• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Hasil analisis tanah pada lahan percobaan IPB Pasir Kuda, Ciomas sebelum dilakukan penelitian menunjukkan bahwa tanah bersifat masam dengan pH (H2O) sebesar 5.35. Unsur hara yang terdapat dalam tanah, yakni N sebesar 0.23%, P sebesar 1.54 ppm dan K sebesar 2.14 me/100 g. Komposisi tanah IPB Pasir Kuda, Ciomas meliputi 53.54% pasir, 20.93% debu dan 25.23% liat (Tabel Lampiran 1). Menurut Subham dan Sumarno (1998) ketersediaan unsur hara terutama fosfat sangat dipengaruhi oleh kemasaman tanah.

Kondisi suhu lapang selama penelitian (September 2006-Agustus 2007) berkisar antara 22.3–31.90C dan rata-rata kelembaban nisbi 82.3%. Jumlah curah hujan sebesar 3 249.0 mm, dengan curah hujan terendah pada bulan September (26 mm/bulan) dan tertinggi pada bulan Desember (363 mm/bulan). Kecepatan angin rata-rata 2.5 km/jam (Tabel Lampiran 2).

Buah yang dihasilkan oleh pepaya genotipe IPB-1 memiliki ukuran yang beragam (605.25 sampai 857.88 g). Hal ini disebabkan oleh adanya kemungkinan benih tercampur dengan benih lain saat berada di lapang. Penyakit yang ditemukan pada buah pepaya yakni penyakit antraknosa yang disebabkan oleh cendawan Colletotrichum gloeosporioides (Penz) Sacc dan busuk buah yang disebabkan oleh cendawan Rhizopus sp. Pengendalian penyakit dilakukan dengan membuang tanaman yang terserang dan penyemprotan dengan fungisida.

Kandungan Fosfor pada Tanaman

Fosfor dalam tanah dan penyerapannya oleh tanaman sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, keadaan iklim dan kemampuan tanaman untuk menyerap hara dari tanah. Untuk mengetahui kandungan fosfor tanaman pepaya genotipe IPB-1 dilakukan pengujian terhadap kandungan fosfor daun yang disajikan pada Gambar 2.

14 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 BST P1 P2 P3 P4 P M1 P M2 P M3

Kandungan P pada Daun Pepaya (%)

Gambar 2. Kandungan Fosfor pada Daun Pepaya Genotipe IPB-1; BST = Bulan Setelah Panen; PM = Pemupukan Minggu Ke-; P1 = 60 g SP-36/tan, P2 = 120 g SP-36/tan, P3 = 180 g SP-36/tan, P4 = 240 g SP-36/tan

Pengujian dilakukan pada saat 1 Bulan Setelah Pemupukan (BSP) I, 2 BSP I, 5 BSP I, 1 BSP II, 2 BSP II, 3 BSP II, 4 BSP II. Gambar 2 menunjukkan

adanya peningkatan jumlah fosfor setelah pemupukan. Kandungan fosfor yang terdapat dalam tanaman akan mempengaruhi jumlah bunga dan buah yang dihasilkan. Namun untuk tahapan perkembangan buah tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada keempat taraf perlakuan pemupukan. Hal tersebut sesuai dengan kandungan fosfor yang tidak berbeda jauh pada keempat taraf perlakuan

Perkembangan Vegetatif Tanaman

Fosfor dan nitrogen merupakan unsur yang harus disediakan pada tahap-tahap awal pertumbuhan untuk memastikan pertumbuhan vegetatif yang baik (Yon, 1994). Laju pertumbuhan tinggi tanaman dan pertambahan jumlah daun pepaya genotipe IPB-1 dapat dilihat pada Gambar 3.

15

(a) (b)

Gambar 3. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Pepaya Genotipe IPB-1 dengan Perlakuan Empat Dosis Pupuk Fosfor; (a) Pertumbuhan Tinggi Tanaman; (b) Pertambahan Jumlah Daun

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 P1 P2 P3 P4 Di am et er Bat a n g ( c m ) Perlakuan Pemupukan

Gambar 4. Diameter Batang Pepaya Genotipe IPB-1 (22 MST) dengan Perlakuan Empat Dosis Pupuk Fosfor; P1 = 60 g SP-36/tan, P2 = 120 g SP-36/tan, P3 = 180 g SP-36/tan, P4 = 240 g SP-36/tan

16

Pengukuran tinggi tanaman dan penghitungan jumlah daun dilakukan pada 7, 10, 13, 16, 19 dan 22 Minggu Setelah Tanam (MST), sedangkan pengukuran diameter batang dilakukan pada minggu terakhir pengamatan perkembangan vegetatif tanaman (22 MST). Berdasarkan data yang terlihat pada Gambar 3 dan 4, perlakuan pemupukan fosfor yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter vegetatif yang diamati.

Komponen Produksi Jumlah Bunga dan Buah

Jumlah bunga dan buah yang diamati adalah jumlah total bunga dan buah yang dihasilkan tanaman per perlakuan. Nilai persentase fruitset diperoleh berdasarkan persentase jumlah total buah per jumlah total bunga masing-masing perlakuan. Data seperti tersaji pada Gambar 5.

Gambar 5. Jumlah Total Bunga, Buah dan Persentase Fruitset Pepaya Genotipe IPB–1 dengan Perlakuan Empat Dosis Pupuk Fosfor; P1 = 60 g SP-36/tan, P2 = 120 g SP-36/tan, P3 = 180 g SP-36/tan, P4 = 240 g SP-36/tan

Perlakuan pemupukan fosfor tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah total bunga dan buah yang dihasilkan oleh pepaya genotipe IPB-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah total bunga dan buah masing-masing

17

perlakuan relatif sama dengan kisaran 109-142 untuk jumlah bunga dan 26-33 untuk jumlah buah. Pemupukan fosfor juga tidak memberikan pengaruh terhadap persentase fruitset yang dihasilkan. Persentase fruitset pepaya genotipe IPB-1 berkisar antara 18.90 sampai 31.40%. Tanaman dengan perlakuan 180 g SP-36/tanaman memiliki jumlah total buah dan persentase fruitset tertinggi.

Perkembangan Buah

Perkembangan buah yang diamati meliputi panjang dan diameter buah selama penelitian, seperti tersaji pada Gambar 6.

Gambar 6. Pertumbuhan Panjang dan Diameter Buah Pepaya Genotipe IPB–1 dengan Perlakuan Empat Dosis Pupuk Fosfor; P1 = 60 g SP-36/tan, P2 = 120 g SP-36/tan, P3 = 180 g SP-36/tan, P4 = 240 g SP-36/tan

Perlakuan pemupukan fosfor tidak mempengaruhi laju pertumbuhan panjang dan diameter buah pepaya genotipe IPB-1. Gambar 6 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil terhadap pertumbuhan panjang dan diameter buah dari masing-masing perlakuan pemupukan yang diberikan.

18

Kualitas Fisik dan Kimia Buah Kualitas Fisik Buah Ukuran dan Bobot Buah Panen

Ukuran dan bobot buah panen pepaya genotipe IPB-1 yang dihasilkan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Ukuran dan Bobot Buah Panen Pepaya Genotipe IPB-1 (n = 48)

Dosis Pupuk P (g SP-36 /tan) Diameter Buah (cm) Panjang Buah (cm) Rasio P/D Buah Bobot Buah Utuh (g) Bobot Daging Buah (g) Bobot Kulit Buah (g) 60 10.41 21.78 0.49 857.88 715.90 141.98a*) 120 9.34 18.99 0.50 605.25 515.26 89.16b 180 10.28 20.54 0.50 752.81 628.62 121.50ab 240 9.72 19.01 0.51 642.02 550.18 91.84ab *)

Uji beda nilai tengah dilakukan dengan DMRT α 5%

Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk fosfor tidak berpengaruh terhadap ukuran buah panen dan bobot buah, kecuali pada bobot kulit buah. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Pramono (2004) yang menyatakan bahwa perlakuan pupuk fosfor tidak berpengaruh terhadap panjang, diameter, rasio panjang dan diameter dan bobot buah pepaya genotipe IPB-1. Menurut Yon (1994) kadar fosfor dalam tanaman harus dikurangi pada tahap tanaman berbuah, karena kadar fosfor yang tinggi dapat mengurangi ukuran buah.

Hasil uji korelasi (Tabel Lampiran 4) menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai bobot buah maka akan semakin tinggi nilai bobot daging buah, bobot kulit buah, bobot biji, jumlah biji, tebal daging minimum dan vitamin C. Begitu juga dengan korelasi bobot daging buah, semakin tinggi nilai bobot daging buah maka akan semakin tinggi nilai bobot biji, jumlah biji makin banyak dan tebal daging buah minimum makin besar.

19

Biji dan Tebal Daging Buah

Pada penelitian parameter yang diamati meliputi jumlah biji, bobot biji, bobot 100 biji, tebal daging maksimum dan minimum dari buah pepaya genotipe IPB-1. Data seperti tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Biji, Bobot Biji, Bobot 100 Biji, Tebal Daging Buah Maksimum dan Tebal Daging Buah Minimum Buah Pepaya Genotipe IPB-1 (n = 48) Dosis Pupuk P (g SP-36 /tan) Bobot 100 Biji (g) Bobot Biji (g) Jumlah Biji (buah) Tebal Daging Buah Maksimum (cm) Tebal Daging Buah Minimum (cm) 60 10.25 78.90a*) 748.50 2.93 1.48a 120 9.75 50.73b 510.39 2.70 1.21b 180 10.59 68.73ab 633.03 2.97 1.43a 240 9.51 58.69b 596.14 2.84 1.30ab *)

Uji beda nilai tengah dilakukan dengan DMRT α 5%

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk fosfor yang diberikan tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah biji, bobot 100 biji dan tebal daging buah maksimum. Akan tetapi perlakuan empat taraf dosis pupuk fosfor berpengaruh terhadap hasil bobot biji dan tebal daging buah minimum pepaya genotipe IPB-1. Tanaman dengan perlakuan 60 g SP-36/tanaman memiliki nilai bobot biji dan tebal daging minimum tertinggi dibandingkan dengan ketiga perlakuan lainnya. Sebaliknya, tanaman dengan perlakuan 120 g SP-36/tanaman memiliki nilai bobot biji dan tebal daging minimum terendah (Tabel 2).

Jumlah biji mempengaruhi bobot buah dan ukuran buah yang dihasilkan. menyatakan bahwa pembentukan biji dalam perikarp mempunyai pengaruh yang besar dalam ukuran buah dan perkembangannya. Buah yang berkembang dengan biji penuh akan lebih besar dan simetris daripada dengan yang sedikit bijinya (Santoso dan Purwoko, 1993). Hasil uji korelasi pada nilai bobot biji terhadap jumlah biji dan tebal daging buah maksimum menunjukkan bahwa semakin tinggi bobot biji maka jumlah biji akan semakin banyak dan tebal daging buah maksimum semakin besar (Tabel Lampiran 4).

20

Kekerasan Buah

Kekerasan buah meliputi kekerasan pada kulit dan daging buah pada bagian pangkal, tengah dan ujung buah. Nilai rata-rata kekerasan kulit buah pepaya genotipe IPB-1 berkisar antara 4.56 sampai 6.26 mm/detik. Nilai kekerasan kulit buah seperti tersaji pada Gambar 7.

0 1 2 3 4 5 6 7 P1 P2 P3 P4 Perlakuan Pemupukan K ek er as an K ul it B uah ( m m /det ik )

Gambar 7. Kekerasan Kulit Buah Pepaya Genotipe IPB-1 dengan Perlakuan Empat Dosis Pupuk Fosfor; P1 = 60 g SP-36/tan, P2 = 120 g SP-36/tan, P3 = 180 g SP-36/tan, P4 = 240 g SP-36/tan

Gambar 7 menunjukkan bahwa buah dengan perlakuan 120 g SP-36/tanaman memiliki kulit terlunak. Sebaliknya, buah dari tanaman dengan

perlakuan 60 g SP-36/tanaman memiliki kulit buah paling keras dibandingkan ketiga perlakuan lainnya. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perlakuan pupuk fosfor dapat menurunkan kekerasan kulit buah pada pepaya genotipe IPB-1. Kekerasan daging buah menunjukkan hasil yang tidak berbeda jauh untuk tiap perlakuannya terhadap perlakuan dosis pupuk fosfor yang diberikan (Tabel 3).

21

Tabel 3. Kekerasan Daging Buah Pepaya Genotipe IPB-1 (n = 48)

Kekerasan Daging Buah ---mm/detik--- Dosis Pupuk P

(g SP-36 /tan)

Pangkal Tengah Ujung Rata-rata 60 9.27 14.54 11.30 11.70 120 11.34 35.27 13.51 20.04 180 10.54 18.47 13.00 14.00 240 8.29 17.33 12.79 12.80

Kekerasan buah cenderung menurun seiring dengan proses pemasakan buah yang disebabkan adanya perubahan pada struktur dinding sel buah. Santoso dan Purwoko (1993) menyatakan bahwa pemecahan polimer karbohidrat, khususnya senyawa pektin dan hemisellulosa melemahkan dinding sel dan gaya kohesif yang mengikat sel bersama-sama. Hal ini sejalan dengan pernyataan Wang et al. (1996) bahwa pembelahan sel untuk struktur kekerasan buah sebagai pengaruh proses stabilisasi matriks pektin dari dinding sel berhubungan dengan proses pemasakan.

Pada pengukuran kekerasan buah yang dilakukan dengan hand penetrometer

semakin besar angka yang ditunjukkan tertera pada alat, maka akan semakin tinggi nilai kekerasannya. Sebaliknya pada pengukuran dengan penetrometer standar SNI semakin tinggi nilai yang tertera pada alat, maka akan semakin rendah tingkat kekerasannya. Menurut PKBT (2008) kekerasan kulit buah pepaya genotipe IPB-1 yakni 0.832 mm/detik. Adanya perbedaan nilai dengan hasil yang diperoleh dari penelitian disebabkan oleh perbedaan alat yang digunakan dalam proses pengukuran.

Kualitas Kimia Buah

Sejalan dengan proses pematangan, buah akan mengalami perubahan dalam struktur kimianya untuk mencapai kualitas yang maksimal. Pengamatan kualitas kimia buah dilakukan terhadap kandungan Padatan Terlarut Total (PTT), Asam Tertitrasi Total (ATT), rasio PTT/ATT dan vitamin C, seperti tersaji pada Tabel 4.

22

Tabel 4. Kandungan PTT, ATT, PTT/ATT dan Vitamin C Buah Pepaya Genotipe IPB-1 (n = 48) Dosis Pupuk P (g SP-36 /tan) PTT (0Brix) ATT (mg/100g) PTT/ATT Vitamin C (mg/100g) 60 11.45ab*) 17.13b 0.74a 125.81b 120 12.01a 24.91a 0.54b 152.72a 180 11.12b 22.20a 0.53b 132.90b 240 11.58ab 22.87a 0.53b 143.74ab

*)

Uji beda nilai tengah dilakukan dengan DMRT α 5%

Tabel 4 menunjukkan perlakuan dosis pemupukan fosfor yang diberikan berpengaruh terhadap kualitas kimia buah yang dihasilkan pada masing-masing perlakuan. Kandungan PTT buah yang diperoleh pada penelitian sebesar 11.12– 12.01 0Brix dan ATT sebesar 17.13–24.91 mg/100 g bahan. Buah dengan perlakuan 120 g SP-36/tanaman menghasilkan buah dengan kandungan PTT dan ATT tertinggi. Menurut Santoso dan Purwoko (1993) PTT dapat digunakan sebagai indikator tingkat kemanisan, karena gula merupakan komponen utama bahan padat yang terlarut. Kandungan asam organik dalam buah akan menurun selama pemasakan karena direspirasikan atau diubah menjadi gula.

Rasio PTT/ATT merupakan perbandingan nilai gula dan asam yang terkandung dalam buah, semakin besar nilai rasio PTT/ATT maka akan semakin manis rasa buah. Berdasarkan data Tabel 4, buah dengan perlakuan 60 g SP-36/ tanaman memiliki tingkat kemanisan tertinggi jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya dengan rasio PTT/ATT sebesar 0.74.

Vitamin C merupakan komponen minor dari buah tetapi sangat penting dalam nutrisi manusia. Buah pepaya memiliki kandungan vitamin C yang cukup tinggi. Perlakuan dosis pupuk fosfor berpengaruh terhadap kandungan vitamin C buah. Kandungan vitamin C buah pepaya genotipe IPB-1 berkisar antara 125.81–152.72 mg/100g bahan. Buah dengan perlakuan 120 g SP-36 /tanaman

memiliki kandungan vitamin C tertinggi, sebaliknya buah dengan perlakuan 60 g SP-36/tanaman memiliki kandungan vitamin C terendah (Tabel 4).

23

Uji korelasi menunjukkan bahwa semakin tinggi bobot daging buah maka kandungan ATT dan vitamin C buah akan semakin rendah. Begitu juga dengan korelasi tebal daging maksimum, semakin tipis daging buah maksimum maka kandungan PTT buah akan semakin tinggi (Tabel Lampiran 4).

Dokumen terkait