• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Geografi dan Topografi

Desa Anak Setatah berada di Kecamatan Rangsang Barat, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau dengan luas ±16 km2 (±1600 ha). Secara geografis, Desa Anak Setatah terletak antara 0100150”LU sampai 01002’45”LU dan 102039’15”BT sampai 102040’20”BT dengan batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka dan Desa Segomeng - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sialang Pasung

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bantar

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bantar dan Selat Malaka.

IFAS EFAS STRENGTHS (S) Tentukan Faktor kekuatan internal WEAKNESSES (W) Tentukan Faktor kelemahan internal OPPORTUNITIES (O) Tentukan Faktor peluang eksternal Strategi S –O (Strategi menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang) Strategi W – O (Strategi meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang) THREATS (T) Tentukan Faktor ancaman eksternal Strategi S – T (Strategi menggunakan kekuatan untuk mengatasi

ancaman)

Strategi W – T (Strategi meminimalkan

kelemahan untuk menghindari ancaman)

Desa Anak Setatah memiliki ketinggian 3 meter diatas permukaan air laut. Secara umum keadaan topografinya termasuk dataran rendah, dengan daerah abrasi mencapai 2.5 km (Pemerintah Desa Anak Setatah 2014). Penggunaan lahan di Desa Anak Setatah antara lain untuk jalan, pemukiman/perumahan, perkebunan, tanah wakaf, lapangan olahraga, kuburan/pemakaman, hutan lindung, sawah tadah hujan dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya, penggunaan lahan Desa Anak Setatah akan disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6 Penggunaan Lahan dan Luasnya

Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%) Pemukiman/perumahan Perkebunan Tanah wakaf Lapangan olahraga Kuburan/pemakaman Hutan Lindung Sawah tadah hujan Lain-lain 416 468 2 1.5 2 400 116 193 26 29.25 0.17 0.09 0.17 25 7.25 12.07 Jumlah 1600 100

Sumber: Pemerintah Desa Anak Setatah (2014)

Kawasan mangrove di Desa Anak Setatah termasuk ke dalam hutan yang dilindungi oleh masyarakat setempat dengan luas areal mangrove mencapai 350 ha. Kawasan mangrove yang didominasi oleh jenis Rhizophora sp. luasnya mencapai 300 ha, sedangkan sisanya yang ditumbuhi oleh jenis Avicennia sp. luas arealnya mencapai 50 ha. Kondisi mangrove di sepanjang pantai Desa Anak Setatah dapat dikatakan masih terpelihara dengan baik. Hal ini disebabkan karena adanya pengawasan dari masyarakat maupun kelompok pelestari mangrove terhadap oknum-oknum yang ingin melakukan penebangan kayu mangrove sehingga tidak ditemukan kawasan mangrove yang rusak. Oleh karena itu, ekosistem mangrove di Desa Anak Setatah masih cukup layak untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata.

Kondisi mangrove di daerah perbatasan juga masih terawat dengan baik. Salah satu wilayah perbatasan yang juga ditumbuhi mangrove adalah sebelah utara Desa Anak Setatah. Namun kawasan mangrove yang direncanakan untuk program pengembangan kegiatan ekowisata tidak merata di seluruh pesisir pantai desa tersebut, akan tetapi kegiatan tersebut difokuskan pada kawasan mangrove sepanjang pantai sebelah selatan Desa Anak Setatah hingga perbatasan Desa Bantar, sesuai dengan lokasi yang menjadi stasiun pengamatan dalam penelitian ini.

Demografi

Jumlah penduduk Desa Anak Setatah pada tahun 2013 tercatat berjumlah 1466 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 346 KK. Jumlah penduduk Desa Anak Setatah menurut jenis kelamin dan kelompok umur masing-masing dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8.

Tabel 7 Jumlah Penduduk Desa Anak Setatah Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%) Laki-laki Perempuan 742 724 50.61 49.39 Jumlah Total 1466 100

Sumber: Pemerintah Desa Anak Setatah (2014)

Tabel 8 Jumlah Penduduk Desa Anak Setatah Berdasarkan Kelompok Umur Kisaran Usia (Tahun) Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)

0 – 4 5 – 9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 > 40 88 141 168 156 167 183 139 113 311 6 9.62 11.47 10.64 11.39 12.48 9.48 7.71 21.21 Jumlah Total 1466 100

Sumber: Pemerintah Desa Anak Setatah (2014)

Penduduk Desa Anak Setatah menganut 2 agama yaitu agama Islam yang dianut mayoritas penduduk sebanyak 1460 jiwa (99.59 %) dan agama kristen yang dianut sebanyak 6 jiwa (0.41%).

Mata pencaharian penduduk Desa Anak Setatah mayoritas sebagai peternak ayam sebanyak 285 jiwa (19.44 %) dan sebagian lagi yaitu sebanyak 273 jiwa (18.62 %) bekerja sebagai nelayan/buruh nelayan (Pemerintah Desa Anak Setatah 2014).

Aksesibilitas

Aksesibilitas merupakan salah satu kunci utama yang akan mendukung keberhasilan pengembangan pada suatu kawasan, karena akan menghubungkan wilayah pengembangan dengan daerah luar. Adanya prasarana perhubungan serta sarana transportasi membuat akses dari dan menuju Desa Anak Setatah menjadi lebih mudah walaupun untuk pelabuhan penyeberangan terdekat berada di desa tetangga yaitu Pelabuhan Desa Sialang Pasung.

Prasarana perhubungan yang terdapat di Desa Anak Setatah adalah jalan lingkungan sepanjang 11.240 km dan jalan desa sepanjang 5 km. Sarana transportasi yang dimiliki masyarakat Desa Anak Setatah yaitu sepeda 101 buah, gerobak 13 buah, sepeda motor 215 buah, perahu dayung 105 buah, perahu motor 15 buah, dan kendaraan dinas 5 buah. Untuk mencapai ibukota Kecamatan Rangsang Barat yaitu Desa Bantar ditempuh menggunakan transportasi darat dengan jarak 2 km ke arah selatan. Dari pusat pemerintahan Desa Anak Setatah menuju ibukota Kabupaten Kepulauan Meranti yaitu Kota Selatpanjang ditempuh dengan menggunakan sarana transportasi laut (kapal motor) yang terdapat di Pelabuhan Desa Sialang Pasung ke pelabuhan lokal di Pulau Tebing Tinggi, dilanjutkan dengan sarana transportasi darat seperti motor atau becak motor dengan total jarak sekitar 25 km ke arah timur. Untuk menuju ibukota Provinsi

Riau yaitu Kota Pekanbaru, ditempuh dengan menggunakan sarana transportasi laut berupa speed boat dan sarana tranpsortasi darat yaitu bus selama ±4 jam dengan total jarak sekitar 146 km ke arah selatan (Pemerintah Desa Anak Setatah 2014).

Kondisi Sarana dan Prasarana

Jumlah tempat ibadah di Desa Anak Setatah sampai tahun 2013 adalah sebanyak 6 unit, dengan rincian: 3 unit masjid dan 3 unit musholla. Organisasi keagamaan yang terdapat di Desa Anak Setatah adalah kelompok masyarakat yang kegiatannya bergerak dibidang keagamaan seperti majlis taklim sebanyak 4 kelompok dan remaja masjid sebanyak 3 kelompok (Pemerintah Desa Anak Setatah 2014) (Lampiran 1).

Jumlah gedung kesehatan di Desa Anak Setatah adalah sebanyak 3 unit, dengan rincian: 1 unit puskesmas, dan 2 unit posyandu. Tenaga kesehatan yang terdapat di Desa Anak Setatah adalah 1 orang bidan, 10 orang kader posyandu, 2 orang dukun bayi, dan 2 orang tabib (Pemerintah Desa Anak Setatah 2014).

Gedung pendidikan di Desa Anak Setatah terdiri dari 3 unit, dengan rincian: 1 unit Sekolah Dasar Negeri (SDN), 1 unit Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA), dan 1 unit Marasah Tsanawiyah Swasta (MTsS). Tenaga pendidikan yang terdapat di Desa Anak Setatah adalah 16 orang guru SDN, 11 orang guru MDA, dan 15 orang guru MTsS (Pemerintah Desa Anak Setatah 2014).

Gedung olah raga di Desa Anak Setatah terdiri dari 9 unit, dengan rincian: 1 unit lapangan sepak bola, 5 unit lapangan voly ball, 1 unit lapangan bulu tangkis, 1 unit lapangan tenis meja, dan 1 unit lapangan takraw. Organisasi keolahragaan yang terdapat di Desa Anak Setatah adalah beberapa kesebelasan yang bergerak diberbagai jenis olahraga seperti 2 kesebelasan sepakbola, 4 kesebelasan voly ball, 2 kesebelasan bulu tangkis, 2 kesebelasan tenis meja, dan 2 kesebelasan sepak takraw (Pemerintah Desa Anak Setatah 2014).

Prasarana transportasi berupa jalan yang terdapat di Desa Anak Setatah adalah sepanjang 11240 km, dengan rincian: 11240 km jalan lingkungan, dan 5 km jalan desa. Sedangkan alat transportasi yang terdapat di desa tersebut adalah sebanyak 453 unit, dengan rincian: sepeda 101 unit, gerobak 13 unit, sepeda motor 215 unit, perahu dayung 105 unit, perahu motor 14 unit, dan kendaraan dinas 5 unit (Pemerintah Desa Anak Setatah 2014).

Sumber air bersih di Desa Anak Setatah berasal dari sumur bor dan PAM. Sumber yang paling banyak digunakan adalah dari PAM, yang terpasang sebanyak 69 unit. Sedangkan untuk jumlah sumur bor yang terdapat di Desa Anak Setatah adalah sebanyak 10 unit (Pemerintah Desa Anak Setatah 2014).

Sarana komunikasi yang terdapat di Desa Anak Setatah yaitu telepon umum, pesawat televisi, antena parabola dan telepon seluler. Dari semua sarana komunikasi yang ada, hanya antena parabola yang jumlahnya telah terdata yakni sebanyak 145 unit (Pemerintah Desa Anak Setatah 2014).

Jaringan listrik yang terdapat di Desa Anak Setatah berasal dari PLN yang beroperasi mulai dari pukul 17.30 WIB – 06.30 WIB. Untuk fasilitas MCK, penduduk Desa Anak Setatah telah menggunakan fasilitas yang memadai berupa jamban atau tangki yang dapat dipakai sendiri atau bersama.

Pasang Surut

Pasang surut merupakan salah satu gejala alam yang tampak nyata di laut. Menurut Wibisono (2005) pasang surut adalah suatu gerakan vertikal dari seluruh partikel massa air laut dari permukaan sampai bagian terdalam dari dasar laut yang disebabkan oleh pengaruh gaya tarik menarik antara bumi dan benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan.

Tipe pasang surut di kawasan Rangsang dan sekitarnya adalah campuran condongke harian ganda (mix prevailing semidiurnal) yakni dua kali pasang dan surut yang ketinggiannya berbeda. Kisaranpasang surut antara 1.2 sampai dengan 2.2 meter (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kepulauan Meranti 2015).

Gambar 4 Pola Pasang Surut di Perairan Pesisir Kabupaten Kepulauan Meranti pada Bulan Desember 2014

Pola arus pasang surut tipe ini merupakan mekanisme pentingdalam distribusi dan transportasi sedimen tersuspensi di sepanjang dasar perairan baik di alur maupun pantai pesisir Kabupaten Kepulauan Meranti sehingga sangat berpengaruh pada habitat mangrove. Tipe pasut ini juga akan memberikan indikasi ke arah mana kecenderungan terjadinya sedimentasi/pendangkalan dimana pada perairan yang mempunyai aruslambat dan tenang akan memberikan kesempatan kepada material tersuspensi untuk mengendap sehingga kawasan ini lebih dominan ditumbuhi jenis Rhizophora sp., sebaliknya pada arus yang cepat menyebabkan material tersuspensi akan tetap bergerak bersama arus dan pada kawasan ini spesies mangrove yang dominan adalah jenis Avecennia sp..

Ekosistem Mangrove Potensi Sumberdaya Mangrove

Jenis mangrove yang terdapat pada lokasi penelitian didominasi oleh 8 jenis mangrove sejati yang berasal dari 3 famili (Tabel 9 dan Lampiran 2). Berdasarkan penelitian Cresswell dan Semeniuk (2011), menyebutkan istilah “mangrove” hanya mengacu pada pohon berkayu dan semak-semak yang mendiami lingkungan pasang surut antara tingkat rata-rata laut (MSL) dan pasang astronomi tertinggi (HAT). Tanaman di zona ini anatominya disesuaikan untuk menangani genangan pasang surut, air garam dan substrat anoxic.

Tabel 9Jenis Mangrove yang Ditemukan pada Lokasi Penelitian

Famili Spesies Kelompok Stasiun

1 2 3 Avicenniaceae Rhizophoraceae Meliaceae Combretaceae Avicennia alba Avicennia marina Avicennia lanata Sonneratia ovata Rhizophora apiculata Ceriops tagal Xylocarpus granatum Lumnitzera littorea Sejati Sejati Sejati Sejati Sejati Sejati Sejati Sejati +++ + - - + - - - ++ ++ - - - - - + ++ +++ + + ++ + + -

Keterangan: Ditemukan jumlah: +++ = Sangat banyak, ++ = Banyak, + = Sedikit, - = Tidak ditemukan; Sumber : Data Primer yang diolah (2015)

Secara umum ekosistem mangrove di sepanjang pantai Desa Anak Setatah dapat dibagi ke dalam zona depan (dekat perairan), ditemukan jenis Avicennia alba, Avicennia marina, Avicennia lanata dan Sonneratia ovata, selanjutnya zona tengah yang ditumbuhi oleh jenis Rhizophora apiculata, kemudian zona akhir (dekat daratan) yang ditumbuhi oleh jenis Xylocarpus granatum, Ceriops tagal dan Lumnitzera littorea.Dari 3 stasiun pengamatan, jumlah jenis spesies mangrove lebih banyak ditemukan pada stasiun 3 dibanding stasiun 1 dan 2. Hal ini disebabkan oleh mangrovenya yang lebih tebal yang memungkinkan ketiga zona mangrove berada pada stasiun tersebut.

Kerapatan jenis mangrove setiap stasiun bervariasi. Kerapatan tertinggi untuk kategori pohon diperoleh pada stasiun 1 (2067 ind ha-1) dan kerapatan terendah pada stasiun 2 (1433 ind ha-1) (Tabel 10 dan Lampiran 3).

Tabel 10 Kerapatan Jenis Mangrove (ind ha-1) pada Stasiun Penelitian

Spesies Pohon Anakan Semai

St 1 St 2 St 3 St 1 St 2 St 3 St 1 St 2 St 3 A. alba 1600 1366.67 266.67 2800 2000 2000 90000 112500 62500 A. marina 66.67 66.67 400 - - - - - - A. lanata - - 100 - - - - - - S. ovata - - 200 - - - - - - R. apiculata 400 - 300 1600 - 2400 110000 - 142500 C. tagal - - 66.67 - - - - - - X. granatum - - 233.33 - - - - - - L. littorea - - - - 800 - - - - Jumlah 2066.67 1433.34 1566.67 4400 2800 4400 200000 112500 205000 Dibulatkan 2067 1433 1567 4400 2800 4400 200000 112500 205000 Sumber: Data Primer yang diolah (2015)

Kerapatan jenis vegetasi mangrove kategori pohon pada stasiun 1 sebesar 2067 ind ha-1 dengan kerapatan jenis tertinggi pada jenis A. alba (1600 ind ha-1), dan kerapatan jenis terendah pada jenis R. apiculata (400 ind ha-1). Stasiun 2 memiliki kerapatan jenis vegetasi mangrove sebesar 1433 ind ha-1, dengan kerapatan jenis tertinggi dijumpai pada jenis A. alba (1367 ind ha-1) serta

kerapatan jenis terendah pada jenis A. marina (67 ind ha-1). Pada stasiun 3 kerapatan vegetasi mangrove kategori pohon sebesar 1567 ind ha-1, dengan kerapatan jenis tertinggi dijumpai pada jenis A. alba (267 ind ha-1).

Keberadaan Fauna Ekosistem Mangrove di Pesisir Desa Anak Setatah

Kelompok fauna daratan yang ditemukan pada saat pengamatan ekosistem mangrove di Desa Anak Setatah antara lain jenis burung, reptil dan mamalia. Sedangkan kelompok fauna perairan yang ditemukan adalah jenis ikan, moluska dan krustasea (Tabel 11).

Tabel 11 Jenis Fauna yang Ditemukan pada Lokasi Penelitian

No. Jenis dan Nama Fauna Stasiun

1 2 3 1 2 3 4 5 6 Burung

a. Walet (Collacalia fuciphaga) b. Elang laut (Haliaetus leucogaster) c. Layang-layang (Haliastur indus) Reptil

a. Biawak (Varanus salvatoe) b. Ular Belang (Boiga dendriphila) c. Katak (Rana concrivora) Mamalia

a. Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis) b. Tupai (Tupaia sp.)

c. Musang (vivvera sp.) Ikan

a. Sembilang (Plotosus canius) b. Pari (Trygon sephen) c. Gelodok (Periopthalmus sp.) Moluska

a. Siput Tanduk(Cerithidea cingulata) b. Telescopium mauritsii

c. Telescopium telescopium d. Siput Nenek(Cerithidea quadrata) e. Kerang Darah(Anadara granosa) Krustasea

a. Kepiting Bakau (Scylla serrata)

b. Kepiting Ungu Pemanjat (Metapograpsus sp.) c. Udang Windu (Panaeus monodon)

d. Udang Putih (Panaeus merguensis)

+ - - - - - - - - + + - - - + + + + + + - - - + + + - - + + - - + + + - - + + + + + + + + + + + + + + + - + + - -

Keterangan: + = Ditemukan, - = Tidak ditemukan; Sumber: Data Primer (2015)

Mangrove memiliki fungsi ekologis sebagai habitat berbagai jenis satwa. Komunitas fauna mangrove di Desa Anak Setatah membentuk percampuran antara dua kelompok, yaitu kelompok fauna daratan (terrestrial) dan kelompok fauna perairan (akuatik) (Bengen 2001). Fauna di habitat mangrove memainkan peran penting dalam fungsi ekosistem dan dengan demikian dapat menjadi indikator yang berguna bagi kawasan mangrove, walaupun manajemen silvikultur lebih sering diutamakan namun fauna mangrove tetap tidak diabaikan dalam penilaian komponennya (Ellison 2007 dalamBosire et al. 2008).

Zonasi dan distribusi spesies mangrove berhubungan dengan amplitudo pasang surut. Pada zona intertidal tinggi, krustasea berkaki sepuluh mendominasi, sedangkan pada zona intertidal rendah, fauna yang ada terdiri dari filter-feeders, seperti tiram dan teritip. Zonasi spesies juga tergantung pada topografi pantai, variasi suhu dan distribusi bahan organik, yang merupakan sumber makanan penting (Andrade et al. 2014).

Kesesuaian Ekologis Ekosistem Mangrove untuk Kegiatan Ekowisata

Ekowisata pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990 oleh organisasi The ecotourisma Society, sebagai perjalanan ke daerah-daerah yang masih alami yang dapat mengkonservasi lingkungan dan memelihara kesejahteraan masyarakat setempat (Linberg dan Hawkins 1993).Ekowisata pesisir dan laut merupakan bentuk wisata yang mengarah ke metatourism. Artinya, ekowisata pesisir dan laut tidak menjual tujuan atau objek melainkan menjual filosofi dan rasa. Berdasarkan aspek inilah ekowisata pesisir dan laut tidak akan mengenal kejenuhan pasar (Tuwo 2011)

Penggalian potensi dan nilai kawasan ekosistem mangrove merupakan prioritas utama dalam pengelolaan ekowisata kawasan mangrove, dengan tujuan untuk dapat mengetahui seberapa besar potensi dan nilai tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan daerah yang berdasar prinsip-prinsip keadilan dan kemandirian sehingga pada akhimya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Saifullah dan Harahap 2013).

Potensi keanekaragaman flora dan fauna merupakan modal dalam pengembangan ekowisata. Semakin banyak potensi daya tarik wisata alam yang ada pada suatu kawasan akan semakin menarik minat wisatawan untuk berkunjung pada kawasan tersebut (Purnomo et al. 2013).

Kegiatan wisata yang akan dikembangkan hendaknya disesuaikan denganpotensi sumberdaya dan peruntukannya. Indeks kesesuaian ekologis dapat mengidentifikasikan apakah suatu ekosistem sesuai (S), sesuai bersyarat (SB),atau tidak sesuai (N) untuk suatu kegiatan wisata. Kesesuaian wisata mangrove mempertimbangkan 5 parameter dengan 4 klasifikasi penilaian. Parameter- parameter tersebut adalah ketebalan mangrove, kerapatan mangrove, jenis mangrove, pasang surut dan obyek biota.

Parameter ketebalan mangrove diperoleh dari hasil interpretasi peta Bakosurtanal 2002. Kerapatan mangrove diperoleh dari hasil interpretasi citra dengan koreksi lapang pada beberapa titik pada saat pengamatan mangrove. Parameter jenis mangrove diperoleh dari hasil pengamatan mangrove dan pengamatan di lapangan. Parameter Pasang surut diperoleh dari prediksi pasang surut yang telah dikoreksi dan Parameter Obyek biota diperoleh dari pengamatan di lapangan.

Berdasarkan indeks kesesuaian ekosistem untuk wisata mangrove di lokasi penelitian tergolong ke dalam kategori Sesuai Bersyarat untuk pengembangan ekowisata mangrove. Hal ini dibuktikan dari pengamatan secara ekologi serta pemberian skor atas masing-masing parameter di setiap stasiun. Pada Stasiun 1 total skor adalah 21 dari skor maksimum 39 dan nilai IKW nya adalah 53.86% dengan kategori Sesuai Bersyarat. Selanjutnya pada stasiun 2 didapatkan total skor 23 dari skor maksimum 39 dan nilai IKW nya adalah 58.97 dengan kategori Sesuai Bersyarat. Pada stasiun 3 didapatkan total skor 29 dari skor maksimum 39 dan nilai IKW nya adalah 74.35% dengan kategori Sesuai Bersyarat (Tabel 12 dan Lampiran 4).

Tabel 12 Indeks kesesuaian kawasan untuk ekowisata mangrove Lokasi Petakan

Contoh Total skor

Indeks kesesuaian kawasan (%) Tingkat kesesuaian Stasiun 1 1,2,3 21 53.86 SB Stasiun 2 1,2,3 23 58.97 SB Stasiun 3 1,2,3 29 74.35 SB

Sumber: Data Primer yang diolah (2015)

Kategori Sesuai Bersyarat (SB) menunjukan bahwa untuk menjadikan lokasi ini sebagai kawasan wisata, maka kawasan tersebut perlu dikelola terlebih dahulu misalnya dengan melakukan kegiatan penanaman mangrove di sempadan pantai (replantasi) selama 5-7 tahun kedepan sehingga dapat menambah ketebalan areal mangrove, selanjutnya mengembangkan potensi rekreasi seperti kegiatan lintas alam, memancing, berlayar, pengamatan jenis burung dan atraksi satwa liar, fotografi, pendidikan, penelitian, piknik dan berkemah.

Berdasarkan parameter ekologis yang digunakan dalam menghitung indeks kesesuaian kawasan mangrove untuk ekowisata, yang paling berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata adalah stasiun 3. Hal ini didukung oleh keadaan parameter ekologis mangrove di stasiun tersebut seperti tingkat ketebalan areal mangrove yang lebih besar dibanding 2 stasiun lainnya, selanjutnya jenis spesies mangrove dan fauna mangrove yang ditemukan lebih bervariasi.

Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat dan Pengunjung Karakteristik Masyarakat Pemanfaat Ekosistem Mangrove

Masyarakat lokal, terutama penduduk asli yang bermukim di sekitar kawasan wisata merupakan pemain kunci dalam wisata karena mereka yang menyediakan sebagian atraksi wisata sekaligus menentukan kualitas produk wisata (Damanik dan Weber 2006). Partisipasi yang dilakukan masyarakat dapat dikelompokkan kedalam 4 tahapan yaitu partisipasi dalam pengambilan keputusan, partisipasi dalam implementasi, partisipasi dalam menerima manfaat program dan partisipasi dalam evaluasi program (Cohen dan Uphof 1997).

Masyarakat yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bermukim di kawasan pesisir Desa Anak Setatah yang memanfaatkan ekosistem mangrove daerah tersebut untuk kebutuhan hidup mereka sehari-hari baik untuk pribadi maupun komersil. Jumlah responden yang diwawancarai adalah 30 orang, terdiri dari 21 orang laki-laki dan 9 orang perempuan. Sebagian besar usia masyarakat berkisar antara 20-29 tahun dengan persentase 46%. Kisaran usia 30-39 tahun adalah 37%, usia <20 tahun dan 40-49 tahun masing-masing adalah 7%, usia 50-59 tahun adalah 3% dan tidak ditemukan masyarakat yang usianya >59 tahun (Gambar 5 dan Lampiran 5).

Gambar 5 Karakteristik Usia Masyarakat

Berdasarkan karakteristik responden masyarakat, tingginya persentase usia 20-29 tahun dapat meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam rencana pengembangan kegiatan ekowisata mangrove karena kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan ekosistem mangrove Desa Anak Setatah lebih banyak dilakukan oleh penduduk pada kelompok usia tersebut.

Secara umum pendidikan masyarakat sudah cukup baik. Pendidikan SLTA dan sederajat sebanyak 58%, SLTP sebanyak 21%, SD sebanyak 7%, S1 sebanyak 11% dan yang tidak pernah bersekolah sebanyak 3% (Gambar 6).

Gambar 6 Karakteristik Pendidikan Masyarakat

Wajib Pendidikan di Desa Anak Setatah yaitu 12 Tahun mulai dari Sekolah Dasar (SD/Mi) 6 Tahun, Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menegah Atas (SMA) masing-masing 3 Tahun. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakatnya, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti melakukan berbagai inovasi di bidang pendidikan. Inovasi-inovasi tersebut yaitu pembebasan biaya sekolah untuk semua siswa sekolah negeri, memberikan beasiswa bagi siswa swasta, meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan, meningkatan sumber daya pendidik dan meningkatkan kualitas proses belajar dan mengajar di sekolah.

Berdasarkan karakteristik pekerjaan, terdapat masyarakat wiraswasta sebanyak 23%, swasta sebanyak 23%, Pegawai Negeri Sipil sebanyak 7%, lain-lain (tenaga kontrak, mahasiswa, buruh dan nelayan) sebanyak 23% dan masyarakat yang tidak bekerja sebanyak 24% (Gambar 7). Masyarakat di Desa Anak Setatah sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Sebagian besar masyarakat pemanfaat ekosistem mangrove di daerah tersebut tidak menjadikan pemanfaatannya sebagai pekerjaan utama, tetapi sebagai pekerjaan tambahan.

Gambar 7 Karakteristik Pekerjaan Masyarakat

Kegiatan Pemanfaatan Kawasan Ekosistem Mangrove oleh Masyarakat

Dari 30 responden yang diwawancarai, responden masyarakat sebagian besar melakukan kegiatan pemanfaatan kawasan ekosistem mangrove untuk penangkapan ikan (75%), sisanya ada yang melakukan penangkapan udang, kerang dan kepiting. Selain itu terdapat juga masyarakat yang melakukan pemafaatan kayu mangrove (Gambar 8 dan Lampiran 6).

Gambar 8 Kegiatan Pemanfaatan Kawasan Mangrove oleh Masyarakat Masyarakat pemanfaat kayu yang terdata relatif sedikit, namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang melakukan kegiatan tersebut. Masyarakat pemanfaat kayu cenderung takut untuk diwawancarai karena mereka mengetahui bahwa kegiatan yang mereka lakukan itu sudah dilarang.

Alasan masyarakat melakukan kegiatan pemanfaatan kawasan ini sangat beragam, baik itu untuk kepentingan komersial, untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan juga untuk kegiatan wisata. Alasan masyarakat yang paling banyak adalah untuk kegiatan wisata (44%) (Gambar 9).

Gambar 9 Alasan Pemanfaatan Kawasan Ekosistem Mangrove oleh Masyarakat

Pemahaman dan Persepsi Masyarakat tentang Ekosistem Mangrove dan Ekowisata

Pemahaman masyarakat terhadap ekosistem mangrove cukup baik. Sebagian besar masyarakat sudah mengetahui pengertian ekosistem mangrove secara umum dan fungsinya, namun beberapa masyarakat yang sama sekali belum mengetahui tentang ekosistem ini. Lebih dari 80% masyarakat sekitar pesisir Desa Anak Setatah belum mengenal istilah ekowisata (Gambar 10 dan Lampiran 7).

Gambar 11 Persepsi Masyarakat terhadap Kondisi Mangrove

Apabila di sekitar pesisir Desa Anak Setatah akan dikembangkan menjadi kawasan ekowisata, maka perlu adanya sosialisasi program atau penyuluhan konservasi secara kontinyu kepada masyarakat. Hal ini perlu dilakukan agar masyarakat mengetahui dan dapat berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan yang dilakukan. Selain itu, dengan adanya kegiatan sosialisasi ini dapat meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai konservasi. Masyarakat sebagian besar mengatakan bahwa kondisi mangrove di sekitar pesisir Desa Anak Setatah berada dalam keadaan baik. Adapun hanya beberapa yang mengatakan kondisi mangrove berada dalam keadaan buruk (Gambar 11).

Keterlibatan Masyarakat

Salah satu tujuan dari kegiatan ekowisata adalah untuk mensejahterakan masyarakat lokal. Keterlibatan masyarakat lokal dalam kegiatan ekowisata sangat penting, karena merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Dari hasil wawancara, sebagian besar dari masyarakat (53%) berkeinginan untuk terlibat dalam kegiatan ekowisata, 17 % tidak ingin terlibat, dan sekitar 30% mengatakan tidak tahu (Gambar 12). Masyarakat yang ingin terlibat dalam kegiatan ekowisata ini ada yang bersedia menjadi pemandu, menyewakan rumahnya untuk penginapan ekowisatawan dan ada juga yang berkeinginan untuk menjadi relawan (Gambar 12).

Gambar 12 Keinginan Masyarakat untuk Terlibat dalam Kegiatan Ekowisata

Dokumen terkait