• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontaminasi Salmonella spp. pada Saluran Reproduksi

Berdasarkan pengamatan pada saluran reproduksi (ovarium, magnum, uterus, kloaka) dari 6 ekor ayam pada 2 peternakan berbeda (A dan B) diketahui bahwa terdapat beberapa bagian saluran reproduksi yang diketahui positif terinfeksi Salmonella spp. Pengamatan koloni Salmonella spp. pada saluran reproduksi disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengamatan Koloni Salmonella spp. pada Saluran Reproduksi dari Peternakan Ayam Petelur di Desa Curug, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.

Peternakan Sampel Ulangan Hasil Pengamatan A Ovarium 1 Positif 2 Positif 3 Negatif Magnum 1 Positif 2 Positif 3 Negatif Uterus 1 Positif 2 Positif 3 Negatif Kloaka 1 Positif 2 Negatif 3 Negatif B Ovarium 1 Negatif 2 Negatif 3 Positif Magnum 1 Negatif 2 Negatif 3 Positif Uterus 1 Negatif 2 Negatif 3 Positif Kloaka 1 Positif 2 Positif 3 Negatif

Gambar 6. Identifikasi Salmonella spp. di Ovarium pada Agar Selektif (a) BSA, (b) HEA, dan (c) XLD

Pengamatan pada agar selektif diketahui bahwa dari 24 media murni menunjukan bahwa pada media BSA memiliki nilai kontaminan yang paling besar yaitu 14 sampel (58,33%) positif mengandung Salmonella spp. diikuti oleh HEA sebanyak 6 sampel (25%) dan XLD sebanyak 3 sampel (12,5%). Media BSA menampakkan warna keabu-abuan, sedangkan pada media HEA dan XLD sampel positif Salmonella berwarna kehitaman, seperti yang terdapat pada Gambar 6. Ciri ini sesuai dengan SNI (2008) yang menyatakan bahwa sampel yang positif tercemar Salmonella spp. pada media BSA terlihat keabu-abuan atau kehitaman, pada HEA ditandai dengan warna hijau kebiruan dengan atau tanpa titik hitam, sedangkan pada media XLD diindikasikan dengan koloni berwarna merah muda dengan atau tanpa titik hitam.

Kontaminasi Salmonella spp. di Ovarium

(a) (b)

Gambar 8. Identifikasi Salmonella spp. di Ovarium pada Urea Agar Gambar 7. Identifikasi Salmonella spp. di Ovarium pada TSIA dan LIA

Sebelas pasang sampel positif tercemar Salmonella dipilih media TSIA untuk digunakan dalam uji urea agar. Hasil uji menunjukan bahwa 9 atau (81,82%) sampel dinyatakan positif tercemar Salmonella spp. seperti yang diilustrasikan dengan adanya warna yang berbeda pada Gambar 8. SNI (2008) menyatakan bahwa sampel yang tidak tercemar Salmonella spp. ditunjukan dengan reaksi negatif. Ciri-ciri reaksi negatif diketahui dengan tidak berubahnya warna media dan warna media tetap kuning.

Sampel positif dari agar selektif ini kemudian diuji dengan menggunakan media TSIA dan LIA. Pengujian melalui media BSA, HEA dan XLD secara berturut-turut adalah 50%, 66,67% dan 100%. Sampel positif tercemar Salmonella spp. pada media TSIA dan LIA ditandai dengan terdapatnya warna menghitam pada bagian bawah ke dua tabung (Gambar 7). SNI (2008) menyatakan bahwa sampel positif koloni Salmonella pada media TSIA dan LIA ditunjukkan dengan adanya warna hitam dengan atau tanpa gelembung gas. Jumlah sampel positif pada media TSIA dan LIA ditemukan sebanyak 11 pasang sampel.

Gambar 9. Identifikasi Salmonella spp di Magnum pada agar selektif (a) BSA dan (b) HEA

Kontaminasi Salmonella spp di Magnum

Okamura et al. (2001) menyatakan bahwa S. enteritidis mampu mengkolonisasi ovarium lebih tinggi dibandingkan dengan Salmonella jenis lainnya. Pendapat yang sama dinyatakan oleh Gast et al. (2007) bahwa kolonisasi ovarium lebih tinggi dibandingkan dengan kolonisasi bagian atas dan bagian bawah saluran reproduksi, pengamatan ini dilakukan pada 3 jenis Salmonella yang berbeda yaitu Salmonella enteritidis tipe 13a, Salmonella enteritidis tipe 14b, dan Salmonella heidelberg. Salmonella enteritridis mampu mengkolonisasi lebih sering dibandingkan jenis lainnya (Okamura et al., 2001). Ovarium yang terinfeksi Salmonella spp. dapat mengakibatkan timbulanya penyebaran Salmonella spp. secara vertikal, atau dengan kata lain indukan yang dikontaminasi oleh Salmonella spp akan berpeluang menyebarakan Salmonella spp. kepada anakan dengan melalui kontaminasi kuning telur.

Berdasarkan pengamatan sampel ovarium ayam, diketahui bahwa 2 sampel ayam dari peternakan A, dan 1 ekor ayam dari peternakan B positif terinfeksi Salmonella spp. Infeksi pada ovarium dapat disebabkan dari indukan yang terjangkit Salmonella spp, selain itu bisa juga disebabkan oleh infeksi pada saat ovarium masih belum dilepaskan. Folikel kecil yang masih muda lebih mudah terinfeksi Salmonella spp. dibandingkan dengan folikel kuning yang telah dewasa. Penembusan dari folikel yang belum dewasa dapat berakibat pada kontaminasi telur setelah folikel itu dewasa dan dapat menyebabkan berlanjutnya infeksi seluruh ovarium pada saluran reproduksi (Gantois et al., 2009).

(a) (b)

Gambar 10 memperlihatkan bahwa kedua media baik TSIA dan LIA memiliki warna menghitam pada bagain ujungnya. Reaksi ini diperkuat dengan timbulnya gelembung gas pada media TSIA (lingkaran putih). Adanya kedua ciri tersebut mengindikasikan bahwa sampel magnum yang di amati mengandung Salmonella spp. Sebanyak 22 sampel positif BSA dan 2 sampel positif HEA pada uji sebelumnya (Agar selektif) diketahui bahwa 100% sampel HEA positif terkontaminasi Salmonella spp. sedangkan pada BSA hanya sebesar 13,64%. Tingginya persentase HEA ini disebabkan karena Hektoen Eteric Agar sangat cocok untuk mengisolasi Salmonella dan Shigella, karena media ini mengandung garam empedu sebagai agen selektif dan laktosa, sukrosa, salicin dan indikator H2S (Waltman, 1999). Nilai persentase HEA ini sangat berkebalikan dengan BSA hal ini disebabkan karena pada media BSA ini masih terdapat mikroba lain yang dapat tumbuh seperti Pseudomonas, Shigella, dan Vibrionacea (Waltman, 1999).

Gambar 10. Identifikasi Salmonella spp. di Magnum pada Media TSIA dan LIA Pengamatan pada 24 media agar selektif (BSA, HEA, dan XLD) menunjukan 22 dari 24 sampel (91,67%) sampel BSA diduga terkontaminasi Salmonella spp. Dugaan ini didasarkan kepada ciri-ciri yang ditemukan pada media yaitu sampel tampak berwarna abu-abu dengan titik kehitaman (Gambar 9 a), sedangkan pada media HEA, 2 dari 24 sampel pengamatan (8,3%) diduga terkolonisasi Salmonella spp. Warna media menunjukan adanya sedikit warna hijau dengan inti berwarna hitam seperti yang ditunjukan dengan lingkaran yang terdapat pada Gambar 9 b. Berdasarkan SNI (2008), BSA dinyatakan positif tercemar Salmonella spp. jika ditemukan koloni berwarna keabu-abuan atau hitam, sedangkan pada media HEA media yang positif tercemar salmonella spp. ditandai dengan adanya koloni berwarna hijau kebiruan dengan atau tanpa titik hitam (H2S) (Gambar 9 c).

Uterus berfungsi dalam menghasilkan kelenjar kerabang, dan panjang berkisar dari 10 hingga 12 cm pada ayam yang sedang bertelur. Telur yang sedang berkembang berada dalam uterus selama lebih kurang 18 hingga 20 jam (Amarullah, 2004). Miyamoto et al. (1998) menyatakan bahwa di dalam uterus terdapat bakteri yang dominan yaitu Lactobacillus dan Stapylococus untuk bisa menghasilkan kerabang dan membran kerabang yang mengandung Salmonella spp., maka Salmonella spp. harus mampu berinteraksi dengan mikro flora asli khususnya Lactobacillus di oviduk agar mampu mencemari kerabang dan membran kerabang seperti halnya pada ovarium dan magnum, pada uterus ditemukan sampel yang positif tercemar Salmonella spp. yaitu sebanyak 2 sampel pada peternakan A dan 1 sampel pada peternakan B. Apabila uterus terinfeksi oleh Salmonella spp. maka akan mengakibatkan kerabang telur yang dihasilkan ikut terinfeksi.

Kontaminasi Salmonella spp. di Uterus

Magnum adalah bagian oviduk yang mensekresikan putih telur, dengan panjang sekitar 33 cm (Amarullah, 2004). Enam ekor ayam yang diteliti menunjukan 2 ekor ayam dari peternakan A dan 1 ekor ayam dari peternakan B positif terinfeksi Salmonella spp. pada bagian magnum. Infeksi pada magnum dapat mengakibatkan putih telur yang disekresikan terjangkit Salmonella spp. Kemampuan untuk menginvasi dan berkembang biak pada magnum dan isthmus pada berbagai jenis Salmonella diperkirakan melalui sel tubular gland (Gantois et al., 2009).

Warna kuning pada media Urea Agar menunjukan terjadi reaksi negatif yang tidak merubah warna media Urea Agar (Gambar 10). Sejumlah 24 sampel yang diamati pada media agar selektif sebelumnya ditemukan 5 dari 5 (100 %) terbukti positif terkolonisasi Salmonella spp.

Identifikasi Salomonella spp. dilakukan pada 27 sampel yang berasal dari media BSA dan HEA. Sebuah media TSIA dan LIA dinyatakan positif tercemar apabila terdapat warna hitam pada bagian dasarnya. Gambar 13 memperlihatkan hanya media TSIA saja yang menunjukan adanya gelembung udara. Sebanyak 18 sampel yang positif pada media BSA, 6 diantaranya (33,33%) positif terkolonisasi Gambar 13. Identifikasi Salmonella spp. di uterus pada TSIA dan LIA

Seperti pada pengamatan di magnum, media agar selektif yang menunjukan adanya kolonisasi Salmonella spp hanya terjadi pada media BSA dan HEA. Kolonisasi Salmonella pada media BSA dicirikan dengan adanya koloni berwarna abu-abu (Gambar 12 a). Sebanyak 18 dari 24 sampel media awal (75%) mengindikasikan adanya kolonisasi Salmonella spp. BSA memiliki koloni berwarna keabu-abuan atau hitam. Sedangkan pada media HEA ditemukan koloni berwarna hijau dengan inti yang berwarna hitam. Sembilan dari 24 sampel ditemukan positif terinfeksi Salmonella spp. (37,5%), sedangkan pada media HEA media yang positif ditandai dengan adanya koloni berwarna hijau kebiruan dengan atau tanpa titik hitam (H2S) (Gambar 12 b).

Gambar 12. Identifikasi Salmonella spp di uterus pada agar selektif (a) BSA dan (b) HEA

(a) (b)

Kloaka merupakan tempat keluarnya telur dan fesses, kloaka terletak di bagian paling ujung saluran reproduksi, sehingga bagian ini selalu berinteraksi dengan lingkungan luar. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah sampel yang terinfeksi Salmonella spp. agak berbeda jika dibandingkan dengan sampel-sampel sebelumnya. Sebanyak 1 sampel kloaka ayam dari peternakan A dan 2 sampel kloaka dari peternakan B terbukti positif terinfeksi Salmonella spp. Ayam ke-2 dari peternakan Kontaminasi Salmonella spp. di Kloaka

Uji pada media Urea Agar dilakukan pada 12 sampel yang dinyatakan positif pada media TSIA dan LIA. Sebanyak 11 dari 12 sampel tersebut (91,67%) positif terkolonisasi oleh Salmonella spp. Ciri sampel yang positif ini ditandai dengan tidak berubahnya warna media Urea Agar.

Gambar 14. Identifikasi Salmonella spp. di Uterus pada Urea Agar

Sejumlah 6 sampel dari 9 (66,67%) media HEA dinyatakan positif terkolonisasi Salmonella spp. Tingginya persentase HEA ini disebabkan Hektoen Eteric Agar sangat cocok untuk mengisolasi Salmonella dan Shigella. Media ini mengandung garam empedu sebagai agen selektif dan laktosa, sukrosa, salicin dan indikator H2S (Waltman, 1999). Uji TSIA dan LIA dari media HEA menunjukan bahwa dalam isolasi HEA yang dilakukan pada uterus ini terdapat koloni dari Shigella. Sehingga saat di uji terdapat 3 sampel yang bukan merupakan koloni dari Salmonella spp.

Salmonella spp. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase positif cemaran Salmonella pada media BSA dinilai rendah karena pada media BSA masih terdapat mikroba lain yang dapat tumbuh seperti Pseudomonas, Shigella, dan Vibrionaceae (Waltman, 1999).

Miyamoto et al. (1998) menyatakan bahwa kontaminasi bagian bawah oviduk mungkin dimulai dari tanah, yang meningkat ke kloaka kemudian naik ke vagina dan uterus. Sebelum Salmonella enteritidis naik ke vagina, bakteri tersebut harus mengkolonisasi dan mempoliferasi jaringan kloaka. Selain E. coli, bakteri anaerob yang terdapat di bagian kloaka adalah Lactobacillus, dan Bacteroidaceae. Salmonella enetritidis menginfeksi bagian bawah saluran reproduksi dan mencemari telur setelah berinteraksi dengan mikroflora asli khususnya Lactobacillus di bagian kloaka.

Ayam 1 dan 2 dari peternakan B memiliki kasus yang berbeda. Kedua kloaka ayam ini positif terinfeksi Salmonella, sementara sampel ovarium, magnum dan uterusnya tidak terinfeksi. Hal ini bisa terjadi karena kloaka ayam tersebut terinfeksi Salmonella dari pakan, air minum atau dari lingkungan yang kurang bersih.

Kasus serupa ditemukan pada penelitan Miyamoto et al. (1997) pada 18 sampel ayam yang diteliti ditemukan bahwa ayam no 4 terinfeksi oleh Salmonella enteritidis pada bagian infundibulumnya tetapi bagian yang lainnya bebas dari kontaminasi. Kasus yang lain pada ayam no 5 ditemukan terinfeksi Salmonella enteritidis pada bagian magnum dan uterusnya tetapi pada vagina dan kloaka ayam terbebas dari infeksi. Pada ayam no 9, hanya pada bagian vagina saja yang terkontaminasi tetapi bagian lain termasuk kloaka tidak terinfeksi oleh Salmonella enteritidis. Hanya saja Miyamoto et al. (1997) tidak menjelaskan fenomena tersebut secara lebih jelas dan rinci.

A, dan ayam ke-3 dari peternakan B memiliki kasus yang hampir serupa. Kedua ayam ini terinfeksi oleh Salmonella spp. bagian ovarium, magnum, dan uterus sedangkan bagian kloaka tidak terinfeksi. Hal ini menunjukan infeksi Salmonella belum menyebar ke daerah kloaka. Ensminger (1992) menyatakan bahwa semua sisa pencernaan baik berupa urin dan feses dibuang melalui kloaka. Oleh karena itu, tidak adanya Salmonella pada bagian ini bisa disebabkan karena di kloaka terdapat residu antibiotik yang tidak terserap seluruhnya oleh darah dan dikeluarkan melalui kloaka, yang mengakibatakan kloaka dari ayam tersebut terbebas dari Salmonella spp.

Gambar 15. Identifikasi Salmonella spp. di Kloaka pada Agar Selektif (a) BSA, (b) HEA dan (c) XLD

Hampir sama dengan ovarium, pada uji agar selektif yang dilakukan kepada kloaka, setiap media menunjukan sampel yang positif. Dua belas media BSA dari 24 (50%) sampel dinyatakan positif. Sampel positif ditandai dengan adanya warna koloni keabu-abuan dengan bintik berwarna hitam, sedangkan pada media HEA terdapat beberapa koloni menghitam pada medianya. Satu sampel (4,17%) HEA terdeteksi positif, sedangkan pada media XLD sampel positif ditemukan sebesar 8,3% (2 dari 24 sampel) positif terkolonisasi Salmonella spp. Sampel positif di media XLD dicirikan dengan adanya koloni yang berwarna hitam dengan inti yang berwarna hitam.

(a) (b)

Okamura et al. (2001) menyatakan bahwa kontaminasi telur ayam disebabkan oleh penembusan kerabang telur oleh Salmonella enteritidis yang berasal dari fesses (penyebaran secara horizontal) atau disebkan oleh kontaminasi langsung kuning telur dan putih telur di saluran reproduksi ayam yang telah terinfeksi oleh Salmonella Gambar 17. Identifikasi Salmonella spp. di Kloaka pada Urea Agar

Identifikasi pada uji Urea Agar ini dilakukan pada 6 sampel yang positif pada media TSIA dan LIA. Hasilnya, 5 dari 6 sampel (91,67%) tidak mengalami perubahan, atau mengalami reaksi negatif.

Sampel positif pada media Agar Selektif selanjutnya di uji pada media TSIA dan LIA. Tiga dari 12 sampel BSA (25%) dinyatakan positif mengandung Salmonella spp. Sementara 1 sampel positif terkontaminasi pada HEA diuji dengan TSIA dan LIA dan menunjukan bahwa pada sampel tersebur memang terdapat kolonisasi Salmonella spp. sedangkan pada media XLD, 2 sampel yang diduga terdapat Salmonella spp. hasil uji menunjukkan kedua sampel tersebut memang mengandung koloni bakteri Salmonella spp.

Gambar 16. Identifikasi Salmonella spp. di Kloaka pada TSIA dan LIA

Peternakan Sampel Ulangan Hasil Pengamatan A Kerabang 1 Belum terbentuk 2 Belum terbentuk 3 Positif Isi Telur 1 Negatif 2 Positif 3 Positif B Kerabang 1 Negatif 2 Negatif 3 Negatif Isi Telur 1 Negatif 2 Negatif 3 Negatif

Penyusunan utama kuning telur adalah lemak dan protein, yang bergabung membentuk lipoprotein. Enam puluh persen dari berat kuning telur kering terdiri dari low density lipoproteins (LDL). Putih telur terdiri dari khalaza (2,7%), putih telur encer (17,3%), putih telur tebal (57,0%), dan putih telur luar yang tipis (23%) (Bell dan Weaver, 2002). Pengamatan isi telur dari 2 peternakan yang berbeda menunjukan hasil yang sangat berbeda. Dua sampel dari peternakan A positif Kontaminasi Salmonella spp. di Isi Telur

Tabel 3. Pengamatan Kontaminasi Salmonella spp. pada Isi dan Kerabang Telur enteritidis (penyebaran vertikal). Telur memiliki perlindungan kimia dan fisik yang

dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Kerabang dan membran kerabang berperan sebagai pelindung dan ovomucin pada putih telur tipis berfungsi menghalangi pergerakan bakteri pada telur segar (Sim dan Hoon, 2006). Walaupun demikian, kontaminasi telur oleh Salmonella spp. masih sering terjadi, untuk mengetahui sumber asal Salmonella spp. Penelitian terhadap telur ayam ini dilakukan dengan cara mengambil sampel telur yang masih berada dalam saluran reproduksi ayam. Tujuan pengujian telur yang masih ada di saluran reproduksi adalah untuk mengurangi interfensi dari lingkungan dan ternak lain dan untuk menghindari terjadinya penularan Salmonella secara horizontal. Kerabang telur dari 2 ekor ayam yang diamati masih belum terbentuk, sehingga untuk 2 ayam tersebut hanya diamati isi telurnya saja. Hasil pengamatan disajikan pada Table 3.

Uji TSIA dan LIA dilakukan untuk memastikan bahwa pendugaan yang dilakukan sebelumnya benar. Dua dari 24 sampel BSA (7,14%) yang menunjukan Uji Agar Selektif isi telur dari media BSA menunjukkan bahwa 24 (keseluruhan) sampel memiliki ciri warna keabu-abuan dan diasumsikan mengandung koloni Salmonella spp. sedangkan pada media HEA hanya terdapat 1 dari 24 sampel (4,17%) yang diduga mengandung Salmonella spp. dengan penciri timbul koloni kehitaman yang meluas pada media HEA tersebut. Media XLD memiliki jumlah media yang positif sebanyak 2 dari 24 (8,3%) sampel yang diduga mengandung Salmonella spp. ciri-ciri koloni Salmonella spp. pada media XLD adalah dengan terlihatnya inti berwarna hitam pada media.

Gambar 18. Identifikasi Salmonella spp. di Isi Telur pada Agar Selektif (a) BSA, (b) HEA dan (c) XLD

terinfeksi Salmonella spp. sedangkan semua sampel dari peternakan B, bebas kontaminasi Salmonella spp. Isi telur bisa terinfeksi dari saluran reproduksi bagian atas, infundibulum, dan magnum. Gantois et al. (2009) menyatakan bahwa kontaminasi kuning telur dapat disebabkan oleh kolonisasi ovarium oleh Salmonella.

(a) (b)

(c)

Uji selanjutnya yang dilakukan adalah uji menggunakan media Urea Agar. Uji ini dilakukan terhadap 5 sampel yang terbukti positif pada uji sebelumnya. Hasilnya, 3 dari 5 sampel (60%) Urea Agar tidak mengalami perubahan atau terjadi reaksi negatif dan disimpulkan 3 sampel tersebut merupakan Salmonella spp. Reaksi negatif ini ditunjukan dengan warna media yang tetap seperti yang diilustrasikan pada Gambar 20.

Gambar 20. Identifikasi Salmonella spp. di Isi pada media Urea Agar

Media berwarna kehitaman (lingkaran merah) dengan gas di antara media tersebut (ditunjukan dengan adanya lingkaran putih) merupakan penciri koloni Salmonella spp. seperti yang ditunjukan pada Gambar 19. Rendahnya nilai persentase BSA disebabkan karena pada media BSA ini masih terdapat mikroba lain yang dapat tumbuh seperti Pseudomonas, Shigella, dan Vibrionaceae (Waltman, 1999).

Gambar 19. Identifikasi Salmonella spp. di Isi Telur pada media LIA dan TSIA. adanya koloni dari Salmonella spp., sedangkan pada HEA dan XLD terbukti 100% memang merupakan koloni Salmonella spp.

Kerabag telur mengandung enzim Lysozyme dan α-N-acetylglucosaminidase yang mampu melisis bakter. Lysozyme mampu mencegah bakteri gram negatif bila α-N-acetylglucosaminidase manghancurkan dinding sel bakteri gram negatif. Selain

Kerabang telur disusun oleh lapisan tipis kutikula, sebuah lapisan kalsium karbonat, dan dua membran kerabang. Kerabang telur sebagian besar dibentuk oleh kalsium karbonat (CaCO3), dengan sedikit sodium, potassium, dan magnesium (Yamamoto., et al 1996). Pengamatan pada 4 sampel kerabang, menunjukan bahwa seluruh semua sampel dari peternakan B bebas dari infeksi Salmonella, sedangkan 1 sampel kerabang telur dari peternakan A diketahui terinfeksi Salmonella spp. Infeksi Salmonella ini bisa disebabkan oleh kolonisasi bakteri tersebut pada istmus dan uterus sehingga membran kerabang dan kerabang telur yang dihasilkan tercemar oleh Salmonella spp.

Kontaminasi Salmonella spp di Kerabang Telur

Lysozyme juga mampu berperan sebagai antibakteri gram negatif seperti Salmonella spp. Walaupun lysozyme tidak efektif melawan Salmonella spp. tetapi kombinasi dengan protein putih telur yang lain seperti ovotransferin, dapat meningkatkan efektifitasnya. Lysozyme yang dikombinasikan dengan EDTA mampu menekan Salmonella spp dan spora dari mikroflora (Sim dan Hoon, 2006). Pendapat serupa diutarakan oleh Guard Petter (2001) yang menyatakan bahwa putih telur kaya akan Lysozme dan mengandung sediikit zat besi, sedangkan pada kuning telur mengandung antibodi yang dapat membantu meminimalisasi pertumbuhan bakteri di dalam telur.

Kontaminasi Salmonella spp. pada telur ayam yang berhasil di amati dalam penelitian ini hanya 2 dari 6 ekor ayam hal ini disebabkan oleh adanya beberapa protein yang berfungsi sebagai antibakteri baik secara sendiri ataupun dalam kombinasi dengan protein putih telur yang lain. Salah satu komponen protein putih telur itu adalah Lysozyme dengan kandungan sebesar 3,3%. Lysozyme merupakan anti bakteri yang aktif melawan bakteri gram positif dan mampu menghambat pertumbuhan listeria monocytogenes dan clostridium botulinum. Lysozyme bekerja menghancurkan dinding sel bakteri dengan melakukan katalisator hidrolisis pada hubungan α-(1-4) antara N-acetylmuacid dan N-acetylglucosamin bakteri peptidoglycan (Sim dan Hoon, 2006).

Gambar 21. Identifikasi Salmonella spp di Kerabang pada Agar Selektif (a) BSA, (b) HEA dan (c) XLD.

Pengamatan terhadap kerabang telur pada 24 cawan BSA, 16 (66.67%) sampel ditemukan berwarna coklat keabu-abuan. Ciri-ciri ini sesuai dengan BAM (2007) yang menyatakan bahwa selain coklat, koloni dari Salmonella spp. dapat berwarna abu-abu atau hitam. Di sekitar media pada permulaan biasanya berwarna coklat, tetapi seiring dengan berjalannya inkubasi, warna dapat berubah menjadi hitam seperti ditampilkan pada Gambar 21 a. Reaksi warna terjadi karena kehadiran S (sulfur) dalam media yang akan diubah oleh Salmonella spp. menjadi H2S, dengan koloni berwarna coklat-hitam dengan kilap logam, tampak seperti mata kelinci (Waltman,1999).

itu matriks protein pada kerabang telur dapat berperan sebagai penghambat bakteri. Kerabang telur terdiri dari 95% kalsium karbonat dan matrik protein kerabang sebesar 3,5%. Sim dan Hoon (2006) melaporkan bahwa matriks protein kerabang telur mampu menghambat bakteri Pseudomonas aureginosa, Bacillus cereus, dan Staphylococcus aureus dengan kuat, tetapi lemah terhadap Escherichia coli dan Salmonella enteritidis.

(a) (b)

Ciri-ciri sampel TSIA dan LIA positif adalah adanya warna hitam akibat reaksi H2S dan adanya gas yang terbentuk. BAM (2007) menyatakan bahwa Reaksi spesifik Salmonella pada TSI Agar miring adalah: bagian permukaan miring (slant) berwarna merah/alkalin (reaksi basa), memproduksi H2S (kehitaman pada agar kadang hingga menutupi warna agar dasar, dengan atau tanpa memproduksi gas). Reaksi spesifik Salmonella pada LIA Agar miring adalah: bagian permukaan miring Gambar 22. Identifikasi Salmonella spp. di Kerabang Telur pada LIA dan TSIA

Sebanyak 4 dari 24 (16,67%) media awal XLD terkolonisasi oleh Salmonella spp. koloni ini memiliki ciri warna menghitam pada media yang sesuai dengan pernyataan BAM (2007). Uji selanjutnya dilakukan di media TSIA dan LIA. Pengamatan menunjukkan hanya 25% sampel BSA yang positif mengandung Salmonella spp., sedangkan untuk media HEA dan XLD jumlah sampel positif masing-masing sebesar 100%. Tingginya persentasi koloni Salmonella spp. pada media XLD dan BSA disebabkan oleh Hektoen Eteric Agar yang sangat cocok untuk

Dokumen terkait