• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode penelitian yang digunakan bersifat penelitian eksperimental secara kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan hasil dari penelitian yang divisualisasikan melalui pengamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data hasil penelitian menyatakan bahwa waktu fiksasi, waktu dehidrasi dan waktu analisis sangat berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil pewarnaan HE, hal tersebut terbukti baik secara kualitatif (visual) maupun kuantitatif (dengan perhitungan), dimana terdapat perbedaan bermakna secara statistik antara perlakuan dengan perbedaan lama waktu fiksasi 1 dibandingkan lama waktu fiksasi 2, lama waktu dehidrasi 1 dibandingkan lama waktu dehidrasi 2 serta lama waktu analisis 1 dibandingkan dengan lama waktu analisis 2.

Perbedaan secara visual untuk pewarnaan HE yang adekuat dibandingkan yang tidak adekuat pada sampel jaringan ginjal dan kolon dapat dilihat pada gambar 1, 2, 3 dan 4.

(A) (B)

Gambar 1. Perbandingan Kualitas Gambaran Histologi Preparat Jaringan Ginjal. Adekuat (A), Tidak Adekuat (B). Pewarnaan HE, objektif 40x

(A) (B)

Gambar 2. Perbandingan Kualitas Gambaran Histologi Preparat Jaringan Kolon. Adekuat (A), Tidak Adekuat (B). Pewarnaan HE, objektif 40x

(A) (B)

Gambar 3. Perbandingan Kualitas Gambaran Histologi Preparat Jaringan Ginjal. Analisis Waktu 1 (A), Analisis Waktu 2 (B). Pewarnaan HE, objektif 40x

(A) (B)

Gambar 4. Perbandingan Kualitas Gambaran Histologi Preparat Jaringan Kolon. Analisis Waktu 1 (A), Analisis Waktu 2 (B). Pewarnaan HE, objektif 40x

Berdasarkan hasil penelitian, kualitas pada pewarnaan HE sangat penting sekali karena pewarnaan yang tidak berkualitas akan mengakibatkan tampilan atau visualisasi dari morfologi menjadi berubah, berbeda, tidak jelas dan sangat menyulitkan pada saat interprestasi hasil, diagnosis, juga menyebabkan hasil pemeriksaan menjadi tidak akurat, tidak optimal dan kurang dapat dipercaya untuk menjawab pertanyaan riset serta mempersulit didalam menegakkan diagnosa suatu penyakit.

Pewarnaan HE dipengaruhi oleh peran hematoksilin sebagai pewarna dasar. Setiap komponen yang terwarnai oleh zat ini mengandung asam nukleat, seperti inti sel yang kaya kromatin, dan daerah sitoplasma yang kaya RNA. Struktur dalam jaringan tampak berwarna ungu kebiruan. Pewarnaan inti yang tidak adekuat artinya kurang adekuatnya hematoksilin yang mewarnai bagain inti seluler, hal ini bisa disebabkan oleh fiksasi yang tidak adekuat. Penyebab lainnya adalah proses penghilangan parafin yang tidak sempurna, waktu pewarnaan tidak adekuat, proses penghilangan warna terlalu kuat atau berlebihan, pemotongan yang tipis dan pH nya yang tepat (Zulham, 2009).

Pada pewarnaan sitoplasma, eosin berperan sebagai pewarna asam yang mewarnai komponen jaringan yang tidak berinti sehingga berwarna merah sampai merah muda. Pada pewarnaan sitoplasma menjadi lebih pucat dan samar. Batas antara sel kabur sitoplasma yang tidak adekuat terwarnai oleh eosin bisa juga disebabkan oleh pH terlalu tinggi, dehidrasi dengan alkohol terlalu lama, kontaminasi ketika dehidrasi dengan alkohol, pemotongan yang terlalu tipis, waktu pewarnaan yang tidak adekuat. Hal ini sesuai dengan ikatan asam basa

pada pewarnaan Hematoksilin Eosin (Totok Sutoyo, 2009).

Pada kejernihan pewarnaan juga dipengaruhi oleh fiksasi, fiksasi membuat kejernihan detail struktur (M. Hayat, 2021). Selain itu juga bisa disebabkan kesalahan pada pengolahan jaringan.

Kesalahan-kesalahan itu seperti terlalu singkat dalam proses pengolahan khususnya pada waktu pencetakan, pemilihan reagen yang kurang tepat, penggunaan reagen yang kurang, kesalahan mekanik pada alat, atau kesalahan pada penggantian pelarut (Rolls. O.G, 2008).

Keseragaman pewarnaan dipengaruhi oleh fiksasi yang ideal, sehingga akan memperlihatkan gambaran semua sel yang seragam. Langkah awal dan paling kritis dalam histoteknik adalah fiksasi. Jika fiksasi tidak adekuat maka proses selanjutnya yaitu dehidrasi, pembeningan, pencetakan, pemotongan dan proses akhir yaitu pewarnaan juga tidak akan adekuat (Jocelyn Hb, 2016).

Berdasarkan hasil pengamatan preparat jaringan ginjal dan kolon menunjukkan perlakuan pada parameter waktu fiksasi 1, waktu dehidrasi 1 dan waktu analisis 1 menghasilkan pewarnaan yang lebih adekuat dibandingkan waktu fiksasi 2, waktu dehidrasi 2 dan waktu analisis 2, baik pada pewarnaan inti, sitoplasma, kejernihan dan keseragaman pewarnaannya. Hasil prosentase penilaian berbagai parameter pewarnaan preparat ginjal tersebut dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.

Tabel 1. Pengamatan Kejernihan dan Keseragaman Sel terhadap pengaruh Waktu Fiksasi, Waktu Dehidrasi dan Waktu Analisis terhadap Kualitas Pewarnaan HE

Keterangan: G=Ginjal, F=Fiksasi, D=Dehidrasi, A=Analisis, AD=Adekuat, TA=Tidak Adekuat

Tabel 2. Pengamatan Inti dan Sitoplasma Sel terhadap Pengaruh Waktu Fiksasi, Waktu Dehidrasi dan Analisis terhadap Kualitas Pewarnaan HE

Keterangan: G=Ginjal, F=Fiksasi, D=Dehidrasi, A=Analisis, AD=Adekuat, TA=Tidak Adekuat

Tabel 3. Hasil Perhitungan Fisher Exact

Dari hasil pengamatan preparat ginjal dan kolon, jumlah total penilaian berbagai parameter pewarnaan menunjukkan waktu fiksasi 1, waktu dehidrasi 1 dan waktu analisis 1 lebih adekuat dibandingkan waktu fiksasi 2, waktu dehidrasi 2 dan waktu analisis 2 terdapat perbedaan bermakna secara statistik antara kedua kelompok (p<0,05).

Dengan data secara kualitatif dan kuantitatif diatas membuktikan dan menjelaskan betapa pentingnya untuk menjaga mutu, kualitas yang baik pada pewarnaan HE. Dapat sebagai kontrol mutu dari hasil pengerjaan pewarnaan HE, serta untuk mendapatkan solusi permasalahan di internal bahkan solusi tersebut mungkin bisa juga diterapkan untuk pihak eksternal yang membutuhkan.

Untuk menjaga mutu dan kualitas pewarnaan HE perlu menjaga kondisi standart dan sesuai dari sampel preparat pada saat pra, analitik dan paska analitik serta selalu dilakukan pengecekan dan pemantauan terhadap hasil pewarnaan tersebut. Hasil pewarnaan HE yang bermutu dan berkualitas baik, dapat digunakan untuk bahan pengajaran dan praktikum bagi mahasiswa, akan memudahkan pada saat interprestasi hasil pewarnaan, sehingga hasil pemeriksaan yang diperoleh menjadi akurat, optimal dan dapat dipercaya untuk menjawab pertanyaan riset guna mempelajari perubahan jaringan dan organ serta mempermudah didalam Jernih (%) Seragam (%)

Parameter Ginjal Kolon Waktu Fiksasi 0,0036 0,0012 Waktu Dehidrasi 0,00035 0,000025

Waktu Analisis 0,00082 0,00010

menegakkan diagnosa penyakit tumor dan kanker.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka penggunaan waktu fiksasi 1(1-2 hari) dapat menghasilkan kualitas pewarnaan HE yang lebih baik atau adekuat dibandingkan waktu fiksasi 1 bulan.

P<0,05 berbeda secara bermakna. Waktu dehidrasi 1 dapat menghasilkan kualitas pewarnaan HE yang lebih baik atau adekuat dibandingkan waktu dehidrasi 2. P<0,05 berbeda secara bermakna.Waktu analisis 1(3-7 hari) dapat menghasilkan kualitas pewarnaan HE yang lebih baik/adekuat dibandingkan waktu analisis diatas 1 bulan. P<0,05 berbeda secara bermakna. Ketiga faktor yaitu waktu fiksasi (pra analitik), waktu dehidrasi (analitik) dan waktu analisis (paska analitik) ternyata berpengaruh signifikan terhadap kualitas/mutu pewarnaan HE.Untuk menjaga mutu dan kualitas pewarnaan HE perlu menjaga kondisi standart sampel preparat pada saat pra, analitik dan paska analitik serta selalu dilakukan pengecekan terhadap hasil pewarnaan tersebut.

Ucapan Terima Kasih

Penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi , Riset dan Teknologi, Dekan dan Kajur FK-UB, Kadep dan Kalab Laboratorium Patologi Anatomi FK-UB dan semua pihak yang telah membantu baik dalam dana, fasilitas ataupun peralatan bagi keberhasilan dan kelancaran kegiatan pada penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Ankle, Madhuri R, and Priya S Joshi. 2011.

Study to Evaluate the Efficiency of Xylene-Free Hematoxylin and Eosin Staining Procedure as Compared to the Conventional Hematoxylin and Eosin Staining: an Experimental Study.

Journal of Oral and Maxillofacial Pathology.

Dahlan, M. Sopiyudin. 2015, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:

Salemba Medika.

Gage, Gregory J., Daryl R. Kiple, and William Shain. 2012. Whole Animal Perfusion Fixation for Rodents. Journal Vis.

Experiment.

Grounds, Miranda. 2014. Histopathology in haematoxylin and eosin Stained Muscle Sections, School of Anatomy and Human Biology. Perth, Australia: the University of Western Australia.

Hariono, Bambang. 2009. Mikroskopi Elektron Pengenalan dan Teknik Preparasi.

Yogyakarta: Kanisisus.

Muhammad Hayat, A. 2021. Microscopy, Immunohistochemistry and Antigen Retrieval Methods for Light and Electron Microscopy. New York:

Kluwer Academic/Plenum Publishers.

I Wayan Gede Artawan Eka Putra, M. Epid. Dr, et.al. 2016. Penelitian Uji Diagnostik dan Skrining. Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Program Studi Kesehatan Masyarakat.

IAPI (Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia. 2008. Pedoman Penanganan Bahan Pemeriksaan Untuk Histopatologi. Jakarta.

Jocelyn, H B, Gregorios, Bonnie Cohen. 2016.

Fixation Histopathologic Techniques Second Edition. Philippine: Goodwill Trading.

Jusuf, Ahmad Aulia. 2009. Histoteknik dasar.

Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Jusuf, Ahmad Aulia. 2012. Teknik Histologi 1.

Jakarta: Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Juan Rosai Mosby, 2004. Surgical Pathology, Ninth Edition, Philadelphia:Mosby, Volume 1.

Khristhian dan Dewi, Inderiati. 2017. Bahan Ajar Teknologi Laboratorium Medis:

Sitohistoteknologi. Jakarta

Nuralim, Ernst, Randy, Indriati dwi Rahayu, dan Rachmad Sarwo Bekti. 2017. Analisis Perbandingan Fiksasi Menggunakan Larutan Formalin dan Larutan Carnoy Pada Somit, Neural Tube, dan Vaskular Embrio Ayam Usia 48 Jam dengan Pewarnaan Hematoxilin-Eosin. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. 4(1): 10-11.

Rolls, John B Hall Geoffrey O, and Neville J.

Farmer, 2008. Artifacts in Histological and Artifacts in Histological and Cytological Preparation. Department of laboratory Medicine RMIT University Melbourne: Scientia Leica Microsystems Education Series.

Totok Sutoyo, dkk. 2009. Teori Pengolahan Citra Digital. Yogyakarta: Andi Yogyakarta dan UDINUS Semarang.

Zulham. 2009. Penuntun Praktikum Histoteknik Biomedik. Medan: Departemen Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.

Penyediaan Stok Kultur Bakteri (Patogen dan