• Tidak ada hasil yang ditemukan

Suhu kandang merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pemeliharaan ternak. Keadaan suhu yang optimum dapat meningkatkan produksi dan dapat mempengaruhi tingkah laku ternak. Perubahan tingkah laku pada ayam broiler merupakan indikator kondisi kesehatan ternak tersebut. Suhu aktual pada kandang panas adalah 30±0,15 oC, sedangkan suhu pada kandang netral adalah 23±0,06 oC dan suhu kandang lingkungan adalah 29±1,1oC.

Tingkah Laku Makan

Saat terjadi cekaman panas adaptasi yang dilakukan melalui mekanisme pengurangan konsumsi pakan. Penelitian tingkah laku ini secara statistik tidak menunjukan perbedaan pada tingkah laku makan, namun ada kencenderungan jumlah tingkah laku makan ayam broiler pada kandang nyaman (23 oC) lebih banyak dibandingkan dengan ayam broiler yang dipelihara pada kandang panas (30 oC). Tingkah laku makan pada pengamatan hari ke 15 rataanya adalah 78,77. Berikut merupakan gambar contoh tingkah laku makan (Gambar 1).

Gambar 1. Tingkah Laku Makan Ayam Broiler

Pengamatan tingkah laku makan pada hari ke-21 menunjukan rataan sebanyak 96,55. Rataan pengamatan tingkah laku makan hari ke-27 adalah 114,89. Pada hari ke-33 menunjukan rataan tingkah laku makan sebanyak 132,11.

16

Produktivitas ayam broiler dapat diukur dari performa produksi seperti tingkat konsumsi pakan, konversi pakan, pertambahan bobot badan, dan bobot badan. Nilai produktivitas tersebut dapat diduga melalui tingkah laku yang terkait dengan hal tersebut. Tingkah laku hewan adalah suatu respon atau ekspresi hewan oleh adanya rangsangan yang mempengaruhinya. Menurut Mukhtar (1986), rangsangan terbagi dua, yaitu rangsangan luar dan rangsangan dalam. Rangsangan luar dapat berbentuk suara, pandangan, tenaga mekanis, dan rangsangan kimiawi. Rangsangan dalam antara lain adalah faktor fisiologis sekresi hormon dan faktor motivasi (Mukhtar, 1986). Menurut Prijono dan Handini (1998), tingkah laku juga dapat diartikan sebagai ekspresi seekor hewan yang dituangkan dalam bentuk gerakan-gerakan. Tingkah laku seekor hewan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu dari dalam (hormon dan sistem saraf) dan faktor dari luar (cahaya, suhu, dan kelembaban). Tingkah laku bersifat genetis, tetapi dapat berubah oleh lingkungan dan proses belajar hewan (Hafez, 1969). Rataan tingkah laku makan dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Tingkah Laku Makan (jumlah ayam beraktifitas makan) pada Umur dan Suhu Kandang Berbeda

Umur Ayam Kandang ̅±sb

Nyaman 63,667±50,677 15 Panas 51,330±26,272 Lingkungan Nyaman 121,334±86,44 135,332±37,959 21 Panas 76,667±48,32 Lingkungan Netral 77,667±26,537 84,335±69,408 27 Panas 111,000±66.096 Lingkungan Nyaman 149,333±140,301 141,667±94,771 33 Panas 53,667±31,372 Lingkungan 201,000±195,879

Ayam broiler merupakan ayam ras yang diseleksi secara intensif untuk menghasilkan bobot badan yang tinggi dan pertumbuhan cepat. Sesuai dengan karakteristik tersebut, ayam broiler akan berusaha untuk mengkonsumsi pakan lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan pokok (maintenance). Pada masa pertumbuhan,

17

suhu lingkungan broiler diturunkan menjadi 21 oC untuk meningkatkan konsumsi pakannya (Cornetto dan Esteves, 2001). Bobot badan yang tinggi memerlukan input

pakan yang lebih banyak.

Tabel 3. Rataan Konsumsi Pakan dan Air minum Ayam Broiler *)

Peubah Netral Panas Lingkungan

Konsumsi Pakan (g/ekor) 3.041±64,1 3.013±58,6 2.927±33,3 Konsumsi Air Minum (ml/ekor) 6.954±350a 8.904±577b 8.206±222b Pertambahan Bobot Badan (g/ekor) 1.924±59,4a 1.750±46,2b 1.757±43,7b Sumber : *) Krisna (2010) (penelitian satu tim)

Keterangan: superskrip yang berbeda pada baris yang sama menandakan berbeda nyata (P<0,05) Berkurangnya aktivitas metabolisme tubuh ayam broiler disebabkan suhu lingkungan yang tinggi, yang terlihat dari penurunan aktivitas makan dan minum (Gunawan dan Sihombing, 2004). Ayam broiler pada kondisi suhu lingkungan(suhu fluktuatif mengikuti suhu lingkungan tersebut) pada penelitian ini mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang banyak. Jika dilihat pada tabel 3 konsumsi pakan ayam broiler tidak berbeda namun pertumbuhan bobot ayam berbeda. Konsumsi pakan tidak berbeda dapat diduga karena tingkah laku makan pada penelitian ini tidak berbeda juga.

Kesamaan tingkah laku makan ayam broiler dimungkinkan karena suhu yang diberikan kurang begitu ekstrim sehingga ayam masih bisa berdaptasi dengan baik dan tingkah laku makan masih normal atau tidak terpengaruh oleh perbedaan suhu. Suhu tidak mempengaruhi tingkah laku bisa disebabkan ayam hanya mematuk tempat makan namun tidak ada pakan yang dikomsumsi atau masuk ke dalam tubuh. secara genetis karena ayam yang digunakan seragam diduga tingkah laku cenderung sama atau seragam.

Tingkah Laku Minum

Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkah laku minum pada setiap kandang perlakuan tidak menunjukan perbedaan pada ayam broiler umur 15, 21, 27, dan 33 hari. Namun jika dilihat secara keseluruhan frekuensi tingkah laku minum ayam broiler pada kandang panas sebesar (30 oC) dan suhu lingkungan lebih banyak dibandingkan dengan kandang netral (23 oC). Rataan tingkah laku minum pada kandang panas adalah sebanyak 19,18 dan pada kandang lingkungan sebanyak 24,75 sedangkan pada kandang nyaman kisaran tingkah laku minum adalah 9,08.

18

Air banyak diperlukan dalam proses evaporasi yang membawa panas tubuh untuk menurunkan suhu tubuh. Suhu lingkungan yang tinggi menyebabkan ayam broiler harus menyesuaikan suhu tubuhnya dengan lingkungan salah satu caranya dengan meningkatkan konsumsi air minum. Tabel 4 menyajikan jumlah tingkah laku minum.

Adaptasi yang dilakukan ayam broiler saat terjadi cekaman panas selain mengurangi konsumsi pakan juga meningkatkan konsumsi air minum untuk mengurangi suhu tubuh. Air merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan yang berhubungan erat dengan mekanisme termoregulator dan kemampuan untuk bertahan hidup pada temperatur lingkungan yang tinggi. Ayam dewasa mengkonsumsi air minum sebanyak 150-200 ml setiap hari pada suhu normal (Gibson et al., 1998). Menurut Bell and Weaver (2002), saat cekaman panas, peredaran darah banyak yang menuju ke organ pernafasan sedangkan peredaran darah pada organ pencernaan mengalami penurunan sehingga bisa mengganggu pencernaan dan metabolisme. Contoh tingkah laku makan disajikan pada Gambar 2. Tabel 4. Tingkah Laku Minum (jumlah ayam beraktifitas minum) pada Umur dan Suhu

Kandang Berbeda

Umur Ayam Kandang ̅±sb

Nyaman 6,00±5,11 15 Panas 18,33±10,27 Lingkungan Nyaman 28,66±7,93 20,00±10,67 21 Panas 8,33±6,60 Lingkungan Nyaman 14,16±10,17 1,66±0,90 27 Panas 26,33±6,60 Lingkungan Nyaman 12,33±9,20 8,67±5,25 33 Panas 19,67±11,15 Lingkungan 19,00±9,89

19

Gambar 2. Tingkah Laku Ayam Broiler Saat Minum

Pada penelitian ini faktor yang mempengaruhi konsumsi air minum adalah suhu lingkungan. Menurut Bailey (1990) faktor yang mempengaruhi konsumsi air minum meliputi suhu lingkungan, suhu air, tingkat konsumsi pakan, dan bobot badan ayam. Wandoyo (1997) lebih lanjut mengemukakan bahwa konsumsi air minum ayam broiler meningkat pada suhu lingkungan lebih tinggi. Pemberian pakan yang terbatas dan pemberian air minum ad libitum juga dapat menyebabkan peningkatan frekuensi minum pada unggas (Savory et al., 1992).

Tingkah Laku Panting

Hasil penelitian pada hari ke-15, 21, dan 27 menunjukkan bahwa pengaruh suhu berbeda nyata pada tingkah laku panting. Tingkah laku panting banyak terjadi pada kandang panas dan juga kandang lingkungan. Tingkah laku pada hari ke-15 dan 21 di kandang netral sebanyak 0, sedangkan pada hari ke-27 dan 33 masing-masing sebanyak 8,33 dan 112. Tingkah laku panting ayam broiler yang dipelihara pada kandang panas hari ke- 15 dan 21 adalah sebanyak 127,33 dan 187,67, sedangkan pada hari ke-27 dan 33 adalah 253 dan 262,33. Tingkah laku panting ayam brolier yang dipelihara pada kandang lingkungan hari ke-15 dan 21 adalah sebanyak 247,67 dan 134, sedangkan pada hari ke-27 dan 33 adalah 199 dan 186,33.

Ayam broiler yang dipelihara pada kandang dengan suhu tinggi (± 30 oC) dan kandang dengan suhu lingkungan (± 29 oC) menunjukkan tingkah laku panting lebih banyak dibandingkan dengan ayam broiler yang dipelihara pada suhu normal (± 23

20 o

C). Pada umur 15,21 dan 27 hari tingkah laku panting suhu berpengaruh nyata (P<0,05), sedangkan pada hari ke-33 suhu tidak berpengaruh nyata terhadap tingkah laku panting. Hal ini di akibatkan ayam broiler pada setiap kandang nyaman, panas, maupun lingkungan melakukan tingkah laku panting.

Ayam broiler pada keadaan suhu tubuh dan lingkungan yang tinggi akan berusaha melepaskan kelebihan suhu tubuh ke lingkungan sebagai mekanisme homeostasis hal ini dilakukan dengan cara sensible heat loss melalui radiasi, konduksi, dan konveksi (Charles, 2002). Pelepasan panas tubuh dilakukan melalui mekanisme panting saat suhu lingkungan melebihi 26 oC. Kebutuhan oksigen meningkat dan kecepatan respirasi meningkat, sehingga terjadi hiperventilasi (panting) yang menyebabkan kehilangan air dari tubuh lewat respirasi. Sesuai sifat fisiologis, ayam broiler memiliki kemampuan homeostasis untuk mempertahankan suhu tubuhnya tetap stabil walaupun suhu lingkungan berubah-ubah. Gambar 3 memperlihatkan ayam yang sedang panting.

Gambar 3. Tingkah Laku Ayam Brolier saat Panting

Suhu lingkungan yang tinggi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap tingkat stres pada ayam broiler. Charles (2002), menyatakan bahwa stres panas (heat stress) pada ayam broiler dihasilkan oleh adanya interaksi suhu antara udara, kelembaban, sirkulasi panas, dan kecepatan udara, dimana suhu lingkungan menjadi faktor yang

21

utama. Suhu optimum untuk pertumbuhan ayam broiler setelah brooding periode adalah 18-22 oC. Rataan frekuensi tingkah laku panting disajikan pada Tabel 5.

Keterangan : Huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05)

Tabel 5 menunjukan bahwa dengan bertambahnya umur ayam frekuensi tingkah laku panting semakin meningkat pada kandang nyaman dan kandang panas. Hal ini tidak terjadi pada kandang lingkungan hal ini diduga karena terdapat angin yang mengakibatkan frekuensi tingkah laku panting menjadi fluktuatif.

Penyesuaian tingkah laku ayam broiler untuk mengurangi stres akibat kondisi suhu lingkungan yang panas adalah dengan melakukan panting. Panting pada ayam broiler terjadi pada saat proses pelepasan panas tubuh ke lingkungan melalui radiasi, konduksi, dan konveksi (sensible heat) tidak memadai. Ayam broiler akan mengubah pola pelepasan panas menjadi insensible melalui proses penguapan air dari saluran pernafasan (evaporasi). Mekanisme ini merupakan bagian dari adaptasi ayam broiler terhadap suhu lingkungan tinggi. Oleyumi dan Robert (1980) lebih lanjut menyatakan bahwa pada lingkungan panas suhu tubuh ayam akan meningkat 1-2 ºC hingga tubuh ayam dapat beradaptasi kembali.

Frekuensi panting meningkat seiring dengan bertambahnya umur ayam broiler. Pada umur 33 hari ayam broiler pada suhu normal melakukan panting, dan lebih sedikit dibandingkan ayam broiler pada suhu tinggi. Hal ini menandakan bahwa kecepatan tumbuh yang tinggi ditandai oleh bobot badan yang tinggi sehingga ayam mengkonsumsi pakan lebih banyak untuk kebutuhan maintenance sekaligus menghasilkan panas yang harus dilepaskan ke lingkungan, salah satunya melalui mekanisme panting.

Ayam tidak dapat mentoleransi suhu lingkungan tinggi. Kejadian ini sering terjadi pada cuaca panas yang disertai mendung sehingga meningkatkan kelembaban

Tabel 5. Tingkah Laku Panting (Jumlah Ayam Beraktifitas Panting) Umur dan Suhu Kandang suhu Kandang yang Berbeda

daHari ke Kandang

Nyaman Panas Lingkungan

15 0±0 a 127,33±91,6b 247,67±83,28b

21 0±0 a 178,67± 137,03b 134,00±120,07b

27 8,33±5,25 a 253,00±51,87b 199,00±94,72b 33 112,00±80,70 262,33±70,52 206,00±201,44

22

relatif pada udara (Ilyas, 2004). Kartasudjana dan Suprijatna (2006) menyatakan bahwa performa ayam broiler dipengaruhi aspek pemeliharaan. Suhu lingkungan kandang yang nyaman (optimum) dapat meningkatkan performa ayam broiler. Ayam broiler dapat berproduksi secara optimum tanpa harus mengalami cekaman panas ataupun cekaman dingin (cold shock).

Menurut European Comission (2000) bahwa tingginya kelembaban relatif akan menghambat penguapan panas melalui panting. Ayam betina mulai panting pada suhu lingkungan 29 ºC atau ketika suhu tubuh ayam mencapai 42 ºC, kondisi suhu optimal ayam pedaging berkisar antara 21-29 ºC untuk ayam pedaging umur 3-6 minggu.

Persentase ayam broiler melakukan panting cenderung meningkat dengan pertambahan umur yang berasosiasi dengan pertambahan bobot badan dan produksi panas tubuh. Temperatur dan kelembaban relatif merupakan faktor penting bagi kelangsungan hidup ternak. Ayam sebagai hewan homeotermis dapat mengatur suhu tubuhnya relatif konstan sekalipun temperatur lingkungan berubah-ubah.

Tingkah Laku Lokomosi

Secara statistik keseluruhan hasil penelitian menunjukan tingkah laku lokomosi tidak berbeda diantara semua perlakuan. Rataan tingkah laku lokomosi ayam yang di pelihara pada kandang nyaman adalah 59,16. Tingkah laku lokomosi ayam broiler yang dipelihara di kandang panas rataan adalah 64,33 dan kisaran tingkah laku ayam broiler yang dipelihara pada kandang lingkungan adalah 60,33.

Ayam broiler umumnya mengurangi lokomosi untuk mengurangi produksi panas tubuhnya. Hasil yang didapatakan selama penelitian terhadap tingkah laku lokomosi ditunjukan pada Tabel 6. Tabel 6 menunjukan bahwa semakin meningkatnya umur ayam maka tingkah laku lokomosi akan semakin menurun. Tingkah laku lokomosi diartikan sebagai pergerakan ayam untuk melakukan aktivitas yang berpindah tempat. Lokomosi yang dilakukan ayam broiler adalah bagian dari ekspresi tingkah laku berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lainnya seperti mendapatkan makanan ataupun minuman. Tingkah laku lokomosi juga dapat dilihat saat ayam broiler bermain dengan ayam broiler lainnya (Pitchard, 1995).

23

Tabel 6. Tingkah Laku Lokomosi (jumlah ayam beraktifitas lokomosi) pada Umur dan Suhu Kandang Berbeda

Umur Ayam Kandang ̅±sb

Nyaman 88,00±60,46 15 Panas 107,00±62,49 Lingkungan Nyaman 114,00±26,62 79,33±4,98 21 Panas 62,00±27,43 Lingkungan Nyaman 68,667±40,08 37,66±16,78 27 Panas 54,67±18,73 Lingkungan Nyaman 24,67±6,94 31,67±5,24 33 Panas 33,67±2,49 Lingkungan 34,00±10,03 .

Tingkah laku lokomosi juga dapat dilihat saat ayam broiler bermain dengan ayam broiler lainnya (Pitchard, 1995). Intensitas tingkah laku makan dan minum ayam broiler pada suhu tinggi yang lebih sedikit, dapat diasumsikan bahwa ayam lebih sering bergerak melakukan aktivitas lain selain makan dan minum. Aktivitas lainnya tersebut dapat berupa tingkah laku bermain, investigasi, atau bahkan hanya bergerak atau berpindah tempat dari satu sisi kandang ke sisi kandang yang lainnya. Contoh tingkah laku lokomosi disajikan pada gambar 4.

24

Tingkah Laku Istirahat

Pengamatan tingkah laku istirahat dilakukan selama hari terang, yaitu pagi, siang, dan sore hari. Selama beberapa hari sebelum dilakukan pengambilan data, pengamatan dilakukan pada malam hari dan ayam broiler dominan melakukan istirahat atau tidur. Frekuensi tingkah laku istirahat disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Tingkah Laku Istirahat (jumlah ayam beraktifitas istirahat) pada Umur dan Suhu Kandang Berbeda

Umur Ayam Kandang ̅±sb

Nyaman 471,00±106,17 15 Panas 444,33±50,21 Lingkungan Nyaman 381,67±96,94 407,67±38,00 21 Panas 463,33±64,32 Lingkungan Nyaman 443,33±78,91 366,667±76,61 27 Panas 414,67±74,84 Lingkungan Nyaman 360,67±180,48 401,67±86,74 33 Panas 328,00±205,98 Lingkungan 345,00±183,22

Kisaran tingkah laku istirahat ayam brolier yang dipelihara pada kandang netral adalah 292-588 dan kisaran tingkah laku istirahat ayam broiler yang dipelihara pada kandang panas adalah 330-538 sedangkan kisaran tingkah laku istirahat ayam broiler yang dipelihara pada kandang lingkungan adalah 107-517. Pada pengamatan di kondisi hari terang, tidak ditemukan adanya perbedaan tingkah laku istirahat pada ayam broiler yang dipelihara pada suhu tinggi, normal, dan lingkungan. Secara keseluruhan, ayam lebih banyak melakukan aktivitas istirahat dengan posisi duduk atau berbaring dengan bagian dada menempel pada alas lantai seperti di perlihatkan pada Gambar 5.

25

Gambar 5. Tingkah Laku Ayam Broiler Saat Istirahat

Hal ini berhubungan dengan pertumbuhan cepat dan bobot badan tinggi yang mengakibatkan kecenderungan untuk malas bergerak dan lebih banyak beristirahat. Frekuensi istirahat yang lebih tinggi pada ayam broiler dapat menyebabkan bobot badan tinggi dikarenakan energi yang dihasilkan oleh tubuh ayam broiler tidak banyak terbuang untuk melakukan aktivitas lainnya selain untuk maintenance tubuhnya.

Ayam broiler melakukan aktivitas pada siang hari dan beristirahat pada malam hari dikarenakan ayam broiler termasuk hewan diurnal. Fase aktif dan istirahat diatur ritme circadian secara hormonal. Tingkah laku ini diatur oleh hormon melantonin. Pada keadan lingkungan yang nyaman, broiler lebih banyak melakukan istirahat karena merasa aman dari ancaman musuh (Cornetto dan Esteves, 2001). Tingkah laku ini sering dimanfaatkan oleh peternak untuk manajemen pemeliharaan. Peternak biasanya mengurangi lama pencahayaan pada umur tertentu di malam hari sehingga ayam broiler lebih banyak melakukan istirahat. Ayam broiler dengan bobot badan tinggi merupakan hasil dan kumulasi dari tingkat konsumsi dan kemampuan atau efisiensi penggunaan pakan yang dapat dilihat dari tingkah laku makan dan minum (ingestive behaviour).

26

Tingkah laku ingestive berkaitan dengan tingkah laku pergerakan (lokomosi) dan istirahat (resting behaviour). Tingkah laku lokomosi memiliki asosiasi dengan pergerakan untuk mencari makan atau minum sementara tingkah laku istirahat banyak ditemukan karena tingkat konsumsi yang terpenuhi atau karena suhu lingkungan yang terlalu tinggi (Pitchard, 1995).

27

Dokumen terkait