• Tidak ada hasil yang ditemukan

Morfologi Vascular Bundles yang Memungkinkan Terjadinya Interlocking Action dengan Polimer

Pada penelitian ini, vascular bundles dipisahkan dengan parenkimnya sehingga menyisakan domain lignoselulosa seperti yang ditunjukkan pada Gambar 8.

(a) (b) (c)

Gambar 8. Vascular bundles bagian pangkal (a), tengah (b), dan ujung (c)

Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Nuryawan et al. (2012) bahwa dimensi vascular bundles dengan panjang rata-rata bagian pangkal sebesar 8,98 cm, tengah sebesar 11,49 cm, ujung sebesar 11,18 cm. Diameter rata-rata bagian pangkal sebesar 0,73 mm, tengah sebesar 0,66 mm, ujung sebesar 0,62 mm.

Pada Gambar 9 hasil pemindaian SEM mengkonfirmasi bahwa permukaan ketiga bagian vascular bundles tidak smooth (rata) sehingga memungkinkan polimer/perekat/pengikat berpenetrasi dan melakukan ikatan mekanis (aksi bersikunci/ interlocking action).

(a) Bagian pangkal

(b) Bagian tengah

(c) Bagian ujung

Gambar 9. Hasil pemindaian SEM vascular bundles pada bagian pangkal (a), tengah (b), dan ujung (c)

Hasil Polimerisasi MMA dengan Styrene yang Berasal dari Styrofoam

Pada penelitian ini, styrofoam digunakan untuk mempolimerisasi MMA.

Berdasarkan Gambar 10 disajikan hasil pengujian DSC yang menyatakan bahwa MMA terpolimerisasi dengan penambahan styrofoam terbukti adanya peak (puncak) pada sekitaran suhu 100oC.

Gambar 10. MMA yang dipolimerisasi dengan styrene asal styrofoam menunjukkan puncak cured sekitaran 100C

Uji FTIR pada Gambar 11 dan 12 menunjukkan penambahan styrene yang berasal dari styrofoam terhadap MMA sebesar 1/4 bagian (MMA: styrofoam = 3:1 bagian berat) untuk mempolimerisasi MMA, mampu menghasilkan grafting MMA-styrene-vascular bundles.

Gambar 11. Ikatan kimia yang terjadi pada bilangan gelombang sekitar 3000 cm-1 akibat penambahan styrene yang terkandung dalam Styrofoam terhadap MMA

Vascular bundles

Vascular bundles dan MMA

13016-VB_1 Name

13016-VB By FPS Date Selasa, Februari 23 2021 Description

4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500400

100

13016-VB MMA By FPS Date Selasa, Februari 23 2021 Description

4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500400

100

Vascular bundles dan styrene

Vascular bundles, MMA dan styrene

Gambar 12. Detail ikatan kimia yang terjadi berupa grafting vascular bundles-MMA-styrene

Tabel 6. Deskripsi ikatan kimia yang dihasilkan dari karakterisasi FTIR VB VB MMA VB Styrene VB MMA

13016-VB styrene By FPS Date Selasa, Februari 23 2021 Description

4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500400

99

13016-VB MMA+styrene By FPS Date Selasa, Februari 23 2021 Description

4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500400

99

2920 2919 2920 2919 C-H Alkane

- - 3025 3025 C-H

streching

Alkane

3333 3326 3337 3336 O-H Alcohols

Absorpsi yang kuat dan luas pada daerah serapan 3400 - 3200 cm-1 menunjukkan O-H peregangan (stretching) pada gugus hidroksil selulosa (Khalil et al., 2011). Gugus fungsional C-H adalah kerangka selulosa tampak pada bilangan gelombang 2800 - 3000 cm-1 (Kinney et al., 2012). Daerah serapan 1740 – 1720 cm-1 dan 1600 cm-1 menunjukkan adanya gugus karbonil (C=O) dari MMA dan C=C cincin benzene yang berasal dari styrene (Suhardjo et al., 2011).

Sifat Fisis Oriented Strand Board (OSB) Kerapatan

Nilai rata-rata kerapatan OSB yang disajikan pada Gambar 13 diketahui bahwa kerapatan yang dihasilkan berkisar antara 0,44 – 0,58 g/cm3. Nilai rata-rata kerapatan OSB tertinggi terdapat pada perlakuan pangkal dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan keton, sedangkan nilai rata-rata kerapatan OSB terendah terdapat pada perlakuan ujung dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan styrene. Hal tersebut dikarenakan OSB yang dihasilkan dari vascular bundles bagian pangkal memiliki struktur yang lebih padat, dengan struktur anatomi di mana dari pangkal yang mendominasi adalah berkas vaskuler yang memiliki serat-serat yang berdinding tebal dan parenkim berdinding tipis (Rohadi, 1992). Oleh karena itu OSB yang dihasilkan dari vascular bundles bagian pangkal berdinding tebal memiliki rongga-rongga sel yang kecil sehingga proporsi volume rongga sel menjadi lebih kecil. Bowyer et al.

(2003) menyatakan bahwa perbedaan kerapatan dipengaruhi oleh ketebalan dinding sel, jenis kayu, kadar air dan proses dalam perekatan.

Nilai kerapatan OSB yang dihasilkan pada penelitian belum mencapai target kerapatan (0,75 g/cm3). Namun sudah memenuhi standar JIS A 5908-2003 tipe 8 base particleboard and decorative particleboard yang mensyaratkan kerapatan berkisar antara 0,40 – 0,90 g/cm3.

Gambar 13. Grafik Kerapatan OSB

Hal tersebut disebabkan adanya faktor spring back yaitu usaha pembebasan dari tekanan saat pengempaan dan penyesuaian kadar air OSB saat pengkondisian sehingga meningkatnya ketebalan menyebabkan kerapatan OSB menjadi menurun (Nuryawan et al., 2008).

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) menunjukkan bahwa interaksi antara ketinggian vascular bundles dan jenis pengikat, perlakuan ketinggian vascular bundles, dan jenis pengikat tidak berpengaruh nyata terhadap kerapatan OSB yang dihasilkan. Oleh karena itu, tidak dilanjutkan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT).

Kadar Air

Kadar air adalah berat air yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kayu kering tanur (Haygreen dan Bowyer, 1993). Kadar air adalah sifat fisis papan yang menyatakan kandungan air papan dalam keadaan kesetimbangan dengan lingkungan sekitarnya. Nilai rata-rata kadar air OSB yang disajikan pada Gambar 14 diketahui bahwa kadar air yang dihasilkan berkisar antara 9,43 – 13,58

% dan sudah memenuhi standar JIS A 5908-2003 tipe 8 base particleboard and decorative particleboard yang mensyaratkan kadar air ≤ 14 %.

0.44 0.47 0.53 0.50

Gambar 14. Grafik Kadar Air OSB

Nilai rata-rata kadar air OSB tertinggi terdapat pada perlakuan pangkal dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan keton, sedangkan nilai rata-rata kadar OSB terendah terdapat pada perlakuan tengah dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan keton. Berbeda dengan perlakuan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan styrene dari vascular bundles bagian pangkal yang mempunyai kadar air lebih rendah. Hal tersebut dikarenakan masih adanya parenkim yang tersisa pada vascular bundles sehingga menyebabkan tingginya kadar air. Sesuai dengan pernyataan Rahayu (2001) yang menyatakan bahwa tingginya kadar air batang kelapa sawit disebabkan oleh kandungan pati dan gula yang terdapat dalam parenkim. Parenkim mampu untuk mengikat air lebih banyak daripada vascular bundles.

Selain itu, karena OSB terbuat dari vascular bundles yang merupakan bahan berlignoselulosa yang memiliki sifat higroskopis, sehingga kadar airnya dapat berubah sesuai dengan keadaan kelembaban udara sekelilingnya. Balfas (2003) menyatakan bahwa salah satu masalah yang serius dalam hal penanganan dan pemanfaatan adalah batang kelapa sawit mempunyai sifat higroskopis yang berlebihan. Kondisi lingkungan saat pengkondisian OSB juga berpengaruh terhadap kadar air karena sifat higroskopis vascular bundles yang mampu menyerap air dari lingkungan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Nuryawan et al. (2009) yang menyatakan bahwa saat dilakukan pengkondisian, papan masih

[VALUE]abc [VALUE]abc

memiliki sifat higroskopis, yang berarti dapat menyerap air dari lingkungannya dan mengisi kekosongan rongga partikel dan antar partikel.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) menunjukkan bahwa interaksi antara ketinggian vascular bundles dan jenis pengikat berpengaruh nyata terhadap kadar air OSB yang dihasilkan, sedangkan perlakuan ketinggian vascular bundles dan jenis pengikat tidak berpengaruh nyata. Oleh karena itu dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil uji lanjut DMRT diperoleh interaksi vascular bundles bagian tengah dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan keton berbeda nyata dengan interaksi vascular bundles bagian ujung dan pangkal dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan keton serta bagian campuran dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan styrene. Namun tidak berbeda nyata dengan interaksi vascular bundles bagian ujung, tengah, dan pangkal dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan styrene serta bagian campuran dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan keton.

Pengembangan Tebal

Pengembangan tebal adalah dimensi papan yang mengalami perubahan dengan bertambahnya tebal papan. Pengembangan tebal menentukan papan dapat digunakan untuk penggunaan eksterior atau interior. Pengujian pengembangan tebal dilakukan dengan merendam OSB selama 2 jam dan 24 jam di dalam air.

Nilai rata-rata pengembangan tebal OSB setelah direndam selama 2 jam dan 24 jam disajikan pada Gambar 15 dan 16. Diketahui nilai rata-rata pengembangan tebal OSB setelah perendaman 2 jam yang dihasilkan berkisar antara 63,35 – 181,30 % dan pengembangan tebal setelah perendaman 24 jam yang dihasilkan berkisar antara 80,46 – 235,83 %. Nilai pengembangan tebal OSB yang dihasilkan setelah perendaman 2 jam dan 24 jam belum memenuhi standar JIS A 5908-2003 tipe 8 base particleboard and decorative particleboard yang mensyaratkan pengembangan tebal ≤ 12 %.

Nilai rata-rata pengembangan tebal OSB tertinggi setelah perendaman 2 jam terdapat pada perlakuan ujung dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan keton, sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada perlakuan campuran dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan styrene.

Gambar 15. Grafik Pengembangan Tebal OSB Setelah 2 Jam

Gambar 16. Grafik Pengembangan Tebal OSB Setelah 24 Jam

Nilai rata-rata pengembangan tebal OSB tertinggi setelah perendaman 24 jam terdapat pada perlakuan pangkal dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan styrene, sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada perlakuan tengah dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan styrene. Nilai pengembangan tebal OSB yang berbeda antara perlakuan ujung dan pangkal yang direndam selama 2 jam dan 24 jam disebabkan karena kadar dan distribusi

Semakin tinggi kadar perekat, semakin rendah pengembangan tebal papan.

Hal tersebut disebabkan jumlah perekat yang digunakan. Semakin banyak perekat yang digunakan maka ikatan antara bahan baku menjadi lebih kompak sehingga air sulit untuk menembus papan (Arifin et al., 2018). Kusmayadi (2001) menyatakan bahwa konsentrasi perekat yang tinggi akan lebih sulit dimasuki air karena ikatan antar partikel lebih rapat dan kekompakan yang dibentuk lebih sempurna.

Selain itu, nilai pengembangan tebal OSB yang besar disebabkan karena pengorientasian atau penyusunan vascular bundles secara manual menyebabkan terbentuknya rongga antar vascular bundles pada OSB yang dihasilkan sehingga air dengan mudah masuk. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Febrianto et al.

(2015) yang menyatakan bahwa penyusunan unting (strand) secara manual dapat menimbulkan rongga antar strand sehingga air masuk kedalam celah-celah strand dengan mudah.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) menunjukkan bahwa interaksi antara ketinggian vascular bundles dan jenis pengikat serta perlakuan ketinggian vascular bundles berpengaruh nyata terhadap pengembangan tebal OSB yang dihasilkan selama perendaman 2 jam dan 24 jam. Namun jenis pengikat tidak berpengaruh nyata. Oleh karena itu dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil uji lanjut DMRT pengembangan tebal dengan perendaman 2 jam diperoleh interaksi vascular bundles bagian campuran dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan styrene berbeda nyata dengan interaksi vascular bundles bagian pangkal dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan styrene dan bagian ujung dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan keton. Hasil uji lanjut DMRT pengembangan tebal dengan perendaman 24 jam diperoleh interaksi vascular bundles bagian tengah dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan styrene berbeda nyata dengan interaksi vascular bundles bagian pangkal dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan styrene dan bagian ujung dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan keton. Sedangkan interaksi lainnya tidak berbeda nyata.

Daya Serap Air

Daya serap air adalah kemampuan papan dalam menyerap air setelah dilakukan perendaman. Pengujian daya serap air OSB dilakukan selama 2 jam dan 24 jam. Nilai rata-rata daya serap air OSB setelah direndam selama 2 jam dan 24 jam disajikan pada Gambar 17 dan 18.

Gambar 17. Grafik Daya Serap Air OSB Setelah 2 Jam

Gambar 18. Grafik Daya Serap Air OSB Setelah 24 Jam

Diketahui nilai rata-rata daya serap air OSB setelah perendaman 2 jam

mensyaratkan nilai daya serap air, pengujian daya serap air perlu dilakukan yang digunakan sebagai pertimbangan untuk mengetahui seberapa cepat air masuk kedalam OSB. Nilai rata-rata daya serap air OSB tertinggi setelah perendaman 2 jam dan 24 jam terdapat pada perlakuan pangkal dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan styrene, sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada perlakuan pangkal dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan styrene. Nilai daya serap air yang besar pada bagian pangkal dibanding dengan yang lain disebabkan karena masih terdapat rongga antar vascular bundles yang membuat air masuk dengan cepat dan mengisi rongga udara pada OSB saat dilakukan perendaman akibat dari distribusi pengikat yang kurang merata dan pengorientasian atau penyusunan vascular bundles secara manual. Massijaya dan Kusumah (2005) yang menyatakan bahwa air yang masuk ke dalam papan terdiri atas 2 macam, yaitu air yang masuk ke dalam papan yang mengisi rongga-rongga kosong di dalam papan dan air yang masuk ke dalam partikel kayu penyusun papan.

Selain itu, nilai daya serap air OSB yang besar disebabkan penggunaan bahan baku vascular bundles dari limbah batang kelapa sawit yang merupakan bahan berlignoselulosa yang memiliki sifat higroskopis yang sangat mudah menyerap air. Balfas (2003) menyatakan bahwa salah satu masalah serius dalam pemanfaatan limbah kayu kelapa sawit adalah sifat higroskopis yang berlebihan.

Meski telah dikeringkan hingga kadar air kering tanur, kayu sawit dapat menyerap air kembali hingga mencapai kadar air lebih dari 20%. Sifat higroskopis yang berlebihan pada kayu kelapa sawit dimungkinkan berpengaruh terhadap rendahnya stabilitas dimensi. Pizzi (1989) menyatakan bahwa daya serap air yang tinggi dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain sifat bahan baku, proses pengempaan, dan bahan perekat.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) menunjukkan bahwa interaksi antara ketinggian vascular bundles dan jenis pengikat berpengaruh nyata terhadap daya serap air OSB selama perendaman 2 jam dan 24 jam. Sedangkan perlakuan ketinggian vascular bundles dan jenis pengikat tidak berpengaruh nyata. Oleh karena itu dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT).

Hasil uji lanjut DMRT daya serap air dengan perendaman 2 jam diperoleh

interaksi vascular bundles bagian pangkal dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan keton berbeda nyata dengan interaksi vascular bundles bagian ujung dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan keton, dan interaksi bagian ujung serta pangkal dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan styrene. Hasil uji lanjut DMRT daya serap air dengan perendaman 24 jam diperoleh interaksi vascular bundles bagian pangkal dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan keton berbeda nyata dengan seluruh interaksi vascular bundles dengan jenis pengikat OSB kecuali pada interaksi vascular bundles bagian tengah dan campuran dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan styrene.

Sifat Mekanis Oriented Strand Board (OSB) Modulus Elastisitas (MOE)

Modulus elastisitas (MOE) adalah ukuran ketahanan papan untuk mempertahankan bentuk yang berhubungan dengan kekakuan papan. Kekuatan elastisitas juga merupakan salah satu sifat mekanis papan yang menyatakan ketahanan terhadap pembengkokan akibat beban yang diberikan sebelum papan tersebut patah, sifat ini berhubungan langsung dengan nilai kekakuan papan (Haygreen dan Bowyer, 1996).

Nilai rata-rata MOE OSB setelah diuji dalam kondisi kering dan basah disajikan pada Gambar 19 dan 20. Nilai rata-rata MOE kering OSB tertinggi terdapat pada perlakuan pangkal dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan styrene, sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada perlakuan campuran dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan keton. Nilai rata-rata MOE basah OSB tertinggi terdapat pada perlakuan campuran dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan styrene, sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada perlakuan ujung dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan keton.

Nilai MOE kering OSB yang tinggi diperoleh pada perlakuan pangkal berhubungan dengan kerapatan papan. OSB bagian pangkal memiliki kerapatan yang lebih tinggi diketahui berdasarkan perhitungan sifat fisis OSB. Kerapatan papan yang tinggi akan memperbaiki sifat-sifat yang dihasilkannya. Peningkatan kerapatan menunjukkan adanya kontak yang bagus antar partikel sewaktu

dikempa sehingga menghasilkan papan yang bagus. Koch (1985) menyatakan bahwa yang mempengaruhi nilai MOE OSB adalah jenis dan berat jenis kayu, dimensi strand, orientasi strand dalam lembaran (mat), kadar air lembaran, prosedur pengempaan, dan kerapatan OSB.

Nilai MOE kering OSB yang dihasilkan belum memenuhi standar JIS A 5908-2003 tipe 8 base particleboard and decorative particleboard yang mensyaratkan MOE kering ≥ 20.400 kgf/cm2

Gambar 19. Grafik MOE Kering OSB

Nilai MOE kering OSB dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan keton nilainya lebih kecil dibandingkan dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan styrene diduga karena proses pencampuran antara pengikat dan katalis MEKP yang kurang sempurna sehingga mengakibatkan ikatan antara vascular bundles dengan pengikat menjadi kurang rapat dan terbentuknya void atau terjebaknya udara dalam cairan pengikat/polimer sehingga kekuatan untuk menahan beban berkurang. Oleh karena itu nilai MOE kering OSB dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan keton (dengan katalis MEKP) lebih kecil (Roberto, 2017). Maaliku et al. (2014) menyatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi adalah proses pencampuran katalis kurang sempurna sehingga proses curing yang berlangsung terlalu cepat yang mengakibatkan proses kimia yang terjadi tidak sempurna.

11,467.05

13,754.48

19,116.69

9,911.24 8,757.79 12,779.21 14,296.78 8,690.29

0

Gambar 20. Grafik MOE Basah OSB

Berdasarkan pengujian terlihat nilai MOE OSB pada kondisi basah lebih rendah dibandingkan pada kondisi kering. Hal ini dikarenakan OSB yang diuji pada kondisi basah memiliki kadar air yang lebih tinggi, maka keteguhan lenturnya semakin rendah begitu juga sebaliknya. Tsoumis (1991) menyatakan bahwa yang mempengaruhi kekuatan papan adalah kadar air, karena kelembaban akan menurunkan kekuatan papan. Standar JIS A 5908-2003 tipe 8 base particleboard and decorative particleboard tidak mensyaratkan nilai MOE basah.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) menunjukkan bahwa interaksi antara ketinggian vascular bundles dan jenis pengikat, perlakuan ketinggian vascular bundles dan jenis pengikat tidak berpengaruh nyata terhadap nilai MOE kering OSB yang dihasilkan. Namun, interaksi antara ketinggian vascular bundles dan jenis pengikat berpengaruh nyata terhadap nilai MOE basah, sedangkan perlakuan ketinggian vascular bundles dan jenis pengikat tidak berpengaruh nyata. Oleh karena itu dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil uji lanjut DMRT MOE basah diperoleh interaksi vascular bundles bagian campuran dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan styrene berbeda nyata dengan seluruh interaksi vascular bundles dengan jenis pengikat OSB.

Modulus Patah (MOR)

Modulus patah (MOR) adalah ukuran beban maksimum yang dapat diterima oleh kayu (Bowyer et al., 2003). Nilai rata-rata MOR OSB setelah diuji dalam kondisi kering dan basah disajikan pada Gambar 21 dan 22. Nilai rata-rata MOR kering OSB tertinggi terdapat pada perlakuan pangkal dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan styrene, sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada perlakuan campuran dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan keton. Nilai rata-rata MOR basah OSB tertinggi terdapat pada perlakuan campuran dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan styrene, sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada perlakuan ujung dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan keton.

Gambar 21. Grafik MOR Kering OSB

Nilai MOR kering OSB yang dihasilkan hampir seluruhnya memenuhi standar JIS A 5908-2003 tipe 8 base particleboard and decorative particleboard yang mensyaratkan MOR kering ≥ 82 kgf/cm2, kecuali pada perlakuan ujung, campuran dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan keton dan campuran dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan styrene.

Hal ini diduga disebabkan karena kadar pengikat yang kurang dan distribusi yang kurang merata yang mengakibatkan masih terdapatnya rongga atau celah antara lapisan pada saat perekatan sehingga keteguhan patahnya menurun. Menurut Kusmayadi (2001), jumlah perekat yang banyak menyebabkan semakin banyak perekat yang meleleh dan menyebar ke permukaan antar partikel, sehingga ikatan

93.12

antar partikel dan perekat semakin besar membuat kekuatan papan semakin meningkat. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Nuryawan (2007) yang menyatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan patah (MOR) papan partikel adalah berat jenis kayu, geometri partikel, kadar air partikel, kadar perekat, dan prosedur pengempaan.

Gambar 22. Grafik MOR Basah OSB

Standar JIS A 5908-2003 tipe 8 base particleboard and decorative particleboard tidak mensyaratkan nilai MOR basah. Nilai MOR OSB yang rendah disebabkan karena pengujian MOR OSB dilakukan dalam kondisi basah sehingga kadar air OSB semakin besar dan mengakibatkan nilai beban maksimum yang dihasilkan semakin kecil. Kadar air sangat berpengaruh terhadap kekuatan papan, karena kelembaban akan menurunkan kekuatan papan. Kadar air dari 5 sampai 15

% akan mengurangi kekuatan papan sampai 25-50 % (Tsoumis 1991). Koch (1985) menyatakan bahwa nilai MOR OSB dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu orientasi strand, kerapatan dan jenis kayu, kualitas strand, kadar perekat, kadar air lembaran papan, prosedur pengempaan, dan kerapatan papan.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) menunjukkan bahwa interaksi antara ketinggian vascular bundles dan jenis pengikat, perlakuan ketinggian vascular bundles dan jenis pengikat tidak berpengaruh nyata terhadap nilai MOR kering, sedangkan pada nilai MOR basah berpengaruh nyata. Oleh karena itu dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT). Hasil uji lanjut DMRT MOR basah diperoleh interaksi vascular bundles bagian campuran

[VALUE]abc

dengan pengikat MMA yang dipolimerisasi radikal dengan styrene berbeda nyata dengan seluruh interaksi vascular bundles dengan jenis pengikat OSB.

Keteguhan Rekat (Internal Bond)

Keteguhan rekat (internal bond) adalah kekuatan ikatan antar partikel dalam lembaran papan. Keteguhan rekat adalah indikator baik tidaknya ikatan antar strand dalam OSB.

Gambar 23. Grafik Keteguhan Rekat OSB

Nilai rata-rata keteguhan rekat OSB yang disajikan pada Gambar 23 diketahui bahwa keteguhan rekat yang dihasilkan berkisar antara 0,05 – 0,28 kgf/cm2. Nilai keteguhan rekat tersebut belum memenuhi standar JIS A 5908-2003 tipe 8 base particleboard and decorative particleboard yang mensyaratkan keteguhan rekat ≥ 1,5 kgf/cm2. Nilai keteguhan rekat OSB yang tidak memenuhi standar diduga karena kadar pengikat distribusi pengikat yang kurang merata sehingga kekuatan ikatan antar vascular bundles tidak kuat. Bowyer et al. (2003)

Nilai rata-rata keteguhan rekat OSB yang disajikan pada Gambar 23 diketahui bahwa keteguhan rekat yang dihasilkan berkisar antara 0,05 – 0,28 kgf/cm2. Nilai keteguhan rekat tersebut belum memenuhi standar JIS A 5908-2003 tipe 8 base particleboard and decorative particleboard yang mensyaratkan keteguhan rekat ≥ 1,5 kgf/cm2. Nilai keteguhan rekat OSB yang tidak memenuhi standar diduga karena kadar pengikat distribusi pengikat yang kurang merata sehingga kekuatan ikatan antar vascular bundles tidak kuat. Bowyer et al. (2003)

Dokumen terkait