• Tidak ada hasil yang ditemukan

Resistensi biji sorg faktor. Menurut Pabbage ( faktor fisik dan kimia. Fakt biji, sedangkan faktor kimia tanin. Berbagai faktor fisik nilai-nilai yang berkaitan de

Parameter Resi

Parameter resistensi imago F1 R. dominica yang Kerentanan Dobie (IKD), da

Resistensi beberapa nilai Indeks Kerentanan D tersebut semakin resisten t sorgum tersebut semakin r dari lima varietas sorgum y resistensi berbeda nyata diba

Angka-angka dengan huruf yang 0.05)

Gambar 4 rata-rata nilai Ind Varietas CTY-33 m tertinggi dengan nilai IKD merupakan varietas yang pa Numbu merupakan varietas IKD 5.3982. Hal ini menunj paling rentan terhadap R. dom

Wonogiri, lokal Bandung, d

4.8 3.8142b

1 2 3 4 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

sorgum terhadap R. dominica dipengaruhi oleh ge (2005) faktor penyebab tersebut salah satun

aktor fisik yang diukur yaitu kekerasan biji da ia (metabolit sekunder) yaitu total fenol dan ka sik dan kimia dianalisis dan dilihat korelasiny dengan parameter resistensi.

esistensi Biji Sorgum terhadapR. dominica

nsi biji sorgum terhadap R. dominica terdiri at ang muncul, median waktu perkembangan, ni , dan susut bobot.

pa varietas sorgum dapat diketahui dengan m Dobie (IKD). Semakin rendah nilai IKD maka

terhadap R. dominica, semakin tinggi nilai I n rentan. Hasil pengujian resistensi menunjuk yang diuji, ada satu varietas sorgum memili dibandingkan empat varietas lain (Gambar 4).

ng sama tidak berbeda nyata satu sama lain (Uji Duncan

Indeks Kerentanan Dobie (IKD) lima varietas sor merupakan varietas yang memiliki tingkat D 3.8142. Hal ini menunjukan bahwa varieta g paling resisten terhadapR. dominica, sedangka

tas yang memiliki tingkat resistensi terendah de unjukan bahwa varietas Numbu merupakan var

. dominica. Tingkat resistensi dari varietas B- , dan Numbu tidak berbeda nyata, hal ini bera

5.3982a .8554a 5.1219a 5.1343a 6 eh beberapa satunya yaitu dan dimensi n kandungan sinya dengan atas jumlah n, nilai Indeks n menghitung aka sorgum i IKD maka ukan bahwa iliki tingkat . an pada p = s sorgum kat resistensi tas CTY-33 kan varietas dengan nilai varietas yang B-76, Lokal berarti tingkat

9

resistensi dari empat varietas tersebut tidak terjadi perbedaan yang signifikan, namun selisih nilai IKD menunjukan tingkatan resistensi dari varietas tersebut.

Jumlah populasi F1R. dominicaberkorelasi positif signifikan dengan nilai IKD, hal ini menunjukan semakin tinggi jumlah populasi F1 R. dominica yang muncul menyebabkan nilai IKD semakin tinggi. Median waktu perkembanganR. dominica berkorelasi negatif dengan nilai IKD, hal ini menunjukan bahwa semakin lama median waktu perkembanganR. dominica menyebabkan nilai IKD menjadi semakin rendah (Lampiran 10).

Hasil pengamatan median waktu perkembangan R. dominica menunjukan bahwa varietas Lokal Bandung memiliki median waktu perkembangan terlama dibandingkan varietas lainnya (Tabel 1).

Tabel 1 Rata-rata median waktu perkembangan R. dominica pada lima varietas sorgum

Varietas Median waktu perkembangan (hari)

Numbu 43.4bc

Lokal Bandung 45.9a

Lokal Wonogiri 43.7b

CTY-33 43.9b

B-76 43.0c

Angka-angka dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata satu sama lain (Uji Duncan pada p = 0.05)

Nilai median waktu perkembangan varietas Lokal Bandung yaitu 45.9 hari, kemudian tertinggi kedua yaitu CTY-33 dengan nilai 43.9, sedangkan varietas yang lain median waktu perkembangannya berkisar pada 43 hari (Tabel 1). Menurut Hagstrum (1996) median waktu perkembangan R. dominica pada suhu 25 °C–29 °C berkisar antara 39,5–56,4 hari. Median waktu perkembangan menunjukan kesesuaian antara serangga dengan inangnya, semakin lama median waktu perkembangan R. dominica maka varietas tersebut kurang sesuai untuk perkembangan R. dominica. Tingkat kekerasan biji diduga sebagai faktor yang berpengaruh terhadap perkembanganR. dominica.

Jumlah populasi F1 R. dominica pada varietas Numbu berbeda nyata dengan jumlah populasi pada B-76, lokal Wonogiri, dan CTY-33. Varietas Numbu memiliki jumlah populasi paling tinggi sedangkan varietas CTY-33 memiliki jumlah populasi paling rendah (Tabel 2). Menurut Sunajaya dan Widayanti (2006) rata-rata jumlah telur yang diletakan pada suhu 25 °C berkisar 244-288 butir.

Jumlah populasi F1 R. dominica pada varietas CTY-33 sangat jauh sekali dari rata-rata jumlah F1R. dominicayang muncul pada kisaran suhu antara 25 °C- 29 °C (Tabel 2). Hal ini disebabkan varietas CTY-33 memilki tingkat kekerasan tertinggi.

Varietas Jumlah F1 yang muncul (individu)

Numbu 276.10a

Lokal Bandung 238.50ab

Lokal Wonogiri 188.0cc CTY-33 67.30d B-76 205.90bc 10 60 110 160 210 260 10 20 30 40 50 Jum la h im ag o R . dom ini ca (i ndi v idu)

Hari setelah 42 hari inkubasi

Numbu Lokal Bandung Lokal Wonogiri CTY-33 B-76

Varietas Susut bobot (%) Numbu 4.4175a Lokal Bandung 2.1218c Lokal Wonogiri 3.3367b CTY-33 1.0649d B-76 2.9365b y = 0.007x + 1.397 R² = 0.340 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 100 200 300 400 500 600 700 S us ut bobot ( % )

12

Kekerasan biji dari yang terendah sampai tertinggi yaitu varietas B-76, Lokal Wonogiri, Numbu, Lokal Bandung, dan CTY-33. Tingkat kekerasan biji memengaruhi daya gerek serangga. Dimensi biji (panjang, lebar dan tebal) menunjukan seberapa besar ukuran biji sorgum. Dimensi biji dari yang terkecil sampai terbesar yaitu B-76, Lokal Wonogori, Numbu, CTY-33, dan Lokal Bandung. Dimensi biji menunjukan kesesuaian ukuran biji sorgum untuk pertumbuhan serangga dan menentukan pengaruhnya terhadap populasi R dominica(Toews 1995).

Tabel 4 Karakteristik fisik lima varietas sorgum Varietas Kekerasan biji

(kg) Panjang biji (mm) Lebar biji (mm) Tebal biji (mm) Numbu 7.17b 4.11b 3.55bc 2.31bc Lokal

Bandung 9.06a 4.64a 4.04a 2.62a

Lokal

Wonogiri 6.03c 3.63c 3.46c 1.89d

CTY-33 9.26a 4.18b 3.74b 2.37b

B-76 2.72d 3.62c 3.44c 2.15c

Angka-angka pada kolom dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata satu sama lain (Uji Duncan pada p = 0.05)

Berdasarkan data pada Tabel 4, semua varietas sorgum yang diuji memiliki dimensi lebih dari 3 mm. Menurut Kalshoven (1981) imagoR. dominica

berukuruan 1.5-3 mm, maka semua varietas sorgum cocok untuk pertumbuhan R. dominica. Ukuran biji sangat penting untuk R. dominica, sebab perkembangan sebelum menjadi imago berada di dalam biji, menurut Hagstrum dan Flinn (1990)

R. dominica seluruhnya berada di dalam biji, bahkan imago R. dominica

cenderung selalu berada di dalam biji.

Tabel 5 Karakteristik kimia lima varietas sorgum

Varietas Kadar tanin (%) Kadar fenol (mg/1000g)

Numbu 4.79 268.90

Lokal Bandung 5.09 278.02

Lokal Wonogiri 6.59 949.04

CTY-33 5.39 480.31

B-76 4.86 342.58

Angka-angka dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata satu sama lain (Uji Duncan pada p = 0.05)

Berdasarkan Tabel 5, kadar tanin dari lima varietas berturut-turut dari nilai terkecil, Numbu, B-76, Lokal Bandung, CTY-33 dan Lokal Wonogiri. Kadar fenol berturut-turut dari terkecil yaitu Numbu, Lokal Bandung, B-76, CTY-33, dan Lokal Wonogiri. Kandungan tanin terakumulasi dalam lapisan luar biji

13

sorgum (testa), kandungan tanin yang tinggi dapat terlihat pada permukaan biji sorgum, pada biji yang memiliki kandungan tanin tinggi umumnya berwarna merah atau kecoklatan. Umumnya kadar fenol tinggi terdapat kandungan tanin yang tinggi (Sujatmiko 2010).

Korelasi Parameter Resistensi dengan Faktor-faktor yang Memengaruhi

Hubungan antara karakteristik kimia dan fisik biji sorgum dengan parameter resistensi terhadap R. dominica diuji menggunakan korelasi pearson. Hasil uji korelasi (Tabel 6), menunjukan tingkat kekerasan diduga sebagai faktor resisten pada biji sorgum.

Kadar tanin dan fenol menunjukan korelasi negatif lemah dengan jumlah populasi F1 R. dominica dan nilai IKD, hal ini menunjukan bahwa peningkatan kadar tanin dan total fenol menyebabkan penurunan jumlah populasi serangga F1 dan nilai IKD yang tidak signifikan. Kekerasan biji berkorelasi positif signifikan dengan median waktu perkembangan, semakin tinggi tingkat kekerasan maka median waktu perkembangan semakin lama. Hal ini diduga karena biji dengan kekerasan tinggi dapat menghambat perkembangan R. dominica. Menurut Suryatmin (1990) R. dominica lebih menyukai makanan yang lunak atau tingkat kekerasan rendah. Oleh karena itu, perkembangan R. dominica menjadi terhambat. Sedangkan kekerasan biji berkorelasi negatif terhadap jumlah F1, nilai IKD, dan susut bobot. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan kekerasan biji menyebabkan penurunan jumlah populasi F1, susut bobot, dan nilai IKD.

Tabel 6 Hasil uji korelasi parameter-parameter daya resistensi dengan kadar tanin, kadar fenol, dan kekerasan biji

Parameter resistensi Kadar tannin Kadar fenol Kekerasan biji

Lebar biji Panjang biji Tebal biji Jumlah F1 -0.159 -0.167 -0.053 0.083 -0.008 0.190 Median waktu perkembangan -0.007 -0.104 0.262 0.336* 0.289* 0.297* Indeks Kerentanan Dobie -0.050 -0.024 -0.219 -0.172 -0.210 0.098 % susut bobot -0.035 0.012 -0.215 -0.405* -0.363* -0.278* *korelasi signifikan (p≤ 0.05)

Persentasi susut bobot berkorelasi negatif sangat signifikan dengan dimensi biji, pada biji berukuran besar tingkat susut bobot lebih rendah di banding biji berukuran kecil, seharusnya biji berukuran besar tingkat susut bobot lebih tinggi karena memiliki kelebihan dalam penyediaan makanan, ruang untuk tumbuh, dan luas areal untuk peletakan telur (Rohayati 1992), hal ini menunjukan bahwa dimensi biji tidak berpengaruh terhadap susut bobot.

Biji hanya menentukan kecocokan sebagai media untuk perkembangan R. dominica. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, semua ukuran biji cocok untuk perkembangan R. dominica, namun pada biji berukuran besar bersamaan dengan

14

tingkat kekerasan yang tinggi, jadi seolah-olah ukuran biji berpengaruh terhadap susut bobot, padahal yang berpengaruh terhadap persentasi susut bobot yaitu jumlah F1 R. dominica, populasi R. dominica F1 yang muncul setiap varietas berbeda-beda disebabkan oleh kekerasan biji. Begitu pula dengan median waktu perkembangan R. dominica, waktu perkembangan semakin lama dengan bertambahnya ukuran biji padahal waktu perkembangan semakin lama disebabkan karena tingkat kekerasan.

Pertumbuhan R. dominica pada sorgum tidak optimal karena lingkungan kurang mendukung yaitu suhu dan kelembaban. Menurut Kalshoven (1981) R. dominica berkembang optimum pada suhu tinggi dan kelembaban rendah, R. dominica optimum berkembang pada suhu 34 °C dan kelembaban rendah. Menurut Edde (2012) R. dominica berkembang optimum pada kelembaban di bawah 30%, sedangkan di tempat pengujian suhu rata-rata 25.4-29.1 °C dan kelembaban relative 50-67 %.

Selain itu, faktor suhu menyebabkan total telur R. dominicayang diletakan berkurang, pada keadaan optimum total telur imago R. dominica mencapai 573 sedangkan pada suhu 26 °C hanya 255 dan pada suhu 29 °C hanya 288. Tingkat kematian siklus hidup R. dominica mencapai 26%. Jumlah telur memengaruhi jumlah F1 yang muncul, menurut (Park et al. 2008) jumlah imago pada suhu 32 °C berbeda nyata dengan jumlah imago pada suhu 27 °C.

15

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Tingkat resistensi lima varietas sorgum dari tertinggi sampai terendah yaitu CTY-33, Lokal Bandung, Lokal Wonogiri, B-76, dan Numbu. Varietas CTY-33 merupakan varietas yang paling resisten. Faktor yang memengaruhi tingkat resistensi pada biji sorgum terhadap R. dominica adalah faktor fisik yaitu kekerasan biji sorgum. Kekerasan berpengaruh terhadap jumlah F1 yang muncul dan median waktu perkembangan. Semakin tinggi tingkat kekerasan biji sorgum populasi R. dominicaanakan F1 yang muncul semakin sedikit dan semakin lama waktu perkembangan R. dominica dan berpengaruh terhadap nilai Indeks Kerentanan Dobie (IKD) sebagai indikator resistensi biji sorgum.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menambah jumlah senyawa metabolit sekunder lainnya selain yang diuji. Selain itu, perlu ditambah jumlah varietas yang diuji sehingga lebih mudah diaplikasikan oleh petani untuk memilih varietas mana yang tepat untuk dibudidayakan dengan tingkat susut bobot dalam penyimpanan rendah.

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

KAJIAN RESISTENSI LIMA VARIETAS SORGUM

Dokumen terkait