• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Arang (Charcoal)

Karakteristik beberapa macam charcoal yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Karakteristik Beberapa Macam Charcoal yang Digunakan Dalam Penelitian. Macam Charcoal K a r a k t e r i s t i k C h a r c o a l KL (%) BJ (gr/cm³) pH-H2O KTK (me%) Kayu 12,25 1,11 8,62 3,47 Temprg. Kelapa 7,30 1,15 7,87 3,53 Sekam Padi 8,88 1,23 6,91 16,7 Serbuk Gergaji. 8,42 1,53 6,76 18,36

Tabel 1 menunjukkan keempat macam charcoal tersebut memiliki karakter yang berbeda, baik secara fisik mau pun secara kimia. Charcoal dari kayu mempunyai KL lebih tinggi dari pada yang lain, sedangakan charcoal dari serbuk gergaji mempunyai BJ lebih tinggi dari pada yang lain. Perbedaan yang cukup besar terlihat pada sifat kimianya. pH chacoal dari kayu lebih tinggi dari pada yang lain, yaitu 8,62 (agak alkalis), sedangkan yang lain pHnya berada disekitar netral. Perbadaan-perbedaan tersebut di atas menunjukkan adanya perbedaan komposisi dari masing-masing macam charcoal.

KTK sangat besar pengaruhnya terhadap reaksi-reaksi pertukaran ion di dalam tanah. Jika nilai KTK tanahnya tinggi, maka kemampuannya mealkukan pertukaran kation juga akan tinggi sehingga kemampuannya menyediakan hara untuk pertumbuhan tanaman juga besar.

2. Potensi Charcoal dalam Penyediaan Hara P dan K

Potensi charcoal dalam penyediaan hara, khususnya hara P dan K, ditunjukkan melalui analisis kandungan P-total dan K-total masing-masing macam charcoal. Nilai purata dan hasil uji lanjut BNJ 5% untuk masing-masing macam charcoal disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Purata Kandungan P-total dan K-total dari Berbagai Macam Charcoal

No. Macam Charcoal N i l a i P u r a t a

P-total (ppm) K-total (ppm)

1 Charcoal Kayu 462,5 b 357,5 b

2 Charcoal Tempurung Kelapa 1046 a 1367 a

3 Charcoal Sekam Padi 585 b 92 c

4 Charcoal Serbuk Gergaji 546,5 b 101,5 c

Uji BNJ 5% 447,31 83,76

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang tiidak berbeda nyata.

Pada Tabel 2 dapat dilihat adanya perbedaan nyata kandungan P-total tempurung kelapa dengan macam charcoal yang lain. Charcoal tempurung kelapa memiliki kandungan P-total tertinggi yaitu 1046 ppm, sedangkan charcoal kayu memiliki kandungan P-total terendah yaitu 462,5 ppm. Hal tersebut menunjukkan bahwa charcoal tempurung kelapa memiliki potensi hara P yang lebih tinggi dibandingkan dengan macam charcoal yang lain.

Sejalan dengan kandungan P-total, charcoal tempurung kelapa juga memiliki kandungan K-total tertinggi (1367 ppm) dan berbeda nyata dengan dengan semua macam charcoal, sedangkan charcoal sekam padi memiliki kandungan K-total terendah (92 ppm).

Adanya perbedaan nyata kandungan P-total dan K-total pada berbagai macam charcoal tersebut di atas diduga karena adanya perbedaan komposisi unsur penyusun masing-masing charcoal. Selain itu, unsur hara P dan K memiliki sifat tidak dapat hilang karena pembakaran.

Dari data yang ditunjukkan pada Tabel 5 di atas, dapat dikatakan bahwa carcoal tempurung kelapa memiliki keunggulan sebagai bahan pupuk orgganik dibandingkan dengan charcoan yang lainnya meskipun potensi sebagai bahan pupuk utama lebih kecil dibandingkan jenis pupuk buatan. Namun demikian, karena charcoal juga merupakan bahan organik, maka charcoal dapat berfungsi sebagai pupuk tambahan dan bahan pembenah tanah. Bahan organik tanah mempunyai peran yang sangat besar dam memperbaiki sifat-sifat fisikia, kimia, dan biologis tanah

3. Kemampuan Charcoal dalam Pelepasan Hara P dan K

Kemampuan charcoal dalam pelepasan hara P dan K diukur melalui kadar P-tersedia atau K-tersedia, yaitu jumlah P atau K yang dilepaskan oleh charcoal ke dalam pengekstrak aquades. Purata kadar P tersedia dan K-tersedia dan hasil uji BNJ 5% disajikan dalam Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Purata pada P-tersedia dan K-tersedia pada Berbagai Macam dan Ukuran Charcoal.

No. Perlakuan P-Tersedia (ppm) K - Tersedia (ppm)

1 A 1,33 c 2,58 c 2 B 1,25 c 2, 40 c 3 C 1,07 c 3,41 bc 4 D 4,85 b 7,02 a 5 E 4,45 bc 3,41 bc 6 F 4,36 bc 3,22 bc 7 G 17,56 a 3,97 b 8 H 5,07 b 0,60 d 9 I 3,42 bc 0,85 d 10 K 3,40 bc 0,69 d BNJ 5% 3,44 1,32

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata.

Tabel 3 menunjukkan kadar P-tersedia pada beberapa perlakuan berbeda nyata dengan beberapa perlakuan yang lain. Perlakuan masing-masing charcoal pada berbagai ukuran umumnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, kecuali pada charcoal sekam padi. Charcoal sekam padi 0,25 mm (G) memiliki kadar P-tersedia tertinggi (17,56 ppm) dan berbeda nyata dengan semua perlakuan lain. Kadar P-tersedia terendah terdapat pada charcoal kayu 4 mm (1,07 ppm) tetapi hanya berbeda nyata dengan charcoal tempurung kelapa 025 mm, . charcoal sekam padi 0,25 mm, dan charcoal sekam padi 2 mm.

Tabel 3 menunjukkan kadar K-tersedia untuk semua perlakuan menunjukkan pola yang hanpir sama dengan kadar P-tersedia, tetapi charcoal tempurung kelapa 0,25 mm memiliki kadar K-tersedia tertinggi (7,02 ppm) dan berbeda nyata dengan semua perlakuan yang lain, sedangkan charcoal sekam padi 2 mm memiliki kadar K-tersedia paling rendah (0,60 ppm). Pengaruh ukuran charcoal terhadap kadar K-tersedia berbeda nyata charcoal tempurung kelapa dan charcoal sekam padi, sedangkan pada charcoal kayu dan charcoal serbuk gergaji tidak berpengaruh nyata.

Adanya pengaruh nyata terhadap kadar P-tersedia dan K-tersedia disebabkan karena perbedaan kandungan P-total dan K-total masing-masing charcoal. Disamping itu, perbedaan tersebut juga disebabkan karena adanya luas permukaan masing-masing charcoal yang selanjutnya mengakibatkan P dan K yang dipertukarkan berbeda pula

Jika dibandingkan dengan pupuk buatan, kemampuan charcoal untuk menyediakan P-tersedia dan K-tersedia sangat rendah. Charcoal tempurung kelapa 0,25 mm hanya mampu menyediakan P-tersedia sebesar 17,56 ppm (2,99%), sedangkan charcoal sekam padi 0,25 mm hanya mampu menyediakan K-tersedia sebesar 7,02 ppm (4,31%). Menurut Soepardi (1979) pupuk Super Fosofat mampu menyediakan K-tersedia sebesar lebih dari 20% dan pupu Kalium Klorida mampu menyediakan K-tersedia sebesar lebih dari 40%. Walaupun demikian, charcoal mengandung bahan organik yangg cukup tinggi dan seiring dengan waktu penambahan hara sedikit demi sedikit akan tetap terjadi melalui perombakan bahan organik. Disamping itu, bahan organik juga sangat berperan dalam peningkatan kualitas fisik dan biologis tanah.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasi dan pembahasan, serta terbatas pada ruang lingkup penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Arang (charcoal) yang berasal dari kayu, tempurung kelapa, sekam padi, dan serbuk gergaji memiliki potensi yang rendah sebagai bahan pupuk utama P gan K, tetapi dapat digunakan sebagai bahan pupuk tambahan dan bahan pembenah tanah.

3. Arang (charcoal) dari sekam padi 0,25 mm memiliki kemampuan penyediaan P-tersedia tertinggi (17,56 ppm atau 2,99%), sedangkan arang (charcoal) dari tempurung kelapa memi;iki kemampuan penyediaan K-tersedia tertinggi (7,02 ppm atau 4,31%).

Saran

Berdasarkan hasil dan analisis hasil yang diperoleh, maka penelitian ini masih perlu dilanjutkan dengan menggunakan kombinasi perlakuan yang lebih beragam, ukuran yang lebih halus, dan waktu penggojokan yang lebih lama dari 4 jam.

DAFTAR PUSTAKA

Aonim,2002.Arang Aktif Dari Tempurung Kelapa. Pusat Dokumentasi dan Informasi LIPI. Jakarta. Angel, D.,1995. Kayu Kimia Ultra Struktur Reaksi-Reaksi. GMU Press. Yogyakarta.

Haygreen, JG, 1989. Suatu Pengantar Hasil Hutan Dan Ilmu Kayu. GMU Press. Yogyakarta.

Hsieh, SC and CF Hsieh, 1990. The Of Organic Matter in Crop Production. Proc. Seminar On The of

Organic Fertilizer In Crop Production. Suweon, South Korea.

Idris,H.M;IP. Silawibawa; S. Priatna, 1997. Pengaruh Mutu Masukan Organik Terhadap Humus dan Hasil Tanaman Jagung di Tanah Psament Lombok. Fak. Pertanian Unram.

Johner, 1999. Penerapan Spouted-Bed Dalam Pembuatan Natrium Silikat dari Abu Sekam Padi Hidrodinamika Perpindahan Massa dan Perolehan Silikat. Jurusan Teknik Kimia. ITB. Bandung. Moeljono, 1987. Penelitian Efisiensi Penggunaan Pupuk di Lahan Sawah. Lemlit Tanah dan Agroklimat.

Bogor.

Mulyono, HA., 1974. Studi Termo – Ekonomi Terhadap Pengolahan Natrium Silikat dari Sekam Padi. Departemen Teknologi Kimia ITB. Bandung.

Pohan et. al., 2002. Pengaruh suhu dan konsentrasi Natrium Hidraoksida Pada Pembuatan Karbon Aktif Dari Sekam Padi. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Hasil Pertanian. Dept. Perindustrian dan Perdagangan. Jakarta.

Sanchez, PA., 1976. Properties And Management Of Soil In The Tropic. Dept.Of Soil Sci. John Willey And Sons. New York.

Soepardi et. al .,1985. Menuju Pemupukan Berimbang Guna Meningkatkan Jumlah dan Mutu Hasil Pertanian. Direktorat Penyuluhan Tanaman Pangan. Deptan. Jakarta.

MODEL HUBUNGAN INOVASI DAN KELEMBAGAAN DI DESA GENGGELANG,