• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2 Sketsa peta Sungai Buaran untuk setiap lokasi penelitian dan sumber pencemar untuk masing-masing lokasi

Dari pengamatan pada Sungai Buaran didapatkan hasil berupa jumlah dan jenis sumber pencemar yang terdapat pada masing-masing lokasi pengamatan. Terdapat 6 jenis sumber pencemar yaitu limbah rumah tangga, hypermarket, berbagai industri kerajinan, jasa kesehatan dan makanan cepat saji.

1. Sumber pencemar pertama atau SP1 merupakan jenis sumber pencemar yang dihasilkan dari limbah rumah tangga atau limbah domestik. Lokasinya berupa

16

perumahan penduduk baik dalam bentuk residence ataupun perumahan liar yang dibangun dibantaran sungai. Jenis sumber pencemar 1 termasuk dalam jenis polutan non-point/difusse source karena sumber pencemarnya tersebar dan berjumlah banyak.

2. Sumber pencemar ke dua atau SP2 merupakan sumber pencemar berupa hypermarket, yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari, elektronik, pangan dan lain lain. Limbah dan sumber pencemar SP2 digolongkan dalam limbah atau polutan pointsource.

3. Sumber pencemar ke tiga atau SP3 merupakan sumber pencemar berupa usaha di bidang industri souvenir dan aksesories.Sumber pencemar ini masuk dalam kategori polutan pointsource.

4. Sumber pencemar ke empat atau SP4 merupakan sumber pencemar yang berupa usaha di bidang jasa jaminan pemeliharaan kesehatan.Sumber pencemar yang ke empat ini termasuk dalam polutan atau limbah pointsource. 5. Sumber pencemar ke lima atau SP5 berupa industri rumahan yang bergerak dibidang kerajinan tangan berupa dompet, tas, sepatu dan lain lain. Untuk sumber pencemar yang kelima termasuk dalam polutan atau limbah jenis non-pointsource karena lokasinya yang tersebar dan dalam jumlah yang besar. 6. sumber percemar yang ke 6 atau SP6 adalah sumber pencemar yang berupa

usaha makanan cepat saji atau fastfood.Sumber pencemar SP6 termasuk dalam kategori polutan poinsource.

Kondisi Umum Wilayah Studi

Sungai Buaran mempunyai panjang daerah aliran sungai sebesar 7.90 km dengan lebar rata-rata permukaan 11 m dan lebar dasar 3.20 m, serta kedalaman rata-rata 1.30 m dengan debit sebesar 0.38 m3/det-5.87 m3/det. Dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Buaran sebesar 158 km2 lokasi hulu sungai buaran terdapat pada daerah Pondok kelapa/ Jl. Kali Malang, Jakarta Timur dan bagian hilir terdapat pada daerah belakang PIK Pulo Gadung, Jakarta Timur berdasarkan data inventarisasi dan luas area BPLHD Jakarta (2014). Kondisi disekitar Sungai Buaran yaitu pada pinggir sungai masih alami dan belum ada pengerasan di lokasi hulu dan hilir banyak terdapat pemukiman liar di sepanjang badan sungai. Berdasarkan penggolongan sungai, Sungai Buaran termasuk dalam kategori sungai golongan D yang berarti air nya dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan juga dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, serta industri pembangkit tenaga air.

Langkah pertama dalam pengukuran dan pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan menentukan tiga titik sampel atau tiga titik lokasi. Lokasi pertama atau disebut dengan lokasi 1 berada pada hulu Sungai Buaran yang berada pada Jalan Pondok Kelapa, Kalimalang Jakarta Timur dengan koordinat titik lokasi sebesar 6014’27.412”LS dan 106055’52.97”BT.Titik sample ke dua atau bisa disebut dengan lokasi 2 berada pada titik Sungai Buaran yang terletak di Jalan Buaran belakang Mall dan theater Buaran pada lokasi kedua mempunya titik koordinat sebesar 6013’17.32”LS dan 106055’27.28”BT untuk lokasi pengujian dan pengukuran terakhir adalah lokasi 3 yang berlokasi di belakang PIK Pulo Gadung Jakarta Timur dengan koordinat sebesar 6012’20.855”LS dan 106055’50.74BT.

17 Parameter Kualitas Air Sungai

Terdapat dua kelompok parameter kualitas air sungai yang dikaji pada studi ini yaitu jenis parameter fisika dan parameter kimia. Untuk jenis parameter fisika yang dikaji adalah:

1. Suhu, bila nilai suhu mengalami peningkatan maka jumlah oksigen terlarut dalam air menurun, peningkatan reaksi kimia, dan kehidupan ikan dan hewan air lainnya tergangg. Jika batas suhu terlampaui kemungkinan ikan dan hewan lainnya akan mati (Fardiaz, 1992), untuk kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan fitoplankton adalah 20oC – 30oC.

2. TDS (Total Dissolve Solid), nilai TDS yang semakin tinggi maka semakin banyak zat terlarut yang tidak diinginkan dalam air. Mineral, gas, zat organik yang terlarut mungkin menghasilkan warna, rasa dan bau yang secara estetis tidak menyenangkan. Beberapa zat kimia tersebut mungkin bersifat racun, dan beberapa zat organik terlarut bersifat karsinogen. (Misnani, 2010). Nilai baku mutu untuk TDS adalah 500 mg/L berdasarkan Surat Keputusan Guberbur Provinsi Ibukota Jakarta Nomor 582 Tahun 1995.

3. TSS (Total Suspended Solid, nilai TSS semakin tinggi pada suatu aliran sungai maka mengurangi kedalaman penetrasi cahaya matahari ke dalam air sehingga berpengaruh langsung terhadap fotosintesis oleh fitoplankton dan pengaruh tidak langsung terhadap keberadaan zooplankton dalam perairan (Fardiaz, 1992). Total Suspended Solid (TSS) yang tinggi dalam suatu perairan dapat mengurangi nilai guna perairan dan mempengaruhi organisme yang hidup di dalamnya. Nilai baku mutu untuk TSS adalah 200 mg/L berdasarkan Surat Keputusan Guberbur Provinsi Ibukota Jakarta Nomor 582 Tahun 1995.

Sedangkan untuk jenis parameter kualitas air sungai kimia yang dikaji akibat dari nilai yang melewati ambang baku mutu antara lain adalah sebagai berikut :

1. pH, bila nilai PH terlalu tinggi maupun terlalu rendah mengakibatkan suasana kedaaan di aliran sungai menjadi terlalu asam atau basa kondisi ini mengakibatkan berkurangnya kenyamanan dan kerusakan biota laut, sedangkan untuk nilai pH batas maksimum dan minum adalah 6,5 - 8,5 berdasarkan Surat Keputusan Guberbur Provinsi Ibukota Jakarta Nomor 582 Tahun 1995.

2. BOD (Biochemical Oxygen Demand),Nilai BOD yang sangat tinggi dalam perairan akan menyebabkan defisit oksigen sehingga mengganggu kehidupan organisme perairan, dan pada akhirnya menyebabkan kematian. Semakin tinggi nilai BOD maka menunjukan semakin banyak oksigen yang dikomsumsi mikroorganisme untuk mengurai bahan organik, maka semakin rendah kualitas air, baku mutu untuk BOD adalah 20 mg/L mengacu pada Surat Keputusan Guberbur Provinsi Ibukota Jakarta Nomor 582 Tahun 1995. 3. COD (Chemical Oxygen Demand), untuk nilai COD semakin tinggi

konsentrasi COD menunjukkan bahwa kandungan senyawa organik tinggi tidak dapat terdegredasi secara biologis dan semakin tinggi COD maka semakin banyak bahan organik yang terkandung dalam air, hal ini menunjukkan kualitas air semakin rendah, baku mutu untuk COD adalah 30 mg/L mengacu pada Surat Keputusan Guberbur Provinsi Ibukota Jakarta Nomor 582 Tahun 1995.

18

4. Senyawa aktif biru metilen (detergen), Baku mutu senyawa Aktif Biru Metilen yang ditetapkan untuk air sungai kelas D adalah 0,5 Mg/L. Senyawa Aktif Biru Metilen merupakan senyawa pencemar perairan yang paling banyak dihasilkan dari limbah tekstil.Keberadan senyawa ini dalam perairan dapat meningkatkan COD dan menyebabkan perairan menjadi tidak jernih. Seluruh titik pantau yang berada di areal sungai Buaran mengandung senyawa Aktif Metilen Biru yang berada diatas baku mutu. Senyawa Aktif Biru Metilen pada perairan cukup stabil sehingga sangat sulit untuk terdegradasi di alam dan berbahaya bagi lingkungan apalagi dalam konsentrasi yang sangat besar karena dapat menaikkan COD (Chemical Oxygen Demand).

Sedangkan untuk perbedaan nilai COD dan DO dapat disimpulkan sebagai berikut, dimana untuk nilai Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi seluruh bahan-bahan organik yang ada dalam air baik yang mudah diuraikan secara biologis maupun terhadap yang sukar atau tidak bisa diuraikan secara biologis. Pengukuran COD dilakukan untuk mengetahui tingkat penguraian produk-produk kimiawi seperti senyawa minyak dan buangan kimia lainnya yang sangat sulit atau bahkan tidak bisa diuraikan oleh mikroorganisme. Sedangkan untuk nilai DOatau Disolved Oksigen adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik. Faktor-faktor yang mempengaruhi BOD adalah jumlah senyawa organik yang diuraikan, tersedianya mikroorganisme aerob dan tersedianya sejumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses penguraian tersebut (Salmin, 2000). Dan selisih hasil nilai antara pengukuran COD dan BOD memberikan gambaran besarnya bahan organik yang sulit terurai di perairan tersebut. Nilai dari COD bisa sama dengan BOD, tetapi nilai BOD tidak bisa lebih besar dari COD, jadi nilai COD dapat menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada. Nilai BOD tidak bisa lebih besar dari COD karena senyawa kompleks anorganik yang ada di perairan yang dapat teroksidasi juga akan ikut dalam reaksi pengujian (Barus, 2002).

Hasil pengujian parameter kualitas air Sungai Buaran untuk masing masing lokasi yaitu lokasi 1, 2, dan 2 menghasikan nilai yang cenderung turun, stabil, dan naik untuk setiap parameter kualitas air sungai, dimana terdapat 7 parameter kualitas air sungai yang dikaji. Untuk nilai parameter kualitas air sungai dengan kecenderungan turun pada setiap sample lokasi dari lokasi 1 menuju ke lokasi 3 adalah nilai pH, TSS, dan COD, sedangkan untuk kecenderungan parameter kualitas air sungai turun dari lokasi 1 hingga ke lokasi 3 adalah TDS dan BOD dan untuk nilai stabil adalah temperatur, dan detergen. Nilai masing masing parameter kualitas air sungai dapat dilihat pada Tabel 3.

Untuk kelompok biologi berupa parameter kualitas air sungai limbah E-Coli tidak ditemukan adanya penelitian maupun data sekunder yang menunjukan data hasil pengukuran pada badan BPLHD Jakarta sebagai lembaga pengontrol dan yang menjaga kualitas air sungai, khususnya Sungai Buaran, sedangkan untuk parameter kualitas air sungai limbah padat berupa nitrat dan nitrit didapatkan data untuk nitrat dan nitrit yang terdapat pada Lampiran 2 berdasarkan penelitian dari BPLHD Jakarta.Nilai dari parameter kualitas air sungai nitrat dan nitrit mempunyai nilai yang sangat kecil dan untuk limbah padat tidak ditemukan data

19 spesifik berupa jumlah maupun massa untuk parameter kualitas air ini pada Sungai Buaran.

Tabel 3 Hasil Uji kualitas air Sungai Buaran di laboratorium PPLH-IPB dan data dari BPLHD Jakarta Timur tahun 2014.

Berdasarkan Tabel 3 didapatkan perbandingan nilai baku mutu yang dikeluarkan oleh Surat Keputusan Guberbur Provinsi Ibukota Jakarta Nomor 582 Tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukan dan baku Mutu Air Sungai/Badan Air Serta Baku Limbah Cair di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta serta pengukuran data yang dilakukan oleh BPLHD Jakarta pada tahun 2014, untuk 7 parameter pencemar yaitu untuk parameter pertama adalah PH, hasil pengujian laboratorium didapatkan nilai untuk masing masing sample lokasi 1, 2 dan 3 masih diantara batas maksimum dan minum baku mutu yang ada yaitu sebesar 7.04, 6.75 dan 6.63 dan untuk pengukuran yang dilakukan BPLHD Jakarta pada tahun 2014 untuk nilai PH pada lokasi 1 dan lokasi 3 adalah 7.5 dan 7.7, untuk hasil pengukuran tahun 2014 yang dilakukan BPLHD dengan dengan hasil PPLH-IPB tahun 2015 terjadi penurunan nilai PH untuk maing masing lokasi.

Temperature adalah paramater kualitas air sungai kedua yang diuji setelah pH, hasil pengujian PPLH-IPB untuk temperature didapatkan nilai setiap sample adalah 28oC dan baku mutu yang ada sekitar 20 oC - 30 oC , nilai ini menunjukan bahwa suhu untuk ketiga sample masih cukup aman karena masih diantara batas baku mutu yang ditetapkan, sedangkan untuk pengukuran yang dilakukan oleh BPLHD Jakarta tahun 2014 untuk lokasi 1 dan lokasi 3 sebesar 28.8 oC dan 27.7 o

C, berdasarkan nilai ini terjadi penurunan temperature di hulu dan peningkatan temperature dihilir untuk tahun 2015.

Parameter kualitas air sungai ketiga baku mutu air dengan tinjauan parameter TDS yang digunakan adalah Surat Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 582 Tahun 1995 yaitu dengan baku mutu 500 Mg/L untuk sungai kategori D. berdasarkan Tabel 2 didapatkan nilai TDS masing- masing sample pada pengujian di PPLH-IPB sebesar 183.5 mg/L, 362.05 mg/L, 412 mg/L dan nilai ini masih dibawah standar baku mutu yang telah ditetapkan dan menghasilkan kategori aman untuk sungai buaran dengan kategori D, sedangkan untuk nilai data BPLHD Jakarta tahun 2014 untuk nilai lokasi1 dan

Parameter

kualitas air lokasi 1 (hulu) lokasi 2 (tengah)

Lokasi 3

(hilir) Data BPLLHD DKI Jakarta

lokasi 1

(hulu) lokasi 3 (hilir)

pH 7.04 6.75 6.63 7.5 7.7 suhu (o C ) 28 28 28 28.8 27.7 TDS (mg/L) 183.5 362.05 412 281 350 TSS (mg/L) 227.5 122 32 29 32 BOD (mg/L) 33.78 55.73 69.24 48.94 18.22 COD (mg/L) 211.55 153.86 134.62 91.52 102.19 Detergen (µ/L) <0.05 <0.05 <0.05 1.02 4.46

20

lokasi 3 adalah 281 mg/L dan 350mg/L. Nilai ini menunjukan terjadinya penurunan nilai TDS di hulu dan peningkatan di hilir untuk tahun 2015.

Parameter kualitas air sungai keempat yang diukur adalah konsentrasi TSS pada sampel air Sungai Buaran dipantau berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 582 Tahun 1995 yaitu dengan baku mutu 200 mg/L untuk sungai kualitas D. Nilai TSS berdasarkan hasil pengujian laboratorium PPLH-IPB untuk masing-masing sample sebesar 227.5 mg/L, 122 mg/L, dan 32 mg/L, berdasarkan hasil tersebut untuk nilai TSS di lokasi 1 telah melewati ambang batas baku mutu yang telah ditetapkan, sedangkan untuk nilai tss di lokasi 2 dan di lokasi 3masih dibawah dari baku mutu dan dinyatakan masih aman. Nilai parameter untuk data BPLHD Jakarta tahun 2014 untuk lokasi 1 dan lokasi 3 didapatkan nilai 29 mg/L dan 32 mg/L. Nilai nilai ini menunjukan terjadi peningkatan yang signifikan untuk nilai TSS pada tahun 2014 dan 2015 pada lokasi hulu yaitu sebesar 198.5 mg/L dan tidak terjadi perubahan nilai di lokasi hilir.

BOD adalah parameter kelima yang diuji pada Sungai Buaran, BOD merupakan petunjuk penting untuk mengetahui banyaknya zat Organik yang terkandung dalam air limbah. Berdasarkan hasil analisa laboratorium PPLH-IPB, seluruh perairan di sungai Buaran memiliki konsentrasi BOD yang tinggi untuk baku mutu kualitas Air kelas D, bahkan sebagian menunjukkan angka yang jauh diatas angka baku mutu. Baku mutu BOD yang digunakan pada analisa kualitas sungai DKI Jakarta adalah 20 Mg/L, mengacu pada Surat Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 582 Tahun 1995 untuk nilai BOD yang dihasilkan dari pengujian pada PPLH-IPB didapatkan nilai yaitu 33.78 mg/L, 55.73 mg/L, dan 69.24 mg/L untuk data tahun 2014 yang dilakukan oleh BPLHD Jakarta untuk lokasi 1 dan lokasi 3 adalah 48.94 mg/L dan 18.22 mg/L. Namun nilai ini menunjukan terjadinya penurunan nilai BOD pada lokasi 1untuk tahun 2014 ke 2015 dan kenaikan nilai BOD pada lokasi 3.

Data parameter kualitas air sungai ke enam adalah COD, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 582 Tahun 1995, Baku mutu air dengan tinjauan parameter COD yang digunakan yaitu 30 Mg/L untuk kategori sungai kelas D. Konsentrasi COD di sungai Buaran, terjadi pada semua titik pantau yang diuji. Konsentrasi COD sungai Buaran meliputi hulu, tengah, dan hilir. untuk nilai yang didapatkan dari hasil pengujian laboratorium PPLH-IPB utnuk masing-masing lokasi adalah 211.55 mg/L, 153.86 mg/L, 134.62 mg/L nilai ini menunjukan bahwa seluruh sampel pada sungai Buaran memiliki kandungan COD yang sangat tinggi, sedangkan untuk nilai dari BPLHD Jakarta tahun 2014 untuk lokasi 1 dan lokasi 3 adalah 91.52 mg/L dan 102.19 mg/L. Nilai ini masing masing naik untuk setiap lokasi dimana untuk hulu kenaikan terjadi sebesar 120.03 mg/L dan untuk di hilir terjadi kenaikan sebesar 32.43 mg/L

Data parameter kualitas air sungai yang terakhir adalah senyawa aktif biru metilen (detergen), nilai dari hasil pengujian PPLH-IPB didapatkan masing masing nilai untuk setiap sample di lokasi 1,2, dan 3 adalah sama yaitu < 0.05 mg/L nilai ini terjadi dikarenakan senyawa aktif ini hampir tidak ditemukan dalam setiap sample air yang telah teruji sedangkan untuk perbandingan terhadap baku mutu data hasil pengujian ini jauh dibawah dari batas baku mutu yang dikeluarkan yaitu <0.5 µ/L dan dapat dikatakan aman untuk sungai golongan D. Untuk data

21 Perbandingan untuk setiap parameter kualitas air sungai terhadap nilai dari BPLHD Jakarta tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 2

Kajian hubungan kuantitas dan kualitas air dapat digambarkan melalui grafik hubungan antara debit dengan parameter kualitas air sehingga dapat diketahui kecenderungan antara perubahan kadar parameter kualitas air sungai dengan debit air pada Sungai Buaran. Nilai debit ini didapatkan dari perkalian antara luas penampang sungai dan kecepatan aliran sungai yang terdapat pada lokasi tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3. Debit yang dihasilkan pada Sungai buaran pada bulan juli tahun 2015 terukur sangat kecil, mendekati batas minimum nilai debit untuk sungai buaran itu sendiri, yaitu untuk dua kali periode pengambilan data tertanggal 15 juli dan 26 juli didapatkan untuk debit di lokasi 1 sebesar 0.45 m3/det dan 0.42 m3/det, sedangkan untuk lokasi 2 didapatkan nilai debit sebesar 0.5 m3/det dan 0.51 m3/det, dan data debit yang terakhir untuk di lokasi 3 sebesar0.54 m3/det dan 0.6 m3/det, periode pengambilan debit didasarkan pada kondisi sungai saat mengalami hujan dan tidak mengalami hujan pada hari tersebut dan nilai- nilai debit tersebut tecatat untuk kondisi kemarau karena penilitian dilakukan pada musim kemarau tanpa adanya hujan. data pengukuran untuk Sungai Buaran dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil pengukuran di lokasi hulu, tengah dan hilir Sungai Buaran. Spesifikasi lokasi 1 lokasi 2 lokasi 3

hari 1 hari 2 hari 1 hari2 hari 1 hari 2 Kecepatan aliran (m/det) 0.31 0.29 0.32 0.31 0.35 0.36 Luas penampang (m2) 1.61 1.60 1.75 1.82 1.73 1.84 Faktor koreksi 0.90 0.90 0.90 0.90 0.90 0.90 Debit (m3/det) 0.45 0.42 0.50 0.51 0.54 0.60

22

Gambar 4 Sketsa gambar teknik untuk luas penampang Sungai Buaran di lokasi 1 Gambar 4 menunjukkan contoh sketsa penampang Sungai Buaran untuk lokasi 1. Didapatkan perpotongan untuk Sungai Buaran yang menunjukkan penampang Sungai Buaran dengan nilai ketinggian muka air untuk masing masing bagian pada lokasi 1. Pada Gambar 4 terlihat nilai ketinggian muka air untuk bagian kanan, tengah dan kiri dengan ketinggian muka air yang berbeda sehingga diperlukan rata-rata ketinggian muka air untuk mendapatkan ketinggian muka air untuk di lokasi .1 Penampang sungai untuk lokasi 1 dihitung dengan mengalikan ketinggian rata rata muka air dengan lebar sungai yang terukur sehingga untuk lokasi 1 didapatkan luas penampang sebesar

Data parameter kualitas air yang akan dikaji berdasarkan hubungan kualitas dan kuantitas Sungai Buaran adalah TSS. Nilai debit dari TSS akan menghasilkan nilai dari debit sedimen yang dihasilkan persatuan mg/s pada Sungai Buaran. Satuan ini didapatkan dari hasil perkalian nilai Debit aliran sungai dengan satuan L/s dan parameter kualitas air TSS dengan satuan mg/L.. Debit Sungai Buaran yang digunakan untuk menggambarkan hubungan kualitas dan kuantitas adalah debit pada periode ke dua pengukuran untuk setiap lokasi, karena proses pengambilan sample air dan pengukuran debit aliran sungai dilakukan pada hari yang sama.

Parameter kualitas air sungai TSS dikalikan tiga nilai dari debit aliran Sungai Buaran, yaitu debit maksimum, debit minimum, dan debit hasil pengukuran. Untuk nilai dari debit maksimum dan minimum didapatkan dari dataBPLHD Jakarta Timur. Perbandingan nilai dari masing masing debit sedimen untuk setiap lokasi pada Sungai Buaran dapat dilihat pada Gambar 5.

23

Gambar 5 Grafik perbandingan nilai debit sedimen TSS dan debit aliran Sungai Buaran.

Pada Gambar 5 dapat dilihat perbandingan kondisi debit sedimen untuk setiap lokasi dari hulu menuju ke hilir. Nilai debit sedimen mengalami kecenderungan turun dari lokasi 1 (hulu) menuju ke lokasi 3(hilir). Hal ini berbanding terbalik dengan nilai debit aliran sungai yang menuju ke arah hilir dimana nilainya semakin besar. Berdasarkan data tersbut didapatkan untuk parameter kualitas air TSS setiap debitnya mengalami penurunan atau semakin kecilnya nilai material dan zat yang tersuspensi atau mengendap di dasar aliransungai, dikarenakan material material zat yang memiliki ukuran yang lebih besar terbawa aliran sungai dan hanya sebagian kecil material yang dapat mengendap pada dasar sungai karena mempunyai volume yang lebih besar, hal ini juga dapat dipengaruhi oleh adanya sumber pencemar yang terdapat pada masing masing lokasi, semakin besar ukuran dan semakin sering intensitas pembuangan

(L/det) TSS (g/det)

24

limbah yang dilakukan oleh sumber pencemar untuk masing masing lokasi semakin besar juga nilai TSS yang terkandung dalam aliran sungai tersebut, Hal ini dapat diperparah dengan kecil nya aliran debit pada lokasi tersebut karena, debit aliran tidak mampu membawa zat atau sedimen yang memiliki volume yang lebih besar. Nilai TSS yang sangat besar sangat berbahaya untuk kondisi perairan, hal ini dapat mengganggu intensitas masuknya cahaya matahari ke perairan dan juga menyebabkan air bewarna keruh.

Untuk nilai debit parameter seperti TDS, BOD, dan COD dapat dilihat pada Gambar 6, 7, dan 8. Pada masih-masing debit parameter kualitas air didapatkan masing-masing perbandingan untuk setiap lokasi 1, 2, dan 3 dengan debit aliran sungai buaran pada kondisi debit maksimum, debit terukur dan debit minimum. Pada nilai TDS didapatkan perbandingan nilai yang dimana semakin besar debit aliran maka semakin besar juga nilai dari debit parameter kualitas air sungai TDS dimana untuk grafik 7 mengalami trend naik menuju lokasi 3, sedangkan untuk perbandingan nilai parameter kualitas air sungai BOD dan debit aliran sungai berbanding lurus dan untuk nilai yang terakhir yaitu debit parameter kualitas air sungai COD mengalami perbandingan berbanding terbalik dengan adebit aliran sungai nya semakin menuju lokasi 3 makan debit parameter kualitas air sungai COD semakin kecil.

Gambar 6 Grafik perbandingan debit parameter kualitas air TDS dan debit aliran

Q aliran sungai (L/det) Q TDS (g/det)

25

gambar 7 Grafik perbandingan debit parameter kualitas air BOD dan debit aliran.

Dokumen terkait