• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam penelitian ini dibahas tentang struktur kepribadian tokoh Agus. Struktur kepribadian tokoh Agus dalam naskah drama Pinangan karya Anton Chekov terdapat dua puluh tiga kutipan. Pada aspek id sebanyak enam kutipan, aspek ego terdapat sepuluh kutipan, dan aspek superego sebanyak tujuh kutipan. Adapun struktur kepribadian tokoh Agus yang terdapat pada naskah drama

Pinangan karya Anton Chekov akan dibahas secara rinci di bawah ini.

4.1 Struktur Kepribadian Tokoh Utama Agus Berdasarkan Teori Sigmund Freud

4.1.1 Id yaitu Aspek Biologis

Freud (Minderop, 2016: 21) menyatakan bahwa id merupakan energi psikis dan naluri yang menekan manusia agar memenuhi kebutuhan dasar, misalnya kebutuhan makan, seks, menolak rasa sakit atau tidak nyaman. Id berada di alam bawah sadar, tidak ada kontak dengan realitas.

Memenuhi kebutuhan mendasar id, berupa kebutuhan rasa haus, Agus meminta secara langsung kepada pak Rukmana. Sebagaimana yang dilakukan tokoh Agus pada kutipan (1) dialog di bawah ini.

“Begini soalnya. (MEMEGANG TANGANNYA SENDIRI) Aku mengunjungi Pak Rukmana Kholil yang baik, karena ada satu permintaan. Sudah lebih satu kali aku merasa sangat beruntung telah mendapatkan pertolongan dari Bapak yang selalu boleh dikatakan ..., tapi aku, aku begitu gugup. Bolehkah aku minta segelas air, Pak Rukmana? Segelas air!“ ( Pinangan, Hal: 2)

34 Kutipan “Bolehkah aku minta segelas air” merupakan bentuk aspek id

berupa rasa haus. Rasa haus dalam konteks dialog di atas termasuk kebutuhan dasar. Timbulnya rasa haus dirasakan tokoh Agus di sebabkan oleh adanya rasa gugup ketika berhadapan dan mengatakan keinginannya kepada pak Rukmana untuk meminang anaknya Ratna. Atas dorongan id tokoh Agus meminta segelas air kepada pak Rukmana. Dalam konteks lain dijelaskan keinginan Agus untuk melamar Ratna. Hal ini dapat dilihat pada kutipan (2) dialog berikut ini.

Terima kasih, Pak Rukmana ... Maaf ... Pak Rukmana Kholil yang baik, aku begitu gugup. Pendeknya, tak seorang pun yang bisa menolong saya, kecuali Bapak. Meskipun aku tidak patut untuk menerimanya, dan aku tidak berhak mendapatkan pertolongan dari Bapak.

Akh, Agus jangan bertele-tele, yang tepat saja, ada apa?

Segera ... segera. Soalnya adalah: Aku datang untuk melamar putri Bapak. (Pinangan, Hal: 2)

Kutipan di atas , terdapat aspek id pada tokoh Agus yakni pada kalimat “tak seorang pun yang bisa menolong saya, kecuali Bapak. Meskipun aku tidak patut untuk menerimanya, dan aku tidak berhak mendapatkan pertolongan dari Bapak”. Atas dorongan id Agus meminta pertolongan kepada pak Rukmana untuk membantu keinginannya melamar Ratna. Walaupun dalam keadaan gugup tokoh Agus memberanikan dirinya meminta pertolongan kepada pak Rukmana Hal ini dikarenakan besarnya keinginan Agus untuk segera meminang Ratna. Adapun keinginan tokoh Agus yang lain, yaitu ingin diterima lamaranya oleh Ratna. Hal ini dapat dilihat pada kutipan (3) dialog berikut ini.

“Pak Rukmana Kholil yang baik, bagaimana Pak, bolehkah saya

mengharapkan dia menerima lamaran saya?

Bagi seorang yang ganteng seperti kau, dia akan menerima lamaranmu. Aku yakin sekali, ia sudah rindu: seperti kucing. Dan seterusnya ... sebentar ... (KELUAR)” ( Pinangan, Hal: 3).

35 Kutipan “ bolehkah saya mengharapkan dia menerima lamaran saya” merupakan aspek id tokoh Agus. Atas dorongan id tokoh Agus memberanikan diri menanyakan apakah lamarannya akan diterima oleh pak Rukmana. Hal ini dikarenakan ingin segeranya tokoh Agus untuk menikah dengan tokoh Ratna. Adapun keinginan Agus untuk cepat menikah dikarenakan umur yang sudah tua. Hal ini dapat dilihat pada kutipan (4) dialog dibawah ini.

“ ...Chh ... aku harus kawin. Karena, aku sudah berumur tiga puluh

tahun. Boleh dikatakan umur yang kritis juga. Aku butuh hidup yang

teratur dan tidak tegang. Karena aku punya penyakit jantung. Selalu berdebar-debar, aku selalu terburu-buru. Bibirku gemetar dan mataku yang kanan selalu berkerinyut-kerinyut. Kalau aku baru saja naik ranjang dan mulai terbaring ... oh ... pinggang kiriku sakit, aku bangun, meloncat seperti orang kalap. Aku berjalan sendiri dan pergi tidur lagi. Tapi kalau aku hampir mengantuk, datang lagi penyakit itu. Dan ini berulang sampai dua puluh kali” ( Pinangan, Hal: 3).

Kutipan “ aku harus kawin. Karena, aku sudah berumur tiga puluh tahun” dijelaskan bahwa atas dorongan id tokoh Agus ingin sekali mewujudkan keinginannya untuk segera menikah. Hal ini dikarenakan umur tokoh Agus yang sudah terlalu tua dan ingin hidup yang teratur dan tidak tegang. Dalam naskah ini juga diceritakan bentuk keinginan Agus yang lain adalah mempertahankan kepemilikannya tentang tanah lapangan sari gading. Hal ini dapat dilihat pada kutipan (5) berikut ini.

“Tidak, Ratna Rukmana yang terhormat. Kau keliru. Itu adalah milik kami.

Pikirlah apa yang kau ucapkan, Agus Tubagus ... Sejak berapa lama tanah itu menjadi milikmu?

Apa yang kaumaksud dengan “beberapa lama“? selamanya aku punya

36 Kutipan “ itu adalah milik kami dan selamanya aku punya ingatan, tanah itu adalah milik kami” dalam konterks dialog di atas menjelaskan tentang tokoh Agus dan tokoh Ratna yang memperebutkan hak kepemilikan tanah lapangan sari gading melalui beberapa argumen pendapat. Atas dorongan id tokoh Agus mempertahankan pendapatnya tentang hak kepemilikan tanah lapangan sari gading yang diakui oleh tokoh Ratna melalui dorongan ingatannya. Adapun bentuk keinginan tokoh Agus yang lain adalah dia ingin berburu ayam liar, seperti yang terdapat pada kutipan (6) berikut ini.

“...Eeee ...Aku berharap berburu ayam liar setelah panen selesai, Ratna Rukmana yang baik. Tapi sudahkah kau mendengar betapa jeleknya nasip si Belang, anjingku, kau kenal dia?...” (Pinangan, Hal: 10).

Kutipan “aku berharap berburu ayam liar” merupakan aspek id tokoh Agus. Atas dorongan id yang kuat tokoh Agus sangat ingin berburu ayam liar bersama tokoh Ratna. Keinginan tersebut muncul disebabkan tokoh Agus ingin sekali mengajak tokoh Ratna untuk pergi berburu dengannya setelah panen selesai. Ini terlihat pada tokoh Agus yang sangat menginginkan keinginannya itu terwujud setelah musim panen selesai.

Berdasarkan kutipan-kutipan dialog di atas, dapat dikatakan bahwa aspek

id pada tokoh Agus adalah memiliki keinginan yang kuat untuk mewujudkan setiap keinginannya, mempunyai sikap mempertahankan pendapat, dan memiliki insting haus. Bentuk id tersebut ditandai dengan adanya kesulitan untuk mengungkapkan keinginannya untuk meminang. Dalam hal ini tokoh Agus berusaha menutupi keinginannya dengan mengalihkan pembicaraan namun

37 berujung menjadi pertengkaran seperti yang telah dipaparkan pada kutipan-kutipan di atas.

4.1.2 Ego yaitu aspek Psikologis

Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Ego berkembang dari id agar individu mampu menangani realita; sehingga Ego beroperasi mengikuti prinsip realita. Ego berusaha memperoleh kepuasan yang dituntut id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan objek yang nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan. Hal ini dapat di lihat pada kutipan (7) di bawah ini.

“Begini soalnya. (MEMEGANG TANGANNYA SENDIRI) Aku mengunjungi Pak Rukmana Kholil yang baik, karena ada satu permintaan. Sudah lebih satu kali aku merasa sangat beruntung telah mendapatkan pertolongan dari Bapak yang selalu boleh dikatakan ..., tapi aku, aku begitu gugup. Bolehkah aku minta segelas air, Pak Rukmana? Segelas air!” (Pinangan, Hal: 2).

Kutipan “karena ada satu permintaan” merupakan bagian dari pemenuhan dari id tokoh Agus. Tokoh Agus berkunjung ke rumah pak Rukmana disebabkan ingin meminta bantuan kepada pak Rukmana. Rasa pemenuhan dari keinginan tersebut dapat memotifasi seseorang dalam hal rasa ingin tahunya, terhadap hasil yang ingin didapatkan dari seorang yang ingin ditemuinya yaitu ketika saat bertemu.

Dalam konteks selanjutnya dijelaskan mengenai maksud dari kedatangan tokoh Agus ke rumah pak Rukmana dengan tujuan meminang Ratna seperti pada kutipan (8) dibawah ini.

38

Akh, Agus jangan bertele-tele, yang tepat saja, ada apa?

Segera ... segera. Soalnya adalah: Aku datang untuk melamar putri

Bapak. (Pinangan, Hal: 2).

Kutipan “aku datang untuk melamar putri bapak” merupakan aspek ego

tokoh Agus. Atas dorongan ego tokoh Agus memberanikan dirinya mengatakan tujuannya berkunjung ke rumah pak Rukmana. walaupun dalam keadaan gugup dia dapat memenuhi id. Dalam kutipan dibawah ini juga diceritakan bahwa tokoh Agus bertengkar dengan tokoh Ratna, karena memperebutkan kepemilikan tanah lapangan sari gadinng. Seperti yang terlihat pada kutipan (9) berikut ini.

Aku mempunyai bukti-bukti tertulis, Ratna Rukmana Kholil. Lapangan

“Sari Gading” dulu memang milik yang dipersoalkan. Tapi sekarang setiap orang tahu, bahwa tanah itu miliku dan hal itu sekarang sudah tidak menjadi persoalan lagi. Pikirkanlah baik-baik. Nenek-Bibiku mengijinkan tanah itu dipakai oleh petani-petani Kakek-Ayahmu tanpa uang sewa selama lebih dari dua ribu tahun. Dan sudah menjadi kebiasaan mereka untuk menganggap tanah itu menjadi milik mereka. Tapi sesudah perjanjian itu habis, yaitu sesudah Pak Harto lengser ...

Semua ucapanmu sama sekali tidak benar. Ayah Kakekku dan kakkekku, keduanya menganggap bahwa tanah mereka memanjang sampai Rawa Pening. Jadi Lapangan “Sari Gading“ adalah milik kami. Ooo ... aku tidak mengerti apa yang menjadi persoalan. Ini merusak suasana Agus Tubagus.

Akan kutunjukkan dokumen-dokumennya Ratna Rukmana ...

Kau akan melucu atau akan menggoda saya? Itu tidak lucu sama sekali. Kami memiliki tanah itu hampir tiga abad, dan tiba-tiba kudengar tanah itu bukan milikku. Maaf, Agus Tubagus Jayasasmita. Saya terpaksa tidak mempercayai ucapan-ucapanmu itu. Saya tidak tergila-gila pada tanah lapangan itu. Besarnya tidak lebih dari empat puluh bahu dan harganya paling tinggi tiga ratus ribu rupiah. Tetapi saya terpaksa memprotes karena ketidak adilan. (AGUS BERAKSI INGIN BICARA)

Kau boleh mengatakan apa yang kau sukai. Tapi saya tidak dapat membiarkan ketidakadilan (Pinangan, Hal: 4 dan 5).

Kutipan “aku mempunyai bukti-bukti tertulis dan akan aku tunjukan dokumen-dokumennya Ratna Rukmana” merupakan aspek ego tokoh Agus. Atas dorongan ego tokoh Agus menyalurkan keinginan dari id untuk mempertahankan kepemilikannya tentang tanah lapangan sari gading yang di klaim oleh tokoh

39 Ratna. Hal ini dilakukan dengan cara menunjukan dokumen-dokumen tentang kepemilikannya atas tanah lapangan sari gading kepada tokoh Ratna. Dalam konteks yang lain dijelaskan bahwa ego tidak bisa mengendalikan id. Hal ini terlihat pada kutipan (10) berikut ini.

“Kalau begitu menurut anggapanmu aku ini lintah darat? Chh, aku

belum pernah merampas tanah orang lain, nona. Dan aku tidak bisa membiarkan siapapun juga menghina aku dengan cara yang demikian! (MINUM) Lapangan “Sari Gading“ adalah milik kami.

Bohong! Akan kubuktikan. Hari ini akan kusuruh buruh-buruh kami memotong rumput di lapangan itu.

Akan kulempar mereka semua keluar”! (Pinangan, Hal: 5)

Kutipan “Kalau begitu menurut anggapanmu aku ini lintah darat dan Akan kulempar mereka semua keluar” dijelaskan tokoh Agus begitu marah kepada tokoh Ratna Rukmana. Tokoh Agus tidak bisa mengendalikan emosinya di sebabkan beberapa hinaan yang didapatnya sampai-sampai tokoh Agus ingin melempar semua petani-petani dari tokoh Ratna. Disini terlihat ego tidak bisa mengendalikan id yang dimiliki oleh tokoh Agus. Hal ini dikarenakan hinaan yang didapatkan dan tokoh Agus tidak terima bahwa tanahnya diakui oleh tokoh Ratna.

Konteks lain juga dijelaskan bahwa ego tokoh Agus mampu mengalihkan keinginan id yang tidak bisa tercapai. Hal ini dapat dilihat pada kutipan (11) di bawah ini.

“Jangan kau menjerit! Kau boleh berteriak-teriak dan kehilangan nafas karena marah bila di rumahmu sendiri. Tapi disini kuminta jangan ... Kuminta supaya kau mengerti adat.

Kalau aku tidak sakit napas, nona. Kalau kepalaku tidak berdenyut-denyut,

aku tidak akan berteriak-teriak seperti ini. (BERTERIAK) Lapangan

40 Kutipan “aku tidak akan berteriak-teriak seperti ini” merupakan aspek ego dari tokoh Agus. Pada kalimat tersebut diceritakan bahwa ego tokoh Agus berusaha untuk mengalihkan keinginan id yang tidak bisa tercapai. Atas dorongan

ego dia bisa mengalihkan keinginannya itu dengan cara berteriak sekeras-kerasnya supaya amarah yang dipendamnya bisa keluar. Hal ini karena dia tidak bisa memenuhi tuntutan dari keinginannya. Dalam kutipan lain juga dijelaskan bahwa tokoh Agus dapat mengendalikan keinginannya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan (12) dibawah ini.

“Dan kau sendiri adalah orang yang berpenyakitan. Berkepala dua,

penyebar malapetaka, itulah kau!

Mana pintunya? Ooooh ... hatiku, ke mana saya harus keluar...? Mana pintunya? ... (KELUAR)

Selangkahpun kamu jangan lagi memasuki rumah ini!” (Pinangan, Hal: 8)

Kutipan di atas merupakan bentuk hinaan yang diterima oleh tokoh Agus. Atas dorongan ego tokoh Agus dapat mengendalikan sikapnya sehingga, tokoh Agus dapat mengontrol id. Hal ini terlihat ketika tokoh Agus dihina oleh pak Rukmana dia tetap tenang dan memilih untuk pulang. Dalam kutipan lain juga dijelaskan bahwa tokoh Agus dapat memenuhi keinginannya untuk memiliki seekor anjing. Hal ini terdapat pada kutipan (13) berikut ini.

“Kasihan, bagaimana terjadinya? ...

Entahlah, mungkin otot kakinya terkilir. Tapi, anjingku adalah yang terbaik. Lagi pula belum kusebutkan berapa harga yang harus kubayar untuk dia. Tahukah kau bahwa aku membayar kepada Haji Soleh sebanyak dua

ribu rupiah untuk si Belang?

Terlalu mahal, Agus Tubagus.

Kukira jumlah yang murah sekali, Ratna. Ia anjing yang lucu dan cerdas. (Pinangan, Hal: 10)

41 Kutipan “aku membayar kepada Haji Soleh sebanyak dua ribu rupiah untuk si Belang” dijelaskan keinginan tokoh Agus memiliki seekor anjing yang cerdas. Walaupun dengan membayar sebesar dua ribu rupiah untuk seekor anjing. Atas dorongan ego tokoh Agus mewujudkan keinginannya memiliki seekor anjing dengan cara membayar kepada Haji Soleh sebanyak dua ribu rupiah. Dalam kutipan berikutnya dijelaskan bahwa ego tokoh Agus dapat mengontrol id. Hal ini dapat dilihat pada kutipan (14) berikut ini.

“Mengapa kau berbicara omong-kosong? Ingin membuat aku marah. Sudah masanya bahwa si Belang harus ditembak mati. Tapi coba kau bandingkan dengan si Kliwon.

(SAKIT LAGI) Maaf aku tidak bisa meneruskan soal ini. Hatiku berdebar-debar.

Aku sudah berpengalaman bahwa laki-laki yang biasanya ngomong besar tentang perburuan biasanya tidak mengetahui tentang soal itu. (Pinangan, Hal: 11)

Kutipan “Maaf aku tidak bisa meneruskan soal ini” merupakan aspek ego

tokoh Agus. Atas dorongan ego tokoh Agus dapat mengalihkan sikapnya itu, sehingga dia bisa mengontrol id. Hal ini terlihat ketika tokoh Agus di caci-maki oleh tokoh Ratna gara-gara perdebatan anjing siapa yang paling pintar dan baik. Tokoh Agus meminta jangan meneruskan persoalan yang mereka perdebatkan. Dalam kutipan dialog dibawah ini juga diceritakan perdebatan antara tokoh Agus mengenai anjing siapa yang paling pintar dan baik. Seperti yang terlihat pada kutipan (15) di bawah ini.

Aku akan diam sebelum kau mengakui bahwa si Kliwon seratus kali lebih baik dari si Belang.

Seribu kali lebih jelek ! Persetan dengan si Kliwon. Oh, kepalaku ... Oh, mataku ... Pundakku ...

Belangmu yang bodoh tidak memerlukan ucapan persetan, ia boleh dianggap mati saja.

42 Kutipan di atas merupakan perdebatan tokoh Agus dengan tokoh Ratna tentang anjing siapa yang paling pintar dan baik. Akan tetapi, atas dorongan ego

dia bisa mengendalikan sikapnya sehingga dia bisa mengontrol id. Hal ini terlihat ketika anjingnya di ejek dan di hina oleh tokoh Ratna, dia tidak menghiraukan ejekan itu. Dalam konteks lain juga diceritakan tokoh Agus diejek lagi oleh Rukman. Seperti pada kutipan kutipan (16) berikut ini.

Hatiku berdebar-debar. Huh ... Itukah seorang pemburu ? Kau seharusnya tinggal di rumah saja daripada terguncang di atas kuda. Kalau kau benar pemburu tak apalah. Tapi kau cuma ikutan untuk bertengkar dan ikut-ikutan campur tangan anjing orang lain. Kau seharunya berbaring di

ranjangmu. Dan minumlah obat kuat daripada berburu serigala. Huh ...

hatiku berdebar-debar. Huh ...

Ya! Itukah seorang pemburu? Dengan penyakit jantungmu itu kau

seharusnya tinggal di rumah daripada terguncang-guncang di atas kuda.

Kalau kau betul-betul pemburu, tak apalah, tapi kau Cuma ikut-ikutan campur tangan orang lain, bukan? Dan seterusnya ... ... Aku orangnya cepat marah, Agus. Lebih baik kau hentikan saja perbantahan ini. Kau bukan seorang pemburu!

Dan kau? apakah kau juga seorang pemburu? Kau ikut hanya untuk korupsi dan menjilati hati pembesar-pembesar. Ooo ... hatiku, kau ikut orang yang berkomplot! (Pinangan, Hal: 12)

Kalimat “seharunya berbaring di ranjangmu dan dengan penyakit jantungmu itu kau seharusnya tinggal di rumah” adalah hinaan yang diterima oleh tokoh Agus. Atas dorongan ego dia bisa mengendalikan sikapnya itu sehingga, dia bisa mengontrol id. Hal ini terlihat ketika tokoh Agus di hina dia tetap menjawab dengan nada suara yang lembut sehingga, dia bisa menahan amarahnya.

Berdasarkan beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh Agus dalam aspek ego yaitu memiliki kepribadian yang semangat, sabar, membutuhkan orang lain. Agus juga tidak memperdulikan hinaan orang lain, dan membutuhkan hidup yang tenang.

43 4.1.3 Superego yaitu aspek Sosiologi

Superego merupakan sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan norma-norma yang bisa menentukan baik dan buruk. Super Ego merupakan kekuatan moral dari kepribadian yang beroperasi pada prinsip realitas Ego. Super Ego merupakan pengendalian dari Id dan pengarah bagi Ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral daripada realita (kenyataan) sehingga individu mencapai kesempurnaan.

Berdasarkan teori di atas, ditemukan beberapa unsur superego dalam naskah drama Pinangan seperti pada kutipan (17) berikut ini.

Eee ... ada orang rupanya. O ... Agus Tubagus, aduh, aduh, aduh ... Sungguh diluar dugaanku. Apa kabar? Baik ... ??

(MEREKA BERSALAMAN).

Baik, baik, terima kasih, bagaimana dengan Bapak?

Baik, baik. Terima kasih atas doamu, dan seterusnya ... duduklah. Memang tidak baik melupakan tetanggamu, Agus. Ooo, tetapi kenapa kau pakai pakaian resmi-resmian? Jas, sapu tangan dan seterusnya ... ... Kau hendak pergi kemana? (Pinangan, Hal: 1)

Kutipan “ apa kabar dan bagaimana dengan bapak” merupakan sikap tokoh Agus yang sangat peduli dengan tetangganya. Dia datang berkunjung dan menanyakan bagaimana kabar dengan tetangganya tersebut. Dari kutipan di atas memperlihatkan dorongan superego yang kuat untuk merealisasikan. Karena tindakan yang dilakukan tokoh Agus berupa rasa sosial yang tinggi. Dalam konteks lain diceritakan ketika tokoh Agus meminta pertolongan kepada pak Rukmana karena merasa memerlukan pertolongan. Dalam kutipan (18) dibawah ini dapat dilihat ketika tokoh Agus meminta pertolongan.

Terima kasih, Pak Rukmana ... Maaf ... Pak Rukmana Kholil yang baik, aku begitu gugup. Pendeknya, tak seorang pun yang bisa menolong saya,

kecuali Bapak. Meskipun aku tidak patut untuk menerimanya, dan aku tidak berhak mendapatkan pertolongan dari Bapak.

44 Kutipan “tak seorang pun yang bisa menolong saya” merupakan bentuk ungkapan permintaan tolong yang dilakukan tokoh Agus. Dia meminta tolong kepada pak Rukman karena percaya hanya pak Rukmana yang bisa menolongnya. Atas dorongan superego tokoh Agus percaya bahwa kalau kita tidak bisa menyelasiakan sesuatu sendiri kita harus meminta tolong kepada orang lain. Sebagai masyarakat yang memegang budaya sosial yang tinggi sudah sepantasnya kita meminta pertolongan kepada orang lain bila kita tidak bisa menyelesaikan suatu masalah. Dalam kutipan dibawah ini dijelaskan bahwa tokoh Agus sangat menghormati keluarga pak Rukmana. Hal ini dapat dilihat pada kutipan (19) dibawah ini.

“Baik. Akan kusingkat saja. Ratna Rukmana yang manis, bahwa sejak kecil aku mengenal kau dan keluargamu, almarhum bibiku dari suaminya, dari mana aku, seperti kau ketahui, diwarisi tanah dan rumah, selalu menaruh

hormat dan menjunjung tinggi ayah dan ibumu. Dan keluarga

Jayasasmita, ayahku, dan keluarga Raden Rukmana, ayahmu, selalu rukun dan boleh dikatakan sangat intim. Terlebih-lebih lagi seperti kau ketahui, tanahku berdampingan dengan tanahmu, barangkali kau masih ingat Lapangan “Sari Gading”-ku yang dibatasi oleh pohon-pohon ...” (Pinangan, Hal: 4)

Kutipan “menaruh hormat dan menjunjung tinggi ayah dan ibumu” merupakan sikap tokoh Agus untuk menghormati keluarga Ratna. Atas dorongan

superego dia merealisasikan sikapnya untuk menjunjung tinggi keluarga pak Rukmana dan menghormati karena sesama mahluk sosial. Dalam kutipan (20) dibawah ini juga dijelaskan bahwa tokoh Agus memberikan izin kepada petani-petani untuk dipakai bercocok tanam.

Mana bisa ... ?

Aku mempunyai bukti-bukti tertulis, Ratna Rukmana Kholil. Lapangan “Sari Gading” dulu memang milik yang dipersoalkan. Tapi sekarang setiap orang tahu, bahwa tanah itu miliku dan hal itu sekarang sudah tidak menjadi

45

persoalan lagi. Pikirkanlah baik-baik. Nenek-Bibiku mengijinkan tanah itu

dipakai oleh petani-petani Kakek-Ayahmu tanpa uang sewa selama lebih

Dokumen terkait