• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1

Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang

berlokasi di Jalan Bunga Lau no. 17, Kelurahan Kemenangan Tani,

Kecamatan Medan Tuntungan. Rumah Sakit ini merupakan rumah sakit

umum daerah wilayah sumatera utara dan merupakan rumah sakit rujukan tipe

A. Pasien gagal jantung kongestif di RSUP Haji Adam Malik Medan

berjumlah 780 orang. Pasien gagal jantung kongestif yang mengalami rawat

inap ulang berjumlah 86 orang. Namun berdasarkan kriteria inklusi dan

eksklusi maka sampel pada penelitian ini berjumlah 64 orang.

5.1.2 Distribusi Proporsi Berdasarkan Umur

Tabel 5.1 Distribusi Proporsi Pasien Gagal Jantung Kongestif dengan

Riwayat Rawat Inap Ulang berdasarkan Umur di RSUP H. Adam

Malik Medan Januari-Desember 2012

Umur Persentase (%)

20-40 tahun

31,3

41-60 tahun

50

>60 tahun

18,8

Berdasarkan tabel 5.1 diperoleh bahwa kelompok usia yang paling

banyak mengalami rawat inap ulang ialah kelompok usia 41-60 tahun yang

berjumlah 32 orang (50%). Kemudian usia 20-40 tahun dengan persentase

31,3% (20 orang), sementara persentase untuk usia diatas 60 tahun sebesar

18,8% (12 orang).

Universitas Sumatera Utara

5.1.3 Distribusi Proporsi Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.2 Distribusi Proporsi Pasien Gagal Jantung Kongestif dengan

Riwayat Rawat Inap Ulang Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUP H.

Adam Malik Medan Januari - Desember 2012

Jenis Kelamin

Persentase (%)

Laki-laki 59,4

Perempuan 40,6

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa jenis kelamin laki-laki lebih

banyak mengalami rawat inap ulang dibanding perempuan, dimana 38 orang

pasien rawat inap ulang gagal jantung kongestif (59,4%) ialah laki-laki,

sedangkan 26 orang (40.6%) ialah perempuan.

5.1.4 Distribusi Proporsi Berdasarkan Status Pekerjaan

Tabel 5.3 Distribusi Proporsi Pasien Gagal Jantung Kongestif dengan

Riwayat Rawat Inap Ulang berdasarkan Status Pekerjaan di RSUP

H. Adam Malik Medan Januari - Desember 2012

Status Pekerjaan

Persentase (%)

Honorer 1,6

IRT 18,8

Pensiun 7,8

Petani 9,4

PNS 18,8

Belum Bekerja

10,9

Wiraswasta 32,8

Berdasarkan tabel 5.3 Diperoleh bahwa pasien gagal jantung kongestif

yang mengalami rawat inap ulang paling banyak adalah wiraswasta dengan

jumlah pasien 21 orang (32,8%). Kemudian ibu rumah tangga dan pegawai

negeri sipil dengan jumlah pasien masing-masing 12 orang (18.8%). Jumlah

pasien rawat inap ulang gagal jantung kongestif dengan pekerjaan sebagai

petani 6 orang (9,4%), pensiunan 5 orang (7,8%) dan yang belum bekerja 7

orang (10,9%). Jumlah terkecil adalah pekerja honorer yang berjumlah 1

orang (1,6%).

Universitas Sumatera Utara

5.1.5 Distribusi Proporsi Berdasarkan Klasifikasi Gagal Jantung Kongestif

Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Pasien Gagal Jantung Kongestif dengan

Riwayat Rawat Inap Ulang Berdasarkan Klasifikasi Gagal Jantung

di RSUP H. Adam Malik Medan Januari - Desember 2012

Klasifikasi Gagal Jantung

Persentase (%)

II 28,1

III 64,1

IV 7,8

Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh bahwa yang paling banyak

mengalami rawat inap ulang ialah pasien gagal jantung kongestif kelas III

dengan persentase 64,1% (41 orang), kemudian kelas II dengan jumlah 18

orang (28,1%) dan kelas IV dengan jumlah 5 orang (7,8%).

5.1.6 Distribusi Proporsi Berdasarkan Penyebab Gagal Jantung Kongestif

Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Pasien Gagal Jantung Kongestif dengan

Riwayat Rawat Inap Ulang berdasarkan Penyebab Gagal Jantung di

RSUP H. Adam Malik Medan Januari - Desember 2013

Penyebab Gagal Jantung

Persentase (%)

CAD 31,3

CAD + Cardiomiopathy

1,6

CAD + HHD

15,6

CAD + Kelainan Katup

1,6

Cardiomiopathy

6,3

HHD 6,3

Kelainan Katup

36

Kelainan Katup + HHD

1,6

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa CAD merupakan

penyebab tersering penyakit gagal jantung kongestif. Gagal jantung yang

disebabkan oleh CAD saja berjumlah 20 orang (31,3%), sedangkan CAD

disertai HHD berjumlah 10 orang (15,6%), CAD disertai kelainan katup dan

CAD disertai Cardiomiopathy masing-masing berjumlah 1 orang (1,6%).

Penyebab lain yang cukup sering ialah kelainan katup dengan 23 pasien

(36%), sementara kelainan katup disertai CAD dan kelainan katup disertai

Universitas Sumatera Utara

HHD masing-masing berjumlah 1 orang (1,6%). Cardiomiopathy saja dan

HHD saja masing-masing 4 orang (6,3%).

5.1.7 Distribusi Proporsi Berdasarkan Frekuensi Rehospitalisasi

Tabel 5.6 Distribusi Proporsi Pasien Gagal Jantung Kongestif dengan

Riwayat Rawat Inap Ulang Berdasarkan Frekuensi Rawat Inap di

RSUP H. Adam Malik Medan Januari - Desember 2013

Frekuensi Rawat Inap Ulang

Persentase (%)

1 81,3

2 14,1

3 1,6

5 1,6

6 1,6

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa frekuensi rawat inap

ulang yang paling banyak dalam setahun di RSUP H. Adam Malik tahun 2012

ialah 1 kali rawat inap ulangan dengan jumlah pasien 52 orang (81,3%).

Kemudian rawat inap ulang 2 kali sebanyak 9 orang (14,1%). Rawat inap 3

kali, 5 kali dan 6 kali masing-masing sebanyak 1 orang (1,6%).

Dari hasil analisis bivariat untuk mengetahui faktor yang

mempengaruhi kejadian rawat inap ulang pasien gagal jantung kongestif

diperoleh tabel sebagai berikut

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.7

Distribusi menurut kejadian rawat inap ulang dan variabel

independen di RSUP Haji Adam Malik Medan Januari-

Desember 2012

No. Variabel

Kategori

Frekuensi Rawat

Inap Ulang

OR

p

Value

1X (%) > 1X (%)

1. Jenis Kelamin 

Laki-laki

Perempuan

84,2

76,9

15,8

23,1

1,6 0,463

2. Usia

<40 Tahun

>40 Tahun

75

84,1

25

15,9

0,568 0,388

3 Aktivitas Fisik 

Keterbatasan

Tanpa Keterbatasan

77,8

82,6

22,2

17,4

0,737 0,656

4

Status

Pekerjaan

Bekerja

Tidak Bekerja

80

83,3

20

16,7

0,8 0,741

5

Lama

Rehospitalisasi

<7Hari

>7 Hari

79,1

82,5

20,8

17,5

0,806 0,741

6

Penyebab

Gagal Jantung

CAD

Non CAD

81,3

81,3

18,8

18,8

1 1

7

Penyebab

Rehospitalisasi

Kardiovaskular

Non Kardiovaskular

84,4

78,1

15,6

21,9

1,512 0,522

Berdasarkan tabel diatas diperoleh p value untuk semua variabel

>0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada satupun variabel

independen yang berhubungan dengan dengan kejadian rawat inap ulang

pasien gagal jantung kongestif di RSUP Haji Adam Malik. Berhubung

Dikarenakan semua variabel independen memiliki p value > 0,25 maka tidak

dapat dilanjutkan dengan uji analisis multivariat.

Universitas Sumatera Utara

5.1.8 Distribusi Proporsi Berdasarkan Penyebab Rawat Inap Ulang

Tabel 5.8

Distribusi Proporsi Pasien Gagal Jantung Kongestif dengan

Riwayat Rawat Inap Ulang Berdasarkan Penyebab Rawat Inap

Ulang di RSUP H. Adam Malik Medan Januari - Desember

2013

Penyebab Rawat Inap Ulang

Persentase (%)

AKI 1,6

ALI 1,6

APS 1,6

Atrial Fibrilasi

17,2

Bronkitis 1,6

Demam Reumatik Recurrent

6,3

Edema Paru

1,6

Efusi Pleura

7,8

Hipertensi 1,6

Intoksikasi Digitalis

1,6

NSTEMI 4,7

Percutaneous Cardiac Intervention

7,8

Pneumonia 15,6

Pneumonia + AKI

3,1

Pneumonia + Atrial Fibrilasi

1,6

Pneumonia + Sepsis

1,6

PPOK 3,1

Coronary Artery Bypass Grafting

4,7

Sepsis 3,1

STEMI 4,7

TB Paru

4,7

TB Paru + Atrial Fibrilasi

1,6

Trombosis Koroner

1,6

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rawat inap ulang paling

sering disebabkan oleh Pneumonia. Pneumonia saja berjumlah 10 orang

(15,6%), Pneumonia disertai AKI 2 orang (3,1%), Pneumonia disertai atrial

fibrilasi dan Pneumonia disertai sepsis masing-masing 1 orang (1,6%). Selain

Pneumonia, Kelainan pada sistem respirasi yang menyebabkan pasien gagal

jantung mengalami rawat inap ulang diantaranya ialah PPOK dengan jumlah 2

pasien (3,1%), kemudian TB Paru dengan 3 pasien (4,7%) dan TB paru

Universitas Sumatera Utara

disertai atrial fibrilasi 1 pasien (1,6%). 1 orang pasien menjalani rawat inap

ulang akibat edema paru, 5 orang pasien (7,8%) akibat efusi pleura dan 1

orang akibat bronkitis.

Salah satu penyebab paling sering pasien gagal jantung kongestif

kembali menjalani rawat inap ulang ialah atrial fibrilasi, dimana ditemukan 11

orang pasien (17,2%), Kelainan kardiovaskular lain seperti demam reumatik

recurrent sebanyak 4 pasien (6,3%), STEMI dan NSTEMI masing-masing 3

orang pasien (4,7%), hipertensi krisis 1 orang, trombosis koroner 1 orang, dan

Acute Limb Injury 1 orang (1,6%).

Selain kelainan kardio-respirasi penyebab lain ialah Acute Kidney

Injury 1 orang, Antiphospholipid syndrome 1 orang, Liver Congestion 1

orang, dan intoksikasi digitalis 1 orang . Kemudian intervensi medis juga

mengharuskan seorang pasien gagal jantung kongestif untuk mengalami rawat

inap ulang seperti PCI dan CABG (Coronary artery Bypass Grafting).

Dimana ada 5 orang pasien (7,8%) dengan PCI dan 3 pasien (4,7%) dengan

CABG.

5.1.9 Distribusi Proporsi Berdasarkan Hasil Akhir Klinis

Tabel 5.9

Distribusi Proporsi Pasien Gagal Jantung Kongestif dengan

Riwayat Rawat Inap Ulang berdasarkan Hasil Akhir Klinis di

RSUP H. Adam Malik Medan Januari - Desember 2013

Hasil Akhir Klinis

Persentase (%)

Pindah Rumah Sakit

1,6

Dapat Berobat Jalan

85,9

Pulang Paksa

3,1

Meninggal Dunia

9,4

Berdasarkan tabel diatas hasil akhir klinis yang paling banyak ialah

dapat berobat jalan 55 orang (85,9%). Kemudian meninggal dunia sebanyak 6

pasien (9,4%), 2 orang pulang paksa (3,1%) dan pindah rumah sakit 1 orang

(1,6%).

Universitas Sumatera Utara

5.1.10 Lama Rawatan Rata-Rata Pasien Gagal Jantung Kongestif dengan

Rawat Inap Ulang

Tabel 5.10

Lama Rawatan Rata-Rata Pasien Gagal Jantung Kongestif

dengan Rawat Inap Ulang di RSUP H. Adam Malik Medan

Januari - Desember 2013

Lama Rawatan Rata-Rata

Penderita Gagal Jantung dengan Rawat Inap Ulang

Mean 10.97

Standard Deviasi

8.670

Varian 75.174

Nilai Maksimum

53

Nilai Minimum

2

Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh bahwa lama rawatan rata-rata

pasien gagal jantung kongestif dengan rawat inap ulang ialah 11 hari. Lama

rawatan paling lama yaitu 53 hari dan paling cepat yaitu 2 hari.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Prevalensi Rawat Inap Ulang Pasien Gagal Jantung Kongestif

Berdasarkan hasil penelitian, pasien gagal jantung kongestif yang

menjalani rawat inap ulang di RSUP Haji Adam Malik sebanyak 86 orang

dari 780 pasien gagal jantung kongestif yang menjalani rawat inap dengan

persentase sebesar 11,02%. Hasil ini mendekati hasil survey National Institute

for Cardiovascular Outcome Research (NICOR) yaitu 18,43% pasien gagal

jantung kongestif akan mengalami rawat inap ulang. Hasil penelitian ini

memiliki perbedaan signifikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Tsucihashi

et.al.(2001), dimana 40% pasien gagal jantung kongestif

mengalami rawat inap ulang dalam 1 tahun. Hal yang sama juga diperoleh

dari hasil penelitian Majid (2010) yaitu 52,21% pasien gagal jantung

kongestif mengalami rawat inap ulang.

Universitas Sumatera Utara

5.2.2 Distribusi Proporsi Berdasarkan Umur

Usia menjadi salah satu faktor resiko untuk kejadian rawat inap ulang.

Selain itu usia juga menjadi salah satu unsur yang menentukan prognosis

pasien gagal jantung kongestif. Semakin bertambah usia maka akan semakin

bertambah pula resiko seseorang untuk menderita gagal jantung kongestif

(Philbin dan Disalvo,2004). Tidak hanya penyakit jantung, penyakit yang

berhubungan dengan organ tubuh lainnya juga akan semakin rentan seiring

dengan pertambahan usia. Hal ini dikarenakan perubahan anatomis, fisiologi

dan patologi anatomi tubuh pada orang dengan usia lanjut (Farid, 2006).

Semakin bertambah usia maka semakin rentan pasien gagal jantung kongestif

untuk mengalami rawat inap ulang.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa kelompok usia 21-40

lebih rendah prevalensinya dibanding kelompok usia 41-60 tahun. Kelompok

usia diatas 60 tahun lebih rendah dibandingkan dengan kelompok usia 41-60

tahun Perbedaan yang ada mungkin dikarenakan usia harapan hidup di

Indonesia lebih rendah dibanding negara-negara maju. Sehingga jumlah

kasus yang dapat ditemukan pada usia diatas 60 tahun rendah.

Menurut Krumholz (2000), rata-rata usia pasien rawat inap gagal

jantung ialah 78,9 tahun, kemudian menurut penelitian Zai et.al. (2013) dari

Harvard Medical School diperoleh usia rata-rata pasien gagal jantung yang

mengalami rawat inap ulang ialah 66,8 tahun. Hasil tersebut berbeda dengan

hasil penelitian ini, dimana usia rata-rata ialah 47,1 tahun. Hal ini juga

disebabkan usia harapan hidup di Indonesia yang lebih rendah dibandingkan

dengan Negara-negara maju. Pada penelitian ini juga banyak ditemui pasien

usia muda (20-30 tahun) akibat kelainan katup, sementara sampel penelitian

Krumholz merupakan pasien gagal jantung berusia lanjut yang penyakit gagal

jantungnya sebagian besar disebabkan oleh penyakit gangguan kardiovaskular

bersifat kronik seperti penyakit jantung koroner dan hipertensi yang lebih

sering diderita oleh pasien berusia lanjut.

Universitas Sumatera Utara

5.2.3 Distribusi Proporsi Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa prevalensi rawat inap

ulang pasien gagal jantung lebih banyak pada laki-laki (59,4%) dibanding

perempuan (40,6%). Rawat inap ulang pada laki-laki lebih banyak dibanding

perempuan karena prevalensi kejadian gagal jantung kongestif lebih banyak

pada laki-laki dibanding perempuan (Krumholz, 2000). Sehingga prevalensi

rawat inap ulang pada laki-laki jelas lebih besar dibanding perempuan. Namun

penelitian ini relatif berbeda dengan penelitian Majid (2010) dimana ia

memperoleh tidak ada hubungan yang signifikan antara frekuensi rawat inap

ulang pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

5.2.4 Distribusi Proporsi Berdasarkan Status Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh pasien gagal jantung kongestif

dengan rawat inap ulang di RSUP Haji Adam Malik Medan memiliki

perkerjaan/mata pencaharian yaitu Wiraswasta (32,2%), PNS (18,8%), Petani

(9,4%), dan honorer (1,6%). Persentase terbanyak ialah wiraswasta.

Sementara yang tidak bekerja sebanyak 37,5% diantaranya ialah ibu rumah

tangga (18,8%), Pensiunan (7,8%) dan belum bekerja (10,9%) seperti

mahasiswa dan pelajar.

Berdasarkan hasil penelitian Tsuchihashi (2001), persentase pasien

rawat inap ulang gagal jantung yang bekerja ialah 85%. Sedangkan dari hasi

penelitian ini diperoleh persentase pasien gagal jantung kongestif dengan

rawat inap ulang yang bekerja sebesar 62,5%. Hasil ini berbeda disebabkan

oleh masyarakat jepang yang memiliki angka produktivitas yang tinggi.

Banyak wanita atau ibu rumah tangga yang bekerja, berbeda dengan di

Indonesia. Hal ini menyebabkan prevalensi pasien gagal jantung kongestif

dengan rawat inap ulang yang bekerja lebih besar dibandingkan dengan

Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

5.2.5 Distribusi Proporsi Berdasarkan Penyebab Gagal Jantung

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa Coronary artery disease

(CAD) termasuk penyebab paling sering dari kejadian gagal jantung kongestif

dengan persentase 31,3%. Sedangkan CAD yang disertai hipertensi, kelainan

katup dan cardiomiopathy berjumlah 18,8%. Secara keseluruhan penyakit

gagal jantung kongestif yang disebabkan oleh CAD berjumlah 50,1%, yang

berarti bahwa satu dari dua pasien gagal jantung kongestif disebabkan oleh

CAD atau PJK. Hal ini berbeda dengan yang disampaikan oleh Doughty dan

White (2007), dimana mereka memperoleh dua per tiga pasien gagal jantung kongestif

disebabkan oleh CAD.

Hipertensi merupakan salah satu faktor yang cukup berpengaruh terhadap

kejadian gagal jantung kongestif. Berdasarkan hasil penelitian Waty (2012) diperoleh

bahwa 66,5% pasien gagal jantung memiliki riwayat hipertensi. Hal serupa juga

diperoleh dari penelitian Hellerman et. al. (2003) dimana 50% pasien gagal jantung

memiliki riwayat hipertensi. Sementara dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa pasien

gagal jantung kongestif yang disebabkan faktor hipertensi hanya berjumlah 23,5%.

Namun hasil ini mendekati teori yang dikemukan Kumar (2009) dalam Clinical

Medicine Ed 7

th

dimana 15-20% pasien gagal jantung diakibatkan oleh hipertensi.

Dari hasil penelitian, kelainan katup menjadi penyebab yang cukup

banyak. Ditemukan 36% pasien dengan kelainan katup sedangkan 3,2%

lainnya yaitu kelainan katup diserta dengan HHD dan CAD. Kemudian dari

hasil penelitian ditemukan pula sekitar 17,2% pasien gagal jantung yang

menjalani rawat inap ulang berusia 21-30 tahun. Adapun pada kelompok usia

ini kelainan katup yang paling sering menyebabkan gagal jantung kongestif

ialah Penyakit Jantung Reumatik.

Cardiomiopathy juga menjadi salah satu faktor penyebab gagal

jantung kongestif, ditemukan 6,3% diakibatkan oleh cardiomiopathy.

Cardiomiopathy terdiri dari 3 jenis yaitu dilated, hypertrophy dan restrictive.

Pada penelitian ini seluruh sampel yang diakibatkan oleh cardiomiopathy

Universitas Sumatera Utara

termasuk dalam jenis dilated

cardiomiopathy. Hal ini sesuai dengan yang

disampaikan oleh Kumar (2009) dalam Clinical Medicine Ed 7

th

. Selain itu Lip et.al.

(2000) juga memperoleh hasil yang sama yaitu dilated

cardiomiopathy sebagai

penyebab paling sering kejadian gagal jantung kongestif dari berbagai jenis

cardiomiopathy.

Dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa penyebab gagal

jantung kongestif yang paling sering ialah Penyakit jantung koroner kemudian

diikuti hipertensi dan kelainan katup.

5.2.6 Distribusi Proporsi Berdasarkan Klasifikasi Gagal Jantung

Menurut penelitian Majid (2010) semakin tinggi derajat gagal jantung

kongestif maka akan semakin besar resiko seseorang untuk menjalani rawat

inap ulang. Kemudian menurut Tsucihashi et.al.(2001), semakin tinggi derajat

dan semakin lama dirawat inap maka semakin besar resiko terjadinya rawat

inap ulang.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana rawat inap ulang pasien

gagal jantung kongestif dengan derajat III sebesar 64,1%, derajat II sebesar

28,1% dan derajat IV sebesar 7,8%. Rawat inap ulang derajat III lebih banyak

dibanding derajat II. Namun derajat IV lebih rendah daripada derajat III dan

derajat II. Hal ini dikarenakan derajat IV yang merupakan tahap akhir dari

gagal jantung kongestif sudah memiliki prognosis yang buruk dan angka

harapan hidup yang rendah. Sehingga jarang ditemukan pasien gagal jantung

kongestif derajat IV yang masih bertahan hidup dan menjalani rawat inap

ulang.

5.2.7 Distribusi Proporsi Berdasarkan Frekuensi Rehospitalisasi

Berdasarkan penelitian Krumholz (2000), pasien gagal jantung

kongestif akan mengalami rehospitalisasi dalam 6 bulan. Jika dilakukan

kalkulasi maka dalam setahun pasien gagal jantung kongestif akan mengalami

2 kali rawat inap atau dengan kata lain 1 kali rawat inap ulang. Sehingga hal

ini sesuai dengan hasil penelitian dimana frekuensi pasien gagal jantung

Universitas Sumatera Utara

kongestif untuk mengalami rawat inap ulang di RSUP Haji Adam Malik

selama januari hingga desember 2012 yang paling banyak ialah 1 kali

(81,3%). Hasil ini hampir sesuai dengan hasil penelitian National Institute for

Cardiovascular Outcome Research (NICOR), dimana 1 kali rawat inap ulang

akibat gagal jantung kongestif sebanyak 79%. Sedangkan untuk 2 kali rawat

inap ulang akibat gagal jantung kongestif sebanyak 15%. Hasil ini juga

mendekati angka yang diperoleh dari hasil penelitian ini yaitu 14,1%.

5.2.8 Distribusi Proporsi Berdasarkan Penyebab Rehospitalisasi

Pasien gagal jantung kongestif rentan untuk mengalami rawat inap

ulang. Rawat inap ulang terjadi akibat perburukan dari kondisi umum pasien.

Penyebab paling sering rawat inap ulang berdasarkan penelitian di RSUP Haji

Adam Malik ialah Pneumonia. Pneumonia saja sebagai penyebab rawat inap

ulang sebesar 15,6% sedangkan pneumonia disertai dengan penyakit lain

(AKI, AF, Sepsis) sebesar 6,3%. Sehingga secara keseluruhan pneumonia

sebagai penyebab gagal jantung kongestif sebesar 21,9%. Hal ini hampir

mendekati hasil penelitian Zaya (2012) yang mengatakan bahwa kejadian

rawat inap ulang pasien gagal jantung kongestif akibat pneumonia sebesar

28%.

Semua pasien gagal jantung kongestif datang berobat ke dokter

dengan keluhan sesak nafas. Karena sesak nafas sangat mempengaruhi

kualitas hidup pasien gagal jantung kongestif. Pneumonia merupakan

penyakit dengan gejala klinis sesak nafas dan nyeri dada. Sehingga pasien

gagal jantung yang stabil jika menderita pneumonia akan mengalami sesak

nafas yang menyebabkan pasien gagal jantung harus menjalani rawat inap

ulang akibat perburukan kondisi umum. Selain itu, pneumonia merupakan

salah satu infeksi dengan manifestasi klinis demam dan peningkatan tekanan

darah yang juga akan memperburuk kondisi umum pasien gagal jantung

kongestif sehingga pasien gagal jantung kongestif harus menjalani rawat inap

ulang.

Universitas Sumatera Utara

Atrial fibrilasi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian

rawat inap ulang. Dari hasil penelitian diperoleh 15,7% rawat inap ulang

akibat atrial fibrilasi. Berdasarkan European Heart Journal (2010 Ed. 31)

tentang atrial fibrilasi, pasien dengan atrial fibrilasi yang menjalani rawat inap

ulang sebesar 30%. Dimana atrial fibrilasi tersebut sebagian besar diderita

oleh pasien gagal jantung dan penyakit jantung koroner.

5.2.9 Lama Rawatan Rata-Rata Pasien Gagal Jantung Kongestif dengan

Rawat Inap Ulang

Berdasarkan hasil penelitian National Institute for Cardiovascular

Outcome Research (NICOR) lama rawat inap rata-rata pasien gagal jantung

kongestif adalah 11 hari, sedangkan lama rawat inap ulang rata-rata adalah 13

hari. Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa lama rawat inap rata-rata yaitu

11 hari, terjadi perbedaan dua hari dengan hasil yang dikemukan oleh NICOR.

Hasil penelitian Tsuchihashi (2001) bahkan menunjukan perbedaan yang

signifikan, dimana lama rawatan rata-rata adalah 34 hari.

5.2.10 Distribusi Proporsi Berdasarkan Hasil Akhir Klinis

Berdasarkan penelitian Tsucihaschi (2001) pasien rawat inap ulang

gagal jantung kongestif yang meninggal ialah 18%. Sedangkan berdasarkan

hasil penelitian pasien yang meninggal sebesar 9,4%. Hasil ini berbeda dua

kali lipat. Di Indonesia, Angka kematian di luar pelayanan rumah sakit seperti

di rumah, tempat kerja atau lainnya masih tinggi. Apalagi jika pasien gagal

jantung kongestif mengalami eksaserbasi seperti gagal nafas atau henti

jantung, kemungkinan besar pasien meninggal di tempat. Hal ini menjadi

salah satu alasan mengapa pasien rawat inap ulang yang meninggal pada

penelitian ini lebih rendah dibanding hasil penelitian Tsucihashi.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen terkait