• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Balumbang Jaya terletak di wilayah Bogor Barat dan Kelurahan Kebon Pedes terletak di wilayah Tanah Sareal. Kelurahan Balumbang Jaya memiliki luas wilayah sebesar 124.595 Ha dengan jumlah RW sebanyak 13 dan RT sebanyak 45. Letak geografis Kelurahan Balumbang Jaya 200 M di atas permukaan laut dengan curah hujan 3000-4000 mm. Kelurahan Balumbang Jaya memiliki batas wilayah sebelah Utara dengan Kelurahan Situ Gede, sebelah Selatan dengan Kelurahan Marga Jaya, dan sebelah Barat dengan Desa Babakan Kecamatan Dramaga. Kelurahan Kebon Pedes terletak di wilayah Tanah Sareal. Kelurahan Kebon Pedes memiliki luas 104 Ha dengan jumlah RW sebanyak 13 dan RT sebanyak 74. Letak geografis Kelurahan Kebon Pedes berada pada ketinggian 250 M dengan curah hujan 3500-4000 mm. Kelurahan Kebon Pedes memiliki batas wilayah sebelah Utara dengan Kelurahan Kedung Badak, sebelah Selatan dengan Kelurahan Cibogor, dan sebelah Barat dengan Kelurahan Ciwaringin.

Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan wilayah marjinal dengan faktor lingkungan rumah (densitas), lingkungan eksternal (tingkat intensitas bencana alam banjir dan longsor), pengelolaan sampah, dan memiliki tingkat kepadatan tinggi dengan jarak antar rumah kurang dari satu meter.

Karakteristik Keluarga

Data pada Tabel 2 menunjukkan rata-rata usia istri yaitu 41.94 tahun dan rata-rata usia suami 46.49 tahun, berada pada kategori dewasa madya yaitu rentang usia 40 sampai 60 tahun (Hurlock 1980). Rata-rata lama pendidikan suami sebesar 8.14 tahun dan rata-rata pendidikan istri sebesar 7.72 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan istri dan suami belum memenuhi wajib belajar 9 tahun. Rata-rata besar keluarga di permukiman marjinal yaitu 4.82 orang yang termasuk dalam kategori sedang (5-7) orang. Rata-rata pendapatan perkapita keluarga perbulan Rp 350.068 per bulan hal ini berarti pendapatan keluarga di permukiman marjinal berada pada kategori miskin dengan rata-rata pendapatan perkapita kurang dari Rp 360.518 (BPS 2013). Rata-rata keluarga lama menikah 21.47 tahun.

Tabel 2 Sebaran karakteristik keluarga contoh berdasarkan minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi

Sumber Stres

Menurut McCubbin, Patterson dan Wilson (1979) dalam Islamia (2012), Family Inventory Life Efents and Change (FILE) mengukur setumpuk peristiwa

Karakteristik keluarga Min-Maks Rata-rata±sd

Usia suami (tahun) 32-74 46.49±7.13

Usia istri (tahun) 32-66 41.94±5.81

Lama pendidikan suami (tahun) 0-15 8.14±2.77

Lama pendidikan istri (tahun) 0-16 7.72±2.82

Besar keluarga (orang) 3-9 4.82±1.07

Pendapatan perkapita (ribu rupiah) 100-1375 350.068±187.131

12

yang dialami keluarga dan dikembangkan sebagai indeks stres keluarga. Perubahan keluarga adalah hal-hal yang terjadi dalam keluarga, dan diantaranya merupakan sumber stres (stressor) bagi keluarga (McCubin dan Thompson 1987). Sumber stres keluarga dapat bersifat interpersonal (di dalam atau di luar keluarga), lingkungan, ekonomi, maupun peristiwa atau pengalaman sosial.

Tabel 3 Sebaran contoh (%) sumber stres ketegangan dalam keluarga

No Pernyataan Ya

1 Waktu suami di luar rumah meningkat 55.0

2 Waktu istri di luar rumah meningkat 38.1

3 Anggota keluarga memiliki masalah emosional 51.2

4 Konflik antara suami dan istri meningkat 40.6

5 Konflik antar anak dalam keluarga meningkat 61.9

6 Konflik dengan keluarga luas dan kerabat meningkat 31.2

7 Meningkatnya masalah yang tidak dapat diselesaikan 41.9

8 Meningkatnya tugas yang tidak dapat dilakukan keluarga 41.9

9 Aktivitas yang diikuti anak di luar rumah meningkat 71.2

10 Anak sulit diatur 70.0

Hasil penelitian pada sumber stres akibat ketegangan dalam keluarga menunjukkan bahwa pencapaian sumber stres tertinggi disebabkan oleh aktivitas yang diikuti anak di luar rumah meningkat (71.2%), anak yang sulit di atur (70.0%) dan konflik antar anak dalam keluarga meningkat (61.9%). Contoh mengalami stres akibat meningkatnya waktu suami di luar rumah meningkat dengan pencapaian 55.0 persen.

Tabel 4 Sebaran (%) sumber stres ketegangan pasangan suami istri

No Pernyataan Ya

1 Pertengkaran yang mengarah pada perceraian 26.9

2 Pasangan egois dan menyimpan rahasia 25.0

3 Sulit berkomunikasi dan berdiskusi 29.4

4 Kesulitan berhubungan seks dengan pasangan meningkat 22.0

Hasil penelitian sumber stres akibat ketegangan pasangan suami istri menunjukkan bahwa capaian tertinggi terjadi akibat sulit berkomunikasi dan berdiskusi (29.4%). Hasil capaian terbesar kedua dan ketiga adalah pertengkaran yang mengarah perceraian (26.9%) dan pasangan egois dan menyimpan rahasia (25.0%). Capaian terkecil terjadi karena kesulitan berhubungan seks dengan pasangan meningkat (22.0%).

Tabel 5 Sebaran contoh (%) sumber stres masalah keuangan dan bisnis

No Pernyataan Ya

1 Pengeluaran keluarga meningkat untuk biaya pengobatan 43.1

2 Pengeluaran keluarga meningkat untuk biaya pendidikan 78.8

3 Pengeluaran keluarga meningkat karena biaya makan, pakaian,

dan perbaikan rumah

62.5

4 Anggota keluarga membeli barang mewah (motor, mobil) 36.2

5 Membeli atau membangun rumah 44.4

6 Menunda biaya kebutuhan anak dan pembayaran peminjaman 58.1

7 Perubahan kondisi (ekonomi, politik, cuaca) berdampak buruk

pada pendapatan keluarga

78.1

Hasil penelitian sumber stres akibat masalah keuangan dan bisnis (Tabel 5) menunjukkan bahwa capaian tertinggi yaitu pengeluaran keluarga meningkat

13

untuk biaya pendidikan (78.8%). Capaian tertinggi kedua adalah akibat perubahan kondisi (ekonomi, politik, cuaca) berdampak buruk pada pendapatan keluarga (78.1). Capaian tertinggi ketiga yaitu dengan pengeluaran keluarga meningkat karena biaya makan, pakaian, dan perbaikan rumah adalah 62.5 persen.

Hasil penelitian pada sumber stres perubahan dan masalah pekerjaan keluarga (Tabel 6) menunjukkan bahwa contoh mengalami stres akibat anggota keluarga kehilangan atau berhenti bekerja (55.0%). Contoh mengalami stres akibat anggota keluarga tidak bekerja dalam waktu yang lama (53.1%). Pencapaian terendah terhadap sumber stres terjadi pada anggota keluarga pindah ke rumah baru dengan pencapaian 25.6 persen.

Tabel 6 Sebaran contoh (%) sumber stres perubahan dan masalah pekerjaan keluarga

No Pernyataan Ya

1 Anggota keluarga pindah ke pekerjaan baru 33.8

2 Anggota keluarga kehilangan atau berhenti bekerja 55.0

3 Anggota keluarga tidak bekerja dalam waktu yang lama 53.1

4 Anggota keluarga mulai atau kembali bekerja 32.5

5 Ketidakpuasan terhadap pekerjaan 46.2

6 Sering terjadi ketidakcocokan dengan rekan kerja 30.6

7 Anggota keluarga diberikan tanggung jawab yang lebih besar pada

pekerjaan

39.4

8 Keluarga pindah ke rumah baru 25.6

Sumber stres akibat penyakit dan masalah perawatan keluarga (Tabel 7), data menunjukkan bahwa contoh mengalami stres ketika kesulitan dalam merawat anak dengan pencapaian sebesar 50.0 persen. Kejadian yang menjadi sumber stres terendah adalah anak menderita sakit serius dan anggota keluarga mengalami sakit serius. Contoh mengalami sumber stres akibat keseluruhan dengan pencapaian sebesar 43.19 persen.

Tabel 7 Sebaran contoh (%) sumber stres masalah penyakit dan perawatan keluarga

No Pernyataan Ya

1 Pasangan (suami atau istri) menderita sakit serius 41.9

2 Anak menderita sakit serius 41.2

3 Kesulitan dalam merawat anak 50.0

4 Teman dekat mengalami sakit serius 34.4

5 Anggota keluarga menderita cacat fisik 41.2

6 Kesulitan dalam merawat anggota keluarga yang menderita

penyakit serius atau cacat fisik

45.0

7 Member bantuan keuangan untuk kerabat yang sakit 45.6

8 Anggota keluarga harus dirawat secara intensif 45.6

9 Kerabat harus dirawat secara intensif 42.5

Strategi Koping

Menuurt Lazarus dan Folkman (1984), terdapat dua pola strategi koping yaitu berfokus pada masalah dan berfokus pada emosi. Jenis strategi koping berfokus pada masalah adalah tindakan yang diambil seseorang untuk memecahkan dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, sedangkan jenis strategi koping berfokus pada emosi adalah upaya yang dilakukan untuk

14

mengurangi emosi negatif yang timbul dari masalah atau tekanan yang dihadapi. Data penelitian menunjukkan bahwa strategi koping yang dilakukan berfokus pada masalah adalah dengan membuat perencanaan untuk masa depan seperti keuangan, pendidikan dll. dengan pencapaian terbanyak sebesar 93.1 persen. Contoh ketika menghadapi sumber stres menerima simpati dan pengertian dari orang lain (90.0%). Strategi koping berfokus pada emosi dilakukan dengan istri bisa menerima semua yang telah terjadi dan tidak bisa dirubah lagi sebesar 99.4 persen. Rata-rata contoh melakukan strategi koping berfokus pada masalah sebesar 64.21 persen dan berfokus pada emosi sebesar 79.3 persen. Contoh melakukan strategi koping secara keseluruhan dengan sebesar 71.75 persen.

Tabel 8 Sebaran contoh (%) berdasarkan strategi koping yang dilakukan

No Strategi Koping Ya

Berfokus pada masalah

1 Istri berusaha lebih tenang dari biasanya 87.5

2 Membuat perencanaan untuk masa depan seperti keuangan, pendidikan

dll

93.1

3 Istri berkonsentrasi terhadap apa yang harus dilakukan 81.2

4 Menjual aset/barang yang masih dimiliki 23.8

5 Mencari pinjaman kepada tetangga 49.4

6 Mengubah kebiasaan supaya menjadi lebih baik 66.2

7 Berusaha menghubungi orang yang bertanggung jawab terhadap

masalah

23.8

8 Istri membiarkan perasaan atau emosi keluar 60.0

9 Mengambil suatu kesempatan yang besar walaupun itu sangat beresiko

missal: meminjam uang ke bank/rentenir

28.7

10 Istri mencoba melakukan sesuatu walaupun tidak yakin akan berhasil,

tetapi paling tidak istri telah melakukan sesuatu

68.8

11 Istri berusaha bertanya pada orang-orang yang pernah mengalami hal

sama

80.0

12 Istri berusaha meminta nasihat kepada saudara atau tetangga tentang 85.0

13 Istri berusaha berbicara pada seseorang untuk mencari informasi

bantuan

76.9

14 Istri berusaha membicarakan permasalahan kepada orang yang lebih

mengerti

48.8

15 Istri menerima simpati dan pengertian dari orang lain 90.0

Berfokus pada emosi

1 Istri lebih lebih mendekatkan diri pada Allah SWT 98.8

2 Istri percaya Allah mendengarkan doa ibu 98.8

3 Musibah ini merubah istri menjadi orang yang lebih baik 96.9

4 Mengkritik/instropeksi diri sendiri 91.2

5 Istri menyadari permasalahan ini terjadi karena kesalahan sendiri 88.1

6 Istri belajar hidup dalam kondisi seperti ini 94.4

7 Istri bisa menerima semua yang telah terjadi dan tidak bisa dirubah lagi 99.4

8 Istri berfikir terlebih dahulu apa yang ingin istri lakukan 94.4

9 Istri tidak mau memikirkan permasalahan yang dihadapi terlalu serius 78.8

10 Bersikap biasa saja, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa 78.1

11 Istri mencoba untuk melupakan segalanya 80.6

12 Istri berharap ada keajaiban yang terjadi 95.6

13 Istri berusaha menenangkan perasaan dengan hal-hal negatif 24.4

14 Melemparkan permasalahan yang dihadapi kepada orang lain 11.2

15

Gejala Stres

Stres yang terjadi pada seseorang dapat dilihat dari gejala stres (Sunarti 2001). Mengacu pada Mirrowsky & Ross (1989), gejala stres dibedakan menjadi dua komponen yaitu malaise dan mood. Pada komponen malaise berkaitan dengan gejala stres seperti stres fisik, sedangkan pada komponen mood berkaitan dengan dengan gejala stres psikologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala stres komponen malaise dan komponen mood berada pada kategori sedang dengan pencapaian sebesar 69.4 persen dan 73.8 persen. Berdasarkan hasil dari sebaran contoh gejala stres yang sering dialami dengan intensitas gejala stres yang tinggi pada komponen malaise adalah merasa pusing atau sakit kepala tanpa alasan yang jelas. Gejala stres malaise laiannya dirasakan dengan intensitas sering dirasakan lebih dari 10.0 persen pada contoh diantaranya kehilangan nafsu makan dan sulit tidur atau tidur tidak nyenyak. Sedangkan gejala stres pada komponen mood contoh sering merasa sedih hingga sendu dan pilu dengan perubahan atau tekanan yang sedang dirasakan (Lampiran 1).

Tabel 9 Sebaran skor (%) berdasarkan kategori intensitas gejala stres

No Dimensi Gejala stres Kategori Pembobotan Gejala stres

Rendah Sedang Tinggi

1 Malaise 26.2 69.4 4.4

2 Mood 33.5 73.8 3.8

Kesejahteraan Subjektif

Kesejahteraan merupakan tujuan utama dan akhir yang ingin dicapai oleh setiap keluarga (Sunarti 2013). Berdasarkan hasil kesejahteraan subjektif diketahui bahwa dimensi psikologis merupakan dimensi dengan kategori tertinggi sebesar (87.5%). Tingkat ketidakpuasan tertinggi pada dimensi fisik ekonomi ditunjukkan pada pernyataan keadaan tabungan yang dimiliki. Tingkat kepuasan tertinggi berada pada item pernyataan kepuasan terhadap makanan yang dikonsumsi selama ini. Pada dimensi sosial kesejahteraan subjektif, item yang tingkat kepuasannya tinggi adalah hubungan antar anggota keluarga dan hubungan keluarga besar. Tingkat ketidakpuasan tertinggi adalah bantuan yang diberikan kepada orang lain. Pada dimensi psikologis tingkat ketidakpuasan tertinggi adalah pelaksanaan fungsi dan peran suami, sedangkan tingkat kepuasan tertinggi yaitu perasaan yang nyaman terhadap keluarga saat ini (Lampiran 1).

Tabel 10 Sebaran skor (%) berdasarkan kategori per dimensi kesejahteraan subjektif

Hubungan antara Karakteristik Keluarga, Sumber Stres, Strategi Koping, dan Gejala Stres

Uji hubungan menunjukkan bahwa terdapat Karakteristik keluarga yang berhubungan negatif dengan gejala stres yaitu lama pendidikan suami dan lama menikah. Hal ini bermakna bahwa semakin tinggi lama pendidikan suami dan No Dimensi kesejahteraan Subjektif Kategori Pembobotan Kesejahteraan

subjektif

Rendah Sedang Tinggi

1 Dimensi fisik ekonomi 6.9 71.2 21.9

2 Dimensi sosial 0.6 37.5 61.9

16

semakin lama usia pernikahan maka akan menurunkan tingkat gejala stres ibu. Uji hubungan menunjukkan bahwa terdapat hubungan sangat signifikan positif gejala stres dengan Ketegangan dalam keluarga, Ketegangan pasangan suami istri, Masalah Keuangan dan bisnis, Perubahan dan masalah pekerjaan keluarga, Masalah penyakit dan perawatan keluarga, Sumber stres, berfokus pada masalah, berfokus pada emosi, strategi koping (Lampiran 5). Uji hubungan antarvariabel sumber stres, strategi koping dan gejala stres menunjukkan ada hubungan positif signifikan antara sumber stres ketegangan dalam keluarga dengan sumber stres ketegangan pasangan suami istri. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi ketegangan pasangan suami istri akan meningkatkan ketegangan dalam keluarga. Hubungan signifikan positif pada sumber stres dan gejala stres bermakna bahwa meningkatnya sumber stres akan menaikkan gejala stres. Hubungan signifikan positif pada strategi koping dan gejala stres bermakna bahwa meningkatnya gejala stres akan menaikkan strategi koping.

Tabel 11 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga, sumber stres, strategi koping, dan gejala stres

Ket: *korelasi signifikan (p<0.05) **kolerasi sangat signifikan (p<0.01)

1 = Lama pendidikan istri; 2 = Lama pendidikan suami; 3 = Besar keluarga; 4 = Lama menikah; 5 = Pendapatan perkapita

Hubungan antara Karakteristik Keluarga, Sumber Stres, Strategi Koping, Gejala Stres, dan Kesejahteraan Subjektif

Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan positif strategi koping dimensi berfokus pada emosi dan kesejahteraan subjektif bermakna bahwa meningkatnya strategi koping berfokus pada emosi yang dilakukan maka akan menaikkan tingkat kesejahteraan subjektif. Hasil uji korelasi lainnya adalah terdapat hubungan signifikan negatif kesejahteraan subjektif

Variabel 1 2 3 4 5 Gejala stres -.057 -.158* .138 -.171* .002 Malaise -.098 -.168* .066 -.189* .033 Mood -.006 -.125 .193* -.126 -.032 Ketegangan dalam keluarga -.002 -.168* .161* -.045 -.030 Ketegangan

pasangan suami istri

-.039 -.189* .045 .042 .038 Masalah keuangan dan bisnis -.090 -.222** .105 -.070 -.033 Perubahan dan masalah pekerjaan keluarga -.010 -.191* .064 .068 -.171* Masalah penyakit dan perawatan keluarga -.023 -.130 .039 -.068 -.125 Sumber stres -.034 -.218** .106 .011 -.081 Berfokus pada masalah .019 -.051 .243** -.036 -.088 Berfokus pada emosi -.023 .014 .000 -.018 .001 Strategi koping .005 -.035 .192* -.036 -.070

17

dimensi fisik ekonomi dan besar keluarga, hal ini berarti semakin kecil besar keluarga maka kesejahteraan subjektif dimensi fisik ekonomi semakin tinggi.

Tabel 12 Koefisien korelasi antara karakteristik keluarga, sumber stres, strategi koping, gejala stres, dan kesejahteraan subjektif

Ket: **= Korelasi sangat signifikan pada p<0.01 , *=Korelasi signifikan pada p<0.05

Pengaruh Karakteristik Keluarga, Sumber Stres, Strategi Koping, terhadap Gejala Stres

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel sumber stres dan strategi koping berpengaruh signifikan positif terhadap gejala stres, lama menikah berpengaruh signifikan negatif terhadap gejala stres (pada model 1 dan model 2). Hal ini menunjukkan bahwa lama menikah berpengaruh signifikan sebesar (p<0.05), variabel sumber stres berpengaruh signifikan sebesar (p<0.05) dan strategi koping berpengaruh sangat signifikan (p<0.01) terhadap gejala stres (tabel 3). Model ini menjelaskan sebesar 31.9 persen dan 34.3 persen berpengaruh terhadap gejala stres, sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Variabel Kesejahteraan Subjektif Dimensi fisik-ekonomi Dimensi Sosial Dimensi Psikologis Kesejhateraan Subjektif Total Lama pendidikan suami

(tahun)

-.020 -.068 -.046 -.047

Lama pendidikan istri (tahun) -.036 -.075 -.069 -.067 Besar keluarga -.199* -.023 -.068 -.144 Lama menikah -.022 .047 -.017 -.007 Pendapatan perkapita .043 -.265** -.142 -.093 Ketegangan dalam keluarga .068 .003 -.027 .028 Ketegangan pasangan suami istri -.059 -.125 -.091 -.098

Masalah keuangan dan bisnis

-.272** -.095 -.142* -.233**

Perubahan dan masalah pekerjaan keluarga

.050 .112 .129 .103

Masalah penyakit dan perawatan keluarga

.122 .019 .110 .114

Sumber stres total .018 .002 .027 .019

Berfokus pada masalah .030 .053 -.091 -.008

Berfokus pada emosi .154 .151 .084 .156*

Strategi koping .087 .104 -.038 .058 Malaise -.001 -.051 -.036 -.025 Mood -.001 -.066 -.027 -.027 Gejala stres -.001 -.063 -.034 -.028 Kesejahteraan subjektif total .890** .602** .416** 1 Dimensi kesejahteraan psikologis .702** .594** 1 .864** Dimensi kesejahteraan sosial .864** 1 .594** .702** Dimensi kesejahteraan fisik ekonomi 1 .416** .602** .890**

18

Model 3 dan 4 dimunculkan agar dapat melihat lebih detil mengenai komponen variabel yang berpengaruh terhadap gejala stres. Data menunjukkan bahwa lama menikah berpengaruh signifikan negatif terhadap gejala stres dan strategi koping dimensi berfokus pada masalah berpengaruh signifikan positif terhadap gejala stres. Hal ini menunjukkan bahwa lama menikah berpengaruh signifikan sebesar (p<0.05) dan strategi koping dimensi berfokus pada masalah berpengaruh sangat signifikan (p<0.01) terhadap gejala stres. Model ini menjelaskan sebesar 34.5 persen dan 36.3 persen berpengaruh terhadap gejala stres, sisanya dipengaruhi oleh variabel yang tidak diteliti. Hal ini menunjukkan bahwa lama menikah, variabel sumber stres, dan strategi koping dimensi berfokus pada masalah konsisten berpengaruh terhadap gejala stres dalam proses manajemen stres.

Tabel 13 Koefisien regresi hasil ringkasan model pengaruh karakteriatik keluarga, sumber stres, strategi koping, yang berpengaruh signifikan terhadap

gejala stres (penjabaran tabel pada Lampiran 2)

Ket: **=Regresi signifikan pada p<0.01 , *=Regresi signifikan pada p<0.05

Pengaruh Karakteristik Keluarga, Sumber Stres, Strategi Koping, dan Gejala Stres terhadap Kesejahteraan Subjektif

Hasil penelitian yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif yaitu besar keluarga berpengaruh signifikan negatif terhadap kesejahteraan subjektif pada model 2. Hal ini menunjukkan bahwa besar keluarga berpengaruh signifikan sebesar (p<0.05). Model ini menjelaskan hanya sebesar 0.3 persen berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif, sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Model 3 terdapat dua dimensi dari variabel sumber stres yang memengaruhi kesejahteraan subjektif yaitu masalah keuangan dan bisnis berpengaruh signifikan negatif terhadap kesejahteraan subjektif dan perubahan dan masalah pekerjaan berpengaruh signifikan positif terhadap kesejahteraan subjektif, namun, pada model 4 hanya dimensi masalah keuangan dan bisnis saja yang berpengaruh signifikan negatif terhadap kesejahteraan subjektif. Hal ini menunjukkan bahwa masalah keuangan dan bisnis berpengaruh sangat signifikan

Variabel Beta Sig F Adj R2

Model 1 Y1 = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε Konstanta Sumber stres Strategi koping 1.561 .087 .531 .764 .020* .000** 38.262 .319 Model 2 Y2 = α + β1X1 + β2X2 + β3X3a + β4X3b + β5X3c + β6X3d + β7X3e + ε Konstanta 10.454 .174 12.869 .343 Lama menikah Sumber stres Strategi koping -.372 .076 .521 .015* .046* .000** Model 3 Y3 = α + β1X1a + β2X1b + β3X1c + β4X1d + β5X1e + β6X2a + β7X2b + ε Konstanta 14.466 0.54 12.952 .345

Berfokus pada masalah .360 .000**

Model 4 Y4 = α + β1X1a + β2X1b + β3X1c + β4X1d + β5X1e + β6X2a + β7X2b + β8X3a + β9X3b + β10X3c + β11X3d + β12X3e + ε

Konstanta 25.974 .008** 8.541 .363

Lama menikah -.351 .022*

19

(p<0.01) dan perubahan dan masalah pekerjaan berpengaruh signifikan sebesar (p<0.05). Model ini menjelaskan sebesar 10.8 persen dan 11.6 persen berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif, sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

Tabel 14 Koefisien Regresi Hasil Ringkasan Model Pengaruh Karakteriatik Keluarga, Sumber Stres, Strategi Koping, Gejala Stres, Yang

Berpengaruh Signifikan Terhadap Kesejahteraan Subjektif

Variabel Beta Sig F Adj R2

Model 1 Y1 = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε Konstanta 60.727 .000** .448 -.011 Model 2 Y2 = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4a + β5X4b + β6X4c + β7X4d + β8X4e + ε Konstanta 72.371 .000** 1.066 .003 Besar keluarga -1.783 .024* Model 3 Y3 = α + β1X1a + β2X1b + β3X1c + β4X1d + β5X1e + β6X2a + β7X2b + β8X3a + β9X3b + ε Konstanta 59.813 .000** 3.147 .108

Masalah keuangan dan bisnis

Perubahan dan masalah

pekerjaan -.134 .067 .000** .050* Model 4 Y4 = α + β1X1a + β2X1b + β3X1c + β4X1d + β5X1e + β6X2a + β7X2b + β8X3a + β9X3b + β10X4a + β11X4b + β12X4c + β13X4d + β14X4e + ε Konstanta 73.674 .000** 2.483 .116

Masalah keuangan dan bisnis -.140 .000**

Ket: **=Regresi signifikan pada p<0.01 , *=Regresi signifikan pada p<0.05

Pembahasan

Manajemen stres merupakan serangkaian pengelolaan terhadap stres yang dialami individu. Stres dapat terjadi dikarenakan dari ketidakseimbangan antara kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, dan krisis merupakan bagian dari disorganisasi sistem keluarga, melibatkan kebutuhan keluarga untuk mengembalikan keseimbangan dan keberfungsian keluarga (McCubbin & Thompson 1987). Hal yang sama pada kutipan dari McCubbin, Thompson, dan Pirner (1988) bahwa faktor yang memengaruhi gejala stres individu, diantanya adalah : keterpaparan sumber stres (stressor), persepsi terhadap stressor dan sumberdaya yang dimiliki, serta strategi koping yang dilakukan. Gejala stres dapat diprediksi berdasarkan kerentanan seseorang terhadap stres (Sunarti et al. 2005). Terdapat keterkaitan hasil sumber stres tertinggi dari dimensi ketegangan dalam keluarga dengan masalah penyakit dan perawatan keluarga. Pada dimensi ketegangan anak dalam keluarga, capaian tertinggi sumber stres adalah disebabkan oleh aktivitas anak di luar rumah meningkat dan anak yang sulit di atur. Pada dimensi masalah penyakit dan perawatan keluarga, capaian tertinggi yaitu kesulitan dalam merawat anak. Hal ini menandakan bahwa anak merupakan inti dari suatu sistem keluarga (Hastuti, 2009). Sejalan dengan penelitian Mistry et

al. (2002) bahwa keluarga dengan ekonomi kurang memiliki kesulitan dalam

mendisiplinkan anak. Pada sumber stres ketegangan pasangan suami istri, dapat dilihat bahwa masalah sulitnya berkomunikasi dan berdiskusi antar suami istri sering dirasakan oleh keluarga di permukiman marjinal dan data lainnya adalah pertengakaran antar suami istri yang mengarah pada perceraian. Hal ini

20

mengakibatkan tingginya ketegangan antara suami istri berdampak pada distress sang istri.

Jenis koping yang digunakan dan bagaimana dampaknya, sangat bergantung pada jenis stres atau masalah yang dihadapi. Keberhasilan atau kegagalan dari koping yang digunakan akan menentukan apakah reaksi akan menurun dan terpenuhinya berbagai tuntutan yang diharapkan. Strategi koping yang banyak dilakukan contoh pada dimensi berfokus pada masalah adalah membuat perencanaan untuk masa depan seperti keuangan, pendidikan dan lain-lain. Pernyataan lainnnya dimana capaian strategi koping berfokus pada masalah adalah keluarga menerima simpati dan pengertian dari orang lain dan ibu berusaha lebih dari biasanya. Hasil ini sesuai dengan penelitian Syahrini (2010) dan Khasanah (2011) bahwa keluarga tinggal di wilayah rawan bencana saling memberikan simpati dan berusaha lebih dari biasanya dalam menghadapi masalah seperti bencana dan tekanan dalam keluarga. Strategi koping berfokus pada emosi pada sebaran contoh terbesar adalah kemampuan individu bisa menerima semua yang telah terjadi dan tidak bisa dirubah kembali. Strategi koping berfokus pada emosi yang dilakukan contoh lainnya adalah istri lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dan percaya bahwa Allah maha mendengar. Hal ini sesuai dengan penelitian Syahrini (2010) dan Khasanah (2011) dimana seseorang yang melakukan koping ini akan menerima segala sesuatu yang terjadi saat ini sebagaimana mestinya dan mampu menyesuaikan diri dengan kondisi yang sedang dialami. Hasil ini pula sesuai dengan penelitian Sari (2014) bahwa keluarga dengan orang tua yang bekerja dan tinggal di wilayah lingkungan bukan marjinal melakukan strategi koping dengan menilai sesuatu secara lebih positif yaitu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sesuai pula dengan pernyataan menurut Lazarus & Folkman (1984) individu yang melakukan koping ini akan bereaksi dengan menumbuhkan kesadaran akan peran diri dalam permasalahan yang dihadapi.

Gejala stres komponen malaise berada pada kategori sedang, dimana contoh sering merasa pusing atau sakit kepala tanpa alasan yang jelas . Gejala stres malaise lainnya dirasakan dengan intensitas yang sering dirasakan pada contoh adalah kehilangan nafsu makan dan sulit tidur atau tidur tidak nyenyak. Capaian tertinggi pada gejala stres komponen mood adalah contoh sering merasa sedih hingga sendu dan pilu dengan perubahan atau tekanan yang sedang dirasakan. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yakni pada penelitian

Dokumen terkait