• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat Fisis dan Kimia

Hasil pengujian terhadap sifat fisis dan kimia briket arang dari serbuk gergajian kayu afrika dan sengon dengan penambahan arang tempurung kelapa disajikan pada Tabel 5.

Data hasil penelitian selanjutnya dibandingkan dengan kualitas briket arang buatan Jepang, Inggris, Amerika, dan Indonesia. Selain itu data hasil penelitian juga dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu hasil penelitian Rustini (2004) yang berjudul pembuatan briket arang dari serbuk gergajian kayu pinus dengan penambahan arang tempurung kelapa dan penelitian Hendra dan Darmawan (2000) yang berjudul pembuatan briket arang dari serbuk gergajian kayu dengan penambahan tempurung kelapa.

Tabel 5. Sifat fisis dan kimia briket arang dari serbuk gergaji kayu sengon, afrika dengan penambahan tempurung kelapa.

No Sifat fisis

dan kimia Perlakuan

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 1 Kadar air (%) 16,777 14,680 15,518 3,378 2,670 2,424 3,663 4,422 2,111 2 Kadar abu (%) 1,783 3,968 3,384 4,364 3,282 6,093 5,955 5,297 7,.908 3 Kadar zat menguap (%) 75,982 73,853 79,584 23,431 13,889 23,830 24,542 14,692 25,527 4 Kadar karbon terikat (%) 22,235 22,179 19,413 72,204 82,828 70,077 69,837 80,011 66,565 5 Kerapatan (g/cm3 ) 0,249 0,261 0,275 0,354 0,332 0,368 0,453 0,401 0,420 6 Keteguhan tekan (kg/cm2 ) 3,933 2,934 4,139 15,844 16,040 14,851 19,097 23,673 27,315 7 Nilai kalor (kal/g) 4370 4674 4416 5557 5738 5714 5869 6011 5832 Keterangan:

P1. 100% serbuk gergajian kayu afrika P2. 100% serbuk gergajian kayu sengon

P3. Campuran serbuk gergajian kayu afrika dan sengon dengan kompososi masing-masing 50%

P4. 100% arang serbuk gergajian kayu afrika P5. 100% arang serbuk gergajian kayu sengon

P7. 85% arang serbuk gergajian kayu afrika + 15% arang tempurung kelapa

P8. 85% arang serbuk gergajian kayu sengon + 15% arang tempurung kelapa

P9. 85% campuran arang serbuk gergajian kayu afrika dan sengon + 15% arang tempurung kelapa.

Kadar Air

Kadar air dalam pembuatan briket arang sangat berpengaruh terhadap kualitas briket arang. Semakin tinggi kadar air akan menyebebkan kualitas briket arang menurun, terutama akan berpengaruh terhadap nilai kalor briket arang dan briket arang akan lebih sulit untuk dinyalakan. Arang sangat mudah untuk menyerap air atau arang mempunyai sifat higroskopis yang tinggi, oleh karena itu penentuan mengenai kadar air bertujuan untuk mengetahui sifat higroskopis briket arang dari arang serbuk gergajian kayu afrika, arang serbuk gergajian kayu sengon dan campuran arang serbuk gergajian kayu dengan penambahan arang tempurung kelapa.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap kadar air (Lampiran 1b), diketahui bahwa pencampuran arang serbuk gergajian kayu afrika dengan sengon pada komposisi masing-masing 50% (P6) serta penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu afrika (P7), arang serbuk sengon (P8) dan campuran diantara keduanya (P9) memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai kadar air briket arang. Hal ini terlihat pada nilai F hitung yang lebih besar dari pada F tabel pada taraf 1%. Nilai kadar air briket yang dihasilkan berfariasi dari 1,937% sampai 17,096% (Lampiran 1a).

16.777 14.680 15.518 3.3782.670 2.4243.6634.422 2.111 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Ka d a r Ai r (% ) P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 Perlakuan

Gambar 3. Grafik nilai kadar air rata-rata pada berbagai perlakuan

Pada Gambar 3 terlihat bahwa kadar air rata-rata terendah untuk briket arang sebesar 2,111% diperoleh pada campuran arang dengan komposisi 85% arang serbuk gergajian kayu afrika dan sengon dengan penambahan 15% arang tempurung kelapa (P9), sedangkan kadar air rata-rata tertingginya sebesar 4,422% dihasilkan pada komposisi 85% arang serbuk gergajian kayu sengon dengan penambahan 15% arang tempurung kelapa (P8). Penambahan tempurung kelapa dengan komposisi 15% berhasil menurunkan kadar air rata-rata dari 2,424% menjadi 2,111% atau sebesar 12,913%.

Tingginya kadar air pada serbuk gergajian kayu disebabkan karena pada serbuk gergajian kayu memiliki ukuran partikel yang lebih besar dan jumlah pori-pori yang lebih banyak, selain itu serbuk gergajian kayu masih mengandung komponen-komponen kimia seperti selulosa, lignin dan hemiselulosa. Sedangkan untuk arang serbuk gergajian kayu memiliki kadar air jauh lebih rendah dibandingkan dengan serbuk kayunya, hal tersebut diduga karena ukuran partikel pada serbuk arang lebih halus dan seragam sehingga ruang-ruang kosong atau pori-pori yang dimiliki oleh arang lebih sedikit. Pada serbuk arang komponen-komponen kimia seperti lignin, selulosa dan hemiselulosa diduga sudah hilang dan yang tersisa dalam arang tinggal kandungan karbon yang berbentuk padat dan berpori. Menurut Sudrajat dan Sholeh (1994) dalam Gusmailina et al. (2003)

Keterangan:

P1 = 100% Serbuk Afrika (Af) P2 = 100% Serbuk Sengon (Sn) P3 = 50% Serbuk Af+50% Sn) P4 = 100% Arang Afrika (Af) P5 = 100% Arang Sengon (Sn) P6 = 50% Arang Af+50% Sn P7 = 85% Arang Af+15% T. kelapa P8 = 85% Arang Sn+15% T. kelapa

P9 = 85% camp arang Af dan Sn+15% T. kelapa

Penurunan kadar air dari 2,424% menjadi 2,111% diduga terjadi karena pencampuran antara arang serbuk gergajian kayu afrika dengan arang serbuk gergajian kayu sengon yang ditambahkan arang tempurung kelapa menyebabkan ukuran partikelnya lebih halus dan seragam. Hal ini disebabkan karena pencampuran akan saling mengisi pori-pori sehingga air yang terikat didalam pori-pori arang lebih sedikit. Tetapi penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu afrika dan arang serbuk gergajian kayu sengon justru meningkatkan kadar air. Peristiwa ini diduga karena arang tempurung kelapa mampu menyimpan air lebih banyak, hal ini karena ukuran partikel yang lebih besar dan jumlah pori-pori yang lebih banyak. Selain dipengaruhi oleh ukuran partikel dan jumlah pori-pori, tinggi rendahnya kadar air diduga juga dipengaruhi oleh kadar abu yang mana semakin tinggi kadar abu arang maka semakin rendah kadar air. Abu disusun oleh silika yang kemampuan menyerap airnya kecil. Menurut Earl (1974) dalam Saktiawan (2000) menyatakan bahwa arang memiliki kemampuan menyerap air yang besar yang dipengaruhi oleh luas permukaan dan pori-pori arang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (1994) bahwa briket arang dengan ukuran serbuk yang lolos 20 mesh memiliki kadar air paling tinggi dibandingkan dengan arang serbuk yang lolos saringan 40 mesh dan 80 mesh.

Berdasarkan hasil uji lanjutan kadar air (Lampiran 1c) diketahui bahwa perlakuan pencampuran serbuk afrika dengan sengon (P3) menunjukan perbedaan yang nyata. Sedangkan pada pencampuran arang serbuk afrika dengan sengon (P6) dan penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk afrika (P7) tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata. Besarnya perubahan kadar air dapat dianggap sama. Akan tetapi penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu sengon (P8) dan campuran arang serbuk gergajian kayu afrika dengan sengon (P9) memperlihatkan perbedaan yang nyata.

Kadar air briket arang pada penelitian ini berkisar antara 2,111%-4,422%. Apa bila dibandingkan dengan kadar air buatan Jepang (6-8%) Amerika (6,2%), Inggris (3,6%), dan Indonesia (8%) maka kadar air briket arang hasil penelitian

ini memiliki nilai lebih baik. Kadar air pada penelitian ini jika dibandingkan dengan hasil penelitian Rustini (2,132%-2,699%) memiliki nilai kadar air yang lebih tinggi akan tetapi jika dibandingkan dengan hasil penelitian Hendra dan Darmawan (3,51%-4,75%) memiliki nilai yang lebih rendah. Kadar air dalam pembuatan arang diharapkan serendah mungkin agar tidak menurunkan nilai kalor, tidak sulit dalam penyalaan, dan briket tidak banyak mengeluarkan asap pada saat penyalaan.

Kadar Abu

Kadar abu merupakan bahan sisa dari pembakaran yang sudah tidak memiliki nilai kalor atau tidak memiliki unsur karbon lagi. Salah satu unsur penyusun abu adalah silika. Pengaruh kadar abu terhadap kualitas briket arang kurang baik, terutama terhadap nilai kalor yang dihasilkan. Kandungan kadar abu yang tinggi dapat menurunkan nilai kalor briket arang, sehingga akan menurunkan kualitas briket arang.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada kadar abu (Lampiran 2b) bahwa pencampuran arang serbuk gergaji kayu afrika dengan sengon (P6) dan penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu afrika (P7), arang serbuk sengon (P8), dan campuran arang serbuk diantara keduanya (P9) menunjukan pengaruh yang sangat nyata dimana nilai F hitung lebih besar dari F tabel pada taraf 1%. Nilai kadar abu briket yang dihasilkan berfariasi dari 1,456% sampai 8,005% (Lampiran 2a).

Hasil kadar abu rata-rata pada penelitian ini ditampilkan seperti pada Gambar 4 di bawah ini.

1.783 3.968 3.384 4.364 3.282 6.093 5.955 5.297 0 1 2 3 4 5 6 7 K ad a r A bu (% ) P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 Perlakuan

Gambar 4. Grafik kadar abu rata-rata pada berbagai perlakuan

Kadar abu rata-rata terendah untuk briket arang sebesar 3,282% dihasilkan pada arang serbuk gergaji kayu sengon dengan komposisi 100% (P5) dan kadar abu tertinggi sebesar 7,908% dihasilkan pada campuran arang dengan komposisi 85% arang serbuk gergajian kayu afrika dan sengon dengan penambahan 15% arang tempurung kelapa (P9). Penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu afrika (P7), arang serbuk sengon (P8), dan campuran diantara keduanya (P9) ternyata cenderung meningkatkan kadar abu. Kenaikan kadar abu pada masing-masing perlakuan arang serbuk gergajian kayu dengan penambahan arang tempurung kelapa disebabkan karena kandungan silika tempurung kelapa lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan silika serbuk gergajian kayu. Hal ini sama dengan hasil penelitian Hendra dan Darmawan (2000) yang menyatakan bahwa penambahan persentase arang tempurung kelapa dapat menyebabkan nilai kadar abu briket arang meningkat.

Berdasarkan hasil uji lanjutan kadar abu (Lampiran 2c) diketahui bahwa pencampuran serbuk afrika dengan sengon (P3) tidak menunjukan perbedaan yang nyata. Sedangkan pada penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu afrika (P7), arang serbuk sengon (P8), dan campuran diantara keduanya (P9) memberikan pengaruh yang nyata.

P2 = 100% Serbuk Sengon (Sn) P3 = 50% Serbuk Af+50% Sn) P4 = 100% Arang Afrika (Af) P5 = 100% Arang Sengon (Sn) P6 = 50% Arang Af+50% Sn P7 = 85% Arang Af+15% T. kelapa P8 = 85% Arang Sn+15% T. kelapa

P9 = 85% camp arang Af dan Sn+15% T. kelapa

Kadar abu briket arang pada penelitian ini berkisar antara 3,282%-7,908%. Apa bila dibandingkan dengan kadar abu buatan Amerika (8,3%) dan Indonesia (8%) maka kadar abu briket arang hasil penelitian ini lebih rendah. Namun jika dibandingkan dengan kadar abu butan Jepang (3%-6%) maka kadar abu briket arang pada penelitian ini lebih tinggi. Untuk jenis briket arang serbuk gergajian kayu afrika (P4), arang serbuk sengon (P5), dan campuran arang serbuk gergajian kayu sengon dengan tempurung kelapa (P8) memiliki kadar abu yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan kadar abu buatan Inggris (5,9%). Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Rustini (0,7863%-0,9212%) dan hasil penelitian Hendra dan Darmawan (3,56%-4,23%), menunjukan nilai kadar abu pada penelitian ini lebih tinggi.

Kadar Zat Menguap

Menurut Hendra dan Pari (2000) bahwa kadar zat menguap adalah zat (volatile matter) yang dapat menguap sebagai hasil dekomposisi senyawa-senyawa yang masih terdapat didalam arang selain air. Kandungan kadar zat menguap yang tinggi didalam briket arang akan menyebabkan asap yang lebih banyak pada saat briket dinyalakan. Kandungan asap yang tinggi disebabkan oleh adanya reaksi antara karbon monoksida (CO) dengan turunan alkohol.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap kadar zat menguap briket arang (Lampiran 3b), diketahui bahwa pencampuran arang serbuk gergajian kayu afrika dengan sengon pada komposisi masing-masing 50% (P6) serta penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu afrika (P7), arang serbuk sengon (P8) dan campuran diantara keduanya (P9) memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai kadar zat menguap briket arang. Hal ini terlihat pada nilai F hitung yang lebih besar dari pada F tabel pada taraf 1%. Nilai kadar zat menguap briket yang dihasilkan berfariasi dari 10,082% sampai 80,357% (Lampiran 3a).

Kadar zat menguap rata-rata terendah untuk briket arang sebesar 13,889% diperoleh pada komposisi 100% arang serbuk gergajian kayu sengon (P5). Kadar zat menguap tertinggi sebesar 25,527% diperoleh pada komposisi 85% campuran arang serbuk gergajian kayu sengon dengan afrika yang selanjutnya ditambahkan

(Gambar 5). 75.982 73.853 79.584 23.431 13.889 23.830 24.542 14.692 25.527 0 10 20 30 40 50 60 70 80 K ad a r Z at M e n gu a p (% ) P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 Perlakuan

Gambar 5. Grafik kadar zat menguap rata-rata pada berbagai perlakuan

Tinggi rendahnya kadar zat menguap pada briket arang diduga disebabkan oleh kesempurnaan proses karbonisasi dan juga dipengaruhi oleh waktu dan suhu pada proses pengarangan. Semakin besar suhu dan waktu pengarangan maka semakin banyak zat mengup yang terbuang, sehingga pada saat pengujian kadar zat menguap akan diperoleh kadar zat menguap yang rendah.

Berdasarkan hasil uji lanjutan kadar zat menguap (Lampiran 3c) diketahui bahwa pencampuran serbuk afrika dengan sengon (P3) menunjukan perbedaan yang nyata. Sedangkan penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu afrika (P7), arang serbuk sengon (P8), dan campuran diantara keduanya (P9) tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata. Besarnya perubahan kadar abu dapat dianggap sama.

Kadar zat menguap briket arang pada penelitian ini berkisar antara 13,889%-25,527%. Apa bila dibandingkan dengan kadar zat meguap buatan Jepang (15%-30%), Amerika (19%-28%), Inggris (16,4%), dan Indonesia (15%) maka kadar zat menguap briket arang hasil penelitian ini memenuhi standar karena nilai kadar zat menguapnya lebih rendah. Selain itu kadar zat menguap

Keterangan:

P1 = 100% Serbuk Afrika (Af) P2 = 100% Serbuk Sengon (Sn) P3 = 50% Serbuk Af+50% Sn) P4 = 100% Arang Afrika (Af) P5 = 100% Arang Sengon (Sn) P6 = 50% Arang Af+50% Sn P7 = 85% Arang Af+15% T. kelapa P8 = 85% Arang Sn+15% T. kelapa

P9 = 85% camp arang Af dan Sn+15% T. kelapa

hasil penelitian ini juga lebih baik jika dibandingkan dengan hasil penelitian Rustini (2004) sebesar (33,476%-36,952%) dan hasil penelitian Hendra dan Darmawan (2000) yaitu sebesar (22,18%-25,77%).

Kadar Karbon Terikat

Menurut Abidin (1973) bahwa kadar karbon terikat merupakan fraksi karbon yang terikat didalam arang selain fraksi air, zat menguap, dan abu. Keberadaan karbon terikat didalam briket arang dipengaruhi oleh nilai kadar abu dan kadar zat menguap. Kadar karbon terikat akan bernilai tinggi apabila nilai kadar abu dan kadar zat menguap pada briket arang rendah. Kadar karbon terikat berpengaruh terhadap nilai kalor bakar briket arang. Nilai kalor briket arang akan tinggi apa bila nilai kadar karbon terikat pada briket tinggi.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap kadar karbon terikat (Lampiran 4b), diketahui bahwa pencampuran arang serbuk gergajian kayu afrika dengan sengon pada komposisi masing-masing 50% (P6) serta penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu afrika (P7), arang serbuk sengon (P8) dan campuran diantara keduanya (P9) memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai kadar karbon terikat briket arang. Hal ini terlihat pada nilai F hitung yang lebih besar dari pada F tabel pada taraf 1%. Nilai kadar karbon terikat briket yang dihasilkan berfariasi dari 18,390% sampai 86,142% (Lampiran 4a).

Kadar karbon terikat rata-rata terendah untuk briket arang serbuk gergajian kayu sebesar 66,565% diperoleh pada komposisi 85% campuran arang serbuk gergajian kayu afrika dengan sengon yang diberi tambahan 15% arang tempurung kelapa (P9). Kadar karbon terikat tertinggi sebesar 82,828% diperoleh pada briket arang serbuk gergajian kayu sengon dengan komposisi 100% (P5).

Pada Gambar 6 memperlihatkan secara jelas bahwa pencampuran serbuk atau arang dan penambahan arang tempurung kelapa pada masing-masing arang serbuk gergajian kayu mengalami penurunan yang sangat nyata. Hasil penelitian juga membuktikan bahwa semakin rendahnya kadar abu dan kadar zat menguap akan dihasilkan kadar karbon terikat yang tinggi atau sebaliknya.

22.235 22.179 19.413 0 10 20 30 40 50 60 70 K a d a r K a rbon Te ri k a t P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 Perlakuan

Gambar 6. Grafik kadar karbon terikat rata-rata pada berbagai perlakuan

Berdasarkan hasil uji lanjutan kadar karbon terikat(Lampiran 4c) diketahui bahwa pencampuran serbuk afrika dengan sengon (P3), campuran arang serbuk gergajian kayu afrika dengan sengon (P6) dan arang serbuk gergajian kayu afrika yang ditambah dengan arang tempurung kelapa (P7) tidak menunjukan perbedaan yang nyata. Sedangkan pada penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu sengon (P8), dan campuran diantara keduanya (P9) memperlihatkan perbedaan yang nyata.

Kadar karbon terikat briket arang pada penelitian ini berkisar antara 66,565%-82,828%. Apa bila dibandingkan dengan kadar karbon terikat buatan Jepang (60%-80%), Amerika (60%), Inggris (75,3%), dan Indonesia (77%). maka kadar karbon terikat briket arang hasil penelitian ini memenuhi standar untuk briket arang buatan Jepang, Inggris, dan Indonesia. Tetapi tidak memenuhi syarat briket arang buatan Amerika. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Rustini (62,262%-65,674%) dan hasil penelitian Hendra dan Darmawan (70,28%-73,82%) menunjukkan bahwa nilai kadar karbon terikat pada penelitian lebih baik karena nilai kadar karbon terikatnya lebih tinggi.

P3 = 50% Serbuk Af+50% Sn) P4 = 100% Arang Afrika (Af) P5 = 100% Arang Sengon (Sn) P6 = 50% Arang Af+50% Sn P7 = 85% Arang Af+15% T. kelapa P8 = 85% Arang Sn+15% T. kelapa

P9 = 85% camp arang Af dan Sn+15% T. kelapa

Kerapatan

Kerapatan merupakan hasil perbandingan antara berat dan volume briket arang. Tinggi rendahnya kerapatan briket arang sangat berpengaruh terhadap kualitas briket arang, terutama nilai kalor briket arang. Besar kecilnya kerapatan dipengaruhi oleh ukuran dan kehomogenan arang penyusun briket tersebut. Menurut Nurhayati (1983) dinyatakan bahwa semakin tinggi atau semakin seragam ukuran serbuk arang gergajian kayu akan menghasilkan briket arang dengan kerapatan dan keteguhan tekan yang semakin tinggi pula. Sedangkan menurut Hartoyo (1983) dinyatakan bahwa tinggi rendahnya kerapatan dan keteguhan tekan briket dipengaruhi oleh berat jenis kayu dan besarnya tekanan pengempaan.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap nilai kerapatan (Lampiran 5b), diketahui bahwa pencampuran arang serbuk gergajian kayu afrika dengan sengon pada komposisi masing-masing 50% (P6), serta penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu afrika (P7), arang serbuk sengon (P8) dan campuran diantara keduanya (P9) memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai kerapatan briket arang. Hal ini terlihat pada nilai F hitung yang lebih besar dari pada F tabel pada taraf 1%. Nilai kerapatan briket yang dihasilkan berfariasi dari 0,245 g/cm3 sampai 0,462 g/cm3 (Lampiran 5a).

0.249 0.261 0.275 0.354 0.332 0.368 0.453 0.401 0.420 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 K e ra qpa ta n (gr /c m 3 ) P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 Perlakuan

Gambar 7. Grafik nilai kerapatan rata-rata pada berbagai perlakuan

Keterangan:

P1 = 100% Serbuk Afrika (Af) P2 = 100% Serbuk Sengon (Sn) P3 = 50% Serbuk Af+50% Sn) P4 = 100% Arang Afrika (Af) P5 = 100% Arang Sengon (Sn) P6 = 50% Arang Af+50% Sn P7 = 85% Arang Af+15% T. kelapa P8 = 85% Arang Sn+15% T. kelapa

P9 = 85% camp arang Af dan Sn+15% T. kelapa

100% briket arang serbuk gergajian kayu sengon (P5). Nilai kerapatan tertinggi untuk briket arang sebesar 0,453 g/cm3 diperoleh pada campuran briket arang serbuk gergajian kayu afrika yang diberi tambahan 15% arang tempurung kelapa (P7). Pencampuran arang serbuk gergajian kayu afrika dengan arang serbuk gergaji kayu sengon (P6) dan penambahan arang tempurung kelapa (15%) pada arang serbuk gergajian kayu afrika (P7), arang serbuk sengon (P8), dan campuran diantara keduanya (P9) mampu meningkatkan nilai kerapatan briket arang (Gambar 7).

Berdasarkan hasil uji lanjutan nilai kerapatan (Lampiran 5c) diketahui bahwa pencampuran serbuk afrika dengan sengon (P3), campuran arang serbuk gergajian kayu afrika dengan sengon (P6) tidak menunjukan perbedaan yang nyata. Sedangkan pada penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu afrika (P7), arang serbuk sengon (P8), dan campuran diantara keduanya (P9) memperlihatkan perbedaan yang nyata. Menurut Hendra dan Darmawan (2000), bahwa kerapatan akan berpengaruh terhadap pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan briket. Semakin besar kerapatan maka volume atau ruang yang diperlukan akan lebih kecil untuk berat briket yang sama.

Nilai kerapatan briket arang pada penelitian ini berkisar antara 0,332 g/cm3-0,453 g/cm3. Apa bila dibandingkan dengan nilai kerapatan briket arang buatan Jepang (1,0 g/cm3-1,2g/cm3), Amerika (1 g/cm3), dan Inggris (0,48 g/cm3) maka nilai kerapatan briket arang yang dihasilkan tidak memenuhi standar, karena nilai kerapatannya jauh lebih rendah. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Rustini (0,542 g/cm3-0,599 g/cm3) dan hasil penelitian Hendra dan Darmawan (0,45 g/cm3-0,59 g/cm3) menunjukkan bahwa nilai kerapatan briket pada penelitian ini lebih rendah.

Keteguhan Tekan

Keteguhan tekan briket merupakan kemampuan briket untuk memberikan daya tahan atau kekompakan briket terhadap pecah atau hancurnya briket jika diberikan beban pada benda tersebut. Semakin tinggi nilai keteguhan tekan briket arang berarti daya tahan terhadap pecah semakin baik. Hal tersebut akan menguntungkan didalam kegiatan pemasaran yang meliputi pengemasan maupun distribusi dan memudahkan pengangkutan briket arang.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap keteguhan tekan (Lampiran 6b), diketahui bahwa pencampuran arang serbuk gergajian kayu afrika dengan sengon pada komposisi masing-masing 50% (P6) serta penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu afrika (P7), arang serbuk sengon (P8) dan campuran diantara keduanya (P9) memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai keteguhan tekan briket arang. Hal ini terlihat pada nilai F hitung yang lebih besar dari pada F tabel pada taraf 1%. Nilai keteguhan tekan briket yang dihasilkan berfariasi dari 2,858 kg/cm2 sampai 28,632 kg/cm2 (Lampiran 6a). 3.933 2.934 4.139 15.844 16.04014.851 19.097 23.673 27.315 0 5 10 15 20 25 30 K et eg u h a n te k a n (k g/ c m2 ) P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 Perlakuan

Gambar 8. Grafik nilai keteguhan tekan rata-rata pada berbagai perlakuan

Berdasarkan hasil pengujian, nilai keteguhan tekan rata-rata terendah untuk briket arang serbuk gergajian kayu sebesar 14,851 kg/cm2 diperoleh pada campuran briket arang serbuk gergajian kayu afrika dengan sengon pada

Keterangan:

P1 = 100% Serbuk Afrika (Af) P2 = 100% Serbuk Sengon (Sn) P3 = 50% Serbuk Af+50% Sn) P4 = 100% Arang Afrika (Af) P5 = 100% Arang Sengon (Sn) P6 = 50% Arang Af+50% Sn P7 = 85% Arang Af+15% T. kelapa P8 = 85% Arang Sn+15% T. kelapa

P9 = 85% camp arang Af dan Sn+15% T. kelapa

kayu afrika dengan sengon yang diberi tambahan 15% arang tempurung kelapa (P9). Pencampuran serbuk gergajian kayu afrika dengan serbuk gergajian kayu sengon (P3) dan penambahan arang tempurung kelapa (15%) pada arang serbuk gergajian kayu afrika (P7), arang serbuk sengon (P8), dan campuran diantara keduanya (P9) mampu meningkatkan nilai keteguhan tekan briket arang.

Berdasarkan hasil uji lanjutan nilai keteguhan tekan (Lampiran 6c) diketahui bahwa pencampuran serbuk afrika dengan sengon (P3), campuran arang serbuk gergajian kayu afrika dengan sengon (P6) tidak menunjukan perbedaan yang nyata. Sedangkan pada penambahan arang tempurung kelapa pada arang serbuk gergajian kayu afrika (P7), arang serbuk sengon (P8), dan campuran diantara keduanya (P9) memperlihatkan perbedaan yang nyata.

Meningkatnya nilai keteguhan tekan pada briket arang seiring dengan penambahan arang tempurung kelapa dengan komposisi 15%. Hal tersebut diduga karena ukuran serbuk arang menjadi lebih seragam. Menurut Nurhayati (1983) dinyatakan bahwa permukaan yang seragam akan memudahkan arang untuk menempel dan berikatan satu sama lainnya. Ditambah dengan tekanan pengempaan yang membantu proses pengikatan dan pengisian ruang-ruang yang kosong. Sedangkan ukuran partikel yang tidak seragam akan menyebabkan ikatan antar partikel serbuk arang kurang sempurna. Keteguhan tekan meningkat seiring dengan meningkatnya kerapatan.

Nilai keteguhan tekan briket arang pada penelitian ini berkisar antara 14,851 kg/cm2-27,315 kg/cm2. Apa bila dibandingkan dengan nilai keteguhan tekan briket arang buatan Jepang (60 kg/cm2-65 kg/cm2), Amerika (62 kg/cm2), dan Inggris (12,7 kg/cm2) maka nilai keteguhan tekan briket arang serbuk gergajian kayu tidak memenuhi syarat untuk briker arang buatan Jepang dan Amerika.. Akan tetapi nilai keteguhan tekan briket arang pada penelitian ini cukup memenuhi syarat untuk briket arang buatan Inggris. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Rustini (12,484 kg/cm2-32,666 kg/cm2) maka nilai keteguhan tekan pada penelitian ini jauh lebih rendah. Akan tetapi jika dibandingkan dengan

hasil penelitian Hendra dan Darmawan (4,67 kg/cm2-6,72 kg/cm2) maka nilai keteguhan tekan pada penelitian ini lebih tinggi.

Nilai Kalor

Pengujian terhadap nilai kalor bertujuan untuk mengetahui sejauh mana nilai panas pembakaran yang dihasilkan oleh briket arang. Nilai kalor diperoleh

Dokumen terkait