• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat fisik-Kimia dan Sifat Listrik Madu

Jumlah sampel madu yang digunakan berasal dari peternak madu dan madu komersil yang dijual di pasaran. Sampel madu yang diambil dari peternakan madu yang berada di daerah Bantar Kambing, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, sedangkan madu komersil adalah madu yang didapatkan dari beberapa toko jamu yang dipilih secara acak. Hasil pengukuran sifat fisik-kimia madu yang dijadikan sampel menggunakan beberapa metode analisa. Metode analisa yang digunakan ialah analisa proksimat untuk kadar air dan abu. Selain itu juga digunakan pengujian kadar sukrosa dan gula pereduksi pada setiap sampel madu. Berikut tabel analis Sifat Fisik-Kimia dari sampel madu keseluruhan.

Berdasarkan data pada Tabel 2, kandungan sifat fisik-kimia seluruh sampel madu bervariasi bergantung pada jenis lebah, sumber tanaman, musim dan metode produksi.14 Secara umum kadar air seluruh sampel madu memiliki kadar sampel yang sesuai dengan syarat mutu madu Badan Standar Nasional. Menurut BSN5, kadar air pada madu maksimal 22% b/b. Hal ini menunjukkan kadar air dalam sampel madu kaliandra dan madu merk Y melebihi syarat mutu kadar air madu yakni 23.26 % b/b dan 22.96 % b/b. Sampel madu merk X, Y, dan Z merupakan sampel madu komersil (dijual di pasaran), sedangkan sampel madu rambutan, kapuk, dan kaliandra merupakan sampel madu murni yang diambil dari peternakan lebah.

Tabel 2 Hasil Analisis Sifat Fisik-Kimia Madu

Jenis dan Sampel madu Kadar Air (%b/b) Kadar Abu (%b/b) Kadar sukrosa (%b/b) Kadar gula pereduksi (%b/b) Kadar Lainya (%) Murni Rambutan 21.31 0.13 0.00 65.84 12.72 Kapuk 21.65 0.29 0.00 59.49 18.57 Kaliandra 23.26 0.35 1.65 68.04 6.70 Komersil X 20.38 0.19 0.00 59.92 19.51 Y 22.96 0.02 4.00 59.17 13.85 Z 21.64 0.06 4.90 49.91 23.49

Analisis kadar abu dalam sampel madu disyaratkan SNI maksimal sebesar 0.5% b/b. Kadar abu secara keseluruhan dari sampel uji madu memiliki kadar abu yang sesuai dengan syarat mutu SNI.

Sampel madu juga dilakukan analisa uji kadar sukrosa dan gula pereduksi. Data di atas juga menunjukkan sampel uji madu yang memiliki kadar sukrosa tertinggi ialah sampel madu Z. Sedangkan sampel uji madu yang tidak memiliki kadar sukrosa ialah sampel madu rambutan, madu kapuk, dan madu bermerk X. Menurut BSN5, syarat mutu madu memiliki kadar sukrosa maksimal 5% b/b. Hal

9

ini menunjukkan bahwa secara umum sampel uji madu telah memenuhi syarat mutu madu untuk sukrosa dengan nilai maksinal 5% b/b.

Kadar gula pereduksi merupakan salah satu parameter yang menjadi syarat mutu dari suatu madu. Berdasarkan syarat mutu baku, kadar gula pereduksi madu memiliki nilai minimal 65% b/b. Secara umum sampel madu penelitian memiliki kadar gula pereduksi di bawah syarat mutu BSN. Hal ini terlihat dari kadar gula pereduksi pada madu Kapuk, madu merk X, madu merk Y, dan madu bermerk Z yang memiliki kadar gula pereduksi < 65% b/b, hanya madu Rambutan dan Kaliandra yang memiliki kadar gula pereduksi > 65% b/b. Sedangkan untuk tahap pembuatan plat, dua buah plat kapasitor dibuat menggunakan papan PCB dengan ukuran 5 cm x 4 cm, dan jarak kedua plat 1 cm. Pada keadaan kosong (medium udara) memiliki nilai kapasitansi sebesar 2.4 x10-11 F, sehingga permitivitas medium udara yang terukur memiliki nilai sebesar 1.2 x10-10 C2/N m2 . Nilai konduktansi dalam keadaan kosong sebesar 3.0 x10-5 S, nilai impedansinya sebesar 6 628.8 Ω , dan nilai resistansinya sebesar 32 819 Ω yang ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Sifat Listrik Madu pada Frekuensi 981.5 kHz

Sampel Madu

Impedansi

(Ω) Kapasitansi (μF) Resistansi (Ω) Konduktansi (S)

Rambutan 1 816.7 8.8 x10-5 10 246.0 9.8 x10-5 Kapuk 1 482.5 10.5 x10-5 5 324.8 18.8 x10-5 Kaliandra X Y Z 1 420.7 1 638.4 1 892.1 1 554.7 9.0 x10-5 10.1 x10-5 8.5 x10-5 11.0 x10-5 2 314.6 7 563.1 20 305.0 4 763.1 43.2 x10-5 10.0 x10-5 4.9 x10-5 21.0 x10-5 Tabel 3 memperlihatkan sifat listrik yang berbeda antara enam sampel madu murni dan madu komersil yang digunakan pada pengukuran menggunakan LCR meter. Nilai konduktansi terbesar ditunjukkan oleh sampel madu Kaliandra, dan kondutansi terkecil ditunjukkan oleh sampel madu Y. Nilai konduktansi pada madu sebanding dengan kandungan kadar abu pada sampel madu, jika kadar abu tinggi maka nilai konduktansi pada madu juga tinggi. Hal ini disebabkan karena daya hantar listrik ditentukan oleh ion-ion yang ada dalam larutan. Berkaitan dengan jumlah ion tersebut, maka kadar abu menunjukkan jumlah ion anorganik.15

Sifat Listrik Bahan Penambah

Bahan penambah yang digunakan dalam penelitian ini adalah air, larutan gula pasir, dan larutan gula merah. Bahan yang digunakan dipilih karena pencampuran dengan madu secara penglihatan biasa tidak memiliki perbedaan dengan madu murni.

Tabel 4 menunjukkan fenomena yang sama dengan Tabel 3. Setiap bahan memiliki karakteristik listrik yang berbeda. Pada Tabel 4, diketahui bahwa larutan gula merah memiliki nilai kapasitansi yang paling besar dibanding dengan dua bahan lainnya. Namun, bahan yang memiliki nilai konduktansi yang paling besar

10

ialah larutan gula merah. Hal tersebut disebabkan karena larutan gula merah memiliki kandungan kadar abu yang tinggi dibanding dengan larutan gula pasir.15

Bahan penambah air memiliki kandungan Total Dissolve Solid (TDS) yang sebanding dengan besarnya ion-ion garam yang terlarut di dalamnya. Semakin besar ion-ion garam yang terlarut di dalam air, akan semakin besar pula nilai daya hantar listriknya.16

Tabel 4 Sifat Listrik Bahan Penambah Frekuensi 981.5 kHz

Bahan Penambah

Impedansi

(Ω) Kapasitansi (μF) Resistansi (Ω) Konduktansi (S)

Air 386.0 1.4 x10-4 408.0 2.5 x10-3 Larutan Gula Merah 29.0 33.6 x10-4 37.0 27.6 x10-3

Larutan Gula Pasir 483.0 1.3 x10-4 526.5 1.9 x10-3 Berdasarkan Persamaan (2) yang terdapat pada halaman 4, konduktansi berbanding terbalik terhadap resistansi, sehingga resistansi pada larutan gula merah memiliki nilai yang paling kecil dibanding air dan larutan gula pasir.

Sifat Listrik Madu dengan Penambahan Air, Larutan Gula Merah, dan Larutan Gula Pasir

Sifat listrik pada madu murni yang telah ditambahkan dengan zat penambah air, larutan gula merah, dan larutan gula pasir diukur pada frekuensi 50 Hz – 5 MHz. Berdasarkan data yang diperoleh maka dipilih frekuensi 981.5 kHz untuk mewakili hasil pengukuran sifat listrik madu murni yang ditambahkan dengan zat penambah. Pada frekuensi 981.5 kHz dapat membedakan antara masing-masing penambahan air, larutan gula merah, dan larutan gula pasir dengan variasi konsentrasi yang berbeda-beda serta memiliki pola hubungan antara penambahan dengan sifat listriknya.

Konduktansi

Konduktansi adalah kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan listrik, konduktansi dipengaruhi oleh konsentrasi ion dan mobilitas ion yang dapat menghantarkan listrik pada bahan. Semakin banyak ion dan tingkat mobilitas ion yang tinggi akan memperbesar nilai konduktansinya.17

Berikut grafik hubungan antara kapasitansi dengan konsentrasi bahan penambah pada sampel madu kapuk yang ditunjukkan pada Gambar 2.

11

Gambar 2 Hubungan konduktansi dengan konsentrasi bahan penambah pada sampel madu kapuk

Sampel madu kapuk memiliki nilai konduktansi yang meningkat seiring dengan penambahan bahan penambah, peningkatan ini menunjukkan kemampuan sampel madu semakin baik untuk menghantarkan arus listrik. Bahan penambah yang digunakan seperti larutan gula merah dan larutan gula pasir memiliki kandungan kadar abu yang cukup tinggi. Kadar abu yang tinggi akan mempengaruhi nilai konduktansi, sehingga semakin tinggi kandungan kadar abu dalam sebuah sampel, semakin besar nilai konduktansi yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena kemampuan daya hantar listrik ditentukan oleh ion-ion anorganik yang ada dalam sampel tersebut, sehingga kandungan kadar abu merepresentasikan jumlah ion anorganik dalam sampel.15

Keterkaitan ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara penambahan konsentrasi bahan penambah dengan nilai konduktansi pada madu kapuk. Selain itu bahan penambah larutan gula merah memiliki kandungan kadar abu lebih besar dibandingkan dengan larutan gula pasir, ini terlihat dari nilai konduktansi larutan gula merah yang lebih tinggi dibanding dengan larutan gula pasir yang ditunjukkan pada Gambar 3.

0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 10 20 30 40 50 60 70 80 90 K o n d u kt an si ( S ) Konsentrasi (%) Air

Larutan Gula Merah Larutan Gula Pasir Bahan Aditif

12

Gambar 3 Hubungan konduktansi dengan konsentrasi bahan penambah air dan larutan gula pasir pada sampel madu kapuk

Gambar 3 memperlihatkan nilai konduktansi madu kapuk yang ditambahkan larutan gula pasir dan air. Gambar 2 tidak memperlihatkan adanya perbedaan nilai konduktansi terhadap variasi konsentrasi bahan penambah air dan larutan gula pasir. Sampel madu lain yang diujikan nilai konduktansinya ialah madu rambutan. Hubungan antara konduktansi dengan konsentrasi bahan penambah pada sampel madu rambutan yang ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4 Hubungan konduktansi dengan konsentrasi bahan penambah pada sampel madu rambutan

0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006 0.007 0.008 0.009 10 20 30 40 50 60 70 80 90 K o nd uk ta ns i (S ) Konsentrasi (%) Air

Larutan Gula Pasir Bahan Aditif 0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04 10 20 30 40 50 60 70 80 90 K o nd uk ta ns i (S) Konsentrasi (%) Air

Larutan Gula Merah Larutan Gula Pasir Bahan Aditif

13

Gambar 4 menunjukkan adanya peningkatan nilai konduktansi seiring dengan penambahan konsentrasi bahan penambah. Variasi konsentrasi bahan penambah akan menimbulkan peningkatan nilai konduktansi. Data di atas menunjukkan nilai konduktansi tertinggi pada penambahan larutan gula merah pada konsentrasi 90% yaitu sebesar 0.3762 S. Sedangkan nilai konduktansi bahan penambah terkecil ialah larutan gula pasir.

Gambar 5 memperlihatkan nilai konduktansi madu rambutan yang ditambahkan larutan gula pasir dan air. Penjelasan pada Gambar 4 tidak memperlihatkan adanya perbedaan nilai konduktansi terhadap variasi konsentrasi bahan penambah air dan larutan gula pasir. Gambar 5 juga menunjukkan bahwa nilai konduktansi pada air lebih tinggi dibandingkan dengan nilai konduktansi pada larutan gula pasir dalam sampel madu rambutan. Hubungan konduktansi dengan konsentrasi bahan penambah air dan larutan gula pasir pada sampel rambutan ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5 Hubungan konduktansi dengan konsentrasi bahan penambah air dan larutan gula pasir pada sampel madu rambutan

0 0.0005 0.001 0.0015 0.002 0.0025 0.003 0.0035 0.004 0.0045 10 20 30 40 50 60 70 80 90 K o nduk ta nsi (S) Konsentrasi (%) Air

Larutan Gula Pasir Bahan Aditif

14

Sampel madu yang dilakukan uji hubungan ialah sampel madu kaliandra. Gambar 6 memperlihatkan peningkatan nilai konduktansi pada setiap penambahan konsentrasi bahan penambah seperti Gambar 2 dan Gambar 4. Ketiga sampel madu dengan penambahan bahan penambah memiliki kecenderungan nilai konduktansi yang sama dengan peningkatan nilai yang signifikan khususnya pada larutan gula merah. Senyawa organik gula merah memiliki karakteristik lemah ikatan antar atomnya, sehingga pada saat dipanaskan atau dialiri arus listrik pada frekuensi yang tinggi maka senyawa tersebut akan terurai, sedangkan senyawa anorganiknya memiliki karaktersitik sebaliknya, ia lebih tahan dalam pemanasan pada frekuensi tinggi. Gula merah memiliki unsur anorganik yang tinggi sehingga pada saat dialiri arus dengan frekuensi yang tinggi unsur ini tetap ada dan meningkatkan persentase dari kadar abu. Pengukuran konduktansi mampu memperlihatkan adanya perbedaan madu murni dengan madu yang ditambahkan bahan penambah walaupun hanya diberikan penambahan konsentrasi sebesar 10 %. Hal yang sama terjadi pada setiap penambahan konsentrasi bahan penambah lainya yang semakin jelas terlihat adanya perbedaan nilai konduktansi ketiga bahan penambah. Hubungan konduktansi dengan bahan penambah sampel madu kaliandra ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6 Hubungan konduktansi dengan konsentrasi bahan penambah pada sampel madu kaliandra

15

Impedansi

Impedansi merupakan hambatan total pada rangkaian arus bolak-balik atau tingkat resistansi terhadap aliran arus listrik bolak-balik. Impedansi dipengaruhi oleh besarnya frekuensi, resistansi, kapasitansi, dan induktansi dari bahan yang disisipkan pada keping kapasitor.

Sampel madu kapuk pada Gambar 7 menunjukkan penurunan nilai impedansi pada setiap penambahan konsentrasi bahan penambah. Pada gambar tersebut terlihat kecenderungan diagram yang menunjukan semakin bertambahnya konsentrasi bahan penambah, akan semakin kecil nilai impedansinya. Bahan penambah larutan gula pasir memiliki nilai impedansi yang lebih besar dibanding dengan bahan penambah lain yakni air dan larutan gula merah. Hal tersebut disebabkan karena larutan gula pasir memiliki kandungan kadar abu yang lebih rendah dibandingkan dengan kandungan kadar abu pada larutan gula merah. Hubungan impedansi dengan konsentrasi bahan penambah ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 7 Hubungan impedansi dengan konsentrasi bahan penambah pada sampel madu kapuk

16

Sampel madu rambutan pada Gambar 8 memiliki kecenderungan yang mirip dengan Gambar 7. Hal ini menunjukkan bahwa sifat listrik impedansi yang ada pada kedua sampel madu tersebut tidak memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Penambahan bahan penambah berupa air, secara umum semakin besar konsentrasi air yang ditambahkan ke dalam sampel madu, nilai impedansi yang terukur akan semakin kecil. Konsentrasi air yang semakin besar akan meningkatkan Total Dissolve Solid (TDS) yang sebanding dengan besarnya ion-ion garam yang terlarut di dalamnya. Hal tersebut yang menjadi penyebab semakin kecilnya nilai impedansi sampel madu yang ditambahkan air. Hubungan antara impedansi dengan konsentrasi bahan penambah pada madu rambutan yang ditunjukkan pada Gambar 8.

Sampel madu lain yang diuji nilai impedansinya ialah sampel madu kaliandra. Secara umum seluruh sampel madu uji menunjukkan penurunan nilai impedansi ketika konsentrasi bahan penambah yang ditambahkan semakin besar. Hal ini menunjukkan adanya hubungan negatif antara penambahan konsentrasi bahan penambah dengan nilai impedansinya. Nilai impedansi terbesar dimiliki oleh sampel madu rambutan pada konsentrasi 10% yaitu sebesar 1 709.5 Ω. Hubungan antara impedansi dengan konsentrasi bahan penambah pada sampel madu kaliandra ditunjukkan pada Gambar 9.

Gambar 8 Hubungan impedansi dengan konsentrasi bahan penambah pada sampel madu rambutan

17

Gambar 9 Hubungan impedansi dengan konsentrasi bahan penambah pada sampel madu kaliandra

Kapasitansi

Kapasitansi merupakan suatu ukuran kapasitas penyimpanan muatan berdasarkan perbedaan potensial tertentu.18 Banyaknya muatan neto yang terakumulasi pada kapasitor sebanding dengan tegangan yang diberikan oleh sumber.19 Sifat kapasitif sebuah bahan tidak lepas dari sifat dielektriknya.

Gambar 10 menunjukkan adanya perbedaan nilai kapasitansi dari penambahan bahan penambah ke dalam sampel madu kapuk. Terlihat perubahan nilai kapasitansi terbesar pada penambahan larutan gula merah saat konsentrasi bahan penambah 80%. Penambahan air dan larutan gula pasir sebagai bahan penambah tidak menunjukan perubahan nilai kapasitansi yang signifikan. Konsentrasi 90% larutan gula merah memiliki nilai tertinggi untuk kapasitansi sebesar 8.86x10-6 F. Hubungan nilai kapasitansi dengan konsentrasi bahan penambah pada sampel madu Kapuk ditunjukkan pada Gambar 10.

Gambar 10 Hubungan kapasitansi dengan konsentrasi bahan penambah pada sampel madu kapuk

0 1E-10 2E-10 3E-10 4E-10 5E-10 6E-10 7E-10 8E-10 9E-10 1E-09 10 20 30 40 50 60 70 80 90 K ap asi tan si (F) Konsentrasi (%) Air

Larutan Gula Merah Larutan Gula Pasir

18

Gambar 11 Hubungan kapasitansi dengan konsentrasi bahan penambah air dan larutan gula pasir pada sampel madu kapuk

Gambar 11 menunjukkan adanya perbedaan nilai kapasitansi madu kapuk setelah ditambahkan larutan gula pasir dan air dengan varian konsentrasi. Gambar 10 tidak menunjukkan adanya perbedaan nilai kapasitansi madu kapuk terhadap varian konsentrasi larutan gula pasir dan air. Hubungan kapasitansi dengan konsentrasi bahan penambah pada sampel madu rambutan ditunjukkan pada Gambar 12.

Gambar 12 Hubungan kapasitansi dengan konsentrasi bahan penambah pada sampel madu rambutan

0 2E-11 4E-11 6E-11 8E-11 1E-10 1.2E-10 1.4E-10 10 20 30 40 50 60 70 80 90 K a pa sit a ns i ( µ F

)

Konsentrasi (%) Air

Larutan Gula Pasir Bahan Aditif 0 5E-10 1E-09 1.5E-09 2E-09 2.5E-09 3E-09 3.5E-09 10 20 30 40 50 60 70 80 90 K ap asi tan si (F) Konsentrasi (%) Air

Larutan Gula Merah Larutan Gula Pasir

19

Gambar 12 menunjukkan bahan penambah air dan larutan gula pasir memiliki perubahan nilai kapasitansi yang lebih kecil dibanding dengan larutan gula merah. Larutan gula merah memiliki nilai kapasitansi yang semakin besar seiring dengan penambahan pada konsentrasi 60%, 70%, 80%, dan 90%. Nilai kapasitansi tertinggi pada sampel madu rambutan sebesar 2.9x10-9 F yaitu pada bahan penambah larutan gula merah dengan konsentrasi 90%. Peningkatan nilai kapasitansi oleh penambahan larutan gula merah yang signifikan dimungkinkan karena kandungan mineral anorganik pada larutan gula merah mampu menyimpan arus listrik pada saat konsentrasinya sangat tinggi yaitu, >60 %. Jumlah persentase yang tinggi ini mempengaruhi sifat intern bahan uji pada frekuensi yang digunakan.

Gambar 13 menunjukkan adanya perbedaan nilai kapasitansi. Secara umum, larutan gula pasir memiliki nilai kapasitansi yang lebih rendah dibandingkan dengan air.

Gambar 13 Hubungan kapasitansi dengan konsentrasi bahan penambah air dan larutan gula pasir pada sampel madu rambutan

0 2E-11 4E-11 6E-11 8E-11 1E-10 1.2E-10 1.4E-10 1.6E-10 10 20 30 40 50 60 70 80 90 K ap asi tan si ( µ F) Konsentrasi (%) Air

Larutan Gula Pasir Bahan Aditif

20

Gambar 14 Hubungan kapasitansi dengan konsentrasi bahan penambah pada sampel madu kaliandra

Gambar 14 menunjukkan bahwa nilai kapasitansi bahan penambah untuk larutan gula merah semakin besar saat konsentrasinya 60%. Bahan penambah lain tidak menunjukkan adanya perbedaan nilai kapasitansi yang signifikan. Nilai tertinggi kapasitansi larutan gula merah pada sampel madu kaliandra sebesar 2.7x10-9 F.

Hubungan kapasitansi dengan konsentrasi bahan penambah pada sampel madu kaliandra ditunjukkan pada Gambar 15.

Gambar 15 Hubungan Kapasitansi dengan Konsentrasi Bahan Penambah Air dan Larutan Gula Pasir pada sampel madu kaliandra

0 5E-10 1E-09 1.5E-09 2E-09 2.5E-09 3E-09 10 20 30 40 50 60 70 80 90 K ap asi tan si (F) Konsentrasi (%) Air

Larutan Gula Merah Larutan Gula Pasir

Bahan Aditif 0 2E-11 4E-11 6E-11 8E-11 1E-10 1.2E-10 1.4E-10 10 20 30 40 50 60 70 80 90 K a pa sit a ns i ( F ) Konsentrasi (%) Air

Larutan Gula Pasir Bahan Aditif

21

Gambar 15 menunjukkan adanya perbedaan nilai kapasitansi terhadap variasi konsentrasi bahan penambah larutan gula pasir dan air. Hal ini tidak digambarkan dengan baik pada Gambar 14.

Penambahan larutan gula pasir dan air pada madu kapuk, rambutan, dan kaliandra memiliki nilai kapasitansi yang cenderung fluktuatif. Variasi konsentrasi yang ditambahkan pada madu tersebut tidak memiliki perubahan nilai kapasitansi yang signifikan. Hal ini menyebabkan perlunya dilakukan uji laboratorium lebih lanjut secara fisik-kimia terhadap sampel yang terkait dengan sifat kapasitansi pada madu.

Resistansi

Resistansi merupakan salah satu faktor yang menentukan besarnya impedansi sesuai dengan Persamaan 8. Resistansi adalah kemampuan suatu bahan untuk menghambat aliran arus listrik pada keping kapasitor.19

Gambar 16 menunjukkan adanya penurunan nilai resistansi seiring penambahan konsentrasi bahan penambah. Bahan penambah larutan gula pasir pada sampel madu kapuk memiliki nilai resistansi yang lebih besar dibanding dengan bahan penambah lainnya. Hal ini disebabkan karena larutan gula pasir memiliki kandungan kadar abu yang lebih kecil dibanding larutan gula merah, sehingga sampel madu yang ditambahkan larutan gula pasir memiliki kemampuan daya hantar listrik yang rendah. Hubungan antara resistansi dengan konsentrasi bahan penambah pada sampel madu kapuk ditunjukkan pada Gambar 16.

Gambar 16 Hubungan resistansi dengan konsentrasi bahan penambah sampel madu kapuk

22

Gambar 17 memperlihatkan pengaruh resistansi sampel madu rambutan terhadap penambahan konsentrasi bahan penambah. Pada gambar tersebut nampak larutan gula pasir memiliki besar resistansi yang dominan dibanding dengan bahan penambah yang lain. Sebagai bahan penambah, besarnya nilai resistansi pada larutan gula pasir menandakan bahwa jumlah ion-ion anorganik yang terdapat dalam kandungan larutan gula pasir cukup kecil dibandingkan dengan larutan gula merah. Hubungan antara resistansi dengan konsentrasi bahan penambah pada sampel madu rambutan ditunjukkan pada Gambar 17.

Gambar 17 Hubungan resistansi dengan konsentrasi bahan penambah sampel madu rambutan

23

Gambar 16, 17, dan 18 secara umum menunjukan bahwa besar resistansi akan semakin kecil seiring dengan penambahan konsentrasi bahan penambah. Nilai resistansi madu kaliandra pada konsentrasi 10% memiliki nilai resistansi tertinggi di antara sampel madu lain yaitu sebesar 1187.2 Ω pada Gambar 18.

Gambar 18 Hubungan resistansi dengan konsentrasi bahan penambah pada sampel madu kaliandra

24

Dokumen terkait