• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Unit Pendidikan dan Penelitian Jonggol (UP3J) milik Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Secara geografis UP3 Jonggol terletak antara 106,53oBT dan 06,53oLS dengan ketinggian 145 m di atas permukaan laut. UP3 Jonggol terletak secara adiministratif di desa Singasari, kecamatan Jonggol, kabupaten Bogor. Luas areal UP3 Jonggol sekitar 165 ha yang terdiri dari kandang, pasture, kantor, ruang kelas, laboratorium, gudang, rumah pegawai dan rumah pengunjung (guest house). Informasi mengenai curah hujan, kelembaban udara, dan suhu lingkungan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan Curah Hujan, Kelembaban Udara dan Suhu Lingkungan di UP3J Bulan Juli 2009 hingga Desember 2009

Kondisi Umum

Bulan

Jul Agust Sept Okt Nov Des

Curah Hujan (mm) 34,5 0 66 167 307 257

Kelembaban (%) 93,9 93,2 91,8 97 95 96

Suhu Max (oC) 32,8 33,5 34,9 29,2 33 33

Suhu Min (oC) 21 21,3 22 23 32 23

Sumber : Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (2009)

Tabel 2. Menunjukkan curah hujan mengalami peningkatan mulai bulan November dan Desember karena telah memasuki musim penghujan, dan curah tertinggi terjadi pada bulan November sebesar 257 mm. Suhu UP3 Jonggol pada siang hari relatif tinggi yaitu 32,8 hingga mencapai sekitar 33oC. Kelembaban udara juga relatif tinggi dengan kisaran 91,8 hingga 97 %. Kondisi lingkungan yang demikian dapat menyebabkan rendahnya produktifitas ternak khususnya ternak domba di tempat tersebut.

15

Gambar 5 : Domba Penelitian Yang Digembalakan

Kondisi Kandang

Kandang domba yang digunakan adalah kandang koloni yang terbuat dari kayu beratapkan seng, panjang kandang 18,15 m, tinggi kandang 3,55 m dan lebar kandang 5,89 m dilengkapi tempat pakan tetapi tidak memilki tempat minum. Sistem pemeliharaan domba pada penelitian ini adalah sistem pemeliharaan intensif yaitu domba dibiarkan merumput sendiri, lalu pada sore hari domba kembali dikandangkan. Suhu dalam kandang pada siang hari sekitar 30-31oC. Kondisi kandang cukup panas hal ini dikarenakan ventilasi yang kurang baik dan lantai kandang yang kotor disebabkan oleh feses domba yang sudah mengering. Domba digembalakan pukul 09.00-16.00 WIB. Hal ini dilakukan karena rumput pada sebelum pukul 09.00 masih dalam kaeadaan basah dan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya penyakit bloat dan cacingan.

Kondisi Padang Rumput

Domba digembalakan di padang rumput dalam ranch-ranch yang ditumbuhi rumput Brachiaria humidicola, Brachiaria decumbens, Pennisetum purpuroides, rumput liar, gulma, dan legum-legum seperti Leucaena leucecopala, dan Gamal. Dalam penggembalannya domba dirotasi antar ranch. Rotasi dilakukan apabila dalam ranch tersebut telah habis rumput atau persediaan airnya. Luas areal yang ditumbuhi Brachiaria humidicola ±55 ha, Brachiaria decumbens ±19 ha dan

Pennisetum purpuroides ±2 ha selebihnya rumput alam dan legum.

Areal penggembalaan hanya pada bagian folk B. humidicola. Disekitar folk dikelilingi dengan pagar kawat untuk menjaga agar ternak lain tidak dapat masuk ke lokasi penenelitian serta memudahkan pengawasan. Selain itu, di dalam areal penggembalaan juga terdapat pohon-pohon besar yang berfungsi sebagai naungan bagi ternak domba saat siang hari.

16 Pertumbuhan dan Kondisi Ternak

Pertumbuhan adalah perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linier, dan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponen-komponen tubuh seperti otot, lemak, protein dan abu pada karkas (Soeparno, 1994). Data mengenai pertumbuhan ternak domba selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Bobot Badan dan Pertambahan Bobot Badan Harian

Domba

Bobot Badan Domba

PBBH (g/hari) Penimbangan ke I (kg) Penimbangan ke II (kg) Penimbangan ke III (kg) PC 17,6±4,04 20,0±4,5 20,0±3,4 113,64 PL 13,3±1,5 15,3±0,5 14,3±1,5 76,92

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 6 ekor domba jantan dengan umur dibawah satu tahun (Io). Menurut Anggorodi (1990) domba jantan muda memilki potensi untuk tumbuh lebih cepat daripada betina muda, pertambahan bobot badan lebih cepat, konsumsi pakan lebih banyak dan penggunaan pakan yang lebih efisien untuk pertumbuhan badan. Hal ini dikarenakan adanya hormon testosteron pada jantan. Sekresi testosteron pada jantan menyebabkan sekresi androgen tinggi sehingga mengakibatkan pertumbuhan yang lebih cepat, terutama setelah munculnya sifat-sifat kelamin sekunder pada ternak jantan (Soeparno, 1994).

Dalam penelitian ini domba jantan dibagi menjadi dua kelompok yaitu domba cepat tumbuh dan domba lambat tumbuh. Domba cepat tumbuh didefinisikan sebagai domba yang memiliki rata-rata PBBH lebih dari 110 g/hari, sedangkan domba lambat tumbuh didefinisikan sebagai domba yang memiliki rata-rata PBBH kurang dari 80 g/hari. Domba dipelihara selama 22 hari (± 3 minggu) dengan selang pengukuran 11 hari. Pakan konsentrat yang diberikan selalu habis tak bersisa.

Kendala yang dialami selama penelitian adalah umur domba yang dipelihara sudah ada yang berumur satu tahun (I1). Hal ini terjadi mungkin dikarenakan kekeliruan dalam identifikasi. Pada saat identifikasi gigi yang akan tanggal belum terlihat dengan jelas karena umur diperkirakan sudah berumur 10-11 bulan sehingga

17 dilakukan penyeleksian ulang domba umur dibawah satu tahun (I0). Kalung nomor identifikasi yang lepas atau rusak segera diganti sehingga memudahkan dalam pengamatan. Rataan bobot potong untuk domba pertumbuhan cepat adalah sebesar 18,5±3,4 kg dan domba pertumbuhan lambat adalah sebesar 14±2,0 kg.

Karkas dan Komposisi Fisik Karkas

Bangsa ternak yang mempunyai bobot potong besar menghasilkan karkas yang besar juga. Menurut Soeparno (1994), bobot potong yang semakin meningkat akan menghasilkan karkas yang semakin meningkat pula, sehingga dapat diharapkan daging menjadi lebih besar. Menurut Berg dan Butterfield (1976), persentase karkas dipengaruhi oleh bobot karkas, bobot ternak, kondisi, bangsa ternak, proporsi bagian-bagian non karkas, ransum yang diberikan dan cara pemotongan. Menurut Oberbaeur

et. al. (1994), faktor yang mempengaruhi produksi karkas seekor ternak adalah salah satunya kecepatan pertumbuhan yang berbeda.

Rataan persentase karkas dan komposisi fisik karkas dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil uji t menunjukan bobot dan persentase karkas untuk domba pertumbuhan cepat tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan bobot dan persentase karkas domba pertumbuhan lambat, hal ini menujukkan bahwa tingkat kecepatan pertumbuhan yang berbeda tidak mempengaruhi bobot dan persentase karkas. Hasil ini berbeda dengan pernyataan Thatcher dan Gaunt (1992) yang melaporkan bahwa terdapat pengaruh laju pertumbuhan terhadap bobot dan persentase karkas. Bobot dan persentase karkas yang tinggi ada pada pertumbuhan lambat sedangkan domba dengan dengan laju pertumbuhan lebih cepat cenderung mempunyai bobot dan persentase karkas rendah, karena pada domba pertumbuhan cepat mempunyai proporsi lemak yang lebih tinggi. Jumlah rataan persentase karkas domba yaitu sebesar 35,7±0,7 %.

Bobot dan persentase daging, tulang dan lemak pada domba pertumbuhan cepat tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan persentase daging, tulang dan lemak pertumbuhan lambat. Rataan bobot daging, tulang dan lemak masing-masing sebesar 1834±516 g; 205,8±56,8 g; 801,6±122,7 g. Rataan persentase daging, tulang dan lemak masing- masing sebesar 62,5±1,8 %; 27,2±2,0 %; 6,9±1,5 %.

18 Tabel 4. Rataan Persentase Karkas dan Komposisi Fisik Karkas Domba pada Tingkat

Kecepatan Pertumbuhan Berbeda

Peubah Perlakuan Rata-Rata Pertumbuhan Cepat Pertumbuhan Lambat Karkas (g) (%) 6685±943 36,2±0,9 4945±645 35,3±0,4 5815±794 35,7±0,7 Setengah Karkas (g) (%) 3421±572 38,4±1,1 2445±238 37,5±1,0 2933±405 38,0±1,1 Daging½ Karkas (g) (%) 2131±317 62,4±1,2 1537±199 62,7±2,3 1834±516 62,5±1,8 Tulang½ Karkas (g) (%) 250,5±62,4 27,3±2,14 161,1±51,3 27,0±1,9 205,8±56,8 27,2±2,0 Lemak½ Karkas (g) (%) 944±220 7,3±1,1 659,2±25,4 6,6±1,9 801,6±122,7 6,9±1,5

Bobot dan persentase daging karkas yang tidak berbeda disebabkan bobot karkas yang tidak berbeda. Bobot karkas yang tidak berbeda disebabkan oleh periode penggemukkkan yang singkat sehingga tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap bobot dan persentase karkas serta komposisi fisik karkas. Menurut Parakkasi (1999) lama pengemukkan yang ideal adalah 2- 3 bulan

Bobot dan persentase lemak karkas dan tulang karkas domba pertumbuhan cepat tidak berbeda (P<0,05) dengan domba pertumbuhan lambat hal ini disebabkan tulang merupakan komponen karkas yang tumbuh paling dini dan konstan kemudian disusul oleh daging dan terakhir adalah lemak, sehingga menghasilkan bobot dan persentase tulang dan lemak yang tidak berbeda.

Menurut Spedding (1976) bahwa, domba yang pertumbuhan cepat memiliki jaringan lemak yang lebih tinggi dibandingkan domba yang tumbuh lebih lambat karena pada domba pertumbuhan cepat cenderung memilki efisiensi konversi pakan yang lebih tinggi, sehingga menyebabkan pemasukan energi yang tinggi melebihi yang diperlukan untuk pertumbuhan sehingga terjadi deposisi lemak.

19 Potongan Komersial Karkas

Semakin meningkatnya bobot dan persentase karkas semakin meningkat juga bobot dan persentase potongan komersial dari karkas tersebut. Menurut Beerman et. al.(1986), bobot potongan komersial dipengaruhi oleh bobot karkasnya. Rataan bobot dan persentase potongan komersial karkas dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Bobot dan Persentase Potongan Komersial Karkas Domba pada Tingkat Kecepatan Pertumbuhan Berbeda

Bagian Perlakuan Rata-rata Pertumbuhan Cepat Pertumbuhan Lambat Leg (g) 1062±128 835 ±144 948,5±136 (%) 31,2±1,7 33,9±2,6 32,6±2,2 Loin (g) 336,5±71,4 a 124,1±19,3 b (%) 9,7±0,5 a 7,7±0,2 b Rack (g) 266,0±69,5 172,8±30,8 167,7±50,1 (%) 7,7±1,4 7,2±2,0 7,4±1,7 Shoulder (g) 835±188 471,0±56,1 653±122,0 (%) 24,3±2,2 19,3±1,9 21,8±2,0 Neck (g) 262,7 ±44,9 235,3 ±6,8 251,5±25,8 (%) 7,6±0,5 9,6±0,9 8,6±0,7 Breast (g) 290,8 ±82,9 209,9±36,9 250,3±59,9 (%) 8,4±8,4 8,5±0,7 8,4±4,6 Shank (g) 247,7±58,5 222,2 ± 48,7 234,9±53,7 (%) 7,2 ±1,2 9,0±1,5 8,1±1,3 Flank (g) 50,8±12,3 53,9±10,6 52,3 ±11,4 (%) 1,4±0,2 2,2±0,6 1,8±0,4

Keterangan: Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Bobot dan persentase potongan-potongan komersial seperti neck, leg, breast, rack, flank, shank dari domba pertumbuhan cepat tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan domba pertumbuhan lambat. Perbedaan hanya terjadi pada bobot dan persentase potongan loin. Pada potongan loin domba dengan pertumbuhan cepat menghasilkan bobot dan persentase sebesar 336,5±7,4 g;9,7±0,5 % nyata lebih besar

20 dari bobot dan persentase domba pertumbuhan lambat sebesar 124,1±19,3 g;7,7 ±0,2 %. Menurut Parakkasi (1999) pemeliharaan semi intensif membuat aktifitas ternak lebih tinggi dari pemeliharaan intensif. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Lambuth (1970) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh kecepatan pertumbuhan domba terhadap persentase loin yang dihasilkan.

Aktivitas ternak pada pemeliharaan semi intensif membuat cadangan energi dalam tubuh berupa glikogen terbuang, karena ternak lebih banyak bergerak. Salah satu unsur pembentuk massa otot adalah glikogen. Pengeluaran glikogen membuat bagian seperti leg, breast, rack, flank, neck, dan shank kurang berkembang. Bagian

loin merupakan bagian dari karkas yang pertumbuhannya paling terakhir (late maturity) (Berg dan Butterfield, 1976) dan paling sedikit mengalami aktivitas sewaktu ternak masih hidup sehingga aktifitas ternak yang tinggi tidak membuat pertumbuhan loin terhambat.

Rataan bobot dan persentase potongan komersial tertinggi ada pada bagian

leg yaitu sebesar 948,5±136 g; 32,6±2,2 %. Rataan bobot dan persentase terendah ada pada bagian flank sebesar 52,3 ±11,4 g; 1,86±0,4%. Hasil ini sesuai dengan penelitian Ruhimat (1988) yang meneliti pengaruh penggemukan terhadap komposisi karkas domba lokal jantan muda bahwa bobot dan persentase potongan tertinggi ada pada bagian leg yaitu sebesar 1522,9 g; 32,38%.

Distribusi Daging pada Potongan Komersial

Daging adalah semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya (Soeparno, 1994). Distribusi otot pada ternak menurut Berg dan Butterfield (1976) serta Bowker et. al. (1978) terdapat dua arah gelombang distribusi pada ternak, yaitu: (1) arah antero-posterior yang dimulai dari arah cranium

(tengkorak) dibagian depan tubuh menuju kebelakang ke arah pinggang (loin), dan (2) arah centripetal dimulai dari daerah distal kaki ke atas ke arah proximal tubuh menuju bokong (pelvis) dan pinggang (loin) yang merupakan bagian tubuh yang paling akhir mencapai pertumbuhan maksimal (late maturity).

21 Tabel 6. Rataan Bobot dan Persentase Daging Potongan Komersial Domba pada

Tingkat Kecepatan Pertumbuhan Berbeda

Bagian Perlakuan Rata-rata Pertumbuhan Cepat Pertumbuhan Lambat Leg (g) 750,2±91,6 573±110 661,6±100,8 (%) 22,0±1,1 23,3±2,3 22,6±1,7 Loin (g) 202,9±36,2 a 124,1±19,3 b (%) 5,9±0,2 5,0±0,3 5,4±0,32 Rack (g) 152,9±37,8 100,9±3,0 126,9±20,4 (%) 4,4±0,8 4,1±0,3 4,3±0,6 Shoulder (g) 530±108 309,4±32,1 419,7±70,0 (%) 15,4±1,4 12,6±0,8 14,0±1,12 Neck (g) 148,3±28,0 140,8±4,9 144,5±16,4 (%) 4,3±0,7 5,7±0,4 5,0±0,5 Breast (g) 158,7±42,3 110,2±20,1 134,4±31,2 (%) 4,6±0,7 4,4±0.4 4,5±0,5 Shank (g) 149,6±41,4 138,6±38,4 144,1±39,9 (%) 4,3±0,9 5,6±1,2 5,01±1,0 Flank (g) 38,1±6,9 39,9±14,2 39,0±21,1 (%) 1,2±0,4 1,6±0,6 1,4±1,1

Keterangan: Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Rataan bobot dan persentase daging potongan komersial dapat dilihat pada Tabel 6. Hasil menujukkan bahwa secara umum tingkat pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap bobot dan persentase daging potongan komersial. Perbedaan hanya terjadi pada bobot dan persentase daging loin. Bobot loin pertumbuhan cepat sebesar 202,9±36,2 g nyata lebih besar (P<0,05) dari bobot daging loin pertumbuhan lambat sebesar 124,1±19,3 g. Perbedaan bobot daging loin tidak sejalan dengan persentase daging loin, persentase loin yang tidak berbeda menunjukkan tingkat pertumbuhan yang berbeda tidak mempengaruhi persentase loin. Potongan daging

loin mempunyai nilai terpenting dari keseluruhan potongan karkas dan memilki tingkat keempukan yang terbaik dan semua gelombang pertumbuhan bertemu pada bagian loin (Clout, 1974).

22 Aktifitas ternak mempengaruhi tingkat arah distribusi perkembangan otot pada setiap bagian potongan komersial yang memungkinkan perkembangan daging pada bagian yang aktifitasnya tinggi seperti leg, breast, rack, flank, neck, dan shank

kurang berkembang dengan baik. Menurut Soeparno (1994) faktor yang mempengaruhi distribusi perkembangan otot adalah jenis kelamin, aktivitas ternak, bangsa ternak, dan pakan.

Rataan bobot dan persentase daging tertinggi domba ada pada bagian leg

yaitu sebesar 661,6±100,8 g; 22,6±1,7 %. Bobot dan persentase terendah ada pada bagian flank yaitu sebesar 39,0±21,1 g; 1,4±1,1 %. Hasil ini sesuai dengan penelitian Nurmalasari (2008) yang meneliti komposisi fisik karkas domba lokal jantan dengan perlakuan rasio pakan B. humidicola yang berbeda, bahwa bobot dan persentase daging tertinggi ada pada bagian leg yaitu sebesar 675 g; 69,94 % dan bobot daging terendah ada ada bagian flank yaitu sebesar 26,78 g.

Distribusi Tulang pada Potongan Komersial

Tulang merupakan bagian dari tubuh ternak yang perkembangannya paling lambat dan konstan. Menurut Berg dan Butterfield (1976) tulang merupakan komponen yang tumbuh paling dini kemudian disusul oleh daging dan terakhir adalah lemak. Menurut Pulungan dan Rangkuti (1981) bahwa pertumbuhan relatif tulang lebih kecil dibandingkan dengan bobot karkas dengan perkembangan yang lebih kecil atau dengan kata lain persentase tulang berkurang dengan meningkatnya bobot karkas. Rataan bobot dan persentase tulang potongan komersial dapat dilihat pada Tabel 7.

Analisis uji t menujukkan dari semua peubah bobot dan persentase tulang potongan komersial, perbedaan hanya terjadi pada rataan persentase tulang loin dan bobot tulang rack. Rataan persentase tulang loin domba pertumbuhan cepat sebesar 2,5±0,2 % nyata lebih besar (P<0,05) dari pada persentase tulang loin domba pertumbuhan lambat yang sebesar 1,8±0,6 %. Pada bobot tulang hanya bobot tulang bagian rack saja yang berbeda nyata (P<0,05), bobot tulang rack untuk pertumbuhan cepat sebesar 88,7±22,4 g sedangkan bobot tulang pertumbuhan lambat sebesar 43,7±11,8 g. Hasil ini sesuai dangan Nurmalasari (1998) menyatakan bahwa hanya bobot tulang rack saja yang dipengaruhi oleh perlakuan.

23 Tabel 7. Rataan Bobot dan Persentase Tulang Potongan Komersial Domba pada

Tingkat Kecepatan Pertumbuhan Berbeda

Bagian Perlakuan Rata-rata Pertumbuhan Cepat Pertumbuhan Lambat Leg (g) 272,4±44,9 225,6±37,9 249±414,4 (%) 7,9±0,5 9,1±0,7 8,5±0,8 Loin (g) 152,9±37,8 61,5±26,4 107,2±64,2 (%) 2,5±0,2 a 1,8±0,6 b Rack (g) 88,7±22,4 a 43,7±11,8 b (%) 2,7±0,5 2,6±1,4 2,6±0,9 Shoulder (g) 230,8±70,4 119,3±10,8 175,0±40,6 (%) 6,6±1,0 4,9±0,68 5,7±0,8 Neck (g) 86,0±38,8 64,0±2,7 75,0±20,7 (%) 2,4±0,7 2,6±0,2 2,5±0,9 Breast (g) 87,8±27,5 71,5±15,3 79,6±21,4 (%) 2,5±0,4 2,9±0,3 2,7±0,4 Shank (g) 84,9±14,6 73,5±13,6 79,2±14,1 (%) 2,4±0,2 3,0±0,3 2,7±0,3 Flank (g) (%)

Keterangan: Superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Rataan bobot dan persentase tulang tertinggi ada pada bagian leg yaitu sebesar 249±414,4 g; 8,5±0,8 %. Rataan bobot dan persentase tulang terendah ada pada bagian flank. Bobot dan persentase yang rendah pada flank disebabkan pada bagian tersebut tidak terdapat tulang. Menurut Triyantini et.al.(2002) bagian potongan flank tidak terdapat tulang.

Distribusi Lemak pada Potongan Komersial

Lemak merupakan salah satu sumber energi yang memberikan kalori paling tinggi. Lemak mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda, awalnya pertumbuhan lemak sangat lambat, tetapi pada saat fase penggemukkan, pertumbuhannya meningkat dan cepat (Soeparno, 1994).

24 Tabel 8. Rataan Bobot dan Persentase Lemak Potongan Komersial Domba pada

Tingkat Kecepatan Pertumbuhan Berbeda

Bagian Perlakuan Rata-rata Pertumbuhan Cepat Pertumbuhan Lambat Leg (g) 39,8±12,5 33,9±4,6 36,8±8,5 (%) 1,2±0,4 1,3±0,2 1,2±0,3 Loin (g) 39,5±12,9 17,4±11,0 28,4±11,9 (%) 1,1±0,2 0,6±0,4 0,9±0,3 Rack (g) 16,1±8,4 6,5±3,3 11,3±5,8 (%) 0,4±0,1 0,2±0,1 0,3±0,1 Shoulder (g) 75,0±14,1 38,0±17,9 56,5±16 (%) 2,18±0,1 1,5±0,6 1,8±0,3 Neck (g) 19,9±16,2 21,3±6,0 20,6±11,1 (%) 0,6±0,4 0,8±0,2 0,7±0,3 Breast (g) 37,6±17,1 24,2±11,4 30,9±14,2 (%) 1,0±0,3 0,9±0,4 1,0±0,4 Shank (g) 12,0±3,9 8,6±3,0 10,3±3,4 (%) 0,3±0,1 0,3±0,1 0,3±0,1 Flank (g) 10,6±5,3 11,0±3,2 10,8±4,2 (%) 0,3±0,1 0,4±0,1 0,2±0,1

Variasi kandungan lemak umumnya mempengaruhi pertumbuhan komponen tubuh. Lemak tubuh yang bervariasi disebabkan adanya perbedaan pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang bergantung pada bangsa, umur, jenis kelamin dan latar belakang makanannya (Nurmalasari, 2008). Distribusi lemak mempunyai arti penting karena akan mempengaruhi kualitas daging.

Rataan bobot dan persentase lemak potongan komersial dapat dilihat pada Tabel 8. Bobot dan persentase lemak potongan komersial (flank, shank, rack, leg, neck, breast, loin dan shoulder) terhadap karkas tidak berbeda nyata hal ini disebabkan oleh umur ternak yang sama yaitu dibawah umur satu tahun (Io). Umur yang relatif sama dan muda sehingga laju pertumbuhan komponen lemak berada pada tingkat yang sama sehingga perkembangan lemak pada potongan komersial tidak berbeda. Menurut Soeparno (1994) pertumbuhan lemak pada domba mencapai maksimal jika domba sudah berumur diatas satu tahun (I1).

25 Jumlah rataan bobot lemak tertinggi ada pada bagian leg sebesar 36,8±8,5 g dan persentase lemak tertinggi ada pada bagian shoulder sebesar 1,8±0,3 %. Hasil ini sesuai dengan penelitian Herlina (1988); Nurmalasari (2005) menyatakan bahwa rataan bobot lemak tertinggi dari potongan komersial karkas terdapat pada bagian paha (leg) yaitu sebesar 10,33 g dan sesuai dengan penelitian Sunarlim dan Setiyanto (2005) yang menyatakan bahwa rataan persentase lemak tertinggi berasal dari bagian bahu (shoulder).

Dokumen terkait