• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Tempat Penelitian

Kampus STAKPN Tarutung berada di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Propinsi Sumatera Utara yang berdiri sejak tahun 1999. STAKPN Tarutung melaksanakan program pendidikan sarjana yang terdiri dari empat jurusan yaitu Pendidikan Agama Kristen, Teologia, Musik Gereja, dan Pastoral Konseling. Selain itu juga melaksanakan program magister pada Jurusan Pendidikan Agama Kristen. Lulusan STAKPN Tarutung pada umumnya bekerja sebagai pendeta, guru agama dan pegawai pada kantor pemerintahan (Kementerian Agama).

Jumlah mahasiswa pada program pendidikan sarjana STAKPN Tarutung angkatan 2009, 2010, 2011 dan 2012 adalah sebanyak 985 orang, dengan perincian seperti pada Tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1 Keadaan Mahasiswa STAKPN Tarutung

No Angkatan Jumlah (orang)

1 2009 314

2 2010 261

3 2011 234

4 2012 176

Jumlah 985

Bila dilihat keadaan mahasiswa berdasarkan jenis kelamin, mahasiswa STAKPN Tarutung didominasi oleh mahasiswa perempuan. Jumlah mahasiswa perempuan ada sebanyak 698 orang (71%) sementara mahasiswa laki-laki ada sebanyak 287 orang (29%).

Karakteristik Responden

Pengambilan data dilakukan terhadap 176 mahasiswa angkatan 2012. Setelah data dikumpulkan lalu dilakukan seleksi peubah penjelas. Peubah penjelas yang memiliki data dengan variasi yang rendah tidak digunakan. Alasan peubah-peubah tersebut tidak digunakan karena dapat mengakibatkan kolinieritas ganda. Peubah penjelas yang tidak digunakan yaitu penyakit yang diderita mahasiswa, cacat tubuh mahasiswa, keaktifan mahasiswa mengerjakan tugas perkuliahan, dimensi ideologis religiusitas, dimensi eksperiensial religiusitas, dan dimensi konsekuensial religiusitas.

Untuk mengetahui gambaran dari data peubah penjelas maka dilakukan analisis box plot seperti pada Gambar 2 berikut ini:

11

Gambar 2 Box Plot IP Mahasiswa

Dari analisis box plot IP dapat diketahui bahwa mahasiswa responden memiliki rata-rata IP sebesar 2.77 dengan IP paling rendah sebesar 1.90 dan IP paling tinggi sebesar 3.52. Berdasarkan sebaran nilai IP mahasiswa tersebut maka IP dikelompokkan menjadi 3 kategori dengan tujuan supaya data peubah penjelas akan seimbang pada setiap kategori. Adapun pengkategorian nilai IP mahasiswa tersebut adalah:

1. Kategori Rendah : IP < 2.5 2. Kategori Sedang : 2.5 ≤ IP < 3 3. Kategori Tinggi : IP ≥ 3

Berdasarkan pengkategorian tersebut, sebaran IP dapat dilihat seperti pada Gambar 3 di bawah. Kategori rendah mempunyai frekuensi sebanyak 31 (17.6%), kategori sedang sebanyak 96 (54.5%), dan kategori tinggi sebanyak 49 (27.8%). Dapat dilihat bahwa sebaran nilai mahasiswa lebih banyak pada kategori sedang, diikuti dengan kategori tinggi, lalu paling sedikit ada pada kategori rendah.

12

Sementara itu berdasarkan asal sekolah responden, sebanyak 126 orang (71.6%) berasal dari SMA dan sebanyak 50 orang (28.4%) berasal dari SMK. Berdasarkan status SLTA asal responden, responden paling banyak berasal dari SLTA negeri non unggulan (48.9%), sedangkan paling sedikit berasal dari SLTA swasta unggulan (13.1%). Keadaan responden berdasarkan status SLTA asal dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini:

Gambar 4 Status SLTA Asal Responden

Tingkat pendidikan orang tua responden pada umumnya adalah lulusan SD/SMP dan SMA/SMK. Pada tingkat pendidikan ayah responden sebagian besar merupakan lulusan SMA/SMK (44.3%), dan pada tingkat pendidikan ibu paling banyak lulusan SD/SMP (42.6%). Dan tingkat pendidikan orang tua yang paling sedikit baik ayah maupun ibu merupakan lulusan Diploma, pada ayah sebanyak 4.5% dan pada ibu sebanyak 5.1%. Keadaan tingkat pendidikan ayah dan ibu responden dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6 di bawah ini:

13

Gambar 6 Tingkat Pendidikan Ibu Responden

Sementara berdasarkan latar belakang ekonomi, sebagian besar responden berasal dari keluarga dengan penghasilan orang tua antara Rp1 000 000 sampai dengan Rp2 000 000 yaiutu sebanyak 42.0 %. Keadaan ini tidak jauh berbeda dengan besaran Upah Minimum Regional di Propinsi Sumatera Utara yang sebesar Rp1 305 000. Sementara penghasilan orang tua di bawah Rp1 000 000 ada sebanyak 11.4 %. Keadaan tingkat pendapatan orang tua responden dapat dilihat pada Gambar 7 di bawah ini:

14

Hasil Analisis CART

Menurut analisis CART peubah penjelas yang berperan di dalam pembentukan pohon regresi ada 4 peubah, yaitu jurusan di SLTA, dimensi intelektual dari religiusitas, jumlah saudara dan lama waktu belajar di rumah. Peubah penjelas yang menjadi penyekat terbaik akan digunakan sebagai pemilah pertama pada pohon regresi. Tabel 2 menunjukkan nilai improvement setiap peubah penjelas yang digunakan di dalam pohon regresi.

Tabel 2 Nilai Improvement Setiap Peubah Penjelas

No Peubah Nilai Improvement

1 Jurusan di SLTA 0.008

2 Dimensi intelektual 0.005

3 Jumlah saudara 0.003

4 Lama waktu belajar 0.002

Dendogram hasil analisis CART dapat dilihat pada Gambar 8 berikut ini:

Gambar 8 Dendogram Hasil Analisis CART

≥ 3 orang < 3 orang Tidak Pernah; Jarang Sering; Selalu Dimensi Intelektual Religiusitas

Improvement=0.005 Jumlah Saudara Improvement=0.003 Jurusan SLTA Improvement=0.008 Waktu Belajar Improvement=0.002 ≤2 jam >2 jam

IPA IPS; Kejuruan

15 Peubah pertama yang menyekat adalah jurusan SLTA. Mahasiswa yang berjumlah 176 orang disekat menjadi 2 kelompok berdasarkan jurusan SLTA. Mahasiswa yang berasal dari jurusan IPA sebanyak 75 orang mengelompok di simpul pertama, sementara mahasiswa yang berasal dari jurusan IPS dan Kejuruan sebanyak 101 orang mengelompok di simpul kedua. Mahasiswa yang berasal dari jurusan IPA mempunyai prestasi lebih baik dari mahasiswa yang berasal dari jurusan IPS dan Kejuruan, dimana kelompok pertama memiliki IP rata-rata 2.87 sementara kelompok kedua memiliki IP rata-rata 2.69.

Kelompok mahasiswa jurusan IPA berkaitan dengan jumlah saudara. Peubah jumlah saudara menyekat kelompok mahasiswa lulusan IPA menjadi dua kelompok, yaitu mahasiswa yang mempunyai jumlah saudara ≥3 orang sebanyak 59 orang yang terdapat pada simpul ketiga dan mahasiswa yang mempunyai jumlah saudara <3 orang sebanyak 16 orang yang terdapat pada simpul keempat. Nilai IP rata-rata dari mahasiswa yang mempunyai jumlah saudara ≥3 orang adalah 2.91, nilai ini lebih baik dibandingkan nilai IP mahasiswa dengan jumlah saudara <3 orang yang memiliki rata-rata 2.72.

Bila diperhatikan, nilai IP kelompok mahasiswa dari jurusan IPA yang pada awalnya sebesar 2.87 menjadi 2.91 pada kelompok mahasiswa yang mempunyai saudara ≥3 orang, dan pada kelompok mahasiswa yang mempunyai jumlah saudara <3 orang menjadi 2.74. Hal ini menunjukkan bahwa nilai kelompok mahasiswa dari jurusan IPA mengalami peningkatan pada kelompok mahasiswa yang mempunyai saudara ≥3 dan sebaliknya mengalami penurunan pada kelompok mahasiswa yang mempunyai jumlah saudara <3 orang.

Kelompok mahasiswa jurusan IPS dan Kejuruan berkaitan dengan dimensi intelektual religiusitas. Peubah ini menyekat kelompok mahasiswa jurusan IPS dan Kejuruan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok mahasiswa dengan dimensi intelektual religiusitas kategori tidak pernah atau jarang sebanyak 25 orang yang terdapat pada simpul kelima dan kelompok mahasiswa dengan kategori sering atau selalu sebanyak 76 orang yang terdapat pada simpul keenam. Nilai IP rata-rata mahasiswa yang tidak penah atau jarang sebesar 2.52 lebih rendah dari nilai IP rata-rata mahasiswa yang sering atau selalu melakukan kegiatan dimensi intelektual religiusitas yang memiliki IP rata-rata 2.74. Pada kelompok mahasiswa dari jurusan IPS dan Kejuruan ini dapat dilihat bahwa nilai rata-rata IP yang pada awalnya 2.69 mengalami peningkatan pada kelompok mahasiswa yang berkategori sering dan selalu dan mengalami penurunan pada kelompok mahasiswa berkategori tidak pernah dan jarang melakukan kegiatan dimensi intelektualitas religiusitas.

Kelompok mahasiswa yang termasuk kategori sering atau selalu disekat lagi menjadi dua kelompok berdasarkan waktu belajar. Kelompok pada simpul ketujuh merupakan kelompok yang menggunakan waktu belajar di rumah ≤2 jam sebanyak 60 orang, sementara kelompok pada simpul kedelapan merupakan kelompok mahasiswa yang menggunakan waktu belajar di rumah >2 jam yang terdiri dari 16 orang. Kelompok mahasiswa yang menggunakan waktu belajar >2 jam memiliki nilai IP rata-rata sebesar 2.88, lebih tinggi dari kelompok mahasiswa dengan waktu belajar ≤2 jam yang memiliki IP rata-rata sebesar 2.71.

Hasil analisis CART menghasilkan 5 klasifikasi dimana karakteristik setiap klasifikasi dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini:

16

Tabel 3 Klasifikasi Mahasiswa Hasil Analisis CART Klasifikasi Nilai

Rata-rata

Karakteristik

1 2.91 Mahasiswa yang merupakan lulusan jurusan IPA dan mempunyai jumlah saudara ≥3 orang.

2 2.72 Mahasiswa yang merupakan lulusan jurusan IPA dan mempunyai jumlah saudara <3 orang.

3 2.52 Mahasiswa yang merupakan lulusan IPS atau Kejuruan dan tidak pernah atau jarang melakukan kegiatan dimensi intelektual religiusitas

4 2.71 Mahasiswa yang merupakan lulusan IPS atau Kejuruan, sering atau selalu melakukan kegiatan dimensi intelektual religiusitas dan memiliki waktu belajar di rumah ≤2 jam.

5 2.88 Mahasiswa yang merupakan lulusan IPS atau Kejuruan, sering atau selalu melakukan kegiatan dimensi intelektual religiusitas dan memiliki waktu belajar di rumah >2 jam.

Dari hasil analisis CART diketahui bahwa kelompok mahasiswa yang berasal dari jurusan IPA dan mempunyai jumlah saudara ≥3 orang mempunyai prestasi belajar yang paling baik. Sedangkan kelompok mahasiswa yang berasal dari jurusan IPS dan Kejuruan serta tidak pernah atau jarang melakukan kegiatan dimensi intelektual religiusitas mempunyai prestasi belajar paling buruk.

Hasil Analisis CHAID

Menurut analisis CHAID terdapat 3 peubah penjelas yang berhubungan dengan prestasi belajar. Peubah tersebut adalah jumlah saudara mahasiswa, dimensi intelektual dari religiusitas dan jurusan SLTA.

Simpul utama memuat informasi tentang mahasiswa yang menjadi sampel di dalam penelitian ini menurut kategori IP yang telah ditentukan sebelumnya yaitu kategori tinggi, sedang dan rendah. Adapun sampel sebanyak 176 orang terdiri dari 31 orang (17.6%) masuk ke dalam kategori rendah, 96 orang (54.5%) masuk ke dalam kategori sedang, dan 49 orang (27.8%) masuk ke dalam kategori tinggi.

Dendogram hasil analisis CHAID dapat dilihat pada Gambar 9 di bawah ini:

17

Gambar 9 Dendogram Hasil Analisis CHAID

Peubah pertama yang menjadi pemilah adalah jumlah saudara dengan dua kategori, yaitu ≥3 orang dan <3 orang. Pada awalnya jumlah saudara terdiri atas tiga kategori yaitu 1 orang, 2 orang dan ≥3 orang. Namun setelah melalui analisis CHAID terjadi penggabungan dimana kategori 1 orang dan 2 orang digabung menjadi satu kategori. Simpul pertama merupakan simpul yang berisikan informasi dari kelompok mahasiswa yang mempunyai jumlah saudara ≥3 orang yang berjumlah 126 orang. Kelompok ini terdiri atas kategori rendah sebanyak 15 orang (11.9%), kategori sedang 72 orang (57.1%) dan kategori tinggi 39 orang (31.0%). Simpul kedua merupakan simpul yang berisikan informasi dari kelompok mahasiswa yang mempunyai saudara <3 orang yang berjumlah 50 orang. Kelompok ini terdiri atas kategori rendah sebanyak 16 orang (32.0%), kategori sedang 24 orang (48.0%) dan kategori tinggi 10 orang (20%). Jumlah mahasiswa yang termasuk ke dalam kategori tinggi pada kelompok mahasiswa dengan jumlah saudara ≥3 orang lebih banyak daripada jumlah mahasiswa yang termasuk kategori tinggi pada kelompok mahasiswa dengan jumlah saudara <3 orang. Namun kelompok mahasiswa dengan jumlah saudara ≥3 orang masih

≥ 3 orang < 3 orang

Tidak Pernah; Jarang Sering; Selalu Dimensi Intelektual Religiusitas Adj. P-value=0.014, Chi-square=7.

237, df=1 Jurusan SLTA

Adj. P-value=0.035, Chi-square=6. 378, df=1

IPS, Kejuruan IPA

Jumlah Saudara Adj. P-value=0.010, Chi-square=7.

862, df=1 INDEKS PRESTASI

18

berkaitan dengan jurusan SLTA, sedangkan kelompok mahasiswa dengan jumlah saudara <3 orang masih berkaitan dengan dimensi intelektual religiusitasnya.

Peubah kedua adalah jurusan SLTA yang terdiri dari dua kategori baru yaitu kategori jurusan IPA serta kategori jurusan IPS dan Kejuruan yang digabung menjadi satu kategori. Jumlah mahasiswa pada kategori IPA yang mempunyai IP kategori rendah sebanyak 3 orang (5.1%), kategori sedang sebanyak 33 orang (55.9%) dan kategori tinggi sebanyak 23 orang (39.0%). Sementara pada kategori IPS dan Kejuruan terdiri dari kategori rendah sebanyak 12 orang (17.9%), kategori sedang 39 orang (58.2%) dan kategori tinggi sebanyak 16 orang (23.9%). Dari simpul ketiga dan keempat dapat diketahui bahwa jumlah mahasiswa yang memiliki IP kategori tinggi pada kelompok jurusan IPA lebih banyak daripada mahasiswa yang berasal dari jurusan IPS dan Kejuruan.

Peubah ketiga yang berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah dimensi intelektual religiusitas yang terdiri dari dua kategori baru. Kategori tidak pernah dan jarang digabung menjadi satu kategori baru dan kategori sering dan selalu menjadi satu kategori baru lainnya. Kedua kategori baru ini membagi kelompok mahasiswa dengan jumlah saudara <3 orang menjadi 2 kelompok baru yang dimuat di dalam dua simpul yaitu simpul kelima dan simpul keenam. Simpul kelima berisikan informasi mahasiswa yang tidak pernah atau jarang melakukan kegiatan dimensi intelektual religiusitas. Sementara simpul keenam memuat informasi dari kelompok mahasiswa yang sering atau selalu melakukan kegiatan dimensi intelektual religiusitas. Kelompok yang tidak pernah atau jarang melakukan kegiatan ini terdiri dari mahasiswa IP kategori rendah sebanyak 10 orang (62.5%), kategori sedang sebanyak 4 orang (25.0%) dan kategori tinggi sebanyak 2 orang (12.5%). Selanjutnya mahasiswa yang sering atau selalu melakukan kegiatan dimensi intelektual religiusitas terdiri dari kategori rendah sebanyak 6 orang (17.6%), kategori sedang sebanyak 20 orang (58.8%) dan kategori tinggi sebanyak 8 orang (23.5%). Hal ini berarti bahwa jumlah mahasiswa dengan IP kategori tinggi pada mahasiswa yang berada di dalam simpul keenam lebih banyak daripada mahasiswa yang berada di dalam simpul kelima.

Hasil analisis CHAID menghasilkan empat simpul terminal (terminal

node). Simpul terminal merupakan node terakhir dari pohon CHAID yang

menunjukkan klasifikasi dari peubah-peubah yang berasosiasi dengan prestasi belajar. Keempat simpul tersebut yaitu simpul 3, simpul 4, simpul 5 dan simpul 6. Adapun klasifikasi mahasiswa beserta karakteristiknya menurut analisis CHAID dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini:

19 Tabel 4 Klasifikasi Mahasiswa Hasil Analisis CHAID

No Karakteristik Indeks Prestasi

Rendah Sedang Tinggi 1 Mahasiswa dengan jumlah saudara 3

orang atau lebih, dan lulusan SLTA jurusan IPA 3 (5.1%) 33 55.9%) 23 (39.0%) 2 Mahasiswa dengan jumlah saudara 3

orang atau lebih, dan lulusan SLTA jurusan IPS atau Kejuruan

12 (17.9%) 39 (58.2%) 16 (23.9%) 3 Mahasiswa dengan jumlah saudara

lebih sedikit dari 3 orang, dan tidak pernah atau jarang melakukan kegiatan dimensi intelektual religiusitas 10 (62.5%) 4 (25.0%) 2 (12.5%)

4 Mahasiswa dengan jumlah saudara lebih sedikit dari 3 orang, dan sering atau selalu melakukan kegiatan dimensi intelektual religiusitas.

6 (17.5%) 20 (58.8%) 8 (23.5%)

Dari hasil analisis CHAID diketahui bahwa jumlah mahasiswa yang termasuk ke dalam IP kategori tinggi yang paling banyak terdapat pada simpul 3 dimana mahasiswa pada simpul ini memiliki karakteristik jumlah saudara ≥3 orang dan berasal dari jurusan IPA yaitu sebanyak 23 orang. Sebaliknya jumlah mahasiswa yang termasuk ke dalam IP kategori tinggi yang paling sedikit terdapat pada simpul 5 dimana mahasiswa pada simpul ini memiliki karakteristik jumlah saudara <3 orang dan tidak pernah atau jarang melakukan kegiatan dimensi intelektual religiusitas yaitu sebanyak 2 orang.

Perbandingan Hasil Analisis Metode CART dengan Metode CHAID

Hasil analisis metode CART berbeda dengan hasil analisis metode CHAID. Menurut analisis metode CART ada empat peubah penjelas yang berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa STAKPN Tarutung yaitu jurusan mahasiswa di SLTA, jumlah saudara mahasiswa, dimensi intelektual dari religiusitas dan lama waktu belajar yang digunakan mahasiswa di rumah. Sementara menurut analisis metode CHAID hanya ada tiga peubah penjelas yang berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa yaitu jumlah saudara mahasiswa, jurusan mahasiswa di SLTA dan dimensi intelektual dari religiusitas. Menurut analisis CHAID, peubah lama waktu belajar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar. Selain itu pada metode CART peubah penjelas yang paling berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa adalah peubah jurusan mahasiswa di SLTA, sedangkan pada metode CHAID peubah jumlah saudara mahasiswa menjadi peubah penjelas yang paling berpengaruh.

Perbedaan lainnya dapat dilihat dari karakteristik pohon yang dibentuk oleh analisis CART dengan pohon yang dibentuk oleh analisis CHAID. Ringkasan karakteristik pohon CART dan CHAID dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini:

20

Tabel 5 Ringkasan Karakteristik Pohon CART dan CHAID

No Karakteristik CART CHAID

1 Kedalaman pohon 3 2

2 Jumlah simpul pada pohon 9 7

3 Jumlah simpul akhir 5 4

4 Peubah yang digunakan Jurusan SLTA, Jumlah Saudara, Dimensi Intelektual Religiusitas, Waktu Belajar Jumlah Saudara, Jurusan SLTA, Dimensi Intelektual Religiusitas 5 Peubah pada:

- Simpul 1 Jurusan SLTA Jumlah Saudara - Simpul 2 Jumlah Saudara Jurusan SLTA - Simpul 3 Dimensi Intelektual

Religiusitas

Dimensi Intelektual Religiusitas

- Simpul 4 Waktu Belajar -

Berdasarkan karakteristiknya, pohon hasil analisis CART mempunyai kedalaman sebesar 3, jumlah simpul pada pohon sebanyak 9 buah dan jumlah simpul akhir sebanyak 5 buah. Sementara pohon hasil analisis CHAID mempunyai kedalaman sebesar 2, jumlah simpul pada pohon sebanyak 7 buah dan jumlah simpul akhir sebanyak 4 buah.

Salah satu temuan yang menarik dari hasil analisis kedua metode ini adalah prestasi belajar mahasiswa STAKPN Tarutung yang memiliki jumlah saudara ≥3 orang lebih baik dari prestasi belajar mahasiswa yang memiliki jumlah saudara <3 orang. Hal ini dapat dijelaskan dengan melihat latar belakang mahasiswa dari segi sosial budaya dan ekonomi. Mahasiswa STAKPN Tarutung mayoritas berasal dari masyarakat Tapanuli. Secara sosial budaya, masyarakat Tapanuli biasanya mempunyai anggota keluarga yang banyak. Dan jika dilihat dari latar belakang ekonomi, mahasiswa yang menjadi sampel di dalam data penelitian ini berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah, dimana sebanyak 42.0% orang tua mahasiswa bepenghasilan antara Rp1 000 000 – Rp2 000 000. Keadaan yang demikian dapat menjadi motivasi bagi mahasiswa untuk mencapai prestasi belajar yang baik.

21

Dokumen terkait