• Tidak ada hasil yang ditemukan

Selanjutnya digunakan uji lanjut Duncan (Rp) untuk mengetahui beda nilai tengah hasil pengamatan antara setiap perlakuan (p) yang dapat ditentukan melalui persamaan:

Rp = rα; p; dbg

KTG : Kuadrat Total Galat; r : Jumlah ulangan;

rα; p; dbg : Nilai tabel Duncan pada taraf nyata α, jarak peringkat dua perlakuan p dan derajat bebas galat sebesar dbg.

Uji Duncan ini digunakan karena dapat digunakan untuk menguji perbedaan diantara semua pasangan perlakuan yang mungkin tanpa memperhatikan jumlah perlakuan (Mattjik 2006).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Cuaca Selama Penelitian

Lokasi penelitian yang berada di kecamatan Darmaga, Bogor memiliki kondisi iklim tropis basah (Af) dengan pola curah hujan monsoon dan intensitas curah hujan sebesar 2500-5000 mm/tahun.

Gambar 9 Kondisi curah hujan selama penelitian

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 8 15 22 29 36 43 50 57 64 71 78 C H (m m )

17 Berdasarkan informasi data yang didapat dari BMKG Darmaga, suhu udara rata-rata, minimum dan maksimum harian yang terdapat di wilayah tersebut sebesar 26.1 oC, 21.8 oC dan 33.6 oC, dengan kelembaban rata-rata per bulan 84 % dan intensitas radiasi surya rata-rata 13 MJ/m2/bulan.

Gambar 10 Kondisi suhu udara rata – rata selama penelitian ( = TBk) suhu bola kering dan ( = TBb) suhu bola basah

Suhu udara rata-rata harian wilayah kajian selama musim penanaman sebesar 26.4 oC, dengan suhu maksimum dan mínimum rata-rata adalah 33.7 oC dan 22.2 oC. Kelembaban udara rata – rata harian sebesar 85% dan lama penyinaran rata-rata per hari adalah 78%. Curah hujan total selama penelitian tercatat sebesar 673.2 mm dengan hari hujan sebanyak 51 hari, dan curah hujan harian tertinggi sebesar 95.6 mm. Kondisi yang terjadi pada saat masa tanam (28 Maret-15 Juni) merupakan musim hujan sehingga menyebabkan 66% dari keseluruhan masa tanam (77 hari) terjadi hujan.

Pada sebelum dan saat terjadinya hujan terdapat awan yang menutupi permukaan bumi dari cahaya matahari. Kondisi tersebut menyebabkan total penerimaan radiasi surya tidak merata sepanjang hari, kemudian mengakibatkan rata-rata fluktuasi suhu harian yang didapat semakin beragam. Semakin beragamnya suhu udara yang dihasilkan dapat mempengaruhi kondisi pertumbuhan tanaman jagung manis. Seperti yang telah disampaikan pada bab Tinjauan Pustaka, berdasarkan pernyataan Sitaniapessy (1985), suhu rendah akan mengurangi luas daun dan pembesaran buah serta meningkatkan pembungaan. Sedangkan suhu tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan batang dan daun tanaman.

Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Jagung Manis

Tinggi Tanaman

Perbedaan perubahan tinggi tanaman rata-rata setiap perlakuan dipengaruhi oleh beberapa kondisi. Disamping pengaruh dari sifat genetik tanaman itu sendiri,

24 25 26 27 28 0 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70 77 84 Suhu ( C)

18

kondisi lingkungan baik yang alami maupun akibat pengaruh perlakuan pun turut berpengaruh pada kondisi tersebut.

Gambar 11 Tinggi rata-rata semua ulangan pada kombinasi perlakuan arah baris Timur Barat ( ) dan Utara-Selatan ( ) dengan jarak tanam 70 x 20cm ( - - - - ) dan 70 x 40cm ( )

Tabel 2 Pengaruh arah baris terhadap tinggi tanaman menurut uji Duncan

Umur Tinggi rata - rata (cm)

USJ20 TBJ20 USJ40 TBJ40 1 MST 6.7a 6.9a 7.5 a 7.7a 2 MST 15.2a 13.8a 16.2 a 14.3a 3 MST 31.7b 41.2a 31.4 a 31.7a 4 MST 42.5a 47.6a 39.3 a 37.4a 5 MST 59.2a 58.4a 58.8 a 49.4a 6 MST 89.3a 80.5a 90.8 a 78.3a 7 MST 140.1a 129.7b 131.8 a 118.9a 8 MST 184.4a 180.1a 168.5 a 152.3a 9 MST 185.6a 187.9a 177.4 a 170.9a 10 MST 186.9a 187.6a 180.6 a 169.0 a 11 MST 184.9a 183.8a 178.6 a 165.4a

Keterangan: huruf yang sama pada masing – masing baris yang dipisahkan garis menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata menurut uji nilai tengah Duncan taraf nyata 5%.

Hasil rata-rata semua ulangan pada Gambar 11 menunjukkan bahwa tinggi tanaman dengan jarak tanam 70 x 20 cm (J20) cenderung lebih tinggi. Selain itu, tanaman dengan arah baris Utara-Selatan (US) juga lebih tinggi jika dibanding dengan arah baris Timur-Barat (TB). Kerapatan populasi dan arah baris mempengaruhi tanaman dalam mendapatkan cahaya matahari. Semakin rapat populasi tanaman maka persaingan antar tanaman dalam menerima cahaya matahari semakin tinggi. Pada arah baris US, jarak penerimaan cahaya matahari terhadap sudut datang matahari lebih merata daripada arah baris TB. Hal tersebut dikarenakan jarak tanam pada petak arah baris US dalam satu baris terhadap sinar datang matahari lebih lebar (70 cm), sehingga tanaman yang berada di balik

0 40 80 120 160 200 240 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 T in ggi T an am an ( cm )

19 tanaman lain terhadap arah datangnya matahari tidak tertutupi bayangan tanaman yang berada di depannya (efek naungan). Berbeda halnya dengan arah baris TB, jarak tanam dalam satu baris terhadap sinar datang matahari lebih rapat (20 cm atau 40 cm), sehingga tanaman yang satu dengan yang lainnya saling menutupi sinar matahari yang masuk.

Tabel 3 Pengaruh jarak tanam terhadap tinggi tanaman menurut uji Duncan

Umur

Tinggi rata - rata (cm)

TBJ20 TBJ40 USJ20 USJ40 1 MST 6.9a 7.7a 6.7 a 7.5a 2 MST 13.8a 14.3a 15.2a 16.2a 3 MST 41.2a 31.7a 31.7a 31.4a 4 MST 47.6a 37.4a 42.5a 39.3a 5 MST 58.4a 49.4a 59.2a 58.8a 6 MST 80.5a 78.3a 89.3a 90.8a 7 MST 129.7a 118.9a 140.1a 131.8a 8 MST 180.1a 152.3a 184.4a 168.5a 9 MST 187.9a 170.9a 185.6a 177.4a 10 MST 187.6a 169.1a 186.9a 180.6a 11 MST 183.8a 165.4a 184.9a 178.6a

Keterangan: huruf yang sama pada masing – masing baris yang dipisahkan garis menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata menurut uji nilai tengah Duncan taraf nyata 5%.

Hasil uji statistik terhadap tinggi tanaman pada tabel 2 dan tabel 3 menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh langsung arah baris dan jarak tanam terhadap perbedaan tinggi tanaman yang dihasilkan. Akan tetapi, jika dilihat dari pertumbuhan tinggi tanaman yang dihasilkan, maka kombinasi perlakuan USJ20 menghasilkan pertum-buhan tinggi tanaman yang lebih optimal dibanding dengan perlakuan yang lain

Jumlah Daun

Jumlah daun rata-rata tanaman (Gambar 12) hampir sama tiap perlakuannya. Perbedaan dapat terlihat ketika berada pada 8 MST, ketika tinggi tanaman mulai mendekati puncaknya mengakibatkan persaingan antar tanaman untuk menerima cahaya matahari semakin tinggi. Hal tersebut diadaptasikan dengan meningkatnya jumlah daun hijau, sehingga dapat terlihat pada jarak tanam 70 x 20 cm (J20) jumlah daun yang dihasilkan lebih banyak dibanding jarak 70 x 40 cm (J40).

Seiring dengan pertumbuhan tanaman jagung manis, ketika mendekati masa panen jumlah daun hijau semakin berkurang, karena konsentrasi pertumbuhan berpusat pada buah dan mengakibatkan daun yang lebih tua mengering. Pengeringan daun ini akan terus berlangsung seiring dengan proses pematangan biji.

20

Gambar 12 Jumlah daun hijau rata-rata semua ulangan pada kombinasi perlakuan arah baris Timur Barat ( ) dan Utara-Selatan ( ) dengan jarak tanam 70 x 20cm ( - - - - ) dan 70 x 40cm ( )

Uji statistik yang disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5 menunjukkan pengaruh antar perlakuan tidak berbeda nyata terhadap jumlah daun yang dihasilkan. Perbedaan jumlah daun yang dihasilkan hanya berkisar 1-2 daun, sedangkan perbedaan nyata terjadi jika selisih jumlah daun lebih dari 3 daun.

Tabel 4 Pengaruh arah baris terhadap jumlah daun menurut uji Duncan

Umur Jumlah daun rata - rata

TBJ20 USJ20 TBJ40 USJ40 1 MST 2a 3a 2a 2a 2 MST 3a 3a 3a 3a 3 MST 6a 6a 5a 6a 4 MST 6a 6a 6a 6a 5 MST 6a 6a 6a 6a 6 MST 8a 8a 7a 8a 7 MST 9a 10a 9a 10a 8 MST 11a 12a 10a 11a 9 MST 12a 13a 12a 12a 10 MST 14a 14a 13a 14a 11 MST 14a 14a 13a 14a

Keterangan : huruf yang sama pada masing – masing baris yang dipisahkan garis menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata menurut uji nilai tengah Duncan taraf nyata 5%.

0 2 4 6 8 10 12 14 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Ju m lah Dau n H ij au

21 Tabel 5 Pengaruh jarak tanam terhadap jumlah daun menurut uji Duncan

Umur

Jumlah daun rata - rata

TBJ20 TBJ40 USJ20 USJ40 1 MST 2a 2a 3a 2a 2 MST 3a 3a 3a 3a 3 MST 6a 5a 6a 6a 4 MST 6a 6a 6a 6a 5 MST 6a 6a 6a 6a 6 MST 8a 7a 8a 8a 7 MST 9a 9a 10a 10a 8 MST 11a 10a 12a 11a 9 MST 12a 12a 13a 12a 10 MST 14a 13a 14a 14a 11 MST 14a 13a 14a 14a

Keterangan : huruf yang sama pada masing – masing baris yang dipisahkan garis menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata menurut uji nilai tengah Duncan taraf nyata 5%.

Berat Kering Total per Tanaman

Berat kering total (BKT) per tanaman meningkat tiap minggunya, hal ini membuktikan bahwa tanaman mengalami pertumbuhan seiring dengan semakin meningkatnya umur tanaman. BKT yang dihasilkan pada perlakuan berjarak 70 x 20 cm (J20) lebih besar daripada tanaman berjarak 70 x 40 cm (J40). Selain itu, BKT arah baris Utara-Selatan (US) cenderung lebih besar daripada arah baris Timur-Barat (TB). Pada Gambar 13 di bawah menunjukkan perubahan BKT meningkat drastis ketika menuju 10 MST. Hal tersebut diakibatkan oleh adanya penambahan proporsi berat dari buah jagung yang mulai matang. Proporsi berat kering buah ini mendominasi antara 45% hingga 60% dari berat kering total tanaman.

Gambar 13 Berat kering total rata-rata semua ulangan pada kombinasi perlakuan arah baris Timur Barat ( ) dan Utara-Selatan ( ) dengan jarak tanam 70 x 20cm ( - - - - ) dan 70 x 40cm ( ) 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 3 4 5 6 7 8 9 10 11 B er at K er in g T ot al ( gr )

22

Hasil uji statistik menunjukkan pertambahan BKT pada arah baris US menunjukkan nilai yang lebih tinggi daripada arah baris TB, sedangkan dari perlakuan jarak tanam tidak menunjukkan adanya perbedaan nyata BKT dari masing-masing perlakuan. Sehingga penulis menyatakan bahwa BKT tanaman jagung manis cenderung dipengaruhi oleh perlakuan arah baris penerimaan cahaya matahari daripada jarak tanam.

Tabel 6 Pengaruh arah baris terhadap berat kering tanaman menurut uji Duncan

Umur BKT rata - rata (gram)

USJ20 TBJ20 USJ40 TBJ40 4 MST 2.9a 1.2a 3.1a 1.4a 5 MST 7.3a 3.0a 4.3a 2.0a 6 MST 21.0a 18.0a 15.6a 13.1a 7 MST 34.4a 29.5a 36.7a 27.1a 8 MST 51.0a 44.5a 55.0a 41.2a 9 MST 66.7a 59.6a 73.2a 55.3a 10 MST 115.3a 86.1a 107.6a 87.0b 11 MST 141.7a 111.1b 125.8a 99.5b

Keterangan: huruf yang sama pada masing – masing baris yang dipisahkan garis menunjukkan tidak ada

perbedaan yang nyata menurut uji nilai tengah Duncan taraf nyata 5%.

Tabel 7 Pengaruh jarak tanam terhadap berat kering tanaman menurut uji Duncan

Umur BKT rata - rata (gram)

TBJ20 TBJ40 USJ40 USJ20 4 MST 1.2a 1.4a 3.1a 2.9a 5 MST 3.0a 2.0a 4.3a 7.3a 6 MST 18.0a 13.1a 15.6a 21.0a 7 MST 29.5a 27.1a 36.7a 34.4a 8 MST 44.5a 41.2a 55.0a 51.0a 9 MST 59.6a 55.3a 73.2a 66.7a 10 MST 86.1a 87.0a 107.6a 115.3a 11 MST 111.1a 99.5a 125.8a 141.7a

Keterangan: huruf yang sama pada masing – masing baris yang dipisahkan garis menunjukkan tidak ada

perbedaan yang nyata menurut uji nilai tengah Duncan taraf nyata 5%.

Proporsi berat kering masing-masing organ tanaman terhadap BKT semua perlakuan memiliki karakteristik yang sama. Terlihat pada Gambar 14 di atas, pada awal penanaman hingga berumur 7 MST proporsi berat yang paling dominan adalah berat daun. Selanjutnya proporsi berat daun mulai menurun diiringi dengan kenaikan proporsi berat kering batang mendekati 8 MST.

Penurunan proporsi berat kering batang mulai terlihat setelah muncul buah dan pembentukan biji dimulai (9 MST). Hingga pada 10 MST proporsi berat batang mulai tergantikan dengan proporsi berat buah yang mulai mendominasi BKT. Proporsi tersebut terus terjadi hingga masa panen. Adapun proporsi penambahan berat kering akar relatif stabil dari awal penanaman hingga panen.

23 Untuk persentase proporsi berat kering organ tanaman masing-masing perlakuan dapat dilihat pada lampiran 6.

Gambar 14 Proporsi berat kering organ tanaman jagung manis

Indeks Luas Daun (ILD) dan Koefisien Pemadaman (k)

Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya radiasi yang diintersepsi adalah indeks luas daun (ILD), sudut daun, kerapatan luas dan struktur tegakan tanaman terhadap arah penerusan radiasi surya dalam tajuk (Monteith 1969). Semakin besar nilai ILD maka permukaan daun semakin luas dan menjadi semakin rapat sehingga kemampuan tajuk tanaman untuk menutupi permukaan tanah semakin besar. Akibatnya radiasi yang menuju ke permukaan tanah semakin kecil jumlahnya.

Gambar 15 Indeks luas daun (ILD) rata-rata semua ulangan pada kombinasi perlakuan arah baris Timur Barat ( ) dan Utara-Selatan ( ) dengan jarak tanam 70 x 20cm ( - - - - ) dan 70 x 40cm ( )

0 20 40 60 80 100 120 4 5 6 7 8 9 10 11 B er at K er in g (gr )

Minggu Setelah Tanam (MST)

BKT Daun Batang Buah Akar Bunga 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6 3 4 5 6 7 8 9 10 11 IL D

Minggu Setelah Tanam (MST)

2.4 2.0 1.6 1.2 0.8 0.4 0

24

Mengacu pada hasil penelitian jagung pada tahun 1998-2002 dan kemudian dianalisis korelasinya oleh Lindquist et al (2005) mendapatkan kisaran ILD tanaman jagung sebesar 4.8 hingga 7.4. Jika dibandingkan dengan nilai ILD maksimum tiap perlakuan pada penelitian ini, yang berkisar antara 1.7 hingga 2.4, maka nilai ILD pada penelitian termasuk kecil. Hal tersebut diakibatkan oleh berbagai faktor diantaranya, banyaknya daun hijau yang mengering pada fase vegetatif.

Nilai koefisien pemadaman (k) pada tanaman jagung manis menunjukkan seberapa besar kemampuan tajuk tanaman dalam menahan cahaya yang masuk menuju permukaan tanah. Nilai k dari kombinasi perlakuan TBJ20, TBJ40, USJ20 dan USJ40 berturut-turut yaitu 0.51, 0.56, 0.63 dan 0.59. Nilai k hasil penelitian ini tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian Lindquist et al (2005), rata-rata nilai k jagung manis yang didapat sebesar 0.49 ± 0.03.

Pada penelitian ini nilai k meningkat tiap minggunya hingga mendekati masa panen. Hal tersebut menunjukkan bahwa radiasi yang diintersepsi tanaman semakin besar. Kondisi ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Handoko et al

(2010), jika ILD dan k juga meningkat maka jumlah radiasi surya yang diintersepsi tajuk tanaman semakin besar.

Luas daun spesifik (LDS)

Luas daun spesifik (LDS) atau Specific Leaf Area (SLA) menunjukkan besarnya indeks ketebalan daun. Semakin besar nilai LDS mengindikasikan daun semakin tipis dan luasnya semakin besar.

Gambar 16 Luas daun spesifik (LDS) rata-rata semua ulangan pada kombinasi perla-kuan arah baris Timur Barat ( ) dan Utara-Selatan ( ) dengan jarak tanam 70 x 20cm ( - - - - ) dan 70 x 40cm ( )

Berdasarkan Gambar 15 dapat diketahui bahwa daun tanaman yang muda lebih kecil dan lebih tipis daripada daun tanaman yang lebih tua. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa daun semakin tua ketebalannya semakin meningkat seiring dengan jumlah akumulasi radiasi yang diintersepsi daun. Nilai LDS rataan

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 3 4 5 6 7 8 9 10 11 S L A ( cm ² gr -1)

25 tanaman jagung manis yang didapat sebesar 142.9 cm2 g-1, nilai ini menunjukkan bahwa dalam satu luasan daun sebesar 142.9 cm2 memiliki bobot kering sebesar 1 gram yang meingindikasikan bahwa rata-rata daun jagung pada penelitian ini berbentuk lebar dan tipis.

Pada 4 MST terdapat perbedaan pola LDS pada perlakuan TBJ20. Pada perlakuan tersebut tebal daun hampir dua kali lebih tipis dari perlakuan lain. Terdapat beberapa faktor yang tidak terukur yang menyebabkan hal tersebut, diantaranya kondisi tanah dan gulma yang terdapat pada petak perlakuan tersebut. Kemudian menuju 6 MST tanaman pada perlakuan tersebut mulai menyesuaikan pertumbuhannya dengan tanaman perlakuan lainnya.

Radiasi Surya Total

Pengukuran radiasi surya menggunakan tube solarimeter hanya menghasilkan data intensitas radiasi sesaat. Oleh karena itu, dilakukan penghitungan radiasi total dalam satu hari menggunakan rumus penurunan sinus dari intensitas radiasi sesaat. Kemudian untuk validasi data yang didapat dibandingkan dengan stasiun meteorologi terdekat, Intensitas radiasi total (Gambar 17) selama musim penanaman jagung manis yang didapat sebesar 1161 MJ m-2, dengan intensitas terbesar 24 MJ m-2 hari-1 dan terkecil 5 MJ m-2 hari-1.

Gambar 17 Intensitas radiasi global harian (MJ m2 hari-1)

Besar penerimaan radiasi surya di permukaan bumi sangat bervariasi tiap waktu. Menurut Handoko (1993), hal tersebut dipengaruhi oleh waktu dan tempat. Penerimaan radiasi juga disebabkan disebabkan oleh letak lintang serta keadaan atmosfer terutama awan. Berdasarkan waktu, perbedaan radiasi terjadi dalam sehari (pagi hingga sore hari) maupun secara musiman (hari ke hari). Selain itu, terdapat faktor makro yang mempengaruhi, seperti jarak antara matahari dan bumi, panjang hari dan sudut datang dan pengaruh atmosfer bumi.

Intersepsi Radiasi Surya

Pengaruh perlakuan terhadap jumlah radiasi yang diintersepsikan tanaman lebih besar dipengaruhi oleh kerapatan populasi. Pengaruh arah baris tidak berbeda jauh, akan tetapi arah baris Utara-Selatan lebih besar pengaruhnya

0 5 10 15 20 25 Q o (M J m -2 h ar i-1 ) Tanggal

26

dibanding arah baris Timur-Barat. Jumlah total radiasi surya yang diintersepsi dari kombinasi perlakuan USJ20 merupakan yang paling tinggi.

Gambar 18 Radiasi intersepsi rata – rata semua ulangan pada kombinasi perlakuan arah baris Timur Barat ( ) dan Utara-Selatan ( ) dengan jarak tanam 70 x 20cm ( - - - - ) dan 70 x 40cm ( )

Pada Gambar 18 terlihat bahwa radiasi yang diintersepsi tanaman mengalami penurunan. Sedangkan jika dibandingkan dengan nilai ILD yang didapat, pada 8 MST merupakan puncak ILD tanaman. Hal tersebut mengindikasikan bahwa penambahan biomassa tanaman yang dihasilkan pada 8 MST lebih kecil dari minggu sebelumnya.

Terdapat beberapa pengaruh yang menyebabkan terjadinya penurunan jumlah perubahan biomassa tanaman pada 8 MST. Salah satu yang paling berpengaruh adalah akumulasi radiasi surya global yang terdapat pada 8 MST lebih kecil. Hal tersebut terjadi karena banyaknya penutupan awan yang terjadi pada 8 MST sehingga mengakibatkan pancaran radiasi surya yang menuju permukaan bumi diintersepsi oleh awan dan mengakibatkan jumlahnya berkurang.

Efisiensi Pemanfaatan Radiasi Surya (EPR)

Efisiensi pemanfaatan radiasi surya adalah nisbah antara energi yang digunakan untuk membentuk bahan kering dengan total energi surya yang diterima selama masa pertumbuhan (Sitaniapessy 1985). Liu et al (2012) menambahkan bahwa, nilai EPR juga dapat ditentukan berdasarkan kemiringan garis linear hasil plotting akumulasi intersepsi radiasi (MJ m-2) dan penambahan berat kering (biomassa) tanaman (g m-2). Penggunaan energi radiasi surya dianggap efisien jika nisbah output biomassa yang dihasilkan terhadap input energi radiasi surya yang terpakai semakin meningkat.

Pada arah baris Utara-Selatan (US) mengakibatkan jarak antar baris penerimaan cahaya matahari lebih rapat (20 cm dan 40 cm), sehingga adanya persaingan antar tanaman dalam menerima cahaya matahari yang mengakibatkan sinar matahari tidak jatuh langsung ke permukaan melainkan digunakan oleh tanaman. Berbeda halnya dengan arah baris Timur-Barat (TB), jarak antar baris

0 10 20 30 40 50 60 70 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Q in t (b ee r) M J m -2 m in ggu -1

27 yang renggang (70 cm) mengakibatkan cahaya matahari yang jatuh ke permukaan secara bebas lebih besar akibat adanya efek lorong.

Gambar 19 Efisiensi pemanfaatan radiasi (EPR) surya rata – rata semua ulangan pada kombinasi perlakuan arah baris Timur Barat ( ) dan Utara-Selatan ( ) dengan jarak tanam 70 x 20cm ( - - - - ) dan 70 x 40cm ( )

(a) (b)

Gambar 20 Hubungan antara penambahan biomassa tanaman jagung manis fase vegetatif dengan radiasi intersepsi pada perlakuan arah baris a)Timur Barat dan b)Utara-Selatan, dengan jarak tanam 70 x 20cm ( ) dan 70 x 40cm ( )

Efisiensi pemanfaatan radiasi surya global (EPR) rata-rata pada perlakuan TBJ20, TBJ40, USJ20, USJ40 berturut-turut yaitu, 2.97, 2.75, 3.16 dan 3.14 g MJ-1. Sedangkan nilai EPR-PAR (photosynthesis active radiation) yang didapat dari masing-masing perlakuan secara berturut-turut sebesar 3.70, 3.03, 4.39 dan 3.67 gMJ-1. Jika dibandingkan dengan literatur yang didapat (Tabel 1), nilai-nilai tersebut masih berada pada kisaran EPR tanaman jagung. Kemudian, nilai efisiensi tersebut menunjukkan kombinasi perlakuan arah baris penerimaan cahaya matahari Utara-Selatan dengan jarak tanam 70 x 20 cm (USJ20) paling efisien dalam memanfaatkan energi radiasi surya bagi pertumbuhan tanaman

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 3 4 5 6 7 8 9 10 11 E P R (gr M J -2)

Minggu Setelah Tanam (MST)

y = 2.97x R2= 0.39 y = 2.75x R2= 0.73 0 50 100 150 200 250 300 10 20 30 40 50 60 P en am b ah an B io m as sa (g. m -2)

Akumulasi Qint (MJ m -2 minggu-1)

y = 3.16x R2= 0.35 y = 3.14x R2= 0.51 0 50 100 150 200 250 300 10 20 30 40 50 60 P en am b ah an B iom as sa (g. m -2)

28

jagung manis. Selain itu, kombinasi perlakuan ini menunjukkan peningkatan EPR yang lebih stabil tiap minggunya dibanding kombinasi perlakuan yang lain.

Akumulasi Panas Tanaman

Pada penelitian ini akumulasi panas yang dibutuhkan tanaman jagung manis untuk tumbuh sebesar 1398.5 Co hari dengan suhu rata-rata 26.3 oC hingga panen. Dapat dilihat pada Tabel 8, dengan akumulasi panas tersebut tanaman jagung manis membutuhkan waktu hingga siap panen selama 77 hari.

Tabel 8 Akumulasi panas (AP) tanaman jagung manis

HST AP (C˚ hari)

s Fase Perkembangan

TB US

0 0 0 0 Mulai Tanam

3 55.4 55.4 0.04 Biji mulai berkecambah

6 110.2 110.2 0.09 2 daun

13 237.8 237.8 0.16 3 daun

19 349.7 349.7 0.25 4 daun

26 472.3 472.4 0.34 6 daun

37 676.4 676.6 0.45 9 daun

38 695.9 696.0 0.50 Mulai pembentukan bunga

43 788.6 788.8 0.56 Bunga mulai mekar

46 841.9 842.1 0.60 12 daun

50 913.1 913.2 0.65 Bunga mekar sempurna

(Anthesis)

56 1022.7 1022.9 0.73 14 daun

60 1093.0 1093.2 0.78 Mulai pembetukan buah 71 1254.3 1254.6 0.90 Fase biji susu

77 1398.3 1398.5 1 Biji masak susu

Keterangan : AP = Akumulasi panas; HST = Hari setelah tanam ; s = Fase perkembangan tanaman

Fase vegetatif terjadi selama 47 hari masa tanam dengan akumulasi panas sebesar 708.2 Co hari. Akumulasi panas yang dibutuhkan pada proses kemunculan buah hingga pematangan fase biji susu sebesar 120.3 Co hari, dengan waktu yang dibutuhkan selama 17 hari.

Pada tanaman jagung manis, suhu yang terlalu tinggi dapat berpengaruh buruk terhadap perkembangan biji, sedangkan pada suhu yang rendah dapat meningkatkan ukuran dan jumlah biji. Pengaruh suhu ini dapat mempengaruhi akumulasi panas yang diterima tanaman jagung manis.

Perbandingan akumulasi panas pada tabel 9 didapat dari penelitian berbagai tahun yang berbeda di Nebraska, Lincoln. Pada penelitian tersebut tanaman yang diuji adalah jagung biasa. Jika dibandingkan dengan nilai akumulasi panas pada penelitian ini, akumulasi panas (AP) yang dibutuhkan hingga fase Bunga mekar sempurna (Anthesis) tidak berbeda jauh. Akan tetapi, AP dan hari setelah tanam

29 (HST) yang dibutuhkan hingga fase panen biji matang berbeda-beda tiap tahunnya.

Tabel 9 Akumulasi panas (AP) tanaman jagung pada beberapa penelitian

Tahun Lokasi Anthesis Panen Biji Matang

HST AP (C˚ hari) HST AP (C˚ hari) 1998 Nebraska, Lincoln 188 590 239 1177 1999 200 706 256 1509 2000 187 740 233 1441 2001 189 707 243 1532 2002 199 866 254 1713

Keterangan : AP = Akumulasi panas; HST = Hari setelah tanam ; s = Fase perkembangan tanaman

(sumber : Linquist et al 2005)

Pengaruh Faktor Lain

Faktor lain seperti curah hujan, penutupan awan dan kecepatan angin tidak kalah penting untuk dikaji terhadap kontribusinya dalam mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman. Curah hujan dapat memenuhi kebutuhan air tanaman, sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan vegetatif tetapi mampu menghalangi proses reproduksi (pengisian biji) dan proses penyerbukan oleh serangga. Seperti yang terjadi pada awal penanaman (1-4 MST) hari hujan yang terjadi lebih banyak mengakibatkan kelembaban udara dan tanah meningkat. Kondisi ini menyebabkan munculnya hama dan penyakit tanaman (Gambar 21), seperti bulai jagung, ulat grayak, kutu daun dan serangga pengerat batang, sehingga kondisi tersebut mampu menghambat proses pertumbuhan tanaman jagung manis. Maka perlu adanya pencegahan dan penanganan bagi tanaman jagung manis terhadap serangan hama dan penyakit tanaman agar hasil produksi dapat maksimal.

(a) (b)

Gambar 21 Hama tanaman berupa (a) kutu daun dan (b) ulat grayak (sumber: dokumentasi pribadi)

Pada fase bunga mekar hingga panen (8-11 MST), faktor kecepatan angin sangat mempengaruhi pada proses penyerbukan bunga. Selain itu, hampir 20% tanaman yang tumbang akibat adanya hujan disertai angin kencang pada fase tersebut, sehingga banyak tanaman yang mati.

30

Komponen Panen Tanaman

Berat kering total (BKT) rata-rata tanaman saat panen dengan perlakuan arah baris Utara-Selatan (US) lebih berat dibandingkan arah baris Timur-Barat (TB), disamping itu juga berat buah kering tanaman jarak tanam 70 x 20 cm (J20) lebih berat daripada tanaman jarak tanam 70 x 40 cm (J40). Dari keempat kombinasi perlakuan yang ujicobakan, kombinasi perlakuan USJ20 lebih optimal dalam menghasilkan produksi tanaman saat panen.

Tabel 10 Berat kering rata-rata pertanaman (g tanaman-1) saat panen

Organ Tanaman TBJ20 TBJ40 USJ20 USJ40

Akar 19 14 18 13

Batang 27 34 31 34

Daun 18 14 13 10

Bunga 3 2 3 3

Buah 66 48 77 72

Keterangan : TB = Timur Barat; US =Utara-Selatan; J20 = jarak tanam 70 x 20cm; J40 = jarak tanam 70 x 40cm

Komponen panen tanaman jagung manis yang akan dibandingkan adalah BKT saat panen, berat kering biji (BKbiji), potensi hasil, indeks panen (IP), tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun (Tabel 10). Berat biji tanaman dengan perlakuan arah baris US lebih berat dibandingkan arah baris TB. Adapun berat biji kering tanaman perlakuan J20 lebih berat daripada tanaman J40.

Berat kering biji per satuan luas (g m-2) tanaman dengan jarak tanam J40 ternyata lebih rendah daripada tanaman berjarak tanam J20. Adapun hasil panen diperoleh dari hasil konversi berat kering per satuan luas (g m-2) menjadi satuan ton ha-1.

Tabel 11 Komponen produksi jagung manis

Komponen Panen TBJ20 TBJ40 USJ20 USJ40

BKTotal (g) 133bc 113c 142a 134b BK biji (g tanaman-1) 25bc 19c 30a 25b BK biji (g m-2) 5063bc 3826c 5982a 4987b

Dokumen terkait