• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Parameter Fisika Kimia Perairan

Kegiatan pengukuran parameter fisika dan kimia perairan dilakukan sebanyak 8 kali pada tiap stasiun. Parameter yang diukur adalah suhu, salinitas, pH dan oksigen terlarut (DO). Terdapat perbedaan nilai parameter fisika dan kimia di tiap stasiunnya. Untuk itu diambil kisaran nilai dari tiap parameter yang hasilnya disajikan pada Tabel 2 dan Lampiran 3.

Tabel 2. Parameter Fisika Kimia Perairan

Parameter Lokasi

Stasiun I Stasiun II Stasiun III Fisika Suhu (ºC) Salinitas (‰) Kimia pH DO (mg/l) 27 – 31 19 – 27 6 – 7.8 3 – 5 28 – 31 16 – 27 6.1 – 8.1 2 – 5 28 – 31 11 – 25 5.9 – 8 2 – 2.8

Laju Dekomposisi Serasah

Dekomposisi serasah daun R. mucronata ditandai dengan terjadinya pengurangan bobot serasah pada tiap periode pengamatan yang dimulai dari hari ke-15 hingga hari ke-105. Semakin lama waktu pengamatan dekomposisi serasah, semakin besar pula persentase (%) penyusutan bobot serasah daun R. mucronata.

Berdasarkan 105 hari pengamatan, nilai berat kering tertinggi terdapat pada stasiun 1 dengan nilai 31,98 gram sedangkan nilai berat kering terendah terdapat pada stasiun 1 dengan nilai 7,9 gram. Perubahan berat kering serasah daun R. mucronata dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Bentuk serasah daun R. mucronata yang mengalami dekomposisi selama 15 hari sampai dengan 105 hari. 15 hari (A), 30 hari (B), 45 hari (C), 60 hari (D), 75 hari (E), 90 hari (F), 105 hari (G).

A B

C D

E F

Gambar 4. Berat kering serasah daun R. mucronata

Laju dekomposisi serasah daun R. mucronata selama 105 hari menunjukkan penurunan nilai yang cukup besar pada periode awal pengamatan. Nilai laju dekomposisi serasah daun R. mucronata pada hari ke 105 di stasiun I bernilai 6,41, stasiun II bernilai 3,56 dan stasiun III bernilai 5,35. Nilai laju dekomposisi selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.

50 31.98 24.2 22.01 20.27 13.43 12.56 7.9 50 25.63 24.03 24.11 23.26 20.96 18.4 17.93 50 27.85 23.33 22.32 17.66 14.21 13.03 10.73 0 10 20 30 40 50 60 Kontrol 15 30 45 60 75 90 105 S is a S era sa h D a u n ( g ) Hari Pengamatan Stasiun I Stasiun II Stasiun III 10.9 8.84 6.67 5.5 6.41 5.61 6.41 16.29 8.93 5.93 4.66 4.24 4.06 3.56 14.27 9.29 6.55 6.34 6.13 5.46 5.35 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 15 30 45 60 75 90 105 L a ju D ek o m p o si si ( g ) Hari Pengamatan Stasiun I Stasiun II Stasiun III

Kandungan Unsur Hara (C, N dan P)

Berdasarkan hasil dari Laboratorium Riset dan Teknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, serasah daun R. mucronata memiliki kandungan unsur hara karbon (C), nitorgen (N) dan fosfor (P) yang cukup tinggi selama 105 hari periode penelitian.

Kandungan unsur hara karbon (C) tertinggi di stasiun I dan II terdapat di hari ke 45, yaitu pada stasiun I sebesar 26,48%, stasiun II sebesar 30,64%. Sedangkan pada stasiun III terdapat di hari ke 105 yaitu sebesar 28,4%. Kandungan karbon serasah daun R. mucronata selama 105 hari dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6.Kandungan unsur hara C rata-rata serasah daun R. mucronata yang telah mengalami proses dekomposisi

Berdasarkan hasil dari laboratorium, kandungan unsur hara nitrogen tertinggi terdapat di hari ke 45, yaitu pada stasiun I sebesar 1,23%, stasiun II sebesar 1,08% dan stasiun II sebesar 1,39%. Kandungan unsur hara nitrogen disajikan pada Gambar 7.

24.76 23.54 19.89 26.48 30.64 23.45 25.75 27.64 27.26 23.48 21.96 28.4 0 5 10 15 20 25 30 35

Stasiun I Stasiun II Stasiun III

K a rb o n ( % ) Stasiun 15 45 75 105

Gambar 7. Kandungan unsur hara N rata-rata serasah daun R. mucronatayang telah mengalami proses dekomposisi

Berdasarkan hasil Laboratorium Riset dan Teknologi kandungan unsur hara fosfor yang diperoleh menunjukkan nilai yang tidak terlalu tinggi. Nilai unsur hara fosfor yang tertinggi terdapat di hari ke 45 pada stasiun III yaitu 0,28%. Kandungan unsur hara fosfor serasah daun R. mucronata disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8. Kandungan unsur hara P rata-rata serasah daun R. mucronata yang

0.42 0.56 0.42 1.23 1.08 1.39 0.87 0.54 0.58 0.42 0.7 0.54 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6

Stasiun I Stasiun II Stasiun III

N it ro g en ( % ) Stasiun 15 45 75 105 0.19 0.13 0.14 0.18 0.2 0.28 0.17 0.22 0.22 0.2 0.22 0.23 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3

Stasiun I Stasiun II Stasiun III

F o sf o r ( % ) Stasiun 15 45 75 105

Rasio C/N

Rasio C/N merupakan salah satu indikator dalam laju dekomposisi serasah daun R. mucronata. Dari hasil analisis diketahui nilai C/N termasuk kategori tinggi, nilai C/N tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu sebesar 58,95 %. Nilai C/N terendah terdapat pada stasiun III yaitu sebesar 16,87%. Nilai rasio C/N ini dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Rasio C/N pada serasah daun R. mucronata

Makrobentos

Makrobentos merupakan salah satu organisme yang berperan dalam proses dekomposisi serasah daun R. mucronata. Makrobentos mengkonsumsi serasah mangrove dengan mencacah dan merobek-robek serasah menjadi bagian yang kecil, kegiatan konsumsi tersebut menghasilkan kotoran yang kemudian dikonsumsi oleh bakteri dan fungi. Jenis makrobentos yang terdapat pada serasah daun R. mucronata dapat dilihat pada Gambar 10.

58.95 42.04 47.36 21.53 28.37 16.87 29.6 51.19 47 55.9 31.37 52.59 0 10 20 30 40 50 60 70

Stasiun I Stasiun II Stasiun III

C/ N ( % ) Stasiun 15 45 75 105

Gambar 10. Jenis Makrobentos Pada Kantong Serasah Daun R. mucronata ; siput

.(Littorina sp.) (A, B, C, D), kepiting (Uca pugnax) (E), cacing (Lumbricus terrestris)(F)

Gambar diatas adalah jenis-jenis makrobentos yang berperan dalam proses dekomposisi tepatnya pada awal pendekomposisian. Gambar diatas adalah makrobentos dari kelas Gastropoda, Crustaceae dan Turbellaria, dapat dilihat pada Tabel 3

A B

C D

Tabel 3. Jenis-jenis makrobentos yang ditemukan di dalam kantong serasah daun

R. mucronata

Kelas Ordo Genus

Gastropoda Mesogastropoda Eubonia, Telescopium Basammotophora Pupoides

Crustaceae Decapada Chiromantes Turbellaria Macrostomida Microstonum

Pembahasan

Parameter Fisika Kimia Perairan

Parameter kualitas air berpengaruh terhadap laju dekomposisi serasah daun R.mucronata di pantai Serambi Deli. Berdasarkan hasil pengukuran suhu di Pantai Serambi Deli, stasiun I berkisar 27 – 31 °C, pada stasiun II dan stasiun III berkisar 28 – 31 °C. Suhu pada tiap stasiun tergolong tinggi, hal ini disebabkan oleh pengukuran suhu yang dilakukan pada siang menjelang sore hari. Penyebab lainnya adalah wilayah pengambilan merupakan daerah yang terbuka, sehingga intensitas cahaya yang diterima tinggi.

Suhu yang sesuai bagi kehidupan dan produksi daun mangrove adalah suhu rata-rata daerah tropis yaitu 26-32 °C dan kisaran suhu yang diukur di setiap stasiun pengamatan termasuk dalam kisaran tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa suhu di lokasi penelitian sesuai untuk pertumbuhan mangrove. Sesuai dengan Baku Mutu pada kepmen LH No. 51 Tahun 2004 yang menyatakan bahwa suhu air laut yang ideal untuk mangrove adalah 28-32 C (MNLH, 2004).

Nilai kisaran salinitas antar stasiun adalah 11 – 27 ‰. Hasil nilai kisaran salinitas antar stasiun yaitu pada stasiun I 19 - 27 °/oo, stasiun II 16 - 27 °/oo dan stasiun III 11 – 25 °/oo. Menurut Arksonkoe (1993), salinitas merupakan faktor

lingkungan yang sangat menentukan perkembangan hutan mangrove, terutama bagi laju pertumbuhan, daya tahan dan zonasi spesies mangrove. Nilai kisaran salinitas tertinggi terdapat pada stasiun I dengan nilai 19 - 27 °/oo, disebabkan oleh letak stasiun I yang dekat pantai sedangkan yang terendah terdapat pada stasiun III dengan nilai 11 – 25 °/oo. Hasil pengamatan pada stasiun III tersebut diduga karena lokasinya yang dekat dengan aliran sungau dan jauh dari pantai sehingga tidak terlalu dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

Kisaran nilai pH yang didapat dari masing-masing stasiun pengamatan cenderung bersifat basa yaitu 6,0 – 7,8 pada stasiun I, 6,1 – 8,1 pada stasiun II, dan 5,9 – 8,0 pada stasiun III. Hal ini sesuai dengan penelitian Wibisana (2004) yang menyatakan bahwa nilai pH berkisar antara 6.9 – 8.18 merupakan pH perairan cenderung bersifat basa termasuk kisaran normal bagi pH air laut Indonesia yang pada umumnya bervariasi berkisar antara 6.0 – 8.5.

Nilai kisaran pH tertinggi terdapat di stasiun II yaitu 6,1 – 8,1. Letak stasiun II yang berdekatan dengan aliran sungai memungkinkan terjadinya perubahan nilai pH. Menurut Handayani (2004), nilai pH di perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain salinitas, aktivitas fotosintesis, aktivitas biologi, suhu. Perubahan nilai pH sedikit saja akan memberikan petunjuk terganggunya sistem penyangga pada perairan tersebut.

Kisaran nilai kandungan oksigen terlarut (DO) pada tiap stasiun pengamatan tergolong rendah, yaitu 3,0 – 5,0 pada stasiun I, 2,0 – 5,0 pada stasiun II. Nilai kandungan oksigen terendah terdapat pada pada stasiun III yaitu 2,0 –

2,8. Rendahnya nilai kandungan oksigen terlarut diduga karena tingginya aktivitas organisme dan mikroorganisme dalam proses dekomposisi bahan organik yang

berasal dari sumbangan hutan mangrove maupun dari darat. Tis’in (2008)

kandungan oksigen yang lebih rendah pada stasiun pengamatan sesuai dengan produksi serasah yang cenderung lebih tinggi sehingga kebutuhan oksigen untuk proses dekomposisi juga relatif lebih besar.

Oksigen terlarut berperan dalam proses dekomposisi karena makrobentos sebagai dekomposer membutuhkan oksigen untuk kehidupannya. Gultom (2009), kadar oksigen sangat diperlukan oleh para pendekomposer untuk mendekomposisi bahan organik dimana berawal dari anaerobik yang mencacah bahan organik menjadi partikel kecil kemudian dilanjutkan oleh aerobik yang membutuhkan oksigen dan sama-sama melakukan proses dekomposisi.

Laju Dekomposisi Serasah

Nilai laju dekomposisi pada tiap stasiun menunjukkan perbedaan pada periode tertentu, dimana nilai laju dekomposisi tertinggi terjadi di periode awal penelitian. Lamanya waktu penelitian mempengaruhi nilai laju dekomposisi yang ditandai dengan semakin menurunnya nilai laju dekomposisi hingga sisa periode (waktu akhir) penelitian. Berdasarkan hasil penelitian nilai laju dekomposisi tertinggi terjadi di 15 hari pertama periode penelitian dan hal ini terjadi di tiap stasiun penelitian. Tingginya dekomposisi serasah pada 15 hari pertama diduga karena di awal waktu serasah gugur terjadi penguraian bahan-bahan organik yang dilakukan oleh dekomposer yang ditandai dengan berkurangnya berat serasah. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilaporkan oleh (Farooqui, dkk., 2014), bahwa laju dekomposisi daun mangrove A. marina dan R. mucronata

selanjutnya laju dekomposisi mengalami penurunan hingga sisa periode penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian, perbedaan lokasi mempengaruhi nilai laju dekomposisi pada tiap stasiun. Hal ini diduga faktor lingkungan seperti parameter fisika kimia yang bervariasi pula setiap harinya menyebabkan keberadaan organisme dan mikroorganisme pengurai pada kawasan tersebut juga bervariasi. Menurut (Prabudi, 2013), kecepatan terdekomposisi mungkin berbeda-beda dari waktu ke waktu tergantung faktor-faktor yang mempengaruhimya. Pada hari ke-105, bobot berat kering serasah daun R. mucronata pada stasiun I adalah sebesar 7,9, stasiun II sebesar 17,93, dan pada stasiun III sebesar 10,73. Nilai bobot kering terendah terdapat pada stasiun I sebesar 7,9 yang artinya stasiun I mengalami laju dekomposisi paling cepat.

Penurunan bobot kering/sisa serasah daun yang sangat drastis terjadi pada awal pengamatan di hari ke- 15. Jika ditinjau dari faktor fisika kimia lingkungan pada awal pengamatan di stasiun II parameter pH sebesar 7.8, suhu sebesar 31 ºC

dan salinitas sebesar 28 ‰, kondisi tersebut sangat bagus untuk perkembangan

makrooganisme dan mikroorganisme sehingga proses pendekomposisian berlangsung cepat. Hasil pengamatan DO termasuk rendah sebesar 3 mg/l kondisi ini menunjukkan adanya aktivitas biota yang tinggi pada stasiun tersebut. Hal ini sesuai literatur Setiadi (1989) menyatakan bahwa peningkatan suhu perairan dapat merangsang kegiatan metabolisme dari flora mikro untuk mempercepat lajunya proses mineralisasi (perombakan menjadi CO2 dari bahan organik), dengan demikian akan terdapat peningkatan laju arus energi dalam sistemnya.

Kandungan Unsur Hara (C, N dan P)

Kandungan unsur hara di dalam serasah daun mangrove R. mucronata

dapat dimanfaatkan oleh hewan air, tumbuhan maupun mikroorganisme di wilayah hutan mangrove. Laju dekomposisi yang ditandai dengan berkurangnya bobot serasah daun dapat menunjukkan adanya kandungan usur hara yang dilepas dari serasah daun. Nilai laju dekomposisi serasah daun yang tinggi (cepat) memberi dugaan tingginya kandungan unsur hara yang terlepas dari serasah daun. Menurut (Ulqodry, 2008), bahwa kualitas nutrisi yang tinggi akan menghasilkan proses dekomposisi yang lebih cepat. Kandungan unsur hara yang dianalisis meliputi karbon, nitrogen dan fosfor.

Karbon (C)

Kandungan unsur hara karbon dalam serasah daun R. mucronata yang terdekomposisi mengalami peningkatan pada awal pendekomposisian yang terjadi di stasiun I dan stasiun II, yaitu pada hari ke- 15 dan hari ke- 45 kemudian mengalami penurunan kembali pada hari ke- 75 seterusnya sampai akhir pendekomposisian hari ke- 105. Kandungan unsur hara karbon dengan lama dekomposisi 15 hari pada stasiun I sebesar 24,76 %, stasiun II sebesar 23,54%. Kandungan karbon meningkat pada hari ke 45 yakni stasiun I sebesar 26,48%, stasiun II sebesar 30,64%. Pada hari ke 75 dan 105 kandungan unsur hara karbon mengalami penurunan. Sesuai dengan yang dinyatakan Ulqodry (2008), bahwa kandungan unsur hara karbon cenderung menurun seiring dengan penambahan waktu dekomposisi dan pengurangan ukuran partikel serasah.

Berdasarkan hasil penelitian pada Lampiran 7 kandungan unsur hara karbon memiliki nilai yang tertinggi dari antara kandungan unsur hara yang

lainnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh (Yulma, 2012), bahwa kandungan bahan organik karbon (C) pada serasah mangrove jauh lebih besar dari kandungan nitrogen (N) maupun posfor (P).

Keadaan yang berbeda terjadi di stasiun III, yaitu nilai unsur hara karbon yang mengalami peningkatan pada hari ke- 15 hingga hari ke- 105. Faktor rendahnya nilai salinitas diduga dapat menyebabkan hal tersebut. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1, kisaran nilai salinitas terendah pada stasiun III. Hasil penelitian ini sejala dengan penelitian Yunasfi (2006), bahwa kadar unsur hara C serasah daun yang mengalami proses dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas menunjukkan pola penurunan dengan makin besar tingkat salinitas.

Berdasarkan hasil penelitian pada Lampiran 7 kandungan unsur hara karbon menunjukkan nilai yang berbeda dan naik turun di setiap periodenya dengan beda nilai yang tidak terlalu signifikan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian (Setiawan, 2013) yang menyatakan unsur hara karbon serasah daun R. mucronata pada salinitas 5 °/oo dengan nilai 52,8 mg/l selama penelitian, salinitas 15 °/oo bernilai 70,4 mg/l selama penelitian, salinitas 25 °/oo bernilai 79,2 mg/l selama penelitian kecuali hari ke 15 yang bernilai 74,8 mg/l serta pada salinitas 35 °/oo bernilai 88 mg/l selama penelitian.

Nitrogen (N)

Berdasarkan hasil analisis Lampiran 7 menunjukkan kandungan nitrogen tertinggi ialah pada hari ke 45 di stasiun III yang bernilai 1,39 %, sedangkan kandungan nitrogen terendah terdapat di stasiun I pada hari ke 15 dan 105 dengan nilai 0,42 % . Berdasarkan hasil dari Gambar 15, dijelaskan bahwa peningkatan kadar unsur hara Nitrogen terjadi pada hari ke 15 sampai hari ke 45 selanjutnya

serasah mengalami penurunan unsur hara Nitrogen pada hari ke 75 sampai hari ke 105. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh (Yunasfi, 2006), bahwa peningkatan kandungan unsur hara Nitrogen terjadi pada serasah yang mengalami dekomposisi selama 15 hari sampai 105 hari, kandungan unsur hara Nitrogen mengalami penurunan pada hari 120 sampai hari ke 135.

Nilai kandungan unsur hara nitrogen mengalami naik turun dari awal periode penelitian hingga akhir, terjadi peningkatan nilai di awal periode dan diikuti oleh penurunan nilai di akhir periode. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitin yang dilaporkan oleh (Bosire, dkk., 2005), bahwa untuk jenis S. alba dan R. mucronata kandungan Nitrogen meningkat diseluruh periode sampling pada semua perlakuan, dengan pengecualian R. mucronata dimana kandungan Nitrogen konstan pada musim kemarau.

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan nilai kandungan nitrogen pada setiap stasiun dan lama waktu proses pendekomposisian yang dilakukan di lapangan, hal ini diduga oleh aktifitas makrobentos yang terdapat pada tempat serasah itu di letakkan dan aktifitas fungi yang terdapat pada serasah daun R. mucronata yang membantu proses dekomposisi serasah yang menyebabkan perbedaan kadar nitrogen. Seperti yang dinyatakan oleh Ulqodry (2008), serasah yang memiliki kandungan unsur hara N tinggi cenderung disukai oleh dekomposer karena lebih mudah dicerna (digestibility). Menurut (Indriani, 2008), bahwa faktor yang mempengaruhi penguraian (dekomposisi) bahan organik adalah suhu, kelembaban, tata udara tanah, pengolahan, dan pH tanah. Faktor-faktor tersebut juga dapat mempengaruhi kandungan nitrogen total dalam laju dekomposisi.

Fosfor (P)

Berdasarkan hasil Gambar 8 kandungan nilai fosfor yang dihasilkan relatif rendah. Nilai tertinggi terdapat pada hari ke- 45 di stasiun III yaitu 0,28 %, sedangkan nilai terendah terdapat pada hari ke- 15 di stasiun II yaitu 0,13 %. Kandungan fosfor di stasiun II mengalami peningkatan, dimana hari ke- 15 bernilai 0,13 %, hari ke 45 bernilai 0,20 %, hari ke- 75 dan 105 sama yaitu 0,22 %. Kandungan fosfor pada stasiun II memiliki kadar yang berbeda tanpa menunjukkan perubahan yang signifikan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Handayani (2004) yang menyatakan bahwa kandungan unsur hara p dalam serasah relatif rendah, disebabkan oleh sifat P yang mudah bergerak didalam tanaman sehingga bila terjadi kekurangan unsur ini pada suatu tanaman. Unsur hara P yang ada pada jaringan tanaman akan dialokasikan ke jaringan yang masih aktif sehingga serasah yang merupakan jaringan tua akan mengandung P yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan organ tanaman yang belum jatuh (masih aktif).

Nilai kandungan unsur hara fosfor tertinggi terdapat pada stasiun III, hal ini diduga karena stasiun III memiliki kisaran nilai salinitas yang lebih rendah dari stasiun lainnya. Kandungan unsur hara P akan cenderung meningkat jika salinitasnya rendah, hal ini berkaitan dengan laju dekomposisi serasah yang cepat pada salinitas yang rendah karena pada salinitas yang rendah mikrooganismenya tinggi. Menurut Yunasfi (2006) untuk tingkat salinitas yang lebih besar proses dekomposisi menjadi lambat sehingga unsur hara P yang dilepaskan juga menjadi lebih kecil.

Rasio C/N

Hasil analisis yang diperoleh dalam laju dekomposisi serasah daun R. mucronata menunjukkan bahwa rasio C/N selama periode penilitian memiiliki nilai rata- rata di atas 30. Rasio C/N yang tinggi menunjukkan bahan organik masih mentah dan menunjukkan tingkat kesulitan substrat terdekomposisi. Menurut Dewi (2009) bahwa C/N merupakan salah satu indikator untuk melihat laju dekomposisi bahan organik, dimana semakin tinggi C/N maka akan semakin lama bahan organik itu terdekomposisi. Hal ini tidak sesuai dengan hasil laju dekomposisi serasah daun R. mucronata pada stasiun III (hari ke 105) yang merupakan stasiun yang paling lama mengalami proses dekomposisi namun memiliki nilai rasio 52,59. Menurut Ardi (1996) nisbah C/N serasah awal R. mucronata dan A. Marina maupun selama proses dekomposisi selama (2 bulan) mempunyai nilai diatas 30 yang berarti terjadi immobilitasi nitrogen tanah. Nisbah C/N yang tinggi menunjukan bahwa dekomposisi belum lanjut atau baru dimulai.

Makrobentos

Laju dekomposisi serasah daun dipengaruhi oleh makroorganisme dan mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik. Biota mangrove sendiri membutuhkan serasah daun sebagai pakan dimana makroorganisme dan mikroorganisme membutuhkan karbohidrat dan protein. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Prabudi (2013), makrobentos merupakan mikroorganisme yang berfungsi sebagai pendekomposer awal pada serasah daun R. stylosa.

Makrobentos dapat menguraikan bahan organik menjadi karbohidrat dan protein. Serasah daun R. stylosa dapat bermanfaat sebagai bahan makanan dari cacing,

kepiting dan siput sehingga jumlah dari makrobentos mempengaruhi dari proses laju dekomposisi serasah daun.

Makrobentos yang ditemukan di setiap stasiun penelitian berjumlah cukup banyak. Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya bahan organik yang terdapat pada kawasan mangrove dan faktor lingkungan yang mendukung pertumbuhannya. Keberadaan makrobentos tersebut sebaliknya berfungsi sebagai perombak bahan organik itu sendiri dalam proses dekomposisi. Hal ini sesuai Notohadiprawiro (1998) bahwa laju dekomposisi bahan organik ditentukan oleh faktor bahan organik dan lingkungan yang mempengaruhi aktivitas makroorganisme dimana makroorganisme membantu dalam proses perombakan bahan organik dalam tanah.

Kehidupan makrobentos membutuhkan habitat berlumpur yang telah dihambat oleh perakaran pohon.Selain itu, makrobentos harus mampu hidup dengan membenamkan diri dalam lumpur di bawah pohon (Gultom, 2009). Hal ini sesuai dengan lokasi penelitian untuk tiap stasiun, dimana semua stasiun memiliki substrat yang berlumpur sehingga terdapat keanekaragaman makrobentos yang mempengaruhi proses laju dekomposisi.

Jenis-jenis makrobentos yang ditemukan pada kantong serasah

R.mucronata adalah dari kelas Gastropoda, Crustaceae dan Turbellaria. Jenis makrobentos tersebut merupakan jenis yang umum dijumpai pada kawasan hutan mangrove. Hal ini sesuai dengan Talib (2008) bahwa beberapa jenis invertebrata makrobentik yang bisa dijumpai di habitat mangrove antara lain adalah dari jenis krustasea seperti lobster lumpur (Thalassina sp.), kepiting bakau, serta beberapa jenis dari gastropoda, polychaeta, brachyurans, dan sipunculida.

Dokumen terkait