• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Hari Pengamatan Uji Daya Berkecambah

Data penentuan hari pengamatan uji daya berkecambah dilakukan selama 45 hari dan menggunakan perlakuan pada percobaan pertama yaitu metode ekstraksi dan media perkecambahan. Berdasarkan Lampiran 1 sampai dengan Lampiran 4 dapat ditentukan masing-masing hari pengamatan daya berkecambah benih markisa ungu dan disimpulkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil rekapitulasi penentuan hari pengamatan uji daya berkecambahan benih markisa ungu

ME MP Waktu pengamatan hari ke- ∑ KN (%)

I II I I+II Kontrol Pasir 22 45 13.00 31.00 Arang Sekam 18 45 11.67 46.33 Tanah : Pasir (1:1) 31 45 24.83 33.00 Abu Gosok Pasir 30 45 19.33 31.33 Arang sekam 18 45 9.67 32.83 Tanah : Pasir (1:1) 30 43 29.17 37.50

Tabel 1 Hasil rekapitulasi penentuan hari pengamatan uji daya berkecambahan benih markisa ungu (lanjutan)

ME MP Waktu pengamatan hari ke- ∑ KN (%)

I II I I+II HCl 10% Pasir 30 45 19.00 23.17 Arang sekam 16 45 28.83 56.67 Tanah : Pasir (1:1) 30 44 21.83 33.33 Kapur Tohor Pasir 24 45 8.67 20.83 Arang sekam 13 44 29.67 60.83 Tanah : Pasir (1:1) 30 45 23.00 29.00

Keterangan: ME = Metode Ekstraksi; MP = Media Perkecambahan; KN = Kecambah Normal

Metode ekstraksi dan media perkecambahan memberi respon yang berbeda-beda pada proses perkecambahan. Benih berkecambah sangat lama karena benih markisa ungu memiliki testa yang keras dan tebal, sehingga proses imbibisi benih lambat dan perombakan cadang makanan untuk pertumbuhan kecambah terhambat. Hambatan tersebut berpengaruh terhadap waktu perkecambahan benih yang beragam.

Hari pengamatan daya berkecambah ditentukan pada hari yang sering muncul pada tiap kombinasi perlakuan (Rahmasyahraini 2008). Hari pengamatan pertama yang paling sering muncul yaitu hari ke-30 sebanyak 5 kali. Hari pengamatan kedua yang paling sering muncul yaitu hari ke-45 sebanyak 10 kali. Hasil dari perhitungan ini belum dapat diajukan sebagai hari pengamatan uji daya berkecambah markisa ungu, karena nilai daya berkecambah tidak representatif (<80%). Percobaan selanjutnya menggunakan hari pengamatan daya berkecambah yang merujuk pada penelitian Tumanggor (1999) yaitu pada hari ke-22 dan ke-44.

Pengaruh Metode Ekstraksi dan Media Perkecambahan terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Markisa Ungu

Hasil rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara metode ekstraksi dan media perkecambahan berpengaruh sangat nyata pada peubah indeks vigor dan kecepatan tumbuh, berpengaruh nyata pada peubah daya berkecambah, dan tidak nyata pada peubah potensi tumbuh maksimum (Tabel 2).

Tabel 2 Hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh metode ekstraksi dan media perkecambahan terhadap viabilitas dan vigor benih markisa ungu

Peubah ME MP Interaksi KK (%)

KT F hit KT F hit KT F hit

DB (%) 0.16 0.11tn 23.49 15.50** 3.46 2.29* 19.46t (39.47) PTM (%) 0.02 0.28tn 1.02 14.26** 0.01 1.39tn 8.86t (40.00) IV (%) 0.36 4.47* 3.30 41.37** 0.48 8.95** 11.35t (51.10) KCT(% etmal-1) 0.15 2.13tn 2.44 35.06** 0.37 5.26** 15.05t (40.75)

Keterangan : * = berpengaruh nyata pada α = 5%; ** = berpengaruh sangat nyata pada α =1%; tn = tidak berpengaruh nyata; t = transformasi √� + . ; ME= Metode Ekstraksi; MP= Media Perkecambahan; KK= Koefisien Keragaman; DB = Daya Berkecambah; PTM = Potensi Tumbuh Maksimum; IV = Indeks Vigor; KCT = Kecepatan Tumbuh.

Perlakuan metode ekstraksi berpengaruh nyata pada peubah indeks vigor dan tidak nyata pada peubah daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan potensi tumbuh maksimum. Faktor media perkecambahan berpengaruh sangat nyata terhadap semua peubah.

Perlakuan media pasir memiliki nilai daya berkecambah tidak berbeda nyata pada tiap metode ekstraksi (Tabel 3). Perlakuan media perkecambahan arang sekam memiliki nilai daya berkecambah terbaik dibandingkan perlakuan media perkecambahan lainnya. Nilai daya berkecambah terbaik yaitu 60.83% dan 56.50% pada metode ekstraksi kapur tohor dan HCl 10%. Perlakuan media perkecambahan kombinasi tanah dan pasir memiliki nilai daya berkecambah tidak berbeda nyata pada tiap perlakuan metode ekstraksi, namun metode ekstraksi abu gosok merupakan perlakuan terbaik dengan nilai daya berkecambah 37.50%.

Tabel 3 Nilai tengah perlakuan media perkecambahan dan metode ekstraksi terhadap daya berkecambah

Ekstraksi Media Perkecambahan

Pasir Arang sekam Tanah: Pasir

Kontrol 30.83de 46.00bc 32.83de

Abu Gosok 30.83de 32.50de 37.50d

HCl 10% 23.00de 56.50b 33.33de

Kapur Tohor 20.67e 60.83a 29.00de

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%

Nilai tengah potensi tumbuh maksimum pada metode ekstraksi dan media perkecambahan terdapat pada Tabel 4. Perlakuan media perkecambahan arang sekam memiliki nilai potensi tumbuh maksimum berbeda nyata dengan media kombinasi tanah : pasir dan media pasir. Media perkecambahan arang sekam merupakan media yang memiliki nilai potensi tumbuh maksimum tertinggi 50.83%.

Tabel 4 Nilai tengah potensi tumbuh maksimum pada media perkecambahan

Media Perkecambahan Potensi Tumbuh Maksimum (%)

Arang sekam 50.83a

Pasir 27.21b

Tanah : Pasir (1:1) 35.38b

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%

Nilai tengah perlakuan media perkecambahan dan metode ekstraksi terhadap indeks vigor terdapat pada Tabel 5. Perlakuan media perkecambahan pasir pada semua jenis ekstraksi menghasilkan nilai indeks vigor tidak berbeda nyata, namun ekstraksi kontrol memiliki nilai indeks vigor tertinggi yaitu 13.00%. Media perkecambahan kombinasi tanah : pasir memiliki nilai indeks vigor tidak berbeda nyata tiap perlakuan metode ekstraksi, kombinasi dengan metode ekstraksi kapur tohor memiliki nilai indeks vigor tertinggi sebesar 15.50%. Perlakuan media

perkecambahan arang sekam nilai indeks vigor pada berbagai metode ekstraksi berbeda nyata. Kombinasi media arang sekam dengan ekstraksi kapur tohor memiliki nilai indeks vigor terbaik sebesar 53.67%.

Tabel 5 Nilai tengah perlakuan media perkecambahan dan metode ekstraksi terhadap indeks vigor

Ekstraksi Media Perkecambahan

Pasir Arang sekam Tanah: Pasir

Kontrol 13.00de 20.17c 4.50e

Abu Gosok 5.83e 15.83d 10.17de

HCl 10% 11.50de 42.50b 5.83e

Kapur Tohor 5.83e 53.67a 15.50de

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%

Tabel 6 menunjukkan nilai tengah perlakuan metode ekstraksi dan media perkecambahan terhadap kecepatan tumbuh. Perlakuan metode ekstraksi dengan media arang sekam memiliki nilai kecepatan tumbuh tertinggi diantara media lain dan berbeda nyata pada tiap metode ekstraksi. Nilai kecepatan tumbuh paling tinggi sebesar 4.127% etmal-1 pada perlakuan media arang sekam dengan ekstraksi kapur tohor. Nilai kecepatan tumbuh perlakuan kombinasi media arang sekam dengan ekstraksi HCl dan kontrol pada media arang sekam berbeda nyata dengan perlakuan ekstraksi kapur tohor secara berturut-turut 3.357% etmal-1 dan 2.039% etmal-1.

Tabel 6 Nilai tengah perlakuan metode ekstraksi dan media perkecambahan terhadap kecepatan tumbuh

Ekstraksi Media Perkecambahan

Pasir Arang sekam Tanah: Pasir

Kontrol 1.306de 2.039c 1.194de

Abu Gosok 1.147de 1.499de 1.579d

HCl 10% 1.104de 3.357b 1.225de

Kapur Tohor 0.832de 4.127a 1.370de

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%

Hasil penelitian yang terdapat pada Tabel 3, Tabel 5, dan Tabel 6 menunjukkan perlakuan kombinasi metode ekstraksi kapur tohor dengan media arang sekam adalah perlakuan yang tepat untuk perkecambahan benih markisa ungu. Daya berkecambah tertinggi pada penelitian ini tergolong rendah yaitu sebesar 60.83%. Hal ini disebabkan karena benih memiliki testa yang keras. Testa benih yang keras menyebabkan proses imbibisi terhambat, sehingga proses pertumbuhan benih menjadi lambat.

Perlakuan media arang sekam merupakan media yang tepat untuk perkecambahan benih markisa ungu. Hal tersebut diduga karena media arang

sekam memberikan kelembaban yang cukup, memiliki banyak pori sehingga sirkulasi udara tinggi, dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan efektif, serta dapat mengurangi pengaruh penyakit khususnya bakteri (Wuryaningsih dan Darliah dalam Priono 2013).

Perkecambahan pada media pasir lebih lambat dibandingkan media perkecambahan arang sekam, karena media pasir semakin lama mengalami pemadatan di bagian permukaan atas membentuk lapisan keras dan pada bagian permukaan bawah cukup lembap. Lempengan keras tersebut pada saat penyiraman menyebabkan air sulit masuk ke dalam media dan menggenang di permukaan, sehingga proses imbibisi benih menjadi lambat dan drainase media menjadi buruk. Media kombinasi tanah dan pasir juga mengalami pemadatan di permukaan bagian atas hingga bagian bawah dan proses penyerapan air oleh media kombinasi tanah dan pasir lebih lama dibandingkan media pasir. Menurut Hadas (2004), bahwa ukuran dari media perkecambahan mempengaruhi proses perkecambahan. Media perkecambahan yang memiliki agregat lebih besar dari 0,5 mm tetapi lebih kecil dari 5.0 mm sampai 6.00 mm akan memberikan kondisi ideal untuk proses perkecambahan.

Metode ekstraksi menggunakan kapur tohor merupakan perlakuan terbaik untuk menghilangkan aril markisa ungu. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Murniati dan Rostiati (1999) bahwa penggunaan kapur tohor pada benih manggis menghasilkan nilai daya berkecambah 62.7% lebih baik jika dibandingkan menggunakan air saja (29.0%). Benih markisa yang diekstraksi menggunakan kapur tohor mudah digunakan, karena aril benih menjadi kesat setelah perendaman sehingga proses ekstraksi cepat selesai dan kalsium tidak memberi pengaruh negatif pada proses imbibisi (Klein dan Hebbe dalam Murniati dan Rostiati 1999).

Jenis Media Pembibitan terhadap Pertumbuhan Bibit Markisa

Tabel 7 menunjukkan bahwa pengaruh faktor pertama (bibit dari media perkecambahan) dan pengaruh faktor kedua (media pembibitan) terhadap pertumbuhan bibit markisa ungu berpengaruh nyata pada beberapa peubah yang diamati.

Tabel 7 Hasil rekapitulasi sidik ragam pembibitan markisa ungu pada perlakuan media perkecambahan dan media pembibitan

Peubah MSP

Bibit dari Media

Perkecambahan Media Pembibitan M*P KK

(%) KT Fhit KT Fhit KT Fhit

Tinggi bibit (cm) 0 3.40 17.62** 0.91 4.74* 1.45 7.50** 12.60 1 6.60 27.19** 0.12 0.48tn 0.46 1.88tn 11.85 2 16.41 45.86** 2.67 7.46** 0.32 0.90tn 11.83 3 45.87 58.80** 35.79 45.87** 0.73 0.93tn 12.44 4 43.23 10.65** 83.87 20.66** 3.12 0.77tn 17.35 Keterangan: * = berpengaruh nyata pada α = 5%; ** = berpengaruh sangat nyata pada α =1%; tn

= tidak berpengaruh nyata; t = transformasi √� + . ; MSP = minggu setelah pindah; KK = Koefisien keragaman; M = media perkecambahan; P = media pembibitan

Tabel 7 Hasil rekapitulasi sidik ragam pembibitan markisa ungu pada perlakuan media perkecambahan dan media pembibitan (lanjutan)

Peubah MSP

Bibit dari Media

Perkecambahan Media Pembibitan M*P KK

(%)

KT Fhit KT Fhit KT Fhit

Tinggi tanaman (cm) 5 50.49 3.34* 266.58 17.65** 6.23 0.41tn 21.86 6 0.58 1.30tn 5.28 11.95** 0.07 0.15tn 12.50t (25.03) Jumlah daun (helai) 0 0.00 0.00tn 0.00 0.00tn 0.00 0.00tn 0.00 1 0.72 4.12* 0.43 2.46* 0.14 0.79tn 10.76 2 0.05 0.19tn 3.50 13.93** 0.09 0.36tn 9.70 3 0.38 1.61tn 4.07 17.44** 0.19 0.80tn 7.48 4 1.08 0.83tn 3.79 2.93tn 1.07 0.83tn 14.31 5 0.74 0.24tn 8.03 2.55tn 2.20 0.70tn 18.77 6 1.12 0.26tn 6.07 1.38tn 2.60 0.59tn 19.16 Diameter batang (mm) 0 0.000004 0.21tn 0.000204 10.09** 0.000096 4.74** 5.40 1 0.003126 0.57tn 0.010039 1.83tn 0.005195 0.95tn 8.82t (77.24) 2 0.000781 5.16** 0.003195 21.11** 0.000057 0.37tn 9.41 3 0.003019 11.30** 0.008668 32.43** 0.000032 0.12tn 10.13 4 0.001806 5.23* 0.005287 15.32** 0.000331 0.96tn 9.51 5 0.001701 2.45** 0.005175 7.45tn 0.000032 0.05tn 11.05 6 0.002023 2.90tn 0.004121 5.90** 0.000136 0.19tn 9.87 Panjang akar (cm) 0 2.809172 18.50** 0.457672 3.01tn 0.058185 0.38tn 11.65t (24.52) 6 0.135134 0.34tn 0.481365 1.22tn 0.372324 0.95tn 13.21t (32.34) Keterangan: * = berpengaruh nyata pada α = 5%; ** = berpengaruh sangat nyata pada α =1%; tn

= tidak berpengaruh nyata; t = transformasi √� + . ; MSP = minggu setelah pindah; KK = Koefisien Keragaman; M = media perkecambahan; P = media pembibitan

Peubah tinggi bibit menunjukkan perkembangan setiap minggunya. Bibit yang berasal dari media perkecambahan berbeda memberi pengaruh sangat nyata di 0 MSP sampai 4 MSP, namun pada 6 MSP menunjukkan pengaruh tidak nyata. Sedangkan media pembibitan terhadap perkembangan tinggi bibit memberi pengaruh sangat nyata pada 2 MSP sampai dengan 5 MSP. Interaksi antara kedua faktor menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap peubah tinggi bibit.

Interaksi antar kedua faktor berpengaruh tidak nyata terhadap peubah jumlah daun bibit. Interaksi antar faktor media perkecambahan dan media pembibitan berpengaruh sangat nyata terhadap peubah diameter batang hanya pada 0 MSP. Faktor bibit dari media perkecambahan berpengaruh nyata terhadap panjang akar pada 0 MSP dan tidak berpengaruh nyata pada pengamatan 6 MSP. Interaksi antar kedua faktor tidak berpengaruh nyata terhadap peubah panjang akar baik pada 0 MSP dan 6 MSP.

Nilai tengah perlakuan bibit dari media perkecambahan terhadap tinggi bibit terdapat pada Tabel 8. Pengamatan tinggi bibit yang berasal dari media perkecambahan pasir dan kombinasi tanah pasir (1:1) pada minggu 0 MSP tidak

berbeda nyata. Tinggi bibit pada umur 1 MSP sampai dengan 4 MSP menunjukkan perbedaan nyata antar berbagai media perkecambahan dan diketahui bahwa tinggi bibit yang berasal dari media perkecambahan kombinasi tanah dan pasir lebih tinggi dibandingkan bibit yang berasal dari media perkecambahan lainnya.

Tabel 8 Nilai tengah perlakuan bibit dari media perkecambahan terhadap tinggi bibit

Bibit dari Media Perkecambahan

Umur tanaman (MSP)

0 1 2 3 4 5 6t

…… cm ……

Arang Sekam 3.05b 3.58c 4.21c 5.73c 9.25c 14.48b 20.70b

Pasir 3.75a 4.30b 5.10b 7.12b 11.98b 18.12a 24.60ab

Tanah:Pasir (1:1) 3.65a 4.59a 5.93a 8.57a 13.44a 19.51a 25.98a

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%; t = transformasi√� + . ; MSP = Minggu Setelah Pembibitan

Nilai tengah perlakuan media pembibitan terhadap tinggi bibit terdapat pada Tabel 9. Awal pemindahan (0 MSP) tinggi bibit yang ditanam pada perlakuan media kombinasi tanah, arang sekam, dan kompos berbeda nyata dengan perlakuan media kombinasi tanah dan arang sekam. Pengamatan pada 1 MSP tinggi bibit dari semua media pembibitan tidak berbeda nyata. Tinggi bibit pada perlakuan media pembibitan kombinasi tanah dan arang sekam pada 2 MSP sampai dengan 6 MSP berbeda nyata dengan perlakuan pembibitan lainnya. Media yang dikombinasikan dengan pupuk kandang dan kompos pada 2 MSP hingga 6 MSP memiliki tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata. Hal tersebut diduga adanya pengaruh proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme, unsur hara N yang penting dan dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif mengalami imobilisasi sehingga tanaman mengalami defisiensi hara bagi pertumbuhan tanaman (Fadillah 2007).

Tabel 9 Nilai tengah perlakuan media pembibitan terhadap tinggi bibit

Media Pembibitan Umur tanaman (MSP)

0 1 2 3 4 5 6t

…… cm ……

T : AS (1:1) 3.30b 4.21a 5.44a 8.50a 14.16a 22.01a 29.47a T : AS : K (1:1:1) 3.69a 4.18a 4.88b 6.23a 9.22b 13.16b 18.61b T : AS : PK (1:1:1) 3.46ab 4.08a 4.85b 6.60b 10.11b 14.75b 20.49b

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%; t= transformasi √� + . ; MSP = Minggu Setelah Pembibitan; T:AS = tanah: arang sekam; T : AS : K= tanah : arang sekam : kompos; T : AS : PK = tanah : arang sekam : pupuk kandang

Nilai tengah perlakuan bibit dari media perkecambahan terhadap jumlah daun terdapat pada Tabel 10. Awal pemindahan jumlah daun bibit diseragamkan

sehingga tidak berbeda nyata antar perlakuan media perkecambahan. Jumlah daun bibit tidak berbeda nyata pada semua perlakuan media perkecambahan pada semua hari pengamatan kecuali pada 1 MSP. Jumlah daun bibit pada 1 MSP yang berasal dari media perkecambahan pasir lebih banyak dibandingkan dengan media perkecambahan lainnya.

Tabel 10 Nilai tengah perlakuan bibit dari media perkecambahan terhadap jumlah daun

Bibit dari Media Perkecambahan

Umur tanaman (MSP)

0 1 2 3 4 5 6

…… helai ……

Arang Sekam 3.00a 3.83b 5.13a 6.33a 7.67a 9.27a 10.67a

Pasir 3.00a 4.08a 5.21a 6.58a 7.94a 9.24a 10.76a

Tanah : Pasir (1:1) 3.00a 3.75b 5.18a 6.45a 8.25a 9.88a 11.38a

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%, MSP = Minggu Setelah Pembibitan

Nilai tengah perlakuan media pembibitan terhadap jumlah daun terdapat pada Tabel 11. Jumlah daun pada semua media pembibitan pada 0 MSP dan 1 MSP tidak berbeda nyata. Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa jumlah daun dengan media pembibitan kombinasi tanah, arang sekam, kompos pada 2 MSP dan 3 MSP paling sedikit dibandingkan media lainnya, namun pada 4 MSP dan 5 MSP jumlah daun tidak berbeda nyata dengan perlakuan media pembibitan kombinasi tanah, arang sekam, dan pupuk kandang. Jumlah daun pada semua media pembibitan pada 6 MSP tidak berbeda nyata dengan jumlah sebanyak 11 helai.

Tabel 11 Nilai tengah perlakuan media pembibitan terhadap jumlah daun

Media Pembibitan Umur tanaman (MSP)

0 1 2 3 4 5 6

…… helai ……

T : AS (1:1) 3.00a 4.04a 5.57a 6.87a 8.50a 10.20a 11.55a T : AS : K (1:1:1) 3.00a 3.79a 4.79c 6.04c 7.30b 8.40b 10.20a T : AS : PK (1:1:1) 3.00a 3.83a 5.17b 6.48b 7.72ab 9.22ab 10.67a

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%, MSP = Minggu Setelah Pembibitan; T:AS = tanah: arang sekam; T : AS : K= tanah : arang sekam : kompos; T : AS : PK = tanah : arang sekam : pupuk kandang

Nilai tengah perlakuan bibit dari media perkecambahan terhadap diameter batang terdapat pada Tabel 12. Diameter batang pada semua media perkecambahan pada 0 MSP dan 1 MSP tidak berbeda nyata. Berdasarkan tabel 12 perlakuan bibit dari media perkecambahan kombinasi tanah dan pasir memiliki diameter terbesar dengan nilai 0.280 mm, namun pada 4 MSP hingga 6 MSP diameter tidak berbeda nyata dengan bibit dari media perkecambahan pasir secara. Bibit dari media perkecambahan arang sekam diameter batang pada 3 MSP dan 4

MSP memiliki diameter terkecil, namun pada 5 MSP dan pada 6 MSP tidak berbeda nyata dengan bibit dari media perkecambahan pasir (0.268 mm).

Tabel 12 Nilai tengah perlakuan bibit dari media perkecambahan terhadap diameter batang

Bibit dari Media Perkecambahan

Umur tanaman (MSP)

0 1t 2 3 4 5 6

…… mm ……

Arang Sekam 0.083a 0.140a 0.126b 0.151c 0.179b 0.225b 0.254b Pasir 0.084a 0.109a 0.130b 0.161b 0.200a 0.239ab 0.268ab Tanah:Pasir (1:1) 0.083a 0.115a 0.137a 0.173a 0.207a 0.251a 0.280a Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda

nyata pada DMRT 5%; t = transformasi √� + . ; MSP = Minggu Setelah Pembibitan

Nilai tengah perlakuan media pembibitan terhadap diameter batang terdapat pada Tabel 13. Media pembibitan kombinasi tanah dan arang sekam memiliki diameter batang terbesar yaitu 0.28 mm dibandingkan media kombinasi tanah, arang sekam, dan kompos juga media kombinasi tanah, arang sekam, dan pupuk kandang sebesar 0.25 mm. Awal pembibitan (0 MSP) perlakuan media pembibitan kombinasi tanah dan arang sekam berbeda nyata, namun pada 1 MSP semua perlakuan media tidak berbeda nyata. Sementara diameter bibit dari media pembibitan kombinasi tanah, arang sekam, dan kompos dan perlakuan media pembibitan kombinasi tanah, arang sekam, dan pupuk kandang pada 2 MSP hingga 6 MSP berbeda nyata dengan media pembibitan kombinasi tanah dan arang sekam.

Tabel 13 Nilai tengah perlakuan media pembibitan terhadap diameter batang

Media Pembibitan Umur tanaman (MSP)

0 1t 2 3 4 5 6

…… mm ……

T : AS (1:1) 0.09a 0.11a 0.14a 0.18a 0.22a 0.26a 0.28a T : AS : K (1:1:1) 0.08b 0.15a 0.13b 0.15b 0.17b 0.22b 0.26b T : AS : PK (1:1:1) 0.08b 0.11a 0.12b 0.15b 0.19b 0.23b 0.26b

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%; t = transformasi √� + . ; MSP = Minggu Setelah Pembibitan; T:AS = tanah: arang sekam; T : AS : K= tanah : arang sekam : kompos; T : AS : PK = tanah : arang sekam : pupuk kandang

Gambar 3 merupakan bibit yang akan dipindahkan ke media pembibitan. Bibit yang berasal dari media perkecambahan arang sekam (Gambar 3b) memiliki panjang akar terpendek dan daun berwarna kuning keputihan. Bibit yang berasal dari media perkecambahan pasir (Gambar 3a) dan media kombinasi tanah dan arang sekam (Gambar 3c) memiliki tinggi batang yang tidak berbeda nyata, namun warna daun bibit dari media kombinasi tanah dan pasir lebih hijau dibandingkan bibit dari media perkecambahan lainnya. Bibit yang berasal dari

media pasir memiliki akar terpanjang dibandingkan bibit dari media perkecambahan lainnya.

(a) (b) (c)

Gambar 3 Panjang akar bibit pada berbagai media perkecambahan (a) Pasir, (b) Arang sekam, (c) Tanah dan Pasir (1:1)

Nilai tengah perlakuan bibit dari media perkecambahan pada berbagai media pembibitan terhadap panjang akar terdapat pada Tabel 14. Bibit dari media perkecambahan pasir dan media kombinasi tanah dan pasir pada 0 MSP tidak berbeda nyata. Perlakuan bibit dari media perkecambahan arang sekam pada 0 MSP berbeda nyata, karena media arang sekam mengandung unsur kalium yang tinggi sehingga perkembangan akar terganggu. Panjang akar bibit dari semua media perkecambahan pada 6 MSP tidak berbeda nyata, namun diantara media tersebut bibit yang berasal dari media perkecambahan pasir memiliki akar terpanjang yaitu 18.67 cm.

Tabel 14 Nilai tengah perlakuan bibit dari media kecambah pada berbagai media pembibitan terhadap panjang akar

Bibit dari Media Perkecambahan Umur tanaman (MSP)

0t 6t

…… cm ……

Arang Sekam 5.96b 16.53a

Pasir 10.71a 18.67a

Tanah : Pasir (1:1) 9.34a 17.13a

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%; t = transformasi √� + . ; MSP = Minggu Setelah Pembibitan

Gambar 4 merupakan bibit markisa ungu berumur 6 MST. Bibit yang ditanam pada media kombinasi tanah, arang sekam, dan pupuk kandang (Gambar 4b) memiliki keragaan yang baik dilihat dari banyaknya akar sekunder yang tumbuh.

(a) (b)

(c)

Gambar 4 Perbandingan panjang dan keragaan akar berdasarkan media pembibitan yang berbeda a) kombinasi tanah, arang sekam, dan kompos (b) kombinasi tanah, arang sekam, dan pupuk kandang (c) kombinasi tanah dan arang sekam. Media perkecambahan S = arang sekam; P = pasir; T = kombinasi tanah dan pasir

Nilai tengah perlakuan media pembibitan terhadap panjang akar terdapat pada Tabel 15. Media pembibitan pada 0 MST hingga 6 MST terhadap panjang akar tidak berbeda nyata. Pada 0 MST media pembibitan kombinasi tanah dan arang sekam memiliki panjang akar terpanjang yaitu 9.78 cm, namun pada 6 MST perlakuan media pembibitan kombinasi tanah, arang sekam, dan pupuk kandang memiliki panjang akar terpanjang yaitu 18.29 cm, berselisih sepanjang 0.24 cm dengan media pembibitan kombinasi tanah dan arang sekam.

Tabel 15 Nilai tengah perlakuan media pembibitan terhadap panjang akar

Media Pembibitan Umur tanaman (MSP)

0t 6t

…… cm ……

T : AS (1:1) 9.78a 18.05a

T : AS : K (1:1:1) 8.20a 15.15a

T : AS : PK (1:1:1) 8.03a 18.29a

Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%; t = transformasi √� + . ; MSP = Minggu Setelah Pembibitan; T:AS = tanah: arang sekam; T : AS : K= tanah : arang sekam : kompos; T : AS : PK = tanah : arang sekam : pupuk kandang

Perlakuan bibit yang berasal dari media perkecambahan pasir yang dibibitkan pada media kombinasi tanah, arang sekam, dan pupuk kandang memberikan hasil terbaik pada peubah panjang akar. Hal tersebut terjadi karena kombinasi media pembibitan tanah, arang sekam, dan pupuk kandang memiliki ukuran pori-pori yang cukup longgar dibandingkan media lainnya sehingga pertumbuhan akar berkembang dengan baik.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Benih markisa ungu (Passifora edulis Sim.) yang diekstraksi dengan kapur tohor dan dikecambahkan pada media arang sekam menghasilkan viabilitas dan vigor tertinggi. Daya berkecambah benih yang dihasilkan 60.83%, kecepatan tumbuh 4.127% etmal-1, dan indeks vigor 53.67% .

Media pembibitan yang terbaik untuk markisa ungu adalah kombinasi tanah dan arang sekam (1:1). Tinggi bibit mencapai 29.47 cm, diameter batang 0.28 mm, dan jumlah daun 12 helai. Pada media kombinasi tanah, arang sekam, dan pupuk kandang (1:1:1) bibit markisa ungu menghasilkan panjang akar tertinggi yaitu 18.29 cm.

Saran

Metode ekstraksi menggunakan kapur tohor dan HCl perlu dilakukan dengan berbagai konsentrasi dan waktu perendaman untuk mempelajari pengaruhnya terhadap viabilitas dan vigor benih markisa ungu lebih lanjut.

Dokumen terkait