• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelimpahan dan Keanekaragaman Arthropoda

Arthropoda yang diperoleh pada kebun teh yang berjarak 300-600 m dari tepi hutan adalah 18 ordo dan 58 famili dengan kelimpahan individu Arthropoda 4403. Persentase kelimpahan individu untuk setiap ordo Arthropoda yang ditemukan dapat dilihat pada Gambar 3. Persentase kelimpahan individu Arthropoda terbesar berturut-turut adalah ordo Hymenoptera (30,96%), Lepidoptera (19,62%), Aranea (14,04%), dan Collembola (11,02%). Persentase kelimpahan individu Arthropoda terkecil dari ordo Neuroptera (0,02%) dan Polydesmida (0,02%) yang hanya diperoleh 1 individu selama pengambilan sampel.

Gambar 3 Persentase kelimpahan individu tiap ordo Arthropoda

Jumlah ordo Arthropoda yang ditemukan dalam penelitian ini tidak berbeda antar tiap lokasi yaitu sebanyak 18 ordo, namun terdapat keanekaragaman famili antar tiap lokasi pengamatan. Famili Arthropoda yang berhasil diidentifikasi sebanyak 58 dan hanya 41 famili yang ditemukan pada semua lokasi sedangkan 17 famili lain ada yang hanya ditemukan pada satu atau dua lokasi. Famili yang hanya ditemukan pada lokasi D adalah Pyralidae (ordo Lepidoptera), Nymphalidae (ordo Lepidoptera), Amatiidae (ordo Lepidoptera), Encyrtidae (ordo Hymenoptera), Coreidae (ordo Hemiptera) dan Paradoxosomatidae (ordo Polydesmida). Famili yang hanya ditemukan di lokasi E adalah Myrmeleontidae (ordo Neuroptera), Asilidae (ordo Diptera) dan Scolopendridae (ordo Scolopendromorpha).

1,54% 14,04% 0,52% 2,20% 11,02% 3,61% 4,84% 0,52% 4,04% 30,96% 19,62% 0,02% 2,25% 0,05% 4,57% 0,14% 0,05% 0,02% 0% 10% 20% 30% 40% 50% Ac ari Ar ane ae B latt ode a C oleopte ra C oll em bola De rma pter a Dipter a Glomer ida He m ipt er a Hyme nopte ra Le pidopt er a Ne uropte ra Opili one s Odona ta Or thopter a Tr ic hopt era S colopendr omor pha P ol yde smi da % Ordo

7

ditemukan di lokasi F. Famili yang ditemukan pada lokasi D dan E adalah Issidae (ordo Hemiptera), Membracidae (ordo Hemiptera), dan Arctiidae (ordo Lepidoptera). Famili Apidae (ordo Hymenoptera) hanya ditemukan pada lokasi E dan F, sedangkan Gelechiidae (ordo Lepidoptera) dan Libellulidae (ordo Odonata) ditemukan pada lokasi D dan F. Keanekaragaman dan jumlah individu Arthropoda pada setiap lokasi ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah famili dan individu Arthropoda pada setiap lokasi

Lokasi Famili Individu

D 52 1412

E 48 1587

F 46 1404

Posisi hutan yang berada di tepi kebun teh diduga berpengaruh terhadap keanekaragaman Arthropoda di kebun teh. Kebun teh Gunung Mas PTPN VIII berbatasan dengan hutan pegunungan dari area Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Gunung Gede Pangrango merupakan daerah hutan hujan tropis yang cenderung memiliki keanekaragaman yang tinggi baik flora maupun faunanya. Selain itu, faktor cuaca saat pengambilan sampel sepertinya adanya hujan serta keadaan habitat sekitar lokasi pengambilan sampel diduga juga turut berpengaruh terhadap keanekaragaman dan kelimpahan Arthropoda yang diperoleh.

Lokasi D berjarak 300-400 m dari tepi hutan dan memiliki keanekaragaman vegetasi penutup lahan atau gulma yang cukup banyak dan beranekaragam. Lokasi E berjarak 400-500 m dari tepi hutan dan memiliki keanekaragaman gulma yang paling tinggi dibandingkan lokasi lainnya. Lokasi F berjarak 500-600 m dari tepi hutan dan hampir tidak ditemukan gulma pada lokasi ini (Gambar 4). Sedangkan untuk jenis dan kerapatan pohon pelindung tidak berbeda antar setiap lokasi. Jenis pohon pelindung yang terdapat di kebun teh ini adalah Silver oak (Grevillea robusta A. Cunn).

Lokasi D Lokasi E Lokasi F Gambar 4 Lokasi penelitian

Keanekaragaman famili Arthropoda tertinggi terdapat pada lokasi D. Rizali et al. (2002) menyatakan bahwa selain faktor usia tanaman, lokasi lahan yang

8

berdekatan dengan hutan akan mempengaruhi keanekaragaman serangga. Habitat yang beragam salah satunya hutan, akan mendukung keberagaman spesies yang ada di dalamnya (Ananthakrishnan 2009).

Vegetasi penutup lahan berupa gulma yang beragam pada lokasi E akan mempengaruhi kelimpahan Arthropoda. Gulma akan meningkatkan kelembapan tanah dan hanya beberapa jenis Arthropoda tertentu saja yang dapat beradaptasi dan bertahan dengan kondisi seperti ini (Desmond 2013).

Proporsi Peranan Arthropoda

Arthropoda yang ditemukan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok berdasarkan sifat atau peranannya di alam yaitu Arthropoda herbivor, predator, detrivor atau pengurai, parasitoid dan serangga lain. Komposisi peranan seluruh Arthropoda yang ditemukan ditampilkan pada Gambar 5. Berdasarkan hasil identifikasi diketahui bahwa proporsi tertinggi adalah predator (52%), herbivor (27%), detrivor (20%), serta gabungan Arthropoda lain dan parasitoid (1%).

Gambar 5 Persentase peranan Arthropoda yang ditemukan

Jumlah individu Arthropoda berdasarkan peran pada setiap lokasi pengamatan ditampilkan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah individu Arthropoda berdasarkan peran pada setiap lokasi

Peran Jumlah individu

A B C Predator 799 848 635 Herbivor 333 411 435 Detrivor 260 312 316 Parasitoid 19 13 14 Arthropoda lain 1 3 4 Total 1412 1587 1404

Secara umum, jumlah Arthropoda yang berperan sebagai predator lebih tinggi dibanding peranan Arthropoda yang lain. Arthropoda predator didominasi

Predator 52% Herbivor 27% Detrivor 20%

Arthropoda lain dan parasitoid 1%

9

berasal dari Ordo Lepidoptera, Coleoptera, dan Hemiptera. Arthropoda yang berperan sebagai detrivor atau pengurai bahan organik didominasi ordo Collembola, Dermaptera, dan Acari. Serangga dari ordo Hymenoptera yang lainnya menjadi parasitoid dan beberapa serangga lain yang ditemukan dikategorikan sebagai serangga lain karena tidak diketahui peranan mereka dalam ekosistem perkebunan teh. Peranan Arthropoda yang ditemukan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Peranan ordo dan family Arthropoda yang ditemukan

Peranan Ordo Family

Detrivor Acari Euphthiracaridae Blattodea Blattelidae

Collembola Entomobryidae, Isotomidae Dermaptera Forficularidae

Diptera Muscidae, Phoridae Glomerida Glomeridae

Polydesmida Paradoxosomatidae Scolopendromorpha Scolopendridae

Herbivor Coleoptera Cerambycidae, Chrysomelidae, Coccinellidae, Curculionidae Diptera Agromyzidae, Cecidomyiidae,

Tephritidae

Hemiptera Cicadellidae, Coreidae, Flatidae, Issidae, Membracidae, Miridae

Lepidoptera Amatiidae, Arctiidae, Gelechiidae, Geometridae, Limacodidae,

Nymphalidae, Pyralidae, Tortricidae Orthoptera Acrididae

Parasitoid Hymenoptera Braconidae, Encyrtidae, Ichneumonidae Predator Araneae Agelenidae, Araneidae, Gnaposidae,

Lycosidae, Oxyopidae, Salticidae, Terididae, Theridiosomatidae, Tetragnathidae

Coleoptera Carabidae

Diptera Asilidae, Dolichopodidae, Syrphidae, Tipulidae Hemiptera Pentatomidae Hymenoptera Formicidae Neuroptera Myrmeleontidae Odonata Libellulidae Opiliones Phalangidae

Orthoptera Gryllidae, Tettigoniidae Serangga lain Hymenoptera Apidae

10

Predator

Proporsi Arthropoda predator paling tinggi dibanding peranan Arthropoda yang lain. Kondisi ini dijelaskan oleh Kwon et.al (2013) yang menyebutkan bahwa predator memiliki relung ekologi yang lebih fleksibel daripada serangga lain yang berperan sebagai herbivor atau detrivor sehingga memungkinkan keberadaan predator lebih melimpah. Predator yang dominan ditemukan adalah semut (Hymenoptera: Formicidae) dan laba-laba (Ordo Araneae) (Gambar 6). Predator dari famili yang lain ditemukan dalam jumlah sedikit bahkan beberapa predator hanya ditemukan 1 individu selama pengamatan.

Gambar 6 Famili Arthropoda predator

Jumlah Formicidae yang diperoleh adalah 1315 individu selama pengamatan. Kelimpahan semut menurut Philpott dan Armbrecht (2006) cukup tinggi pada ekosistem hutan hujan tropis. Elzinga (2004) mengemukakan bahwa Formicidae merupakan serangga predator yang bersifat sosial. Hidup berkelompok sehingga memungkinkan untuk melakukan predasi terhadap mangsa yang lebih besar. Semut dapat berburu di permukaan tanah maupun di dalam tanah. Semut diketahui berperan sebagai predator di teh karena memangsa hama seperti Helopeltis spp. Selain itu, semut juga menjadi predator bagi telur hama Hyposidra talaca (Deptan 2004). Semut banyak ditemukan pada gulma yang berbunga dan membuat sarang di bawah pohon pelindung.

Predator lain yang cukup banyak ditemukan adalah laba-laba (ordo Araneae). Laba-laba digolongkan sebagai predator di kebun teh karena memangsa larva ulat jengkal ataupun memerangkap imago lepidoptera (Deptan 2004). Sebanyak sembilan famili laba-laba yang ditemukan berhasil diidentifikasi dengan jumlah individu tertinggi adalah famili Tetraghnatidae dan Salticidae, dan terendah famili Gnaposidae (Tabel 2). Kelimpahan yang berbeda dapat dipengaruhi oleh kompleksitas struktur vegetasi dan tingkat gangguan habitat (Suana 2005).

Araneae; 618 Formicidae; 1315 Gryllidae; 154 Araneae Carabidae Asilidae Dolichopodidae Syrphidae Tipulidae Pentatomidae Formicidae Myrmeliotidae Phalangidae Libellulidae 10

11

Tabel 3 Famili dan jumlah Arthropoda dari ordo Araneae

Famili Jumlah

Individu Tipe

Agelenidae 11 Pembuat jaring Araneidae 20 Pembuat jaring

Gnaposidae 7 Pemburu

Lycosidae 20 Pemburu

Oxyopidae 15 Pemburu

Salticidae 158 Pemburu

Terididae 39 Pembuat jaring Theridiosomatidae 111 Pembuat jaring Tetraghnatidae 231 Pembuat jaring

Beberapa laba-laba berburu di tanah atau pada pohon teh, namun beberapa menangkap mangsa dengan jaring. Tetragnathidae merupakan laba-laba predator yang membuat perangkap untuk menangkap mangsanya kemudian menggigit dengan rahangnya (Yoshida 1989). Salticidae atau jumping spider adalah laba-laba pemburu yang aktif siang hari dan mampu menerkam mangsanya dengan sangat cepat (Deptan 2004).

Proporsi predator paling tinggi pada lokasi E atau 400-500 m dari tepi hutan. Tingginya kelimpahan Arthropoda predator ini dipengaruhi habitat di sekitar lokasi E. Lokasi ini memiliki keanekaragaman gulma yang lebih tinggi dibanding D dan F. Secara umum, menurut Pradana (2013) jenis gulma yang banyak ditemukan di perkebunan teh Gunung Mas adalah Commelina diffusa (tali said), Ageratum conyzoides (babadotan), Borreria alata, Paspalum conjugatum (jukut pait), Melastoma affine, Urena lobota, Mikania micrantha (mikania), dan Clidemia hirta (harendong). Rasminah dan Rohman (2012) menunjukkan bahwa keberadaan gulma di sekitar pohon teh berperan penting bagi predator yang bersifat generalis. Keberadaan gulma ini menjadi mikro habitat bagi perkembangan predator.

Herbivor

Sebanyak 22 famili Arthropoda yang ditemukan berperan sebagai herbivor atau pemakan tumbuh-tumbuhan. Sebagian Arthropoda herbivor ini menjadi hama secara langsung pada tanaman teh seperti ulat jengkal (Geometridae: Lepidoptera), kepik penghisap pucuk (Miridae:Hemiptera), dan hama Empoasca (ordo Cicadellidae), dan sebagian lainnya ada pula yang menjadi pemakan gulma di sekitar pohon teh.

Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah individu tertinggi berasal dari famili Geometridae atau ulat jengkal (Gambar 10). Famili dari Ordo Lepidoptera ini ditemukan pada setiap lokasi dalam fase larva.

12

Gambar 7 Famili Arthropoda Herbivor

Ulat jengkal atau Hyposidra talaca telah menjadi hama utama di perkebunan teh PTPN VIII Gunung Mas dan serangannya mampu menurunkan hasil hingga 40% (Pradana 2013). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan hampir seluruh lokasi kebun teh yang diamati diserang oleh hama ini. Gejala kerusakan terlihat jelas dengan daun yang berlubang bahkan serangan berat hanya akan tersisa tulang daun dan ranting saja.

Serangan H. talaca dipengaruhi oleh cuaca. Pradana (2013) menyebutkan bahwa serangan tertinggi hama ini terjadi pada musim kemarau atau pada peralihan musim hujan ke musim kemarau. Hal ini disebabkan perkembangan serangga ini terhambat pada habitat dengan curah hujan tinggi karena larva akan mudah jatuh dan terbawa air hujan.

Kelimpahan Arthropoda herbivor paling tinggi pada lokasi F yang paling jauh dari tepi hutan. Selain paling jauh dari tepi hutan, pada lokasi F juga sangat jarang ditemukan adanya gulma ataupun tanaman penutup lahan. Lokasi kebun yang jauh dari hutan akan mempengaruhi kelimpahan Arthropoda herbivor karena keragaman tumbuhan semakin berkurang. Altieri (2009) menyatakan bahwa berbagai penelitian telah mendukung bahwa ekosistem yang memiliki keanekaragaman tumbuhan yang rendah justru memiliki kelimpahan herbivor yang tinggi. Hidayat et al. (2006) menyebutkan bahwa ekosistem yang memiliki keragaman yang tinggi akan meningkatkan keanekaragaman spesies Arthropoda yang ada, sebaliknya ekosistem yang memiliki keanekaragaman yang rendah akan memiliki keanekaragaman yang rendah pula. Selain itu, tidak adanya gulma yang merupakan inang dan habitat musuh alami menyebabkan rendahnya predator ataupun parasitoid sehingga keberadaan hama di lahan menjadi lebih tinggi.

Cicadellidae; 73 Flatidae; 37 Miridae; 49 Geometridae; 827 Cerambycidae Chrysomelidae Coccinellidae Curculionidae Agromyzidae Cecidomyiidae Tephritidae Cicadellidae Coreidae Flatidae Issidae Membracidae Miridae Amatiidae Arctiidae Gelechiidae Geometridae Limacodidae Nymphalidae Pyralidae Totricidae Acrididae 12

13

Detrivor

Arthropoda detrivor berperan penting dalam suatu jaring makanan dalam ekosistem. Detrivor berperan penting di alam karena melakukan proses penguraian bahan organik sehingga kelimpahannya dipengaruhi oleh ketersediaan bahan organik. Detrivor yang paling banyak ditemukan adalah Entomobryidae (ordo Collembola), dan Istomidae )ordo Collembola). Didapatkan juga pengurai lain seperti Cocopet (Forficularidae: Dermaptera), tungau, dan kelompong lewing.

Gambar 8 Famili Arthropoda detrivor

Kelimpahan dan keanekaragaman Collembola sangat dipengaruhi oleh keadaan suatu lahan. Hal ini disebabkan Collembola sebagai Arthropoda pengurai bahan organik sangat tergantung dengan ketersediaan bahan organik di tanah. Berdasarkan pengamatan, hanya diperoleh dua famili Collembola yaitu Entomobryidae dan Isotomidae. Famili Entomobryidae lebih banyak ditemukan dibandingkan famili Isotomidae. Borror et al. (1996) menyebutkan bahwa Isotomidae menyukai daaerah di sekitar hutan yang basah sedangkan Entomobryidae menyukai serasah. Lokasi penelitian diduga mempengaruhi kelimpahan ini karena kondisi vegetasi penutup lahan yang lebih banyak ditutupi oleh serasah. Agus (2007) meneliti bahwa pada perkebunan teh ditemukan Collembola dari famili Entomobryidae yang paling dominan.

Cocopet (Forficulidae: Dermaptera) ditemukan cukup banyak di lahan. Famili ini didapat melalui metode pitfall trap dan branches beating. Serangga ini aktif pada malam hari dan bersembunyi ketika siang hari pada celah-celah dan lubang-lubang kecil di bawah kulit kayu dan reruntuhan. Famili ini menyukai tanah yang gembur dan mengandung bahan organik untuk meletakkan telur (Weems 2007). Famili lain yang juga ditemukan sebagai detrivor adalah tungai Eupthiracaridae dan lewing.

Lokasi F (500-600 dari tepi hutan) memiliki kelimpahan detrivor paling tinggi dibandingkan lokasi lain. Hal ini sesuai dengan jenis detrivor yang ditemukan yaitu Entomobryidae dan Cocopet yang lebih banyak pada lahan yang dipenuhi

Euphthiracaridae; 68 Entomobryidae; 282 Isotomidae; 203 Forficularidae; 159 Muscidae; 108 Euphthiracaridae Blattelidae Entomobryidae Isotomidae Forficularidae Muscidae Phoridae Glomeridae Scolopendridae Paradoxosomatidae

14

serasah dan sisa kayu. Dibandingkan lokasi lain, lahan kebun teh pada lokasi F tampak ditutupi serasah dan sisa kayu yang lebih banyak.

Parasitoid dan Arthropoda lain

Gambar 9 Famili parasitoid dan Arthropoda lain

Proporsi Arthropoda parasitoid yang ditemukan dibandingkan dengan Arthropoda yang lain sangat rendah. Dalam 12 minggu penelitian, hanya diperoleh tiga famili Arthropoda yang berperan sebagai parasitoid. Seluruh famili ini berasal dari ordo Hymenoptera yaitu famili Braconidae, Ichneumonidae, dan Encyrtidae.

Kelimpahan individu Braconidae ditemukan paling tinggi yaitu 31 individu, Ichneumonidae 14 individu, dan Encyrtidae hanya satu individu. Braconidae merupakan salah satu famili yang sudah sangat luas digunakan dalam pengendalian hayati. Pada perkebunan teh, famili ini menjadi parasitoid larva pada hama penggulung daun, Homona coffearia, famili Totricidae (Deptan 2010). Hama H. coffearia selain dapat diparasiti oleh Braconidae, juga dapat diserang oleh parasitoid larva atau pupa dari famili Ichneumonidae (Das 2010).

Ketersediaan inang di lahan sangat mempengaruhi keberadaaan parasitoid (Farid, 2013). Selain jarak dari hutan dan kondisi lingkungan, ketersediaan inang mempunyai pengaruh yang besar terhadap dominansi serangga tertentu (Rizali et al 2002). Semakin tinggi jumlah inang maka semakin tinggi pula jumlah parasitoid, begitu pula sebaliknya. Pada setiap blok lokasi pengamatan, di lokasi D, E, dan F kelimpahan inang bagi parasitoid ini tergolong rendah. Hal ini diduga menjadi faktor pembatas kelimpahan parasitoid. Famili Totricidae yang merupakan hama penggulung daun teh hanya ditemukan 11 individu selama pengamatan.

Odum (1971) dalam Rizali et al (2002) menyatakan bahwa serangga lain atau serangga pendatang adalah serangga yang tidak diketahui peranan dalam ekosistem tersebut. Arthropoda lain yang ditemukan adalah famili Lepidostomatidae (ordo Trichoptera), dan Apidae (ordo Hymenoptera). Keberadaan serangga dari famili

Aphidae; 2 Braconidae; 31 Encyrtidae; 1 Ichneumonidae; 14 Lepidostomatidae; 6 14

15

2002). Famili Apidae diperoleh paling sedikit yaitu dua individu selama pengamatan. Famili ini merupakan serangga penyerbuk yang diduga berada di lokasi penelitian karena terdapat bunga dari gulma-gulma di sekitar pohon teh.

Pengaruh Proporsi Predator terhadap Serangan Hama

Blok 11 pada penelitian ini merupakan lokasi untuk titik D dan E, sementara blok 5 merupakan lokasi untuk titik F. Secara umum, serangan hama pada blok 5 lebih tinggi dibandingkan dengan blok 11 (Gambar 10).

Gambar 10 Luas serangan hama pada blok 11 dan 5

Tingginya serangan hama di blok 5 (lokasi F) diduga akibat rendahnya musuh alami atau predator di blok ini. Berdasarkan pengamatan, kelimpahan predator di blok 5 (45%) lebih rendah dibanding kelimpahan predator di blok 11 (55%). Hal ini menunjukkan bahwa tingginya serangan hama salah satunya akibat rendahnya musuh alami atau predator di lokasi ini.

Bulan April pada blok 11 dan 5 mengalami perubahan serangan hama. Blok 11 mengalami penurunan. Sementara pada blok 5 sebaliknya, tercatat serangan hama justru meningkat pada bulan April hingga Mei. Penurunan serangan hama pada blok 11 disebabkan adanya pemetikan. Bulan April, terjadi pemetikan hingga enam kali sementara Maret tiga kali dan Mei empat kali pemetikan. Pemetikan akan mengakibatkan proporsi daun yang terserang menjadi berkurang karena telah dipetik. Blok 5 pada bulan April mengalami peningkatan serangan hama karena bulan ini hanya dilakukan satu kali pemetikan dan bulan Mei tidak dilakukan pemetikan. Kondisi ini akan berakibat proporsi daun yang rusak menjadi lebih tinggi. Hidayat et al (2006) menyebutkan bahwa waktu pemetikan berpengaruh terhadap serangan hama. Pemetikan dengan interval waktu yang lebih panjang akan memberikan waktu yang panjang pula bagi hama untuk menyerang pucuk teh.

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9

Maret April Mei Bulan Maret April Mei

Blok 11 Blok Blok 5

ha

16

Proporsi Peran Arthropoda Berdasarkan Metode Pengambilan Sampel Masing-masing metode memang bertujuan untuk mendapatkan Arthropoda dengan peranan dan karakteristik tertentu. Ketiga metode yang digunakan telah cukup mewakili karakteristik tertentu Arthropoda di lapangan yaitu Arthropoda nokturnal atau pun diurnal, Arthropoda aktif terbang, Arthropoda yang berada di pohon teh maupun yang bda di tenah. Berdasarkan hasil yang diperoleh diketahui bahwa Arthropoda predator diperoleh paling banyak melalui metode pitfall trap. Hal ini disebabkan predator yang dominan adalah Formicidae yang hidup di permukaan tanah. Predator yang tertangkap dengan metode branches beating juga cukup tinggi. Hal ini mengingat bahwa Ordo Araneae secara umum adalah laba-laba yang memerangkap mangsa dengan membuat jaring sehingga lebih sering berada di dahan dan ranting pohon teh (Yoshida 1989).

Gambar 11 Proporsi peran Arthropoda berdasarkan metode pengambilan sampel Arthropoda herbivor didapat paling tinggi melalui metode branches beating. Hal ini ditunjukkan oleh data bahwa herbivor tertinggi yang ditemukan adalah Geometridae yang berada pada tahap larva. Sehingga ketika dahan digoyang, maka larva akan berjatuhan ke kain tampung. Beberapa herbivor lain juga diperoleh dari metode jaring.

Detrivor seperti Collembola merupakan Arthropoda pengurai yang secara umum berada di tanah sehingga teknik pitfall trap efektif untuk memerangkap, sementara cocopet beberapa diperoleh melalui branches beating karena berada di dahan dan ranting tanaman teh. Sementara parasitoid dan Arthropoda lain diperoleh melalui metode jaring serangga karena seluruhnya merupakan serangga yang aktif terbang.

0 200 400 600 800 1000 1200

Pitfall trap Jaring serangga Branches beating

Parasitoid dan arthropoda lain Detrivor Herbivor Predator

17

PENUTUP

Kesimpulan

Keanekaragaman dan kelimpahan Arthropoda yang diperoleh berbeda pada setiap lokasi. Keanekaragaman Arthropoda tertinggi terdapat pada lokasi 300-400 m dari tepi hutan yaitu sebanyak 52 famili. Semakin dekat jarak kebun teh dengan hutan semakin tinggi keanekaragaman Arthropoda. Kelimpahan Arthropoda tertinggi terdapat pada lokasi 400-500 m dari tepi hutan. Kondisi ekosistem terutama vegetasi di sekitar pohon teh berpengaruh terhadap kelimpahan Arthropoda yang ada disana. Proporsi peranan Arthropoda sebagai predator, herbivor, detrivor, parasitoid dan serangga lain masing-masing yaitu 52%, 27%, 20%, dan 1%.

Saran

Saran dari penelitian ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai spesies Arthropoda yang menjadi musuh alami hama serta jarak efektif gulma di sekitar tanaman teh yang berpengaruh terhadap keanekaragaman dan kelimpahan musuh alami.

18

Dokumen terkait