• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada kayu Damar Laut (Shorea sumatrana) di daerah Pelabuhan Belawan, yaiutu pada bagian kayu yang tidak terendam air laut tidak ditemukan jamur, hanya di daerah pasang-surut dan daerah yang selalu terendam air laut saja diperoleh jenis jamur.

Aspergillus niger

Spesies ini pada awalnya, spora-spora tumbuh berwarna kecoklatan, kemudian berubah menjadi kehitaman setelah beberapa hari (± 3 minggu). Pada awal tumbuh, terbentuk inti kemudian menyebar ke bagian samping secara beraturan. Spesies ini mempunyai conidiophore yang terbesar, bulat, dan tidak mempunyai bagian pembatas dengan spora-sporanya.

Aspergillus adalah genus dari Hyphomycetes. Ciri umum yaitu susunan conidiophore besar, bularan titik-titik kasar dan membengkak, dibatasi pori (vesicles). Ciri khas Aspergillus niger dibandingkan jenis Aspergillus lainnya yaitu vesicles di tempatkan di metule dan di philiade. Visicles di tempatkan pada philiade yang terpisah (Pitt and Hocking, 1989).

Conidiophore terbentuk secara bebas dengan ujungnya menggembung. Pada ujung ini terletak (cell “pembawa” spora-spora dengan ujung berbentuk tabung) secara langsung atau terdapat satu lapisan cell-cell penyangga. Conidia berangkai-rangkai, banyak sekali, dan keseluruhannya merupakan bentuk “kepala” yang bulat seringkali berwarna jika banyak jumlahnya, terletak dengan sterigmata primer.

Aspergillus niger ini merupakan jamur yang berada di tanah dan di air. Jamur jenis ini mampu tumbuh pada temperatur yang tinggi maupun pada aktivitas air rendah atau pada saat keduanya (Pitt and Hocking, 1989).

Aspergillus dan Penicilium termasuk ke dalam jenis white rot (Anonim, 1998). Pada jenis jamur ini tidak mempengaruhi kerusakan kayu yang sangat berat, karena hypa-hypa jamur ini hanya berada di bagian lignin kayu. Jamur ini tidak merombak dinding sel dan hidup dari zat pengisi sel, sehingga tidak menurunkan kekuatan kayu. Namun dapat merugikan karena pewarnaan pada kayu menyebabkan penurunan kualitas kayu. Awal penyerangan pada kayu keras terjadi melalui jalur parenkim dan pembuluh sedangkan pada kayu lunak terjadi melalui jalur parenkim dan saluran getah. Jalur parenkim dapat disebarkan pembusuk tetapi pembuluh di beberapa kayu keras dapat sedikit diserang sama pada tahap-tahap akhir pembusuk (Blanchette et al., 1988).

Gambar 6. Aspergillus niger

Aspergillus flavus

Spesies ini pada awalnya, spora yang tumbuh berwarna kehijau-hijauan. Pada awal tumbuh, terbentuk inti kemudian menyebar ke bagian samping secara tidak beraturan dan begitu seterusnya. Spesies ini mempunyai conidiophore yang besar, bulat, dan mempunyai pembatas (bagian tengah) dengan bagian spora-sporanya.

Ciri khas spesies ini adalah mempunyai conidia dengan bularan-bularan kecil yang saling berhubungan, lembut atau terakhir menjadi kasar. Berbentuk bola sampai membesar menjadi ellips, visicles berukuran sampai 50 µ m diam, biasanya ada matule (Pitt dan Hocking, 1989).

Conidiophore terbentuk secara bebas dengan ujungnya menggembung. Pada ujung ini terletak (cell “pembawa” spora-spora dengan ujung berbentuk tabung) secara langsung atau terdapat satu lapisan cell-cell penyangga. Conidia berangkai-rangkai, banyak sekali, dan keseluruhannya merupakan bentuk “kepala” yang bulat seringkali berwarna jika banyak jumlahnya, terletak dengan

Gambar 7. Aspergillus flavus

Pada jenis jamur ini tidak mempengaruhi kerusakan kayu yang sangat berat, karena hypa-hypa jamur ini hanya berada di bagian lignin kayu. Jamur ini tidak merombak dinding sel dan hidup dari zat pengisi sel, sehingga tidak menurunkan kekuatan kayu. Namun dapat merugikan karena pewarnaan pada kayu menyebabkan penurunan kualitas kayu. Awal penyerangan pada kayu keras terjadi melalui jalur parenkim dan pembuluh sedangkan pada kayu lunak terjadi melalui jalur parenkim dan saluran getah. Jalur parenkim dapat disebarkan pembusuk tetapi pembuluh di beberapa kayu keras dapat sedikit diserang sama pada tahap-tahap akhir pembusuk (Blanchette et al., 1988).

Trichoderma viride

Pada jenis spesies ini ditemukan inti yang berwarna hijau kemudian diikuti dengan pati-patinya berwarna putih. Bularan-bularan kasar dan membesar sacara teratur.

Conidiophore banyak bercabang-cabang tetapi tidak secara melingkar. Segmen pucuk membentuk kelompok-kelompok conidia berbentuk oval dan berwarna hjau (Pitt and Hocking, 1989).

Gambar 8. Trichoderma viride

Trichoderma viride sangat berbeda dari Trichoderma harzianum yang diproduksi dari conidia lebih besar (3.5 - 4.5 µm diam), dengan bularan kasar. Struktur conidiophore sama pada kedua jenis tersebut., tetapi kadang-kadang pada

Trichoderma viride lebih sedikit. Kedua spesies memproduksi kumpulan pati bewarna hijau yang mencirikan genus tersebut. Laporan-laporan dari penelitian spesies ini seharusnya diperlakukan dengan teliti karena, sebagai catatan ke depan, banyak bagian terisolasi dari Trichoderma dengan konidia hijau dilaporkan adalah jenis Trichoderma viride. Meskipun spesies ini mampu tumbuh jamur di tanah dan air, dan pembusukan yang paling penting, khususnya pada kayu (Pitt and Hocking, 1989).

Dalam genus ini, perkembangbiakan adalah sel tunggal kecil, conidia diproduksi dari philiade-philiade yang tersusun tidak teratur, dengan subterminal phialide-philiade melahirkan lebih atau sedikit tegak lurus pada stipe. Coloninya rendah dan menyebar dengan cepat. Conidia yang diproduksi Trichoderma viride mempunyai bularan-bularan kasar, bersamaan dari Trichoderma mengisolasi bularan-bularan halus.

Jamur ini termasuk janis jamur brown rot. Pada umumnya jamur brown rot lebih cepat menurunkan kekuatan kayu daripada white rot. Hypa brown rot tumbuh terutama di lamina sel kayu dan di tahap awal dari hypa tunggal masuk hampir ke seluruh sel (Wilcocx, 1973). Selama tahap-tahap selanjutnya dari pembusuk, hypa lumen tidak dimungkin sangat banyak karena penyebaran terbatas. Jamur brown rot menyerang permukaan longitudinal dari kayu melalui jalur dan hypa kemudian memasuki sistem sel axial (trakeid dan fiber). Sobekan lubang dengan mudah dirusak tetapi hypa bisa mampu masuk dengan cara pelubangan-pelubangan. Pelubangan dibentuk langsung dengan mengirim cairan melalui dinding sel kayu oleh hypa jamur. Lubang-lubang ini dapat meluas sesuai

dengan perbanyakan hypa dalam lamina dan permukaan lamina (Eaton and Hale, 1984).

Penicilium sp

Pada spesies ini terbentuk inti yang kemudian membentuk bularan-bularan tipis seperti serbuk. Awalnya berwarna kuning kecolatan dan menjadi coklat ± 3 minggu.

Conidiophore bercabang secara melingkar secara tunggal, dan mempunyai bentuk percabangan semak-semak. Conidia dihasilkan di ujung dalam rangkaian-rangkaian, bentuknya bulat, berjumlah banyak dan berwarna menyala. Penicillium tersusun atas empat strain, dengan karakteristik umum, dimana coloni tumbuh cepat menampakkan warna dalam bayangan hijau, kadang-kadang putih, tersusun atas conidiophore yang padat. Conidiophore yang muncul dari miselium jenis ini adalah bergelombol (type synnematous), tersusun atas tangkai tunggal yang berakhir tanpa rangkaian philiade (bentuk monoverticillate). Tingkat percabangan meliputi satu stage (biverticillate symetrical).

Jenis jamur Aspergillus dan Penicilium termasuk ke dalam jenis white rot (Anonim, 1998). Jamur ini tidak merombak dinding sel dan hidup dari zat pengisi sel, sehingga tidak menurunkan kekuatan kayu. Namun dapat merugikan karena pewarnaan pada kayu menyebabkan penurunan kualitas kayu. Jamur white rot tumbuh terutama di lamina sel kayu dan di tahap awal dari pembusuk, hypa bisa banyak. Pada tahap-tahap selanjutnya dan pembusuk, hypa dapat terlihat sedikit karena beberapa penyebaran hypa terbatas tetapi umumnya didapatkan bahwa

hypa pada lumen sangat banyak dan pembusuk kayu pada jenis jamur white rot daripada jamur brown rot (Blanchette et al., 1988).

Gambar 9. Penicilium sp

Fusarium sp

Fusarium jenis ini terdapat dua sel conidia, di bagian atas dan bawah. Pada PDA terlihat spesies ini berwarna putih dan dibatasi sekat pada bagian tengahnya. Pada mikroskop terlihat spora spesies ini seperti bulan sabit dan agak menanjang.

membentuk sel utama dan lebih atau sedikit separuhnya menjadi sel apical. Macroconidia mungkin diproduksi dalam bisul-bisul tersendiri dinamakan sporodochia atau dalam pengaruhnya menjadi massa-massa yang sedikit. Beberapa spesies dari Fusarium juga memproduksi lebih sedikit 1-2 sel conidia, microconidia dari variasi bulan sabit (Pitt and Hocking, 1981).

Gambar 10. Fusarium sp

Fusarium adalah salah satu dari ketiga genus yang memproduksi racun. Lebih dari 50 dalam kelompok ini diketahui memproduksi racun. Beberapa dari mereka mempunyai racun yang tinggi (Pitt and Hocking, 1989). Fusarium dikenal sebagai pathogen pada tanaman yang luas dari kerusakannya mampu melunakkan

(Pitt and Hocking). Dari pernyataan tersebut dapat dinyatakan bahwa Fusarium sp termasuk jenis jamur soft rot.

Soft rot sering dihubungkan dalam keadaan sangat lembab. Hal ini dipengaruhi pada kebusukan dari tiang-tiang di dalam tanah yang sangat lembab (dimana kerusakan ditandai secara perlahan-lahan) (Carll and Highley, 1999). Golongan jamur menyerang kayu yang berhubungan dengan tanah atau air. Jamur pelunak kayu hanya menyerang lapisan tengahnya saja (middle lamela) (Nurul, 2005).

Cacing Laut ( Glycera sp) Phylum Annelida Ordo Errantia Kelas Polychaeta Genus Glycera Spesies Glycera sp Gambar 11. Glycera sp

Polychaeta mempunyai sepasang parapodia dari segmen masing-masing dengan banyak seta. Mereka mempunyai suatu kepala yang membedakan adalah

pembuatan vaskuler secara menyebar adalah kegunaan kakinya yang serupa ke insang dengan bantuan pertukaran dari material antara darah dan lingkungan secara difusi. Kebanyakan polychaeta adalah marine borer yang manapun bergerak secara aktif, planktonic, tinggal dan hidup di atas dan di bawah laut (benthic), atau penduduk kayu di laut. Tubesare membangun ingus dari cacing dan partikel seperti pasir dan lumpur dari lingkungan itu. Pada cacing yang lain membuat karbonat zat kapur dan atau protein dan molekul-molekul carbohydrate. Beberapa penduduk kayu sungguh dekoratif. Polychaeta dikenal sebagai cacing-cacing api yang mempunyai cairan beracun melalui cara dari seta khusus. Polychaeta tidak mempunyai suatu clitellum dan mendekati semua adalah jenis kelamin terpisah (dioecious). Beberapa polychaeta menghasilkan cacing dengan kumpulan larva adalah planktonic

Sistem reproduksi terpisah. Tidak ada identifikasi yang tepat terdapatnya gonad, tetapi selama masa pemeliharaan ovarium atau spermatozoa timbul dari dinding pada masing-masing segmen kecuali dekat ujung anterior. Pada waktu ini keadaan luar cacing terlihat berbeda pada dua bagian, anterior atoke dan posterior epitoke, dimana terdiri dari gonad-gonad. Dalam keadaan khusus ini cacing disebut heteronereid. Gamete terpisah melalui nephridiopore dan fertilisasi terjadi pada air terbuka. Trochophore larva berkembang dari hasil fertilisasi telur.

Cacing-cacing penggerek biasanya masuk ke dalam kayu dengan arah tegak lurus arah serat, kemudian membentuk saluran dalam arah longitudinal, selanjutnya dengan arah tidak beraturan. Akibatnya dari pelubang kayu berupa sarang, maka kekuatan struktural kayu menjadi sangat berkurang (Damanik, 2006).

Kerusakan berakhir dengan membentuk terowongan baik secara vertikal maupun horizontal di kayu yang mungkin begitu luas seperti merusak ketahanan bagian kayu. Adanya perbedaan intensitas serangan tersebut dikarenakan adanya perbedaaan daya tahan dan sifat kimia kayu pada tiap jenis kayu. Dari intensitas serangan pada kayu ternyata bersifat relatif, tergantung pada jenis penggerek yang menyerangnya. Kayu yang mendapat serangan berat dari suatu jenis penggerek, belum tentu mendapat serangan yang sama oleh penggerek yang lain (Newell,1996).

Limnoria sp Ordo Crustacea

Kelas Malakostraca (udang tingkat tinggi) Family Isopoda

Genus Limnoria

Spesies Limnoria sp

Ordo crustaceae memiliki tiga genera yang penting yaitu Limnoria, Chelura dan Shpaeroma. Ketiga genera ini memperbanyak diri dengan bertelur. Limnoria disebut juga “gribble” merusak kayu dengan cara mengebor dan membuat serambi kecil untuk tempat tinggalnya. Serangan Limnoria terlihat seperti bunga karang. Besar kecilnya gerakan air laut dapat mempengaruhi aktifitas dari Limnoria, semakin besar gerakan air laut akan semakin besar dorongan Limnoria membuat lubang untuk tempat berlindungnya, sehingga akan memperluas kerusakan kayu. Jenis lain dari kelas Crustaceae adalah Chelura dan

bersimbiosis. Sedangkan Sphaeroma mempunyai ukuran lebih panjang dan lebih gemuk. Sphaeroma ini terdapat diberbagai perairan dan berkembang dengan baik di perairan tropis dan dapat membuat lubang kurang lebih dengan diameter 10 mm dan kedalaman 7 – 10 mm (Muslich dan Sumarni, 1987).

Gambar 12. Limnoria sp

Crustacea adalah hewan akuatik (air) yang terdapat di air laut dan air tawar. Ciri-ciri crustacea adalah sebagai berikut:

Struktur

Tubuh Crustacea bersegmen (beruas) dan terdiri atas sefalotoraks (kepala dan dada menjadi satu) serta abdomen (perut). Bagian anterior (ujung depan) tubuh besar dan lebih lebar, sedangkan posterior (ujung belakang)nya sempit. Pada bagian kepala terdapat beberapa alat mulut, yaitu:

1. 2 pasang antena

2. 1 pasang mandibula, untuk menggigit mangsanya 3. 1 pasang maksilla

4. 1 pasang maksilliped

Maksilla dan maksiliped berfungsi untuk menyaring makanan dan menghantarkan makanan ke mulut. Alat gerak berupa kaki (satu pasang setiap ruas pada

abdomen) dan berfungsi untuk berenang, merangkak atau menempel di dasar perairan. Ciriisopoda ; Tubuh pipih, dorsiventral, berkaki sama. Contoh:

1. Onicus asellus (kutu perahu)

2. Limnoria lignorum

Dokumen terkait