• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum Percobaan

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2014 hingga Maret 2015 di Kebun Percobaan IPB Tajur II, Bogor. Menurut data BMKG (2015) curah hujan rata-rata pada bulan Januari hingga Maret adalah 279, 365, dan 520 mm (Lampiran 1). Pada bulan yang sama, suhu rata-rata di lokasi penelitian adalah

10

25.2, 25.0, dan 25.6 oC. Informasi tersebut menunjukkan adanya peningkatan curah hujan dari bulan Januari-Maret dengan suhu rata-rata yang relatif sama. Kelembaban yang relatif tinggi umumnya dapat menyebabkan munculnya beberapa penyakit pada daun (Rubatzky dan Yamaguchi 1999).

Persiapan lahan secara umum berlangsung dengan baik. Kegiatan penanaman dimulai dengan mengecambahkan benih dan penyemaian (Gambar 1). Benih melon yang digunakan umumnya memiliki daya berkecambah yang berbeda-beda antar genotipe. Kegiatan pengecambahan benih dilakukan kurang lebih selama 41 jam, sedangkan persemaian dilakukan selama enam hari. Kondisi tanaman selama persemaian umumnya baik, dengan tingkat serangan hama dan penyakit tergolong sangat rendah. Kondisi pertanaman sejak awal tanam hingga panen umumnya juga baik. Serangan penyakit yang menyerang pertanaman secara umum dapat dikendalikan melalui pengendalian teknis maupun kimia (Gambar 2).

Gambar 1 Perkecambahan benih (A), bibit umur 2 HST (B), bibit umur 5 HST (C)

Gambar 2 Kondisi pertanaman melon pada fase vegetatif (A) dan pembesaran buah (B)

Kondisi bibit saat pindah ke lapang secara umum baik, tetapi saat memasuki fase pembungaan, pertumbuhan pada genotipe G1 dan G24 ulangan ke-2 mengalami gangguan pertumbuhan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh curah hujan dan kelembaban yang tinggi, yang kondusif bagi perkembangan cendawan penyebab penyakit busuk pangkal batang, Mycosphaerella melonis. Tanaman yang terserang busuk batang berwarna merah coklat dan mengeluarkan lendir, daunnya kering dan kemudian mati. Tanaman lain yang mengalami

11 serangan busuk pangkal batang sebagian besar dapat bertahan hingga akhir pengamatan. Gejala penyakit tersebut ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3 Batang tanaman yang terserang busuk pangkal batang (A) dan kondisi tanaman yang pertumbuhannya terhambat akibat busuk pangkal batang (B)

Hama yang menyerang pertanaman saat fase vegetatif adalah bekicot (Achatina fulica) dan oteng-oteng (Aulocophora similis) dengan intensitas serangan rendah. Hama yang menyerang pada fase pembentukan buah meliputi lalat buah (Bactrocera cucurbitae Coq.) dan ulat buah; keduanya dengan intensitas sedang. Menurut Pracaya (2011) lalat betina dengan ovipositornya menusuk buah dan meletakkan telurnya dalam lapisan epidermis. Telur selanjutnya menetas menjadi larva dan memakan daging buah sehingga buah menurun kualitasnya. Buah yang terserang berwarna kehitaman dan keras, selanjutnya timbul bercak bulat membusuk dan berlubang kecil. Buah juga akan rusak dan rontok. Pengendalian terhadap serangan lalat buah adalah pembungkusan buah dengan plastik yang dilakukan pada awal terbentuknya buah dan pemasangan perangkap. Atraktan merupakan bahan pemikat lalat buah yang berfungsi sebagai perangkap dengan bahan aktif metil eugenol yang terbuat dari botol bekas air mineral.

Penyakit yang menyerang pada akhir fase pematangan buah adalah embun tepung atau powdery mildew yang disebabkan oleh cendawan Erysiphe cichoracearum dengan intensitas serangan tinggi. Kondisi yang mendukung serangan penyakit ini adalah kelembaban yang tinggi, intensitas hujan yang cukup, dan suhu sedang. Berdasarkan penelitian Gandhi dan Mehta (2011), diketahui bahwa penyakit ini umumnya menyebar luas dan dapat menjadi salah satu faktor penyebab kehilangan hasil pada tanaman melon. Menurut Sobir dan Siregar (2014) gejala yang timbul adalah adanya bercak-bercak putih seperti tepung, selanjutnya bercak menyebar dan menutupi daun. Serangan penyakit ini menyebabkan produksi, kadar gula, pembentukan jala dan aroma menjadi berkurang. Pengendalian yang dilakukan adalah dengan pemangkasan untuk mengurangi kelembaban yang tinggi. Jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman melon ditunjukkan oleh Gambar 4.

12

Gambar 4 Hama oteng-oteng (Aulocophora similis) (A), gejala busuk pada buah akibat serangan lalat buah (Bactrocera cucurbitae Coq.), hama bekicot (Achatina fulica), dan embun tepung (Erysiphe cichoracearum)

Karakter Kualitatif Genotipe Melon

Tanaman melon yang ditanam pada penelitian ini berjumlah 16 genotipe, namun hanya 10 genotipe tanaman yang dapat digunakan untuk analisis data. Hal ini disebabkan oleh adanya tanaman yang mati akibat serangan penyakit maupun jumlah buah yang dihasilkan tidak mencukupi untuk analisis data. Genotipe yang ditampilkan dalam pembahasan selanjutnya adalah genotipe G23, G27, G38, G5, G8, Ivory, OMM, SMF, SMH, dan SMM. Genotipe yang termasuk dalam kelompok C. melo var. cantalupensis adalah G27, G38, G5, G8, dan Ivory. Genotipe yang termasuk dalam kelompok C. melo var. inodorus adalah G23, OMM, SMF, SMH, dan, SMM.

Karakter kualitatif yang diamati meliputi karakter pada batang, daun, dan buah. Secara umum, karakter kualitatif untuk batang dan daun adalah sama, baik antar genotipe uji maupun dengan varietas pembanding. Karakter kualitatif untuk buah umumnya lebih beragam.

Karakter batang, daun, dan bunga

Penelitian menunjukkan perbedaan warna batang diantara genotipe uji. Warna batang hijau muda ditemukan pada genotipe SMH, SMM, SMF, OMM, dan G23. Warna batang hijau meliputi genotipe G5, G27, G8, dan G38 sedangkan warna batang hijau tua hanya ditemukan pada varietas Ivory.

Bentuk daun pada genotipe G38 adalah trilobate, sedangkan genotipe lainnya adalah entire. Bentuk cuping daun dan permukaan daun pada genotipe G38 adalahintermediatedandull, sedangkan genotipe lainnya adalah shallowdan intermediate. Warna daun genotipe uji antara lain hijau muda, hijau, dan hijau tua. Warna hijau tua meliputi genotipe G5, G8, G38, dan Ivory. Warna hijau muda terdapat pada genotipe SMH, SMM, SMF, OMM, dan G23 sedangkan genotipe G27 memiliki warna daun hijau. Keragaan daun ditunjukkan pada Gambar 5.

Warna bunga hermaprodit pada cabang ke-8 genotipe uji adalah berwarna kuning dan kuning muda. Genotipe SMH, SMM, SMF, OMM, dan G23 memiliki warna bunga kuning muda, sedangkan genotipe G5, G27, G8, G38, dan Ivory memiliki warna bunga kuning. Rekap data untuk karakter batang, daun, dan bunga ditunjukkan oleh Tabel 2.

13 Tabel 2 Karakter kualitatif batang, daun, dan warna bunga hermaprodit genotipe

melon Genotipe Warna

batang Bentukdaun cuping daunBentuk Permukaandaun Warnadaun Warnabunga hermaprodit G5 Hijau Entire Shallow Intermediate Hijau

tua Kuning SMH Hijau

muda Entire Shallow Intermediate Hijaumuda Kuningmuda SMM Hijau

muda Entire Shallow Intermediate Hijaumuda Kuningmuda SMF Hijau

muda Entire Shallow Intermediate Hijaumuda Kuningmuda OMM Hijau

muda Entire Shallow Intermediate Hijaumuda Kuningmuda G23 Hijau

muda Entire Shallow Intermediate Hijaumuda Kuningmuda G27 Hijau Entire Shallow Intermediate Hijau Kuning G8 Hijau Entire Shallow Intermediate Hijau

tua Kuning G38 Hijau Trilobate Intermediate Dull Hijau

tua Kuning Ivory Hijau

tua Entire Shallow Intermediate Hijautua Kuning

Gambar 5 Keragaan bentuk daun dan bentuk cuping genotipe uji

Karakter buah

Genotipe melon yang diuji memiliki karakter kualitatif buah yang beragam. Genotipe SMH, SMM, SMF, OMM, dan G23 termasuk ke dalam grup C. melo var. inodorus ditandai dengan tekstur buah yang renyah dan tidak memiliki jala.

14

Genotipe G5, G27, G8, G38, dan Ivory termasuk ke dalam grup C. melo var. cantalupensis. Keragaan buah melon yang diuji ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6 Keragaan buah melon genotipe SMF, G23, OMM, G5, G38, G8, G27, dan Ivory

Genotipe SMH, SMM, SMF, OMM, dan G23 umumnya memiliki warna kulit buah kuning, namun pada genotipe SMH dan SMM terdapat dua warna kulit buah, yaitu kuning dan putih. Perbedaan warna kulit buah masak tersebut dimungkinkan karena masih adanya segregasi pada dua genotipe tersebut. Keragaan buah kedua genotipe tersebut ditunjukan pada Gambar 7.

Gambar 7 Keragaan buah genotipe SMH dan SMM

Genotipe SMH, SMM, SMF, OMM, G23, dan G27 memiliki bentuk buah elliptical. Warna kulit buah muda (ukuran bola tenis) genotipe-genotipe tersebut secara umum adalah hijau muda, hijau, dan hijau tua. Warna kulit buah masak dan warna daging buah genotipe tersebut umumnya beragam dan menunjukan adanya segregasi.

Bentuk buah globular dan warna daging buah berwarna putih ditemukan pada genotipe G5, G8, dan Ivory. Bentuk buah oblate hanya ditemukan pada

15 genotipe G38 dengan warna daging buah oranye. Rekapitulasi data karakter bentuk buah, warna kulit buah muda, warna kulit buah masak, dan warna daging buah ditunjukan pada Tabel 3.

Tabel 3 Bentuk buah, warna kulit buah muda, warna kulit buah masak, dan warna daging buah genotipe melon

Genotipe Bentuk buah Warna kulit buah

muda

Warna kulit

buah masak Warna dagingbuah G5 Globular Hijau tua Hijau tua Putih, oranye SMH Elliptical Hijau Kuning,

putih Putih, oranye SMM Elliptical Hijau Kuning,

putih Putih SMF Elliptical Hijau Kuning Oranye OMM Elliptical Hijau Kuning Putih G23 Elliptical Hijau Kuning Oranye G27 Elliptical Hijau tua Hijau muda Putih, oranye G8 Globular Hijau tua Hijau Putih G38 Oblate Hijau muda Krem Oranye Ivory Globular Hijau tua Hijau tua Putih

Tekstur buah renyah dimiliki oleh genotipe SMH, SMM, SMF, OMM, dan G23, sedangkan genotipe G5, G27, G8, G38, dan Ivory memiliki tekstur buah yang kenyal. Secara umum genotipe uji tidak memiliki juring, kecuali genotipe G38. Genotipe SMH, SMM, SMF, OMM, G23, G27, dan G8 tidak memiliki jala, sedangakan genotipe G5, G38, dan Ivory memiliki jala, masing-masing dengan intensitas dan distribusi yang cukup beragam. Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa seluruh genotipe uji tidak memiliki aroma luar dan aroma dalam. Rekapitulasi hasil pengamatan untuk karakter tekstur buah, juring pada buah, intensitas jala, dan distribusi jala ditunjukkan pada Tabel 4.

Umumnya genotipe yang berasal dari grup cantalupensis memiliki intensitas jala yang banyak (jelas) dan menyebar pada seluruh permukaan kulit buah. Karakter jala (net) pada permukaan kulit buah merupakan salah satu daya tarik bagi konsumen. Saat ini masyarakat umumnya lebih mengenal melon-melon yang berasal dari grup cantalupensis, misalnya Sky Rocket dibandingkan dengan melon-melon yang berasal dari grup inodorus. Hal ini dikarenakan penyebaran tanaman melon di Indonesia diawali dengan melon-melon yang berasal dari grup cantalupensis. Meskipun demikian, saat ini harga melon yang berasal dari grup inodorus relatif lebih mahal dibandingkan dengan melon dari grup cantalupensis. Umumnya melon grup inodorus yang tersedia saat ini memiliki tekstur daging buah yang renyah dan daya simpan buah yang relatif lama.

16

Tabel 4 Tekstur buah, juring pada buah, intensitas jala, distribusi jala, aroma luar, dan aroma dalam genotipe melon

Genotipe Tekstur

buah pada buahJuring Intensitas jala Distribusi jala G5 Kenyal Tidak ada Sangat banyak Menyebar sedang SMH Renyah Tidak ada Tidak ada Tidak ada SMM Renyah Tidak ada Tidak ada Tidak ada SMF Renyah Tidak ada Tidak ada Tidak ada OMM Renyah Tidak ada Tidak ada Tidak ada G23 Renyah Tidak ada Tidak ada Tidak ada G27 Kenyal Tidak ada Tidak ada hingga sedang Tidak ada G8 Kenyal Tidak ada Tidak ada hingga sedang Tidak ada G38 Kenyal Ada Banyak Menyebar sedang Ivory Kenyal Tidak ada Sangat sedikit Menyebar sebagian

Karakter Kuantitatif Genotipe Melon

Hasil rekapitulasi analisis ragam genotipe melon ditunjukkan pada Tabel 5. Umur berbunga hermaprodit dan tebal daging buah diketahui tidak berpengaruh nyata pada taraf 5%, artinya diantara genotipe uji tersebut tidak ditemukan perbedaan pada kedua karakter tesebut. Menurut Afandi (2013) umur berbunga dipengaruhi oleh kondisi iklim dan cuaca. Pada dataran rendah umumnya melon lebih cepat berbunga dibandingkan pada dataran menengah dan tinggi.

Pengaruh ulangan tidak nyata terhadap semua karakter yang diamati kecuali diameter buah (Tabel 5). Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006) hal ini menunjukkan bahwa percobaan yang dilakukan masih cukup efektif jika menggunakan rancangan acak lengkap (RAL).

Tabel 5 Rekapitulasi sidik ragam pada pengamatan karakter melon

Karakter KT Ulangan KT Genotipe KK (%) Diameter batang 0.4 tn 2.2 ** 6.4 Panjang daun 0.4 tn 4.3 ** 6.3 Lebar daun 1.8 tn 9.7 ** 6.9 Umur berbunga hermaprodit 4.5 tn 1.8 tn 3.5 Umur panen 0.6 tn 11.8 * 2.6 Panjang buah 0.4 tn 7.5 ** 5.7 Diameter buah 1.8 * 4.0 ** 6.0 Tebal daging buah 0.1 tn 0.2 tn 13.3 Tebal kulit buah 0.0 tn 0.1 * 20.9 Bobot buah 0.1 tn 0.1 ** 14.6 Kadar gula 0.1 tn 2.3 ** 8.5 Keterangan: KT: kuadarat tengah; KK: koefisien keragaman; * berbeda nyata pada taraf

nyata 5%; ** berbeda sangat nyata pada taraf nyata 1 %; tn tidak berbeda nyata

17 Koefisien keragaman (KK) disebut sebagai keragaman relatif terhadap besaran data. Pada bidang pertanian untuk percobaan lapang masih dianggap baik jika memiliki nilai KK 20-25% (Mattjik dan Sumertajaya 2006). Menurut Gomez dan Gomez (2010) nilai KK menunjukkan tingkat ketepatan dengan perlakukan yang dibandingkan, dan merupakan indeks yang baik dari keadaan percobaan. Nilai KK yang tinggi menunjukkan keandalan yang rendah dari percobaan tersebut. Berdasarkan perhitungan nilai KK tertinggi adalah 20.88%, sehingga masih dapat dikatakan cukup baik.

Diameter batang, panjang daun, lebar daun, umur berbunga hermaprodit, dan umur panen

Pengujian lanjut terhadap karakter yang menunjukkan perbedaan secara nyata diantara genotipe uji dilakukan menggunakan uji jarak berganda Duncan (DMRT). Uji lanjut terhadap karakter diameter batang, panjang daun, lebar daun, umur berbunga, dan umur panen genotipe melon ditunjukkan pada Tabel 6.

Genotipe pembanding (Ivory) menunjukkan diameter batang yang tidak berbeda nyata dengan genotipe G23, G5, G8, dan SMM. Nilai tengah diameter batang tertinggi adalah pada genotipe G5, yaitu 10.48 mm tetapi tidak berbeda nyata dengan G8 dan Ivory. Nilai tengah terendah untuk karakter diameter batang adalah pada genotipe SMH, yaitu 7.89 mm tetapi tidak berbeda nyata dengan dengan genotipe SMF, OMM, G27, dan G38.

Genotipe G8 memiliki rata-rata panjang daun tertinggi diantara semua genotipe, yaitu 14.1 cm tetapi tidak berbeda nyata dengan genotipe G23, G5, Ivory, dan SMM (Tabel 6). Rata-rata lebar daun tertinggi adalah pada genotipe G8, yaitu 18.3 cm tetapi tidak berbeda nyata dengan genotipe G23, G5, Ivory, dan SMM. Genotipe yang memiliki panjang dan lebar daun sama dengan genotipe tertinggi antara lain, yaitu G8, G23, G5, Ivory, dan SMM sehingga, dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara panjang dan lebar daun. Selain memiliki daun yang relatif panjang dan lebar, genotipe G5, G8, dan Ivory juga memiliki diameter batang yang relatif besar (Tabel 6). Ideotype tanaman melon yang memiliki ukuran daun yang besar sebaiknya didukung dengan diameter batang yang besar.

Genotipe yang memiliki nilai tengah panjang dan lebar daun terkecil adalah G38, yaitu 10.3 cm dan 13.1 cm. Diameter batang genotipe tersebut adalah 7.99 mm yang tidak berbeda nyata dengan genotipe yang memiliki diameter batang terendah. Keragaan tanaman (habitus) genotipe G38 umumnya relatif lebih kecil dibandingkan dengan genotipe-genotipe lainnya.

Umur berbunga hermaprodit dihitung mulai dari waktu pindah tanam hingga munculnya bunga hermaprodit pertama diantara cabang ke-8, 9, 10, 11, dan 12. Umur berbunga hermaprodit genotipe uji tidak menunjukkan adanya perbedaan. Genotipe uji tersebut memiliki umur berbunga antara 34-37 hari. Umur panen dihitung mulai dari waktu pindah tanam hingga buah tersebut siap untuk dipanen. Genotipe SMM memliki umur panen 67 HST, yang merupakan umur panen tercepat diantara semua genotipe uji. Umur panen tersebut tidak berbeda nyata dengan genotipe SMH, SMF, Ivory, G8, dan G23.

18

Tabel 6 Diameter batang, panjang daun, lebar daun, umur berbunga hermaprodit, dan umur panen genotipe melon

Genotipe Diameter batang (mm) Panjang daun (cm) Lebar daun (cm) berbungaUmur hermaprodit (HST) Umur panen (HST) G5 10.48 a 13.7 ab 17.6 ab 35 a 71 abc SMH 7.89 e 12.3 bc 14.8 bc 34 a 70 bcd SMM 9.18 bc 12.8 abc 15.3 abc 36 a 67 d SMF 8.41 cde 11.7 cd 13.5 c 37 a 70 abcd OMM 8.61 cde 12.3 bc 14.3 c 34 a 72 ab G23 9.04 bcd 13.5 ab 16.0 abc 35 a 68 cd G27 8.52 cde 11.4 cd 14.7 bc 36 a 73 ab G8 9.92 ab 14.1 a 18.3 a 35 a 71 abcd G38 7.99 de 10.3 d 13.1 c 36 a 73 a Ivory 9.79 ab 13.4 ab 17.6 ab 35 a 69 bcd Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji lanjut DMRT pada taraf 5%

Panjang buah, diameter buah, tebal buah, dan tebal kulit buah

Genotipe uji yang memiliki panjang buah tertinggi adalah SMM, yaitu 15.3 cm, tetapi tidak berbeda nyata dengan genotipe SMH, OMM, dan G23. Genotipe-genotipe tersebut termasuk ke dalam C. melo var. inodorus yang umumnya memiliki bentuk buah elliptical, sehingga akan menunjukkan rata-rata panjang buah yang lebih tinggi. Rata-rata panjang buah pada genotipe G38 adalah 9.6 cm, yang merupakan panjang buah terendah serta berbeda nyata dengan semua genotipe uji lainnya.

Diameter buah terbesar ditemukan pada genotipe pembanding, yaitu Ivory. Rata-rata diameter buah tersebut adalah 13.6 cm dan tidak berbeda nyata dengan genotipe G8. Umumnya genotipe yang berasal dari grup cantalupensis memiliki bentuk buah globular, sehingga akan memiliki diameter buah yang relatif lebih besar dibandingkan dengan genotipe yang berasal dari grup inodorus Hal ini seperti yang ditunjukan pada genotipe SMF (grup inodorus) memiliki diameter buah terkecil, yaitu 9.7 cm. Tebal daging buah diantara genotipe uji tidak menunjukkan adanya perbedaan. Genotipe uji yang dievaluasi memiliki tebal daging buah antara 1.7-2.5 cm.

Tebal kulit buah terendah diantara genotipe uji adalah 0.4 cm yang terdapat pada genotipe SMM. Genotipe tersebut memiliki tebal kulit buah yang tidak berbeda nyata dengan genotipe SMH, SMF, OMM, G23, G27, G38, dan G8. Umumnya genotipe yang berasal dari grup inodorus memiliki tebal kulit buah yang relatif lebih tipis dibandingkan dengan genotipe yang berasal dari grup cantalupensis.Uji lanjut untuk karakter panjang buah, diameter buah, tebal daging buah, tebal dan kulit buah ditunjukkan pada Tabel 7.

19 Tabel 7 Panjang buah, diameter buah, tebal daging buah, dan tebal kulit buah

genotipe melon Genotipe Panjang buah

(cm) Diameter buah(cm) Tebal dagingbuah (cm) Tebal kulit buah (cm) G5 12.2 c 12.2 bc 2.3 a 0.8 ab SMH 14.2 ab 11.2 cd 2.1 a 0.5 c SMM 15.3 a 12.2 bc 2.4 a 0.4 c SMF 12.3 c 9.7 e 1.7 a 0.5 c OMM 14.0 ab 11.0 cd 2.0 a 0.5 c G23 14.3 ab 10.6 de 1.9 a 0.5 bc G27 13.6 bc 12.0 bc 2.2 a 0.6 abc G8 13.0 bc 12.9 ab 2.5 a 0.7 abc G38 9.6 d 11.1 cd 2.1 a 0.6 abc Ivory 13.4 bc 13.6 a 2.5 a 0.8 a Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama

menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji lanjut DMRT pada taraf 5%

Bobot buah dan kadar gula buah melon

Langkah awal untuk memuliakan buah umumnya dimulai dari penentuan kriteria buah yang diinginkan (Suketi et al.2010), diantaranya adalah bobot buah dan kadar gula. Uji lanjut terhadap kakakter bobot buah dan kadar gula untuk genotipe-genotipe yang dievaluasi terdapat pada Tabel 8.

Bobot buah merupakan salah satu karakter penting pada melon. Bobot buah yang tinggi umumnya akan lebih digemari oleh konsumen. Nilai tengah bobot buah tertinggi adalah 1.29 kg yang dimiliki oleh varietas Ivory, tetapi tidak berbeda nyata dengan genotipe G8. Genotipe yang memiliki bobot buah terendah adalah SMF, yaitu 0.51 kg, dan genotipe tersebut tidak berbeda nyata dengan G38. Tabel 8 Bobot buah dan kadar gula buah melon

Genotipe Bobot buah

(kg) Kadar gula(obrix)

G5 1.0 bc 7.0 cd SMH 0.8 cd 8.9 a SMM 0.9 bcd 9.1 a SMF 0.5 e 7.6 bcd OMM 0.8 c 8.5 ab G23 0.8 cd 8.5 ab G27 0.8 cd 6.7 d G8 1.1 ab 8.0 abc G38 0.7 de 7.0 cd Ivory 1.3 a 7.4 bcd

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji lanjut DMRT pada taraf 5%

20

Melon yang diminati oleh konsumen adalah jenis melon dengan bobot buah yang tinggi. Berdasarkan target yang ingin dicapai oleh Direktorat Tanaman Buah (2004), bobot buah melon yang diharapkan dapat dihasilkan adalah 1.6-2.5 kg buah-1atau memiliki rata-rata 2.1 kg buah-1.

Karakter penting lainnya pada melon adalah kadar gula yang mengindikasikan tingkat rasa manis pada buah melon. Rata-rata kadar gula tertinggi dimiliki oleh genotipe SMM, yaitu sebesar 9.1oBrix. Genotipe tersebut tidak berbeda nyata dengan SMH, OMM, G23, dan G8. Kadar gula terendah adalah pada genotipe G27, yaitu 6.7 oBrix yang tidak berbeda nyata dengan genotipe G5, SMF, G38, dan Ivory.

Umumnya melon yang termasuk ke dalam C. melo var. inodorus dalam penelitian ini memiliki rasa yang relatif lebih manis dibandingkan dengan tipe melon lainnya. Berdasarkan target yang ingin dicapai oleh Direktorat Tanaman Buah (2004), kadar gula melon yang diharapkan dapat dihasilkan adalah 12-16

oBrix pada melon dengan daging buah berwarna oranye dan 10-12 oBrix untuk melon dengan daging buah berwarna putih.

Berdasarkan pada deskripsi varietas Ivory (Lampiran 2), diketahui bahwa Ivory memiliki bobot buah 2.3-3.5 kg/buah dengan kadar gula 10-13oBrix. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum rata-rata hasil yang dicapai pada penanaman ini kurang optimum, namun genotipe yang potensial masih dapat diidentifikasi dengan melakukan perbandingan secara relatif terhadap genotipe-genotipe lainnya, termasuk terhadap varietas Ivory.

Pendugaan Komponen Ragam dan Nilai Heritabilitas Arti Luas

Pendugaan komponen ragam digunakan dalam studi genetika untuk sifat kuantitatif (Acquaah 2007). Heritabilitas merupakan penentu proporsi variabilitas total yang disebabkan oleh genetik, atau rasio ragam genetik terhadap ragam total. Heritabilitas arti luas (h2bs) merupakan rasio antara ragam genetik dengan ragam fenotipik (Allard 1960). Pendugaan komponen ragam dan nilai heritabilitas arti luas ditunjukkan pada Tabel 9.

Tabel 9 Nilai duga komponen ragam dan nilai heritabilitas arti luas

Karakter σ2g σ2e σ2p h2bs(%) Diameter batang 0.644 0.326 0.753 85.6 Panjang daun 1.186 0.596 1.384 85.6 Lebar daun 2.861 1.128 3.237 88.4 Umur panen 2.714 3.136 3.760 72.2 Panjang buah 2.260 0.541 2.440 92.6 Diameter buah 1.193 0.488 1.355 88.0 Tebal kulit buah 0.012 0.014 0.016 71.8 Bobot buah 0.041 0.016 0.046 88.5 Kadar gula 0.543 0.414 0.681 79.7 Keterangan: σ2g: ragam genetik; σ2e: ragam lingkungan; σ2p: ragam fenotipik ; h2bs:nilai

21 Menurut Acquaah (2007), heritabilitas arti luas (h2bs) diduga berdasarkan total ragam genetiknya. Informasi heritabilitas dapat dimanfaatkan dalam menentukan karakter yang dapat memberikan kemajuan dalam kegiatan pemuliaan, menentukan jenis seleksi yang efektif, dan menduga kemajuan dari seleksi tersebut. Menurut Surahman et al.(2007) heritabilitas arti luas yang tinggi dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi yang baik karena karakter tersebut lebih dominan dipengaruhi oleh faktor genetik.

Karakter panjang buah merupakan karakter yang memiliki heritabilitas arti luas tertinggi, yaitu 92.6%. Heritabilitas semua karakter pada Tabel 9 menunjukkan nilai >50%, hal ini mengindikasikan bahwa karakter-karakter tersebut dapat digunakan dalam seleksi (Jhonson et al 2009). Pendugaan nilai

Dokumen terkait