelitian memiliki permeabilitas bervariasi dari lambat sampai sedang, sedang sampai cepat dan cepat. Apabila dikaitkan dengan tekstur tanah, maka permeabilitas tersebut merupakan karakter tanah bertekstur sedang dan kasar yaitu bertekstur lempung dan lempung berpasir. Hal ini disebabkan karena tanah dilokasi penelitian didominasi oleh fraksi pasir. Tanah tersebut memiliki bersifat sangat teguh dan hampir selalu mampat sehingga tanah dapat menahan air yang sangat cocok untuk lahan persawahan

Di dalam tanah terdapat sejumlah ruang pori-pori. Ruang pori-pori ini penting oleh karena diisi oleh air dan udara. Air dan udara (gas-gas) juga bergerak melalui ruang pori ini. Oleh karena itu berat isi (bobot isi) berhubungan dengan ruang pori. Disamping itu semakin rendah berat isi maka ruang pori total semakin meningkat, hal ini sesuai dengan Islami dan Utomo (1995) bahwa tanah yang mempunyai struktur yang baik, porositasnya tinggi sehingga berat isinya rendah. Apabila terjadi seperti itu maka akan sangat berpengaruh pada tingkat penyediaan oksigen didaerah perakaran dan pada akhirnya juga akan mempengaruhi kemampuan tanaman untuk menyerap hara. Menurut Islami dan Utomo (1995),

Endi Wijaya : Identifikasi Iklim, Tanah Dan Irigasi Pada Lahan Potensial Pertanian Di Kabupaten Serdang Bedagai, 2007.

USU Repository © 2009

tanah berpasir mempunyai porositas rendah yaitu 40 % dan tanah lempung mempunyai porositas yang tinggi, jika strukturnya baik dapat mempunyai porositas mencapai 50-60 %. Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa tanah di lokasi penelitian memiliki porositas yang tinggi dan berat isi yang rendah, sehingga daya pegangnya terhadap air sangat lemah. Kondisi ini menyebabkan air dan udara mudah masuk-keluar tanah, hanya sedikit air yang tertahan. Hal ini terjadi karena tanah dilokasi penelitian didominasi oleh fraksi pasir. Disamping itu juga, Porositas yang tinggi disebabkan karena tekstur tanah di lokasi penelitian umumnya didominasi oleh bertekstur lempung. Nilai porositas dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Keadaan Fisik Tanah

Kode Sampel Kategori Lahan Tekstur Ked. Efektif Permeabilitas Bobot Isi (g/cm3) Porositas

BL I Fungsional Lempung Liat

Berpasir Dangkal Cepat 1,21 54,2

BL II Fungsional Lempung

Berpasir Dangkal Cepat 1,10 58,5

PB I Potensial Lempung

Berliat Dangkal

Sedang Sampai

Cepat 1,32 50,2

PB II Potensial Lempung Dangkal Lambat

Sampai Sedang 1,29 51,3

BD I Fungsional Lempung Liat

Berpasir Dangkal

Sedang Sampai

Cepat 1,30 50,9

BD II Fungsional Lempung Dangkal Cepat 1,18 55,5

SR I Fungsional Lempung Berpasir Dangkal Sedang Sampai Cepat 1,19 53,3 SR II Fungsional Lempung Berpasir Dangkal Sedang Sampai Cepat 1,23 58,4

BH I Potensial Lempung Dangkal Sedang Sampai

Cepat 1,05 60,4

Endi Wijaya : Identifikasi Iklim, Tanah Dan Irigasi Pada Lahan Potensial Pertanian Di Kabupaten Serdang Bedagai, 2007.

USU Repository © 2009 Sumber: Data Primer

Hidrologi dan Pengairan

Potensi sumber air permukaan sebagai faktor pendukung bagi penyediaan kebutuhan air untuk tanaman pertanian teridentifikasi dimana ada dua sungai yang menjadi andalan sebagai sumber irigasi bagi lahan-lahan pertanian khususnya persawahan dapat dilhat pada tabel 8 Sungai-sungai dilokasi penelitian semua mempunyai tipe aliran perennial yang mengalir sepanjang tahun. Pemberian air pengairan terhadap lahan-lahan pertanaman umumnya menggunakan cara penyaluran air di antara bedengan-bedengan.

Sungai Ular merupakan sumber utama penyediaan kebutuhan air irigasi persawahan di Serdang Bedagai, misalnya di Kecamatan Galang, Pagar Merbau, Lubuk Pakam, Pantai Cermin, Teluk Mengkudu dan Sei Rampah. Sumber mata air daerah irigasi Sungai Ular berasal dari pegunungan Bukit Barisan yang ditampung oleh sungai ular dengan panjang 115 km dan catchment area seluas 1.133,43 km2 yang bermuara di selat malaka, mempunyai 10 intake untuk mengairi 8 daerah irigasi yang mempunyai luas 18.500 Ha.

Penyediaan debit air sungai ular pada saat dimulai pembangunan hingga sampai selesai cukup untuk menyediakan kebutuhan debit yang dibutuhkan 8 daerah irigasi, namun karena terjadinya penurunan dasar sungai mengakibatkan penurunan permukaan air sehingga kebutuhan air minimum tidak dapat terpenuhi secara optimal.

Menurut pengakuan dari koordinator dinas pengairan di lokasi studi, penurunan dasar sungai ular disebabkan karena ulah pihak yang tidak bertanggung

Endi Wijaya : Identifikasi Iklim, Tanah Dan Irigasi Pada Lahan Potensial Pertanian Di Kabupaten Serdang Bedagai, 2007.

USU Repository © 2009

jawab yang melakukan pengambilan pasir hingga tidak terkontrol yang akibatnya terjadi perubahan morfologi sungai.

Tabel 8. Data Irigasi

Sumber : Data Sekunder

Mutlak penting bahwa dengan dibangunnya jaringan air pengairan (irigasi) yang menghubungkan sumber air dengan petak-petak pertanaman, yaitu agar petak-petak pertanaman tersebut memperoleh air pengairan yang cukup bagi pertumbuhan tanaman-tanamannya serta perbaikan kondisi lahan/tanahnya.

Berdasarkan hasil survey mengenai kondisi jaringan irigasi di lima Daerah Irigasi yang masing-masing mempunyai bangunan irigasi lengkap yaitu free

intake, saluran sekunder dan saluran tersier. Berdasarkan hasil survey

menunjukkan bahwa Daerah Irigasi Sei Belutu, Daerah Irigasi Perbaungan, Daerah Irigasi Singosari dan Daerah Irigasi Sei Buluh teridentifikasi dalam kondisi masih baik dan berfungsi. Sedangkan pada Daerah Irigasi Bendang teridentifikasi dalam keadaan rusak, tidak berfungsi dan harus segera dilakukan penanganan agar efisiensi jaringan irigasi bisa ditingkatkan lagi Daerah Irigasi Bendang ini rusak dan tidak berfungsi disebabkan karena besi pintu airnya patah sehingga tidak bisa berfungsi lagi sehingga pintu air tertutup terus. Agar air yang

No Lokasi Kategori Lahan Sumber Air Tipe Aliran Debit (m3/dtk) Pemanfaatan

1 Sei Belutu Potensial Sungai

Belutu Perennial 52,200 Irigasi Sawah 2 Perbaungan Potensial Sungai Ular Perennial 10,311 Irigasi Sawah

3 Bendang Fungsional Sungai Ular Perennial 2,403 Irigasi Sawah

4 Singosari Fungsional Sungai Ular Perennial 1,532 Irigasi Sawah

5 Sei Buluh Potensial Sungai

Endi Wijaya : Identifikasi Iklim, Tanah Dan Irigasi Pada Lahan Potensial Pertanian Di Kabupaten Serdang Bedagai, 2007.

USU Repository © 2009

bersumber langsung dari sungai ular bisa mengalir ke petak-petak pertanaman, para petani berinisiatif membuat saluran alternatif dekat pintu air. Sebelum dibuat saluran alternatif tersebut, sawah-sawah di Daerah Irigasi Bendang kering, karena pintu air rusak dibiarkan saja tidak ada penanganan langsung dari pemerintah Gambaran mengenai kondisi jaringan irigasinya dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9.Kondisi Jaringan Irigasi

Sumber: Data Primer Prediksi Erosi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prediksi laju erosi tanah atau erosi aktual pada masing-masing lokasi berkisar antara 0,016-0,808 ton/Ha/tahun dengan nilai kehilangan tanah yang masih bisa ditoleransi (erosi toleransi) berkisar antara 7,9-9,9 ton/Ha/tahun. Sedangkan nilai erosi potensial berkisar antara 3,19-5,39 ton/Ha/tahun sehingga indeks bahaya erosi yang didapatkan pada masing-masing lokasi berkisar antara 0,34-0,59 dengan kategori tingkat bahaya erosi rendah. Hasil prediksi laju erosi dan indeks bahaya erosi pada masing-masing lokasi secara rinci disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Prediksi Erosi

No Lokasi Nama Bendung Bangunan Irigasi Kondisi Keterangan

1. Sei Belutu D.I Belutu

Free Intake, Sekunder,

Tersier

Berfungsi Baik

2 Perbaungan D.I Perbaungan

Free Intake, Sekunder,

Tersier

Berfungsi Baik

3 Perbaungan D.I Bendang

Free Intake, Sekunder, Tersier Tidak berfungsi Pintu air rusak 4 Pantai Cermin

D.I. Singosari Free Intake,

Sekunder, Tersier

Berfungsi Baik

5 Sei Buluh D.I Sei Buluh

Free Intake, Sekunder,

Tersier

Endi Wijaya : Identifikasi Iklim, Tanah Dan Irigasi Pada Lahan Potensial Pertanian Di Kabupaten Serdang Bedagai, 2007. USU Repository © 2009 Kode Sampel R K LS C P Erosi Aktual Erosi Potensial Erosi Toleransi Indeks Bahaya Erosi Kategori BL I 120,81 0,86 0,049 0,01 0,50 0,025 5,09 9,1 0,55 Rendah BL II 120,81 0,67 0,049 0,01 0,50 0,019 3,96 8,25 0,48 Rendah PB I 120,81 0,62 0,049 0,3 0,50 0,551 3,67 9,9 0,37 Rendah PB II 120,81 0,91 0,049 0,3 0,50 0,808 5,39 9,7 0,56 Rendah BD I 120,81 0,56 0,049 0,01 0,50 0,017 3,32 9,8 0,34 Rendah BD II 120,81 0,54 0,049 0,01 0,50 0,016 3,19 8,9 0,36 Rendah SR I 120,81 0,84 0,049 0,01 0,50 0,025 4,97 8,9 0,56 Rendah SR II 120,81 0,75 0,049 0,01 0,50 0,022 4,44 9,2 0,48 Rendah BH I 120,81 0,79 0,049 0,01 0,50 0,023 4,68 7,9 0,59 Rendah BH II 120,81 0,67 0,049 0,01 0,50 0,019 3,96 8,9 0,44 Rendah

Sumber: Data Primer

Pada penilaian besarnya erosivitas curah hujan pada lokasi penelitian yaitu 120,81 cm. Ini menunjukkan bahwa curah hujan yang jatuh ke permukaan tanah pada daerah itu dapat masuk kedalam tanah sampai sedalam 120,81 cm. Jika tanah pada daerah itu tidak mempunyai agregat yang mantap untuk menahan besarnya energi yang dibawa oleh hujan maka kemungkinan besar tanah akan terlepas

partikel-partikelnya sehingga akan mengalami erosi. Hal ini sesuai menurut Sarief (1985), bahwa agregat tanah sebaiknya mantap agar tidak mudah

hancur oleh adanya gaya dari luar, seperti pukulan butir air hujan.

Erodibilitas merupakan kepekaan suatu tanah terhadap daya menghancurkan dan penghanyutan oleh air curahan hujan. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh nilai erodibilitas (K) pada lokasi penelitian tergolong tinggi. Hal ini berarti kepekaan suatu tanah terhadap daya penghancuran dan penghanyutan tanah oleh air hujan tinggi atau bisa dikatakan tanah tersebut peka atau mudah tererosi. Karena makin tinggi nilai erodibilitas, maka tanah akan mudah tererosi. Hal ini sesuai menurut Utomo (1994), jika nilai erodibilitas tanah tinggi berarti bahwa tanah itu peka atau mudah tererosi dan nilai erodibilitas tanah

Endi Wijaya : Identifikasi Iklim, Tanah Dan Irigasi Pada Lahan Potensial Pertanian Di Kabupaten Serdang Bedagai, 2007.

USU Repository © 2009

itu rendah hal ini akan berarti resistensi atau daya tahan tanah itu kuat dengan perkataan lain tanah tahan (resisten) terhadap erosi. Tingginya nilai erodibilitas yang didapat pada daerah penelitian disebabkan karena tanah-tanah dilokasi penelitian sebagian mengandung fraksi pasir, karena berdasarkan hasil analisis tanah di laboratorium menunjukkan bahwa persentase tekstur tanah didominasi oleh fraksi pasir, dimana persen pasir lebih besar daripada persen debu dan liat. Tanah pasir mempunyai kemantapan strukturnya rendah dikarenakan antara partikel yang satu dengan lainnya tidak memiliki daya ikat yang besar. Hal ini sesuai menurut Kartasapoetra (1989) bahwa tanah pasir mempunyai kemantapan strukturnya rendah atau daya ikat antara partikel yang satu dengan yang lainnya kecil.

Sedangkan berdasarkan faktor LS, lokasi penelitian kemungkinan terhadap erosi kecil karena mempunyai topografi yang datar. Karena makin curam suatu lereng, makin cepat laju limpasan permukaan maka erosi akan semakin besar.

Nilai faktor C (pengelolaan tanaman) diperoleh sebesar 0,01 dan 0,3 dengan vegetasi penutup lahan rumput dan senak belukar. Tanaman penutup tanah mempunyai peranan besar dalam menghambat dan mencegah berlangsungnya erosi karena tanaman penutup tanah dapat menghalangi pukulan langsung butir-butir hujan sehingga perusakan tanah oleh pukulan air hujan dapat dicegah, selain itu juga dapat mengurangi kecepatan aliran permukaan. Namun sangat bergantung juga pada jenis dan keadaan tanaman. Menurut Kartasapoetra (1989) kalau tumbuhnya jarang sehingga banyak bagian tanah permukaan yang terbuka, pengrusakan dan penghanyutan tentu tidak dapat dicegah. Namun kalau

Endi Wijaya : Identifikasi Iklim, Tanah Dan Irigasi Pada Lahan Potensial Pertanian Di Kabupaten Serdang Bedagai, 2007.

USU Repository © 2009

pertumbuhannya rimbun dan rapat (misalnya tanaman-tanaman rendah, rumput-rumputan) erosi dapat lebih dihambat atau dicegah.

Nilai faktor P (tindakan konservasi tanah) diperoleh sebesar 0,50 berdasarkan pengolahan tanah dan penanaman menurut garis kontur dengan menggunakan kemiringan 0-8%. Hal ini berarti bahwa sudah ada tindakan konservasi untuk mengurangi jumlah/tingkat erosi yang terjadi. Menurut Suripin (2004), pencangkulan dan penanaman searah kontur dapat mengurangi erosi tanah pada lahan miring hingga sampai 50% selanjutnya tanah yang hilang pada strip kontur mengalami penurunan 25 sampai 40%.

Dokumen terkait