• Tidak ada hasil yang ditemukan

Purposive sampling Purposive sampling

HASIL DAN PEMBAHASAN Keikutsertaan PAUD

Konsep Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah konsep bermain sambil belajar yang merupakan fondasi yang akan mengarahkan anak pada pengembangan kemampuan yang lebih beragam. PAUD akan menjadi cikal bakal pembentukan karakter anak, dimana pendidikan anak yang sudah diawali sejak dini dapat mengembangkan potensi anak secara optimal. Anak yang mengikuti PAUD akan menjadi lebih mandiri, disiplin, dan mudah diarahkan untuk menyerap ilmu pengetahuan secara optimal (Sudjarwo 2010). Sekolah merupakan salah satu lingkungan bagi anak untuk memperoleh stimulasi tumbuh kembang, termasuk stimulasi psikososial untuk perkembangan kognitifnya.

Gambar 3 menyajikan sebaran sampel dalam keikutsertaan dalam PAUD. Hasil penelitian ini dimana hampir sebagian besar (82.2%) anak tidak terlibat dalam kegiatan pendidikan anak usia dini, baik PAUD, Taman Kanak-Kanak, atau Taman bermain. Hanya 17.8% anak yang terlibat dalam pendidikan usia dini. Serupa halnya dengan laporan Depdiknas tahun 2002 yang menyatakan bahwa dari 26 juta anak usia dini (0-6 tahun), baru 17% yang mengikuti pendidikan usia dini (Kemendiknas, 2002). Rendahnya keikutsertaan anak untuk terlibat dalam PAUD diduga karena tingkat pendidikan orang tua yang rendah (Tabel 7) serta pendapatan per kapita yang rendah yang diterima oleh orang tua (Tabel 9). Selain itu untuk mengikuti kegiatan PAUD ini, setiap anak harus membayar uang sekolah sebesar Rp 15 000.00.

Gambar 3 Sebaran sampel dalam keikutsertaan dalam PAUD. 17.8 82.2 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

PAUD Non PAUD

p e r s e n

Karakteristik Keluarga Sampel Usia Orang Tua

Usia ibu berkisar dari 20 tahun hingga 44 tahun, dan usia ayah berkisar dari 22 tahun hingga 65 tahun. Rata-rata usia ibu secara keseluruhan adalah 29.89 ± 6.46 tahun dan rata-rata usia ayah secara keseluruhan adalah 35.16 ± 8.52 tahun. Ini menunjukkan bahwa usia orang tua tergolong usia yang masih produktif (Hurlock 2000). Usia orang tua dikelompokkan menjadi dua kategori (Tabel 5), yaitu dewasa muda (20-39 tahun) dan dewasa madya (40-65 tahun). Berdasarkan kelompok tersebut maka sebagian besar ibu berada di usia dewasa muda (90.8%) dan demikian pula untuk ayah sebagian besar berada di usia dewasa muda (69.1%). Kondisi usia muda cenderung menjadikan seorang ibu akan lebih memperhatikan kepentingannya sendiri daripada kepentingan anaknya, sehingga kualitas dan kuantitas pengasuhan kurang terpenuhi (Hurlock 1998).

Jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka rata-rata usia ibu pada kelompok PAUD (30.18 ± 6.98 tahun) adalah tidak jauh berbeda dengan usia ibu pada kelompok non PAUD (29.83 ± 6.37 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa usia ibu pada kedua kelompok adalah relatif sama dan termasuk kategori usia dewasa muda. Oleh karena itu, usia ibu tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p-value>0.05, yaitu sebesar 0.798.

Tabel 5 Sebaran sampel berdasarkan usia orang tua terhadap keikutsertaan PAUD

Usia Orang Tua

Keikutsertaan PAUD

Total

PAUD Non PAUD

n % n % n % Usia Ibu 20-39 Tahun 23 85.2 115 92.0 138 90.8 40-65 Tahun 4 14.8 10 8.0 14 9.2 Total 27 100 125 100 152 100 Rata-rata ± SD 30.18 ± 6.98 29.83 ± 6.37 29.89 ± 6.46 p-value (t-test) 0.798 Usia Ayah 20-39 Tahun 23 85.2 82 65.6 105 69.1 40-65 Tahun 4 14.8 43 34.4 47 30.9 Total 27 100 125 100 152 100 Rata-rata ± SD 33.96 ± 5.61 35.42 ± 9.03 35.16 ± 8.52 p-value (t-test) 0.283

36

Jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka rata-rata usia ayah pada kelompok PAUD (33.96 ± 5.61 tahun) adalah tidak jauh berbeda dengan usia ayah pada kelompok non PAUD (35.42 ± 9.03 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa usia ayah pada kedua kelompok adalah relatif sama dan termasuk kategori usia dewasa muda. Oleh karena itu, usia ayah tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p-value>0.05, yaitu sebesar 0.283.

Besar keluarga

Rata-rata besar keluarga sampel secara keseluruhan adalah 4.34 ± 1.26 orang. Variabel besar keluarga dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu keluarga kecil (≤ 4 orang ) dan keluarga besar ( 4 orang). Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 6) diperoleh bahwa sebagian besar (63.2%) termasuk ke dalam kategori keluarga kecil dengan rata-rata besar keluarga berjumlah empat orang, dimana terdiri dari ayah, ibu dan dua anak. Menurut Kustiyah (2005) menyatakan bahwa jumlah anggota keluarga yang melebihi jumlah yang dianjurkan akan berdampak terhadap kurangnya curahan waktu, perhatian orang tua dan distribusi makanan untuk setiap anggota keluarga terutama anak.

Bedasarkan hasil penelitian Salimar (2010) menyatakan besar keluarga akan berhubungan dengan pola asuh yang diberikan kepada anak, dimana keadaan sosial ekonomi yang kurang akan mempengaruhi konsumsi anggota keluarga. Kemudian ditambahkan Hajian-Tilaki et al. (2011) dalam penelitiannya di Iran terhadap 1000 anak sekolah dasar usia 7-12 tahun bahwa besar keluarga sangat berpengaruh pada jumlah makanan yang harus disediakan. Semakin sedikit jumlah anggota keluarga maka semakin mudah terpenuhi kebutuhan makanan seluruh anggota keluarga atau sebaliknya.

Tabel 6 Sebaran sampel berdasarkan besar keluarga terhadap keikutsertaan PAUD

Besar Keluarga Keikutsertaan PAUD Total

PAUD Non PAUD

n % n % n % Keluarga Kecil 18 66.7 78 62.4 96 63.2 Keluarga Besar 9 33.3 47 37.6 56 36.8 Total 27 100 125 100 152 100 Rata-rata ± SD 4.11 ±1.12 4.38 ± 1.29 4.34 ± 1.26 p-value (t-test) 0.311

Jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka rata-rata besar keluarga pada kelompok PAUD (4.11 ±1.12 orang) adalah tidak jauh berbeda dengan besar keluarga pada kelompok non PAUD (4.38 ± 1.29 orang). Hal ini menunjukkan bahwa besar keluarga pada kedua kelompok adalah relatif sama dan termasuk kategori besar. Oleh karena itu, besar keluarga tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p-value>0.05, yaitu sebesar 0.311.

Pendidikan Orang Tua

Pendidikan merupakan hak dari setiap warga negara dan salah satu aspek penting dalam kehidupan. Lama dan tingginya pendidikan orang tua akan berpengaruh terhadap pekerjaan yang akan didapat, serta akan berpengaruh terhadap pendapatan keluarga. Program pendidikan yang saat ini pemerintah Indonesia terapkan adalah pendidikan dasar sembilan tahun, dimana setiap warga berhak untuk mendapatkan pendidikan dasar sembilan tahun atau dengan kata lain sampai dengan jenjang pendidikan SMP, sesuai UU Pendidikan RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 17.

Tabel 7 Sebaran sampel berdasarkan lama pendidikan orang tua

Lama Pendidikan Orang Tua

Keikutsertaan PAUD

Total

PAUD Non PAUD

n % n % n %

Lama pendidikan ibu

Kurang dari 9 tahun 26 96.3 116 92.8 142 93.4

Lebih dari 9 tahun 1 3.7 9 7.2 10 6.6

Total 27 100 125 100 152 100

Rata-rata ± SD 7.63 ± 1.71 7.42 ± 1.91 7.46 ± 1.87

p-value (t-test) 0.606

Lama pendidikan ayah

Kurang dari 9 tahun 25 92.6 106 84.8 131 86.2 Lebih dari 9 tahun 2 7.4 19 15.2 21 13.8

Total 27 100 125 100 152 100

Rata-rata ± SD 7.33 ± 2.09 7.53 ± 2.51 7.49 ± 2.43

38

Secara umum, lama pendidikan ibu bervariasi mulai dari 5 tahun hingga 12 tahun, begitu pula untuk lama pendidikan ayah sangat bervariasi mulai dari tidak sekolah hingga 16 tahun. Rata-rata lama pendidikan ibu secara keseluruhan adalah 7.46 ± 1.87 tahun dan rata-rata lama pendidikan ayah secara keseluruhan adalah 7.49 ± 2.43 tahun (Tabel 7). Dalam penelitian ini pengkategorian pendidikan ada dua, yaitu tingkat pendidikan rendah bila lama pendidikan kurang dari sembilan tahun dan tingkat pendidikan tinggi bila lama pendidikan lebih dari sembilan tahun.

Jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka rata-rata lama pendidikan ibu pada kelompok PAUD (7.63 ± 1.71 tahun) adalah tidak jauh berbeda dengan lama pendidikan ibu pada kelompok non PAUD (7.42 ± 1.91 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa lama pendidikan ibu pada kedua kelompok adalah relatif sama dan termasuk kategori kurang dari 9 tahun. Oleh karena itu, lama pendidikan ibu tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p-value>0.05, yaitu sebesar 0.606.

Jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka rata-rata lama pendidikan ayah pada kelompok PAUD (7.33 ± 2.09 tahun) adalah tidak jauh berbeda dengan lama pendidikan ayah pada kelompok non PAUD (7.53 ± 2.51 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa lama pendidikan ayah pada kedua kelompok adalah relatif sama dan termasuk kategori kurang dari 9 tahun. Oleh karena itu, lama pendidikan ayah tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p- value>0.05, yaitu sebesar 0.708.

Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola pengambilan keputusan dalam keluarga. Pendidikan orang tua akan berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk pemberian makan, pola asuh konsumsi dan status gizi. Umumnya pendidikan seseorang akan mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Rahmawati dan Kusharto (2006) menyatakan ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah menerima pesan dan informasi mengenai gizi dan kesehatan anak. Menurut Engle et al. (1997) pendidikan dapat meningkatkan pendapatan keluarga dan dapat mengapresiasikan mengenai pentingnya perawatan. Wanita yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan lebih menggunakan fasilitas jasa masyarakat, perawatan kesehatan, dan memiliki sikap yang baik pada saat

mengasuh anak balita. Sedangkan wanita yang tidak berpendidikan akan cenderung memegang kepercayaan nenek moyangnya dalam mengasuh anak balita. Ditambahkan Madanijah (2003) bahwa pendidikan ibu merupakan salah satu penentu mortalitas bayi dan anak karena tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap perawatan kesehatan, hygiene dan kesadaran terhadap kesehatan anak dan keluarga.

Pekerjaan Orang tua

Pekerjaan orang tua berperan penting dalam kehidupan sosial ekonomi keluarga, karena berhubungan dengan pendapatan yang akan diterima, yang kemudian akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tabel 8 menunjukan sebaran pekerjaan orang tua terhadap keikutsertaan PAUD. Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa pada umumnya ibu tidak bekerja atau tergolong ibu rumah tangga yaitu sebesar 75.7% dan bekerja sebesar 24.3%. Adapun jenis pekerjaan ibu sebagai petani, buruh tani, dan pedagang. Berdasarkan hal tersebut dapat diperkirakan bahwa porsi terbesar pendapatan diperoleh dari ayah untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Selain itu, pengkategorian pekerjaan ayah dibagi menjadi dua, yaitu bekerja pada sektor pertanian dan bekerja pada sektor non pertanian (Tabel 8). Berdasarkan hasil penelitian bahwa pada umumnya ayah bekerja pada sektor non pertanian sebesar 63.8%, sedangkan ayah yang bekerja di sektor pertanian sebesar 36.2%.

Tabel 8 Sebaran sampel berdasarkan pekerjaan orang tua terhadap keikutsertaan PAUD

Pekerjaan Orang Tua

Keikutsertaan PAUD

Total

PAUD Non PAUD

n % n % n % Pekerjaan Ibu Tidak bekerja 21 77.8 94 75.2 115 75.7 Bekerja 6 22.2 31 24.8 37 24.3 Total 27 100 125 100 152 100 p-value (t-test) 0.779 Pekerjaan Ayah Sektor pertanian 6 22.2 49 39.2 55 36.2 Non-sektor pertanian 21 77.8 76 60.8 97 63.8 Total 27 100 125 100 152 100 p-value (t-test) 0.074

40

Jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka pekerjaan ibu pada kelompok PAUD dan non PAUD relatif sama, yaitu tidak bekerja. Oleh karena itu pekerjaan ibu tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p-value>0.05, yaitu sebesar 0.779. Begitu pula pada pekerjaan ayah, jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka pekerjaan ayah pada kelompok PAUD dan non PAUD relatif sama, yaitu bekerja di non sektor pertanian. Oleh karena itu pekerjaan ayah tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p-value>0.05, yaitu sebesar 0.074.

Gambar 4 menunjukkan sebaran secara keseluruhan jenis pekerjaan ayah. Adapun jenis pekerjaan sektor non pertanian yaitu bekerja sebagai buruh bukan tani (27%), jasa (27%) dan pedagang (9.9%). Pekerjaan buruh non tani yang dijumpai dalam penelitian ini adalah buruh bangunan, sedangkan untuk pekerjaan jasa yang banyak di jumpai adalah tukang ojek dan supir angkot. Sedangkan jenis pekerjaan untuk sektor pertanian, yaitu petani (12.5%) dan buruh tani (23.7%), Bila dilihat sebaran usia dari ayah terhadap jenis pekerjaannya bahwa ayah yang memiliki usia dewasa muda lebih memilih pekerjaan di sektor non pertanian, yaitu buruh non tani (31.9%) dan jasa (31%) dari pada pekerjaan petani dan buruh tani. Sebaliknya untuk ayah yang usia dewasa madya lebih banyak yang memilih pekerjaan petani (25.7%) dan buruh tani (45.7%). Ini menunjukkan bahwa pekerjaan di sektor pertaniaan kurang diminati untuk ayah yang masih berusia dewasa muda.

Gambar 4 Sebaran berdasarkan jenis pekejaan ayah. 12.5 23.7 9.9 27 27 0 5 10 15 20 25 30 Petani Buruh Tani Pedagang Buruh Bukan Tani Jasa

Pendapatan Per Kapita

Pendapatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan keluarga yang berimplikasi terhadap kemampuan pemenuhan kebutuhan pangan dan non pangan anggota keluarga (Kustiyah 2005). Pendapatan per kapita yang digunakan adalah standar dari Bank Dunia, yaitu US$ 2/hari. Nilai US$ 1 setara dengan Rp. 8 900.00, sehingga pendapatan per kapita dalam satu bulan yang digunakan sebesar Rp. 534 000.00. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pendapatan per kapita terendah sebesar Rp. 42 857.00 dan yang tertinggi sebesar Rp. 525 000.00. Sedangkan untuk rata-rata pendapatan per kapita sebesar Rp. 266 005.70 dengan standar deviasi Rp. 116 729.68.

Dengan menggunakan ketentuan Bank Dunia maka dapat dikatakan bahwa seluruh keluarga sampel termasuk keluarga miskin. Sebagian besar sampel (52%) memiliki pendapatan di bawah rata-rata (rendah) (Tabel 9). Pendapatan per kapita yang rendah berasal dari keluarga yang ayahnya sebagai petani dan buruh tani. Ini menggambarkan bahwa masih rendahnya tingkat kesejahteraan keluarga. Kustiyah (2005) menyatakan bahwa kondisi ekonomi yang tidak mendukung merupakan faktor yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan anak yang optimal. Ditambahakan Martianto dan Ariani (2004) menyatakan bahwa rendahnya pendapatan yang dimiliki oleh seseorang akan mengakibatkan terjadinya perubahan kebiasaan makan yang tercermin dari pengurangan frekuensi makan dari tiga kali menjadi dua kali dalam sehari.

Tabel 9 Pendapatan per kapita dalam sebulan

Pendapatan Per kapita

Keikutsertaan PAUD

Total

PAUD Non PAUD

n % n % n % Dibawah rata-rata 11 40.7 68 54.4 79 52.0 Diatas rata-rata 16 59.3 57 45.6 73 48.0 Total 27 100 125 100 152 100 Rata-rata ± SD 284 562.22 ± 129 279.86 261 997.49 ± 114 005.08 266 005.70 ± 116 729.68 p-value (t-test) 0.364

42

Jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka rata-rata pendapatan per kapita pada kelompok PAUD (Rp 284 562.22 ± Rp 129 279.86) adalah tidak jauh berbeda dengan pendapatan per kapita pada kelompok non PAUD (Rp 261 997.49 ± Rp 114 005.08). Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan per kapita pada kedua kelompok adalah relatif sama. Oleh karena itu, pendapatan per kapita tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p- value>0.05, yaitu sebesar 0.364.

Karakteristik Sampel Usia dan Jenis Kelamin Anak Prasekolah

Usia anak berkisar dari 36 bulan hingga 60 bulan. Rata-rata usia anak secara keseluruhan 47.34 ± 7.47 bulan. Kemudian usia anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 36-48 bulan dan 49-60 bulan. Tabel 10 menyajikan sebaran usia dan jenis kelamin dari anak terhadap keikutsertaan dalam kegiatan PAUD. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas berasal pada kelompok usia 36-48 bulan (56.6%). Sementara itu, persentasi terbesar untuk jenis kelamin anak yang mengikuti penelitian ini adalah perempuan sebesar 53.9%, sedangkan persentasi untuk jenis kelamin laki-laki sebesar 46.1%.

Tabel 10 Sebaran sampel berdasarkan usia dan jenis kelamin

Karakteristik Anak

Keikutsertaan PAUD

Total

PAUD Non PAUD

n % n % n % Usia 36-48 bulan 11 40.7 75 60 86 56.6 49-60 bulan 16 59.3 50 40 66 43.4 Total 27 100 125 100 152 100 Rata-rata ± SD 50.37 ± 7.62 46.68 ± 7.31 47.34 ± 7.47 p-value (t-test) 0.020 Jenis kelamin Perempuan 13 48.1 69 55.2 82 53.9 Laki-laki 14 51.9 56 44.8 70 46.1 Total 27 100 125 100 152 100 p-value (t-test) 0.508

Jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka rata-rata usia anak pada kelompok PAUD (50.37 ± 7.62 bulan) sedikit lebih tua dibandingkan dengan usia anak pada kelompok non PAUD (46.68 ± 7.31 bulan). Oleh karena itu, usia anak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p-value=0.020.

Anak yang mengikuti PAUD mayoritas berjenis kelamin laki-laki sebesar 9.3%, sedangkan untuk anak yang non PAUD mayoritas berjenis kelamin perempuan sebesar 45.4%. Oleh karena itu, jika dilihat dari keikutsertaan dalam PAUD, maka berdasarkan jenis kelamin anak tidak ada perbedaan yang signifikan. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p-value>0.05, yaitu sebesar 0.508.

Berat Badan Lahir

Berat badan lahir anak berkisar dari 1800 gram hingga 4600 gram. Rata- rata berat badan lahir anak sebesar 3226.97 ± 521.32 gram. Berat badan lahir dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu barat badan lahir rendah ( 2500 gram) dan berat badan lahir normal (≥ 2500 gram). Tabel 11 menyajikan sebaran sampel berdasarkan berat badan lahir anak terhadap keikutsertaan dalam PAUD. Terlihat dari Tabel 11, sebagian besar (97.4%) lahir dengan berat badan normal dan terdapat 2.6% anak yang mengalami berat badan lahir rendah (BBLR).

Jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka rata-rata berat badan lahir pada kelompok PAUD (3203.70 ± 555.03 gram) adalah tidak jauh berbeda dengan berat badan lahir pada kelompok non PAUD (3232 ± 515.97 gram). Hal ini menunjukkan bahwa berat badan lahir pada kedua kelompok adalah relatif sama. Oleh karena itu, berat badan lahir tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p-value>0.05, yaitu sebesar 0.799.

Penelitaian Welsch dan Zimmer (2010) menyatakan bahwa berat badan lahir merupakan variabel yang signifikan akan mempengaruhi kognitif pada masa kecil. Ditambahkan Hack et al. (1991) menyatakan bahwa berat badan lahir rendah (BBLR) berhubungan dengan fungsi kognitif yang rendah, prestasi akademik dan tingkah laku pada anak usia delapan tahun. Ini dimungkinkan dengan belum sempurnanya pembentukan organ-organ tubuh untuk melakukan tugas dan fungsinya. Banyak faktornya menyebabkan terjadinya kejadian BBLR,

44

salah satu diantaranya tingginya kejadian KEP (Kekurangan Energi Protein) pada ibu hamil.

Tabel 11 Sebaran sampel berdasarkan berat badan lahir anak terhadap keikutsertaan PAUD

Karakteristik Anak

Keikutsertaan PAUD

Total

PAUD Non PAUD

n % n % n %

Berat badan lahir

Normal 26 96.3 122 97.6 148 97.4

BBLR 1 3.7 3 2.4 4 2.6

Total 27 100 125 100 152 100

Rata-rata ± SD 3203.70 ± 555.03 3232 ± 515.97 3226.97 ± 521.32

p-value (t-test) 0.799

Pengetahuan, Sikap dan Praktik Ibu terhadap Gizi dan Kesehatan Pengetahuan Ibu terhadap Gizi dan Kesehatan

Pengetahuan ibu yang dinilai meliputi pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. Ada 15 soal pengetahuan gizi dan kesehatan dengan skor minimal adalah 0 dan skor maksimal adalah 15. Pengetahuan gizi dikategorikan menjadi dua, yaitu baik (>70%) dan kurang (≤70%). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa sebanyak 79.0% ibu memiliki pengetahuan yang kurang dan hanya 21.0% yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik (Tabel 12).

Tabel 12 Sebaran sampel berdasarkan pengetahuan ibu dan keikutsertaan PAUD

Pengetahuan Ibu

Keikutsertaan PAUD

Total

PAUD Non PAUD

n % n % n % Baik (>70%) 7 25.9 25 20 32 21.0 Kurang (≤70%) 20 74.1 100 80 120 79.0 Total 27 100 125 100 152 100 Rata-rata ± SD 59.51 ± 13.1 56.53 ± 17.0 57.06 ± 16.37 p-value (t-test) 0.394

Jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka rata-rata pengetahuan ibu pada kelompok PAUD (59.51 ± 13.1) adalah tidak jauh berbeda dengan pengetahuan ibu pada kelompok non PAUD (56.53 ± 17.0). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu pada kedua kelompok adalah relatif sama dan tergolong memiliki pengetahuan yang kurang tentang gizi dan kesehatan. Oleh karena itu, pengetahuan ibu tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok. Ini ditunjukkan melalui nilai uji beda (t-test) dengan p- value>0.05, yaitu sebesar 0.394.

Gambar 5 menyajikan pertanyaan yang diajukan kepada ibu dan persentase ibu yang menjawab pertanyaan dengan benar. Secara keseluruhan, pertanyaan yang paling banyak (86.2%) ibu menjawab dengan benar adalah omega 3 susu berfungsi untuk kecerdasan otak. Ini berarti bahwa sebanyak 86.2 % ibu sudah mengetahui bahwa omega 3 yang terdapat pada susu berfungsi untuk kecerdasan otak anak. Selain itu pertanyaan yang paling sedikit (9.9%) ibu menjawab dengan benar adalah berat badan lahir rendah adalah berat bayi lahir dibawah 2500 gram. Ini berarti bahwa hanya 9.9% ibu yang mengetahui bahwa berat badan lahir rendah adalah berat badan bayi lahir dibawah 2500 gram. Dengan kata lain bahwa masih banyak (90.1%) ibu yang tidak mengetahui informasi tersebut.

Mayoritas ibu masih banyak yang salah bila ditanya tentang pengetahuan gizi terkait jenis pangan yang mengandung zat gizi tertentu dan fungsinya. Terlihat dari persentase yang menjawab benar untuk pertanyaan “pangan yang termasuk sumber protein” sebesar 44.7%, “telur merupakan pangan yang kaya vitamin” sebesar 45.4%, “ jenis makanan yang berfungsi untuk kecerdasan otak” sebesar 46.7%. dan “zat gizi untuk mendukung pertumbuhan anak-anak adalah” sebesa 23.0%. Begitu pula jika ditanya tentang pengetahuan kesehatan, banyak itu yang masih tidak mengetahui bila ditanyakan “balita yang keadaan gizinya buruk, berat badan menurut usia pada KMS (Kartu Menuju Sehat) berwarna” (50.0%) dan “bila anak jarang makan pangan hewani (daging atau telur) maka mudah menderita” (36.2%). Pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan yang rendah sejalan dengan pendidikan ibu yang mayoritas rendah sebesar 93.4% dengan lama pendidikan kurang dari 9 tahun.

46

Gambar 5 Sebaran ibu yang menjawab pertanyaan pengetahuan gizi dengan benar.

Sikap dan Praktik Ibu terhadap Gizi dan Kesehatan

Sikap ibu meliputi sikap ibu tentang gizi dan kesehatan. Ada 15 pernyataan sikap gizi dan kesehatan dengan skor minimal adalah 0 dan skor maksimal adalah 45. Sikap gizi dikategorikan menjadi dua, yaitu baik (> 70%) dan kurang (≤ 70%). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa sebanyak 96.0% ibu memiliki sikap yang baik, sementara hanya 4.0% yang memiliki sikap yang kurang terhadap gizi dan kesehatan (Tabel 13). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu telah memiliki sikap yang baik terhadap gizi dan kesehatan.

52 77 77.6 73.7 44.7 23 86.2 74.3 81.6 77.6 50 45.4 9.9 36.2 46.7 0 50 100

Yang dimaksud dengan ASI ekslusif adalah pemberian ASI saja tanpa ada makanan apapun sampai usia 6 bulan Untuk mendukung pertumbuhan anak sebaiknya makanan

tambahan selain ASI diberikan setelah usia 6 bulan Pada usia berapakah anak boleh diberikan makanan seperti

orang dewasa setelah 1 tahun

Buah-buahan dan sayuran merupakan bahan makanan yang mengandung zat gizi vitamin dan mineral

Pangan yang termasuk sumber protein telur Zat gizi untuk mendukung pertumbuhan anak-anak adalah

protein

Omega 3 pada susu berfungsi untuk kecerdasan otak Susu diperlukan dalam pertumbuhan balita karena dapat

memperkuat tulang

Jenis sayuran yang bermanfaat bagi penglihatan anak adalah bayam

Masa pertumbuhan dan perkembangan otak anak melaju pesat saat usia 2 tahun pertama

Balita yang keadaan gizinya buruk, berat badan menurut umur pada KMS (Kartu Menuju Sehat) berwarna merah

Telur adalah pangan yang kaya vitamin c Berat bayi lahir rendah adalah berat bayi lahir < 2.5 kg Bila anak jarang makan pangan hewani (daging/telur) maka

mudah menderita sariawan

Jenis makanan yang berfungsi untuk kecerdasan otak adalah ikan

Tabel 13 Sebaran sampel berdasarkan sikap ibu dan keikutsertaan PAUD

Sikap Ibu

Keikutsertaan PAUD

Total PAUD Non PAUD

n % n % n % Baik (>70%) 27 100 119 95.2 146 96.0 Kurang (≤70%) 0 0 6 4.8 6 4.0 Total 27 100 125 100 152 100 Rata-rata ± SD 88.31± 6.45 84.96 ± 8.519 85.56 ± 8.27 p-value (t-test) 0.026

Jika dibandingkan antar kelompok PAUD dan non PAUD, maka rata-rata sikap ibu pada kelompok PAUD (88.31± 6.45) adalah relatif lebih tinggi dibandingkan dengan sikap ibu pada kelompok non PAUD (84.96 ± 8.519). Hal ini menunjukkan bahwa sikap ibu pada kedua kelompok adalah relatif sama dan tergolong memiliki sikap yang baik terhadap gizi dan kesehatan. Oleh karena itu,

Dokumen terkait