• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Hasil

Parameter Fisika dan Kimia Perairan

Parameter fisika dan kimia air yang diukur pada saat pengamatan di Sungai Batang Gadis meliputi suhu, kecerahan, kedalaman, lebar sungai, kekeruhan, kecepatan arus dan DO. Rata-rata hasil pengukuran parameter fisika dan kimia perairan Sungai Batang Gadis dapat dilihat pada Tabel 3.Hasil penelitian parameter fisika dan kimia perairan memiliki nilai bervariasi dan hasil pengukuran parameter fisika kimia secara lengkap terdapat pada Lampiran 7. Tabel 3. Rata-rata hasil Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia

Parameter Satuan Baku mutu kelas- Stasiun

I II III IV I II III

Suhu oC Dev 3 Dev 3 Dev 3 Dev 5 21 25,6 24,33

Kecerahan cm - - - - 40 45 50

Kekeruhan NTU - - - - 2,47 4,53 1,51

Kecepatan Arus m/detik - - - - 1,9 0,23 0,54

Kedalaman m - - - - 0,2-1 0,5-2,5 0,4-1,2

Lebar sungai m - - - - 45 60 55

pH - 6 – 9 6 – 9 6 – 9 5 – 9 6,87 6 6,83

DO mg/l 6 4 3 0 5,44 3,94 3,97

*Berdasarkan PP No.82 tahun 2001

KandunganMerkuri dalam Air dan Daging Ikan

Hasil pengukuran kandungan logam berat merkuri dalam air dan daging ikan cencen dapat dilihat pada Tabel 4. Kandungan logam merkuri baik pada daging ikan dan air secara keseluruhan di Sungai Batang Gadis stasiun 1 sampai stasiun 3 yaitu 0,00043 – 0,00015 mg/l untuk air dan 0,01097 – 0,00218 mg/l untuk daging ikannya.

29

Tabel 4. Kandungan Merkuri dalam Air dan Daging Ikan Cencen Stasiun Kandungan Merkuri Baku Mutu

1 0,00043 PP. No. 82 tahun 2001(0,001 mg/l)

Air 2 0,00025

3 0,00015

1 0,01097 Direktorat Jenderal Pengawasan obat dan Makanan (POM) No. 03725/SK/VII/89 (0,5 mg/l)

Ikan 2 0,00322

3 0,00218

Faktor Biokonsetrasi

Faktor biokonsentrasi (BFK) dapat mengukur kemampuan suatu biota atau organisme air dalam mengakumulasi bahan pencemar yang berada di sekitar lingkungan biota.Faktor biokonsentrasi (BFK) tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 25,51 dan terendah pada stasiun 2 yaitu 12,88.

Faktor biokonsentrasi (FBK) dilanjutkan dengan mengklasifikasikan kedalam kategori tingkat akumulasi berdasarkan Van Esch (1977)terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5. Ikan Cencen serta Tingkat Akumulasinya

Stasiun Faktor biokonsentrasi (FBK) Tingkat Akumulasi

1 25,51 AkumulasiRendah

2 12,88 AkumulasiRendah

3 14,53 AkumulasiRendah

Kondisi Histologi Insang Ikan Cencen (Mystacoleucus marginatus)

Perubahan jaringan insang dapat dijadikan sebagai indikator tingkat pencemaran di lingkungan mulai terjadinya pencemaran ringan sampai tingkat berat.Data gambaran kerusakan insang ikan diperoleh dari pengamatan langsung terhadap jaringan insang ikan dengan menggunakan mikroskop perbesaran 40x10, dapat dilihat pada Tabel 6.

30

Tabel 6. Tingkat kerusakan jaringan insang Stasiun Kerusakan yang

terjadi

Tingkat kerusakan

Keterangan

1 Edema ++ - Adanya pembengkakan

sel akibat penimbunan cairan

- Eritrosit terlihat pecah Hiperplasia ++ - Penambahan jumlah sel

pada lamela primer - Penyempitan pembuluh

darah

Fusi lamella ++ - Lamela sekunder saling menempel

Mineralisasi + - Terdapat bintik hitam

2 Edema + - Adanya pembengkakan

sel akibat penimbunan cairan

- Eritrosit terlihat pecah 3 Mineralisasi + - Terdapat bintik hitam Keterangan :

(-) = Tidak ada kerusakan sama sekali (normal) (+) = Terjadi kerusakan kurang dari 30% (ringan) (++) = Terjadi kerusakan 30%−70% (sedang)

(+++) = Terjadi kerusakan lebih dari 70% (berat) (Pantung dkk.,,2008).

Hasil pengamatan histologi terhadap organ insang pada ikan cencen terlihat adanya kelainan atau perubahan pada organ tersebut. Perubahantersebut antara lain adalah adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada organ insang ikan cencen di Sungai Batang Gadis yakni mengalami edema, fusi lamella, mineralisasi dan nekrosis seperti yang tertera pada Gambar 8 (Stasiun 1), Gambar 9 (stasiun 2) dan Gambar 10 (stasiun 3).

31

Gambar 8. Potongan histologi insang ikan cencen di stasiun 1 perbesaran 10x40.Pewarnaan: Hematoxilin-Eosin. A. Edema B. Hiperplasia C.Fusi Lamella sekunder. D. Mineralisasi.

Gambar 9. Potongan histologi insang ikan cencen di stasiun 2 perbesaran 10x40.Pewarnaan: Hematoxilin-Eosin. A. Edema lamella sekunder. B.Kondisi lamella sekunder yang normal. C. Lamella primer bengkok. D. Akumulasi logam merkuri.

A B C D C D B A

32

Gambar 10.Potongan histologi insang ikan cencen di stasiun 3 perbesaran 10x40. Pewarnaan: Hematoxilin-Eosin.A.Lamella sekunder normal, B. Lamella primer normal. C. Akumulasi logam merkuri D. Mineralisasi.

Pembahasan

Parameter Fisika dan Kimia Perairan

Hasil rata-rata pengukuran pada setiap stasiun menunjukkan hasil yang berbeda, suhu tertinggi terdapat di stasiun 2 yaitu 25,16 ˚C, suhu terendah pada

hasil pengukuran terdapat pada stasiun 1 yaitu 21 ˚C, sedangkan suhu yang

terdapat pada stasiun 3 yaitu 24,33 ˚C, masih dalam kategori normal untuk kehidupan ikan cencen yaitu 25,16 C dan 24,33C. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kottelat dkk., (1993) bahwa ikan cencen memiliki sifat biologis yang membutuhkan banyak oksigen dan hidup di perairan dengan suhu tropis 22– 28 C. Pada stasiun 1 memiliki suhu 21 C berada pada bagian hulu perairan sehingga ikan cencen sulit untuk ditemukan pada stasiun penelitian.

A

B C

33

Hasil pengukuran pH air tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 6,87 dan pH air terendah terdapat pada stasiun 2 yaitu 6, sedangkan pH yang terdapat pada stasiun 3 yaitu 6,83. Sungai Batang Gadis memiliki pH yang memungkinkan untuk ikan dapat hidup meskipun terdapat kegiatan aktivitas galundung di sekitar perairan. BerdasarkanKEP/Nomor:202/MENLH/2004mengenai baku mutu air limbah bagi usaha dan atau kegiatan pertambangan bijih emas dan atau tembaga menunjukkan kisaran pH antara 6 – 9. Kisaran pH air dari hasil pengukuran di Sungai Batang Gadis masih dapat ditolerir oleh biota perairan terutama ikan cencen.

Hasil pengukuran DO menunjukkan nilai tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 5,44 mg/l ini terjadi karena di stasiun tersebut terdapat gerakan arus yang deras yaitu 1,90 m/detik. Menurut Silalahi (2010) DO dapat dipengaruhi oleh gerakan air yang dapat meningkatkan difusi oksigen dari udara kedalam air. Kandungan DO terendah terdapat pada stasiun 2 dan 3 yaitu 3,94 mg/l dan 3,97 mg/l.Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 batas oksigen terlarut minimal yang diijinkan agar dapat memenuhi kriteria mutu air kelas IIdan III adalah 5 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan oksigen terlarut Sungai Batang Gadis tidak memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan.

Hasil pengukuran kekeruhan tertinggi terdapat pada stasiun 2 berkisar 4,53 NTU, sedangkan kekeruhan terendah terdapat pada stasiun 3 berkisar 1,51 NTU.Faktor yang mempengaruhi tingginya kekeruhan distasiun 2 dapat disebabkan tingginya curah hujan pada waktu pengambilan sampel.Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya erosi. Menurut Dewi (2012) erosi

34

tempat yang terangkut oleh air atau angin ke tempat lain. Tanah yang tererosi diangkut oleh aliran permukaan akan diendapkan di tempat-tempat aliran air melambat seperti sungai, saluran-saluran irigasi, waduk, danau atau muara sungai. Hasil pengukuran kecerahan di Sungai Batang Gadis berkisar antara 40– 50 cm. Nilai kecerahan tertinggi terdapat pada stasiun 3 yaitu 50 cm dan kecerahan terendah terdapat pada stasiun 1 dan 2 yaitu 40 dan 45 cm. Sungai Batang Gadis termasuk pada tingkat kecerahan yang masih baik untuk kehidupan biota ikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tarigan dan Edward (2003) nilai kecerahan rata-rata yang relatif masih normal, dan masih sesuai untuk kepentingan perikanan yakni >3 m.

Hasil pengukuran kecepatan arus tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 1,90 m/detik, hal tersebut disebabkan oleh kondisi sungai yang dangkal dimana kedalaman dan lebar sungai pada stasiun 1 yaitu 0,2 – 1 dan 40 m. Kecepatan arus terendah terdapat pada stasiun 2 yaitu 0,23 m/detik , kedalaman dan lebar sungai 0,5 – 2,5 dan 60 m. Harimurthy (2001) menyatakan bahwa kecepatan arus dipengaruhi oleh kedalaman dan lebar sungai, arus akan semakin cepat bila perairan makin sempit dan dangkal.

Kecepatan arus juga dapat mempengaruhi tekstur sedimen dimana pada arus yang kencang lebih didominasi oleh partikel yang kasar seperti pasir, sedangkan untuk arus yang lambat didominasi oleh partikel lumpur yang lebih halus.Hal ini sesuai dengan pernyataan Purnawan dkk., (2012) bahwa kecepatan arus mempengaruhi distribusi sebaran sedimen, dimana butiran sedimen yang lebih besar ditemukan pada daerah yang memiliki kecepatan arus yang lebih tinggi. Selain itu, kecepatan arus juga dapat mempengaruhi organisme yang hidup

35

didalamnya, biota yang hidup pada arus yang kuat akan berbeda dengan biota yang hidup pada arus yang lambat.

Kandungan Merkuri (Hg) dalam Air dan Ikan

Hasil pengukuran logam merkuri pada air yang tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 0,00043 mg/l dan yang terendah terdapat pada stasiun 3 yaitu 0,00015 mg/l. Kandungan logam merkuri pada stasiun 2 yaitu 0,00025. Jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas 2 dan 3 yaitu untuk kegiatan pembudidayaan ikan air tawar (PP No. 82 Tahun 2001) yang bernilai 0,001 mg/l, menunjukkan bahwa kandungan merkuri di Sungai Batang Gadis masih berada dibawah ambang batas baku mutu tersebut atau masih tergolong baik untuk kehidupan ikan cencen.

Tingginya konsentrasi logam merkuri pada stasiun 1 diduga adanya 4 titik lokasi kegiatan galundung yang terdapat di tepi sungai yang menggunakan mesin dan ada 2 titik kegiatan galundung yang menggunakan arus sungai untuk memutar galundung sehingga limbah yang dihasilkan dalam pemutaran galundung langsung masuk ke sungai. Stasiun 1 merupakan daerah lubuk larangan.Lubuk larangan ini hanya membatasi aktivitas penangkapan ikan-ikan, tetapi pada daerah tersebut tidak ada larangan untuk melakukan kegiatan pertambangan emas, pasir dan kegiatan rumah tangga.

Hasil pengukuran logam merkuri pada daging ikan yang tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 0,01097 mg/l dan yang terendah terdapat pada stasiun 3 0,00218 mg/l. Pada stasiun 2 kandungan logam merkuri yaitu 0,00322 mg/l. Jika dibandingkan dengan baku mutu Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan

36

Makanan (POM) No. 03725/SK/VII/89 sebesar 0,5 mg/l masih berada dibawah ambang batas baku mutu tersebut atau masih tergolong baik untuk dikonsumsi.

Kandungan logam merkuri di dalam daging ikan selama penelitian, nilainya jauh lebih besar jika dibandingkan dengan yang terdapat pada kolom perairan. Hal ini diduga karena adanya proses akumulasi logam berat. Hal ini sesuaI dengan Rai dkk., (1981) biota air yang hidup dalam perairan tercemar logam berat, dapat mengakumulasi logam berat tersebut dalam jaringan tubuhnya. Makin tinggi kandungan logam dalam perairan akan semakin tinggi pula kandungan logam berat yang terakumulasi dalam tubuh hewan.

Faktor Biokonsentrasi

Hasil perhitungan faktor biokonsentrasi tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu 25,51 dan yang terendah terdapat pada stasiun 2 yaitu 12,88, sedangkan stasiun 3 faktor biokonsentrasinya yaitu 14,53. Penentuan faktor biokonsentrasi (BFK) merkuri dalam tubuh ikan terhadap air dilakukan untuk mengetahui kemampuan ikan mengakumulasimerkuri dalam tubuhnya. Menurut Van Esch (1977) BCF < 100 menunjukkan daya akumulasi ikan terhadap air rendah. Menurut Syaputra dkk., (2011) rendahnya konsentrasi logam pada air, bukan berarti logam tersebut tidak berdampak negatif terhadap perairan lebih disebabkan kemampuan perairan tersebut cukup tinggi untuk mengencerkan bahan pencemaran. Sehingga logam berat yang terakumulasi pada ikan masih aman untuk dikonsumsi.

Kandungan merkuri di dalam air memberikan pengaruh terhadap akumulasi pada organ tubuh ikan cencen. Menurut pernyataan Sumah dan Aunurohim (2013) logam berat di air menimbulkan terjadinya proses akumulasi di

37

tubuh organisme seperti terjadinya akumulasi pada daging ikan. Akumulasi biologis dapat terjadi melalui absorbsi langsung terhadap logam berat yang ada di dalam air.

Kondisi Histologi Insang Ikan Cencen (Mystacoleucus marginatus)

Hasil pengamatan histologi jaringan insang pada Gambar 8, 9 dan 10 tersebut dapat dilihat bahwa hampir semua insang ikan cencen yang diambil dari perairan Sungai Batang Gadis padasetiap stasiun memperlihatkan terjadinya gejala kerusakan.Pada stasiun 1 terjadi kerusakan dengan adanya edema, fusi lamella dengan 30 – 70 % luasan pandang dan mineralisasi, stasiun 2 terjadi kerusakan berupa edema, sedangkan pada stasiun 3 terjadi kerusakan berupa mineralisasi. Hal ini disebabkan insang merupakanorgan pertama tempat penyaringan air yang masuk ke dalam tubuh biota ikan dan jika suatu perairan mengandung logam berat akan memberikandampak pada jaringan organ insang tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapatDarmono (2001) bahwa insang sangat peka terhadap pengaruh toksisitas logamberat. Dengan terakumulasinya bahan pencemar (logam berat) pada insang ikan akan memberikan gangguan pada fungsi normal.

Pengaruh merkuri pada stasiun 1 mengakibatkan kerusakan berupa edema, hiperplasia, fusi lamella dan mineralisasi. Pada konsentrasi ini ditemukan kerusakan struktur mikroanatomi insang yang lebih banyak dari stasiun 2 dan 3. Menurut Robert (2001) edema pada lamella dapat diakibatkan karena terpaparnya limbah bahan-bahan kimia diantaranya logam berat. Pada gambar juga terlihat lamella primer membesar dan menghimpit lamella sekunder, apabila hal ini terjadi

38

Hiperplasia dan edema yang berlebih pada stasiun 1 menyebabkan fusi lamela. Fusi lamela adalah penempelan 2 bagian lamela sekunder. Selain itu fusi lamela juga diakibatkan oleh adanya lendir yang berlebih pada insang sehingga akan menutup lamela sekunder. Menurut Sukarni dkk., (2012) lendir yang berlebih ini merupakan salah satu respon kelenjar mukus untuk melindungi insang dari merkuri, namun apabila lendir yang dihasilkan berlebihan tentu akan bersifat negatif sehingga pengambilan oksigen dari air akan terhambat.

Mineralisasi yang terdapat pada insang ikan insang secara histologi pada stasiun 1 dan 3 terlihatdari adanya bintik hitam, merupakan indikasi adanya suatu bahan pencemar yangmasuk ke dalam insang ikan melalui media air. Bahan pencemar yang masukdalam insang ikan diduga berasal dari kandungan logam berat.Berdasarkan pernyataan Hidayah dkk., (2012) logam berat larut dalam air (bentuk ion) sehingga semakin mudah masuk ke dalam tubuh hewan termasuk biota ikan, baik melalui insang, bahkan makanan ataupun difusi.

39

Dokumen terkait