• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. 1. Karakteristik Lokasi Pengukuran

Pengukuran dilakukan di enam lokasi yaitu Nirmala Optik, Polres Cilegon, Arga Baja Pura, Palm Hills, Gerem Raya dan Semang Raya, karakteristik dari keenam lokasi pengukuran sebagai berikut:

1. Nirmala Optik

Lokasi pengukuran merupakan perwakilan dari peruntukan padat transportasi. Nirmala Optik berada di pusat kota serta merupakan pusat pertokoan, pemerintahan dan perbelanjaan. Selain itu lokasi terletak di pinggir jalan utama Kota Cilegon dan dekat (20 meter) dari pasar tradisional. Kondisi di sekitar Nirmala Optik juga padat bangunan, dari ruko, gedung, pasar sampai kios - kios dan warung.

Gambar 2. Lokasi pengukuran Nirmala Optik. 2. Polres Cilegon

Polres Cilegon merupakan perwakilan dari peruntukan padat transportasi, terletak di jalan utama Kota Cilegon dan berdampingan dengan komplek perkantoran Pemerintah Kota (Pemkot) Cilegon, selain itu lokasi juga berjarak 100 meter dengan pusat perbelanjaan terbesar di Kota Cilegon.

3. Arga Baja Pura

Lokasi pengukuran merupakan perwakilan dari peruntukan permukiman, titik pengukuran terletak di lapangan sepakbola komplek Arga Baja Pura. Perumahan ini hanya berjarak 1 km dari komplek industri Krakatau atau Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC).

4. Palm Hills

Lokasi pengukuran merupakan perwakilan dari peruntukan permukiman, lokasi terletak di atas bukit komplek Palm Hills. Palm Hills merupakan komplek perumahan kelas atas di Kota Cilegon dengan rumah - rumah yang mewah.

Gambar 3. Lokasi pengukuran Palm Hills. 5. Gerem Raya

Gerem Raya merupakan perwakilan dari peruntukan industri (kawasan industri), di sekitar lokasi terdapat beberapa pabrik diantaranya PT. Amoco Mitsui PTA Indonesia dan PT. Peni.

6. Semang Raya

Lokasi pengukuran merupakan perwakilan dari peruntukan industri. Lokasi pengukuran berada di ketinggian yang sejajar dengan cerobong pabrik PT. Krakatau Steel sehingga dari lokasi pengukuran dapat terlihat dengan jelas cerobong pabrik PT. Krakatau Steel.

Gambar 5. Lokasi pengukuran Semang Raya.

5. 2. Konsentrasi Polutan di tiap Lokasi

Berdasarkan hasil pengukuran, masing - masing lokasi memiliki konsentrasi polutan yang berbeda. Konsentrasi polutan hasil pengukuran disajikan pada Tabel 4, sedangkan kondisi meteorologis pada saat pengukuran di tiap lokasi disajikan pada Tabel 5.

Tabel 4. Konsentrasi Polutan Hasil Pengukuran

No Peruntukan Lokasi Debu (µg/m3) HC (µg/m3) CO (µg/m3) NO2 (µg/m3) SO2 (µg/m3) Pb (µg/m3) Kebisingan (Desibel) 1. Padat transportasi Nirmala Optik 686* 686* 5.600 37,81 17,70 0,39 81,2* Polres Cilegon 382* 523* 4.571 27,30 13,97 0,26 75,7* 2. Permukiman Arga Baja Pura 120 137 1.029 9,57 5,14 0,07 55,2*

Palm Hills 90 124 800 6,59 5,42 0,05 51,5

3. Industri Gerem Raya 432* 719* 7.771 20,28 15,38 0,37 70,9*

Semang Raya 102 170* 1.371 11,17 11,46 0,09 59,9

Keterangan: * = Melebihi baku mutu.

Baku mutu debu = 230 µg/m3, HC = 160 µg/m3, CO = 10.000 µg/m3, NO2 = 150 µg/m3, SO2 = 365 µg/m3, Pb = 2 µg/m3. Baku mutu kebisingan; padat transportasi = 70 dB, permukiman = 55 dB, industri = 70 dB.

Tabel 5. Kondisi Meteorologis saat Pengukuran Lokasi Waktu Jam

(WIB) Suhu (0 C) Kelembab-an (%RH) Arah angin dominan dari Kec angin rata-rata (km/jam) Cuaca

Nirmala Optik 3 - 4 Juli 2006 11.00 - 23.00 23.00 - 11.00 26 - 34 24 - 30 57 - 81 70 - 84 Barat Timur 2,6 1,8 Cerah Cerah Polres Cilegon 3 - 4 Juli

2006 10.30 - 22.30 22.30 - 10.30 25 - 35 24 - 34 55 - 84 56 - 88 Selatan Utara 4,7 2,4 Cerah Cerah Arga Baja Pura 7 Juli 2006 12.30 - 15.30 32 - 35 56 - 64 Barat 3,4 Cerah Palm Hills 7 Juli 2006 13.15 - 16.15 30 - 33 62 - 68 Utara 10,9 Cerah Gerem Raya 7 Juli 2006 08.50 - 11.50 32 - 34 58 - 64 Timur 3,6 Cerah Semang Raya 5 - 6 Juli

2006 10.00 - 22.00 22.00 - 10.00 23 - 33 23 - 32 60 - 92 64 - 94 Utara Selatan 4,6 2,0 Berawan Cerah 5. 2. 1. Padat Transportasi

Nirmala Optik dan Polres Cilegon merupakan daerah pertokoan dan pusat kegiatan manusia. Lokasi pengukuran berada tepat di pinggir jalan raya Kota Cilegon, jalan raya Kota Cilegon merupakan jalur utama keluar dan masuk Pulau Jawa bagian barat. Nirmala Optik dan Polres Cilegon dengan sumber polutan yang sama (transportasi) memiliki konsentrasi debu yang berbeda (Tabel 4). Nirmala Optik memiliki konsentrasi debu sebesar 686 µg/m3, sedangkan Polres Cilegon memiliki konsentrasi debu sebesar 382 µg/m3.

Meskipun konsentrasi debu di Polres Cilegon lebih rendah dibandingkan Nirmala Optik, tetapi kedua lokasi telah melebihi baku mutu yang berlaku (230 µg/m3), hal ini disebabkan kedua lokasi berada di tepi jalan utama Kota Cilegon, sering terjadi kemacetan, serta terdapat aktivitas perdagangan dan perkantoran yang menghasilkan emisi debu ke udara. Selain itu juga disebabkan oleh kondisi jalan yang bergelombang dan banyak lubang serta terdapat pasir pada aspal jalan sehingga jika kendaraan melintas, pasir tersebut terkena putaran ban (bergesekan) dan menyebabkan pasir beterbangan.

Konsentrasi hidrokarbon (HC) pada kedua lokasi juga berbeda, Nirmala Optik memiliki konsentrasi HC sebesar 686 µg/m3, sedangkan Polres Cilegon sebesar 523 µg/m3. Konsentrasi CO, NO2, SO2 dan Pb juga berbeda di kedua lokasi, Nirmala Optik memiliki konsentrasi CO, NO2, SO2 dan Pb yang lebih tinggi dibandingkan dengan Polres Cilegon.

Kebisingan di Nirmala Optik sebesar 81,2 dB dan Polres Cilegon sebesar 75,7 dB. Berdasarkan baku tingkat kebisingan Nirmala Optik dan Polres Cilegon termasuk pada peruntukan perdagangan dan jasa dengan baku tingkat kebisingan sebesar 70 dB. Kebisingan di kedua lokasi ditimbulkan dari kendaraan bermotor dan aktivitas manusia serta pertokoan dan pusat perbelanjaan.

Konsentrasi debu, HC, serta kebisingan (melebihi baku mutu) dan CO (hampir mendekati baku mutu) di kedua lokasi dikarenakan tidak terdapat penghijauan yang dapat menahan dan menyaring debu, menyerap polutan, dan meredam kebisingan. Selain tidak terdapat penghijauan, kondisi meterologis kedua lokasi saat pengukuran juga mempengaruhi tingginya konsentrasi polutan.

Kedua lokasi berada pada kelerengan 0 - 8% (datar), pada kelerengan yang datar angin akan menyebarkan polutan dengan merata karena sedikitnya halangan. Pengukuran di Nirmala Optik dan Polres Cilegon dilakukan pada hari yang sama (3 - 4 Juli 2006) selama 24 jam dengan perbedaan waktu pengukuran hanya 30 menit (Polres Cilegon memulai pengukuran lebih awal). Nirmala Optik memiliki kisaran suhu udara 260C - 340C pada siang hari dan 240C - 300C pada malam hari, sedangkan Polres Cilegon memiliki kisaran suhu udara 250C - 350C pada siang hari dan 240C - 340C pada malam hari.

Tjasjono (1999) menyatakan bahwa kelembaban udara (RH) yang rendah akan menyebabkan konsentrasi polutan meningkat. Berdasarkan hasil pengukuran Nirmala Optik memiliki kelembaban udara (% RH) sebesar 57 - 81% pada siang hari dan 70 - 84% pada malam hari, sedangkan Polres Cilegon memiliki kelembaban udara (% RH) 55 - 84% pada siang hari dan 56 - 88% pada malam hari.

Arah angin dominan Nirmala Optik berasal dari barat menuju ke timur (Kecamatan Jombang dan Citangkil) yang merupakan pusat aktivitas dan permukiman. Hal ini sangat berbahaya terutama berkaitan dengan penyebaran dan kemungkinan akumulasi polutan. Angin dapat membawa polutan ke kawasan permukiman dan terjadi akumulasi sehingga dapat membahayakan bagi kesehatan manusia. Arah angin dominan Polres Cilegon berasal dari timur menuju barat (Kecamatan Jombang) yang merupakan pusat aktivitas dan permukiman. Hal ini juga sangat membahayakan bagi kesehatan manusia.

Nirmala Optik memiliki kecepatan angin rata - rata 2,6 km/jam pada siang hari dan 1,8 km/jam pada malam hari, sedangkan Polres Cilegon memiliki kecepatan angin rata - rata 4,7 km/jam pada siang hari dan 2,4 km/jam pada malam hari. Angin akan mempengaruhi kecepatan penyebaran polutan dengan udara disekitarnya. Semakin tinggi kecepatan angin maka pencampuran dan penyebaran polutan dari sumber emisi di atmosfer akan semakin besar sehingga konsentrasi zat pencemar menjadi encer, begitu juga sebaliknya. Hal ini akan menurunkan konsentrasi zat polutan di udara.

5. 2. 2. Permukiman

Pada peruntukan permukiman, yang diwakili oleh Arga Baja Pura dan Palm Hills dengan sumber polutan yang sama yaitu aktivitas rumah tangga sehari-hari seperti membakar sampah, menyapu halaman, memasak dan lain - lain memiliki konsentrasi polutan yang berbeda. Arga Baja Pura memiliki konsentrasi debu, HC, CO, NO2, SO2 dan kebisinganlebih tinggi dibandingkan dengan Palm Hills, sedangkan untuk konsentrasi Pb kedua lokasi memiliki konsentrasi yang sama.

Tingginya konsentrasi polutan di Arga Baja Pura dibandingkan dengan Palm Hills dikarenakan jarak dengan sumber pencemar, letak topografi, kondisi sekitar perumahan dan kondisi meteorologis kedua lokasi. Sumber pencemar digolongkan berdasarkan mobilitas sumber pencemar, yaitu sumber diam (stationary) dan sumber bergerak (kendaraan). Cerobong pabrik dan PLTU merupakan contoh sumber pencemar diam dan kendaraan bermotor adalah sumber pencemar bergerak.

Arga Baja Pura terletak dipinggir jalan utama yang menghubungkan Cilegon dengan Merak, lokasi juga merupakan perumahan yang terdekat (berjarak 1 km) dengan Kawasan Industri Krakatau atau Krakatau Industrial Estate Cilegon

(KIEC), lain halnya dengan Palm Hills yang kondisinya jauh (berjarak 2 km) dari jalan utama Kota Cilegon.

Arga Baja Pura berada pada kelerengan 0 - 8% (datar) sedangkan Palm Hills berada pada kelerengan 15 - 25% (agak curam). Pada kelerengan yang datar (Arga Baja Pura), angin akan menyebarkan polutan dengan merata karena

sedikitnya halangan, sedangkan Palm Hills yang terletak di atas bukit sulit dijangkau oleh polutan. Menurut Sastrawijaya (1991), kecepatan angin akan mempengaruhi distribusi pencemar. Konsentrasi pencemar akan berkurang jika angin berkecepatan tinggi dan membagikan kecepatan tersebut secara mendatar atau vertikal. Angin dapat berperan sebagai pengencer polutan, kecepatan angin akan mengalami peningkatan seiring dengan ketinggian tempat. Semakin tinggi letak suatu tempat maka konsentrasi polutan semakin rendah karena dalam perjalanannya telah terjadi pengenceran.

Perbedaan kondisi meteorologi pada saat pengukuran juga berpengaruh, diantaranya suhu udara, kelembaban udara, arah angin dan kecepatan angin. Pengukuran di kedua lokasi dilakukan pada hari yang sama dan hanya berbeda 45 menit (Arga Baja Pura memulai pengukuran lebih awal) dan didapatkan hasil bahwa suhu udara di Arga Baja Pura lebih tinggi yaitu sebesar 320C - 350C sedangkan Palm Hils sebesar 300C - 330C. Untuk kelembaban udara, Arga Baja Pura memiliki %RH lebih rendah sebesar 56 - 64% dibandingkan dengan Palm Hills sebesar 62 - 68%.

Kecepatan angin rata - rata Arga Baja Pura lebih rendah dibandingkan dengan Palm Hills, Arga Baja Pura sebesar 3,4 km/jam sedangkan Palm Hills 10,9 km/jam, dengan arah angin dominan berasal dari barat menuju timur (Arga Baja Pura) dan dari utara menuju selatan (Palm Hills). Kecepatan angin di Palm Hills yang tinggi akan mempengaruhi kecepatan penyebaran polutan dan pencampuran polutan dengan udara di sekitarnya. Semakin tinggi kecepatan angin maka pencampuran dan penyebaran polutan dari sumber emisi di atmosfer akan semakin besar sehingga konsentrasi zat pencemar menjadi encer, hal ini akan menurunkan konsentrasi zat polutan di udara.

5. 2. 3. Industri

Pada peruntukan industri, yang diwakili oleh Gerem Raya dan Semang Raya dengan sumber polutan yang sama yaitu cerobong pembuangan, aktivitas produksi, aktivitas kendaraan berat yang keluar masuk industri memiliki konsentrasi debu, HC, CO, NO2, SO2 dan Pb yang berbeda. Gerem Raya memiliki konsentrasi debu, HC, CO, NO2, SO2 dan Pb lebih tinggi dibandingkan dengan Semang Raya.

Tingginya konsentrasi polutan di Gerem Raya dibandingkan dengan Semang Raya dikarenakan jarak dengan sumber pencemar, kondisi sekitar dan kondisi meteorologis kedua lokasi. Sumber pencemar digolongkan menjadi sumber titik, sumber garis dan sumber area. Gerem Raya berdekatan dengan Pelabuhan Merak (berjarak 5 km) dibandingkan dengan Semang Raya (berjarak 15 km). Pelabuhan Merak merupakan sumber pencemar titik sedangkan kawasan industri Merak merupakan sumber pencemar area. Selain itu Gerem Raya terletak dipinggir jalan utama yang menghubungkan Cilegon dan Merak.

Gerem Raya berada pada kelerengan 0 - 8% (datar) sedangkan Semang Raya berada pada kelerengan 15 - 25% (agak curam). Pada kelerengan yang datar (Gerem Raya), angin akan menyebarkan polutan dengan merata karena sedikitnya halangan. Perbedaan kondisi meteorologi pada saat pengukuran juga berpengaruh, diantaranya suhu udara, kelembaban udara, arah angin dan kecepatan angin. Pengukuran di kedua lokasi didapatkan hasil bahwa suhu udara di Gerem Raya (pengukuran selama 3 jam) lebih tinggi yaitu sebesar 320C - 340C sedangkan Semang Raya (pengukuran selama 24 jam) sebesar 230C - 330C pada siang hari dan 230C - 320C pada malam hari. Untuk kelembaban udara, Gerem Raya memiliki %RH lebih rendah sebesar 58 - 64% dibandingkan dengan Semang Raya sebesar 60 - 92% pada siang hari dan 64 - 94% pada malam hari.

Kecepatan angin rata - rata Gerem Raya lebih rendah dibandingkan dengan Semang Raya, Gerem Raya sebesar 3,6 km/jam sedangkan Semang Raya 4,6 km/jam pada siang hari dan 2,0 km/jam pada malam hari, dengan arah angin dominan berasal dari utara menuju selatan (Gerem Raya) dan dari selatan menuju utara (Semang Raya). Kecepatan angin di Semang Raya yang tinggi akan mempengaruhi kecepatan penyebaran polutan dan pencampuran polutan dengan udara di sekitarnya.

5. 3. Manfaat Hutan Kota

Manfaat hutan kota dapat dilihat dari jarak lokasi dengan hutan kota dan konsentrasi polutan di lokasi tersebut. Jarak antar lokasi pengukuran dengan hutan kota (Pusdiklat PT. KS) dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jarak antar Lokasi Pengukuran dengan hutan kota No Peruntukan Lokasi Jarak hutan

kota 1. Padat transportasi Nirmala Optik Polres Cilegon 2,73 km 1,69 km 2. Permukiman Arga Baja Pura

Palm Hills

0,78 km 1,56 km 3. Industri Gerem Raya

Semang Raya

3,9 km 4,29 km

Pada peruntukan padat transportasi, Nirmala Optik yang berjarak 2,73 km dari hutan kota memiliki konsentrasi debu, HC, CO, NO2, SO2, Pb dan kebisingan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Polres Cilegon yang berjarak 1,69 km dari hutan kota. Sebaliknya pada peruntukan permukiman dan industri, lokasi yang lebih dekat dengan hutan kota memiliki konsentrasi lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi yang jauh dengan hutan kota. Hal ini dikarenakan jarak dengan sumber pencemar, kondisi meteorologis dan kondisi topografi lokasi pengukuran.

5. 4. Evaluasi Konsentrasi Polutan dan Kebisingan

Berdasarkan evaluasi konsentrasi polutan dan kebisingan dari tahun 2004 - 2006, pada peruntukan padat transportasi Nirmala Optik dan Polres Cilegon mengalami peningkatan konsentrasi debu, HC, CO, NO2, SO2, Pb dan kebisingan. Tabel dan diagram konsentrasi polutan dan kebisingan dapat dilihat pada Lampiran 2. Peningkatan tersebut disebabkan semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di Kota Cilegon, hal ini terlihat dari tabel jumlah kendaraan bermotor dari tahun 2001 - 2005 (Lampiran 3). Dari jumlah kendaraan bermotor 4.014 pada tahun 2001 meningkat menjadi 10.975 kendaraan pada tahun 2005.

Kota Cilegon merupakan kota industri besar, kemajuan bidang industri senantiasa diikuti dengan kenaikan jumlah penduduk, hal ini berdampak terhadap kebutuhan akan transportasi, baik transportasi umum maupun transportasi pribadi, selain itu Kota Cilegon juga merupakan pintu keluar masuk Pulau Jawa bagian

barat yang menjadi lintasan kendaraan bermotor baik yang menuju dan keluar Kota Cilegon. Hal ini diperkirakan menjadi faktor terhadap peningkatan konsentrasi polutan akibat emisi (pelepasan) dari kendaraan bermotor.

Pada peruntukan permukiman dan industri, konsentrasi debu, HC, CO, NO2, SO2, Pb dan kebisingan juga mengalami peningkatan. Hal tersebut diakibatkan dari penambahan luas lahan untuk perumahan dan jumlah kepala keluarga pada peruntukan permukiman, sedangkan pada peruntukan industri disebabkan oleh peningkatan produksi dan penambahan luas lahan untuk industri. Dampak dari kenaikan jumlah penduduk di Kota Cilegon menyebabkan kebutuhan lahan untuk permukiman meningkat, dari luas lahan 4.160,31 Ha pada tahun 2002 meningkat menjadi 4.815,82 Ha pada tahun 2004 (Bapeda Kota Cilegon). Untuk jumlah rumah, peningkatan dilihat dari jumlah RT Kota Cilegon dari tahun 2000 - 2005 serta jumlah kepala keluarga (KK) Kota Cilegon tahun 2000 - 2005 (Lampiran 3).

Peningkatan jumlah produksi (PT. Krakatau Steel) merupakan salah satu penyebab meningkatnya konsentrasi polutan di Kota Cilegon. PT. Krakatau Steel yang memproduksi besi spons, slab baja, baja lembaran panas, baja lembaran dingin, billet baja dan batang kawat mengalami peningkatan produksi dari tahun 2004 sampai tahun 2005 (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Cilegon), disajikan pada Lampiran 4. Selain itu luas lahan untuk industri juga meningkat dari 2.238,67 Ha pada tahun 2002 menjadi 2.955,51 Ha pada tahun 2004.

Kondisi tersebut bisa menjadi ancaman serius bila tidak dilakukan tindakan. Bukan saja bagi lingkungan, tapi lebih jauh bisa mengakibatkan menurunnya derajat kesehatan masyarakat Kota Cilegon dengan berjangkitnya penyakit saluran pernapasan akibat polusi udara. Upaya penanggulangan yang bisa dilakukan yaitu dengan membangun hutan kota sepanjang jalur jalan pada peruntukan padat transportasi dan taman, arboretum serta tegakan campuran pada peruntukan permukiman dan industri.

5. 5. Pembangunan Hutan Kota

Pembangunan hutan kota di Kota Cilegon diusulkan dilakukan di seluruh lokasi tetapi dengan tetap memperhatikan ketersediaan lahan yang ada di masing - masing lokasi. Dahlan (1992) mengatakan untuk mendapatkan hasil pertumbuhan tanaman serta manfaat hutan kota yang maksimal, beberapa informasi yang perlu diperhatikan dan dikumpulkan antara lain:

1. Persyaratan edaphis: pH, jenis tanah, tekstur, altitude, salinitas dan lain-lain, 2. Persyaratan meteorologis: suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, radiasi

matahari,

3. Persyaratan silvikultur: kemudahan dalam hal penyediaan benih dan bibit dan kemudahan dalam tingkat pemeliharaan,

4. Persyaratan umum tanaman:

Tahan terhadap hama dan penyakit, cepat tumbuh, kelengkapan jenis dan penyebaran jenis, mempunyai umur yang panjang, mempunyai bentuk yang indah, ketika dewasa sesuai dengan ruang yang ada, kompatibel dengan tanaman lain, serbuk sarinya tidak bersifat alergis,

5. Persyaratan untuk pohon peneduh jalan:

Mudah tumbuh pada tanah yang padat, tidak mempunyai akar yang besar di permukaan tanah, tahan terhadap hembusan angin yang kuat, dahan dan ranting tidak mudah patah, pohon tidak mudah tumbang, buah tidak terlalu besar, serasah yang dihasilkan sedikit, tahan terhadap pencemar dari kendaraan bermotor dan industri, luka akibat benturan mobil mudah sembuh, cukup teduh tetapi tidak terlalu gelap, kompatibel dengan tanaman lain, daun, bunga, buah, batang dan percabangannya secara keseluruhan indah, pada saat dewasa cocok dengan ruang yang tersedia, berumur panjang, pertumbuhan cepat, tahan terhadap hama dan penyakit, dan

6. Persyaratan estetika:

Mempunyai tajuk dan bentuk percabangan yang indah, bunga dan buahnya memiliki warna dan bentuk yang indah.

5. 5. 1. Peruntukan Padat Transportasi

Hutan kota yang dibangun pada peruntukan padat transportasi yaitu berupa jalur hijau terutama di sepanjang jalan utama Kota Cilegon. Tanaman yang terdapat di jalur hijau digolongkan sebagai berikut (Harsana, 2004): 1). Pohon yang berfungsi sebagai peneduh, pengarah, penghalang terik matahari, pengatur iklim mikro, memberikan keseimbangan lingkungan dan memberikan pengaruh psikologis bagi pengguna jalan, memberikan perasaan nyaman serta memberikan perasaan senang dengan keindahan yang dimiliki, 2). Semak atau perdu yang berfungsi sebagai pembatas jalur jalan, pembatas visual, pengarah, mengurangi silau cahaya lampu kendaraan dan pemberi nilai estetis.

Kota Cilegon memiliki jalan utama yang memanjang dan lurus sehingga untuk menghindari kejenuhan dan cahaya silau serta mempercantik kota perlu ditanam pohon sepanjang jalan (Green belt). Jenis - jenis pohon yang dapat ditanam pada jalur hijau diantaranya Mimusops elengi (tanjung), Swietenia macrophylla (mahoni), Lagerstroemia speciosa (bungur), Oreodoxa regia (palm raja), Pterocarpusindicus (angsana) dan Filiciumdecipiens (krey payung).

Hutan kota dengan fungsi peneduh jalan, penanamannya dilakukan dengan berselang - seling dengan berganti - ganti jenis, atau satu jalur jalan hanya ditanami dengan jenis tertentu sedangkan bagian jalan lainnya dengan jenis tanaman yang berbeda dengan ruas jalan sebelumnya. Kemampuan tanaman untuk beberapa jenis tanaman pelindung yang biasanya ditemukan dalam hutan kota dengan berbagai ukuran daun akan menghasilkan besaran luas area teduh yang berbeda. Daftar tanaman peneduh jalan dapat dilihat pada Lampiran 7.

5. 5. 2. Peruntukan Permukiman

Menurut Fakuara (1986), bentuk hutan kota permukiman yang dapat dikembangkan antara lain :

1. Taman bermain untuk anak - anak, tanaman yang di tanam di dalamnya adalah dari kombinasi yang ketinggiannya berbeda, disusun sedemikian rupa untuk memenuhi fungsi keindahan, meredam suara, produksi oksigen dan meningkatkan kenyamanan.

2. Tanaman tepi jalan/trotoar, dibuat untuk tujuan meredam suara, menguapkan air genangan, meningkatkan kenyamanan serta menahan silau sinar kendaraan di malam hari. Jenis pohon yang dipakai untuk tujuan ini adalah jenis pohon yang tidak terlalu tinggi, tajuknya rimbun serta tingkat transpirasinya relatif tinggi.

3. Tanaman pekarangan. 4. Hutan kota.

Taman berisikan jenis vegetasi yang cukup beragam (multi jenis). Jumlah vegetasi pengisi berkisar antara lima hingga dua puluh jenis vegetasi yang terdiri atas vegetasi pohon dan non pohon, tetapi lebih didominasi oleh pohon. Adapun jenis - jenis pohon yang dominan di taman diantaranya yaitu Samanea saman

(trembesi), Ficus benjamina (beringin), Delonix regia (flamboyan) dan

Caesalpinia pulcherrima (bunga merak). Daftar tanaman taman hutan dapat dilihat pada Lampiran 8.

Hutan kota yang berbentuk pekarangan atau halaman rumah memiliki keanekaragaman jenis yang lebih tinggi, sesuai dengan beragamnya pula minat tiap pemilik rumah. Pada umumnya, tanaman - tanaman yang ditanam di halaman rumah berupa jenis tanaman hias yang ukurannya relatif tidak begitu besar. Jenis - jenis pohon besar yang ditanam di halaman rumah antara lain Mangifera indica

(mangga), Nephelium lapacceum (rambutan), Durio zibethinus (durian) dan

Averrhoa carambola (belimbing). Daftar tanaman kebun dan halaman dapat dilihat pada Lampiran 9. Sedangkan jenis tanaman hias yang ditanam di halaman rumah antara lain Chlorophytum comosum (lili alang putih), kaktus kodok dan

Rosa hybrida Hart. (bunga mawar). Daftar tanaman hias dapat dilihat pada Lampiran 6.

5. 5. 3. Peruntukan Industri

Menurut Fakuara (1986), bentuk hutan kota kawasan industri yang dapat dikembangkan antara lain:

1. Taman kawasan industri, 2. Hutan kota,

4. Jalur hijau sepanjang jalan di dalam kawasan industri.

Taman kawasan industri dibuat dengan tujuan untuk istirahat para pekerja, sebagai tempat yang terlindungi secara alami dari kebisingan, debu dan gas buangan industri. Untuk dapat meredam debu udara, maka dipilih tanaman yang mempunyai tajuk yang rimbun dan rapat serta berdaya tahan tinggi. Untuk menyerap gas, maka dipilih tanaman yang mempunyai stomata yang banyak serta mempunyai ketahanan yang baik terhadap gas tertentu, mempunyai tingkat pertumbuhan yang cepat, dan tahan terhadap serangan angin.

Jika digunakan untuk meredam kebisingan maka dipilih tanaman yang rimbun daunnya, sedangkan untuk penghasil oksigen adalah yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang cepat. Pada kawasan industri bentuk dan struktur hutan kota dibuat mengelompok (terkonsentrasi) dengan multi strata dan jenis yang sedikit (tegakan yang kompak). Pohon yang dipilih memiliki tajuk yang rapat dan jumlah daun yang banyak, memiliki sistem perakaran yang sangat kuat dan dalam, serasah yang dihasilkan cukup banyak karena lantai hutan juga mampu menyerap gas - gas berbahaya dari industri.

Dokumen terkait