• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Percobaan

Pemindahan tanaman tomat ke lapangan dilakukan pada akhir bulan Januari 2015. Kondisi iklim yang ekstrem pada fase vegetatif berupa perbedaan kelembaban dan suhu yang sangat tinggi menyebabkan frekuensi serangan hama dan penyakit semakin tinggi. Kondisi iklim yang ekstrem bisa dilihat pada Tabel 1, yaitu dengan curah hujan berkisar 360-464 mm bulan-1. Tanaman tomat pada masa vegetatif memerlukan curah hujan yang cukup, namun pada fase generatif memerlukan curah hujan yang sedikit. Curah hujan yang ideal berkisar anatara 750-1250 mm tahun-1 (Pitojo 2005). Curah hujan yang tinggi menyebabkan tingkat serangan hama dan penyakit semakin tinggi. Hama yang banyak menyerang tanaman adalah ulat grayak (Spodoptera litura) dan ulat penggerek buah tomat (Helicoverpa armigera) . Penyakit yang menyerang tanaman tomat adalah busuk ujung buah (Blossom end rot), layu fusarium (Fusarium

oxysporium), hawar daun (Phytophthora infestans), rebah pangkal batang

(Phytium sp.), dan gemini virus (Gambar 2).

Penanaman 6 varietas tomat (Permata F1, Marglobe, Roma, Yasmin F1, Tora, dan Sukon) dilakukan dengan populasi 20 tanaman per petak. Pada percobaan ini terdapat 36 petak secara keseluruhan. Varietas Marglobe dan Roma mati pada minggu ke 4 setelah dipindahkan ke lapang. Hal ini disebabkan kedua varietas tersebut merupakan varietas introduksi untuk dataran tinggi yang tidak toleran pada kondisi iklim di dataran rendah. Empat varietas tomat yang tersisa dipertahankan hingga akhir penelitian. Tomat varietas Yasmin F1 mengalami pengurangan populasi yang cukup banyak karena termasuk jenis tomat dataran tinggi namun jumlah tanaman yang survive di lapangan masih cukup untuk dilakukan pengamatan dari komponen produksi hingga bobot panen. Tomat varietas Sukon memiliki populasi tanaman di persemaian yang cukup sedikit sehingga tidak terdapat sisa untuk menyulam, namun populasi tanaman yang sedikit ini keragaaannya cukup baik di lapangan sehingga sedikit tanaman yang mati karena serangan hama dan penyakit. Tomat varietas Permata F1 dan Tora memiliki keragaan tanaman yang baik dan dapat bertahan dari serangan hama dan penyakit. Tomat varietas Permata F1 menghasilkan bobot panen terbaik dibanding varietas lain yang diuji, hal ini disebabkan varietas Permata F1 merupakan satu-satunya varietas tomat hibrida dataran rendah yang digunakan pada penelitian ini.

Gambar 2 Serangan hama dan penyakit tanaman tomat pada lahan penelitian:

a. Spodoptera litura; b. Gemini virus; c. Helicoverpa armigera

c b

13

Kondisi iklim menjelang panen sangat ekstrem, siang hari sangat panas selama beberapa hari, lalu diikuti hujan yang sangat deras menyebabkan bunga gagal menjadi buah dan buah yang telah terbentuk menjadi rentan terserang cendawan. Aplikasi fungisida dilakukan bersamaan dengan pemupukan NPK kocor dilakukan 2 minggu sekali, sedangkan aplikasi insektisida dilakukan dengan cara disemprot dengan menggunakan knapsack sprayer setelah tanaman berbunga dengan intensitas aplikasi 1 minggu sekali. Menurut Tugiyono (2005) waktu tanam untuk tomat yang baik adalah dua bulan sebelum musim hujan berakhir sehingga pada saat musim kemarau atau menjelang musim kemarau tomat sudah berbuah.

Tabel 1 Data temperatur dan curah hujan Kecamatan Darmaga

Bulan Temperatur (

oC)

Curah hujan (mm)

rata-rata maks min

Desember 21.6 25.6 19.0 464.0

Januari 20.5 27.6 17.5 360.0

Februari 26.9 30.0 23.7 425.0

Maret 25.6 33.6 21.0 374.3

Sumber : Stasiun Klimatologi Darmaga (2015)

Secara umum sistem olah tanah tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tomat. Keragaman yang sangat nyata antar varietas terlihat baik dalam pertumbuhan maupun produksi (Tabel 2). Analisis ragam pada Tabel 2 juga dapat dilihat tidak ada interaksi antara sistem olah tanah dengan varietas kecuali pada peubah kemanisan buah.

Tabel 2 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh pengolahan tanah terhadap pertumbuhan, produksi, dan kualitas hasil buah tomat

Peubah Kuadrat Tengah

Ulangan Mulsa Varietas Interaksi KK (%)

Jumlah daun 3.52tn 23.1084 tn 636.46** 52.77 tn 15.49 Diameter batang 67.83 tn 248.97 tn 313.24 tn 79.31 tn 13.45 Tinggi tanaman 457.67 tn 440.67 tn 702.65** 114.13 tn 10.30 Bobot panen per tanaman 19880.51 tn 71539.34 tn 539293.71** 4450.34 tn 24.26 Bobot panen ubinan 4.19 *8 1.91tn 9.91** 0.84 tn 23.35 Kemanisan buah 0.08 tn 0.57tn 2.83** 0.99** 6.30 Total asam tertitrasi 0.05 tn 0.03tn 1.37** 0.35tn 12.89

Keterangan: **=berpengaruh nyata taraf 1%, *=berpengaruh nyata taraf 5%, tn=tidak berpengaruh nyata

14

Pertumbuhan Tanaman

Pertumbuhan tanaman tomat pada sistem olah tanah minimum tidak berbeda nyata dengan sistem olah tanah konvensional (Tabel 3). Pengolahan tanah tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman tomat. Tinggi tanaman 5 MST pada pengolahan tanah minimum adalah 93.17 cm, lebih tinggi namun tidak berbeda nyata dengan sistem olah tanah konvensional yaitu 84.60 cm.

Tabel 3 Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah daun beberapa varietas tomat (5 MST) pada perlakuan pengolahan tanah dan penanaman biomulsa Perlakuan Tinggi tanaman (cm) Jumlah daun Pengolahan tanah Konvensional 84.60 42.82 Minimum 93.17 40.86 Varietas Permata F1 98.63a 40.47b Yasmin F1 97.85a 37.99b Tora 80.24b 56.44a Sukon 78.82b 32.44b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada peubah yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata uji lanjut DMRT pada taraf 5%.

Pertumbuhan tomat pada perlakuan pengolahan tanah minimum dengan biomulsa cenderung lebih baik, lebih tinggi karena mulsa dapat memberikan beberapa nilai positif untuk tanaman utama diantaranya dapat mengendalikan gulma, mengendalikan nematoda, dan meningkatkan kesuburan tanah (Argel et al. 1996; Maswar 2004). Sejalan dengan yang dilaporkan oleh Samad et al. (2009) bahwa A. pintoi dapat meningkatkan tinggi tanaman kentang sebagai akibat dari penurunan kompetisi antara tanaman dengan gulma dan penekanan intensitas serangan hama dan penyakit. Penggunaan mulsa juga dapat membantu menjaga suhu tanah menjadi lebih stabil karena akan mencegah radiasi sinar matahari langsung (Doring et al. 2006). Suhu tanah yang rendah dapat mengurangi laju respirasi akar sehingga asimilat yang dapat disumbangkan untuk penimbunan cadangan makanan menjadi lebih banyak dibanding perlakuan tanpa mulsa (Timlin et al. 2006). Manfaat lain dari biomulsa A. pintoi adalah kemampuannya untuk membentuk bintil akar hasil simbiosis dengan bakteri Rhizobium sehingga terjadi akumulasi fiksasi N2 di dalam tanah sekitar pertanaman (Sumiahadi 2014). Fiksasi nitrogen ini dapat menambah ketersediaan unsur nitrogen di dalam tanah yang dapat diserap tanaman.

Varietas Permata F1 memiliki tinggi tanaman yang tertinggi. Pada umur 5 MST, tinggi tanaman varietas Permata F1 adalah 98.63 cm, lebih tinggi dan berbeda nyata dari varietas Tora 80.24 cm dan Sukon 78.82 cm tetapi tidak berbeda nyata dengan Yasmin F1 97.85 cm. Varietas Permata F1 merupakan varietas tomat hibrida tipe determinate yang cocok untuk dataran rendah (0-400 m dpl). Varietas tomat yang tergolong determinate (terhenti setelah pembungaan)

15

memiliki umur panen yang lebih pendek, yaitu hanya sekitar 60 hari setelah tanam sudah dapat dipanen (Cahyono 2008). Umur panen yang lebih pendek mengindikasikan bahwa fase vegetatifnya lebih cepat. Varietas lain yang memiliki tipe pertumbuhan determinate adalah varietas Tora dan Yasmin F1, sedangkan varietas Sukon merupakan satu-satunya varietas yang memiliki tipe pertumbuhan indeterminate pada penelitian ini.

Varietas Sukon memiliki tinggi tanaman terendah yaitu 78.82 cm pada 5 MST. Hal ini disebabkan Varietas Sukon termasuk ke dalam tomat dengan tipe pertumbuhan indeterminate. Tipe pertumbuhan tomat indeterminate adalah tipe pertumbuhan yang tidak diakhiri dengan tumbuhnya rangkaian bunga atau buah sehingga proses pertumbuhan vegetatif masih terus berlangsung walaupun sudah memasuki fase generatif. Umur panennya relatif lebih lama dan pertumbuhan batangnya relatif lambat (Wiryanta 2002).

Tabel 3 menunjukkan bahwa sistem pengolahan tanah dan penanaman biomulsa tidak berpengaruh terhadap jumlah daun. Varietas yang memiliki jumlah daun terbanyak pada 5 MST adalah varietas Tora dengan jumlah daun 56.44 helai, lebih banyak dan berbeda nyata dengan varietas Permata F1 40.47 helai, varietas Sukon 32.44 helai, dan varietas Yasmin F1 37.99 helai (Tabel 3). Varietas Tora merupakan varietas yang dapat beradaptasi dari dataran rendah sampai tinggi (01500 mdpl) (Wiryanta 2002). Keragaan tanaman varietas Tora adalah tidak terlalu tinggi namun memiliki batang yang kokoh dan jumlah daun yang banyak. Dibandingkan dengan varietas yang lainnya, daun dari tomat varietas Tora berukuran paling kecil.

Komponen Produksi

Keragaman antar varietas juga ditunjukkan oleh komponen produksi (Gambar 3). Varietas Tora memiliki ukuran buah terkecil. Bobot buah varietas Tora adalah 8.87 g, jauh lebih kecil dari ketiga varietas lainnya (Gambar 3c).

Gambar 3 Komponen produksi beberapa varietas tomat (V1: Permata F1, V4: Yasmin F1, V5: Tora, V6: Sukon) pada perlakuan pengolahan tanah konvensional dan minimum: a. diameter buah; b. panjang buah; c. bobot buah 0 1 2 3 4 5 6 7 V1 V4 V5 V6 d iame ter b u ah (c m ) Varietas 0 2 4 6 8 V1 V4 V5 V6 p an ja n g b u ah (c m ) Varietas 0 20 40 60 80 100 V1 V4 V5 V6 b o b o t b u ah (g) Varietas a b c

16

Varietas Tora ini adalah varietas tomat yang memiliki bentuk buah berbeda-beda, diantaranya bulat, buat pipih dan berbentuk bulat menyerupai bola lampu. Buahnya tersusun bertandan-tandan atau berkelompok yang terdiri dalam satu tangkai 4-6 buah (Tugiyono 2005).

Bentuk buah dari berbagai varietas terlihat cukup beragam (Gambar 4). Bentuk buah tomat varietas Permata F1 adalah bulat agak lonjong dengan ukuran sedang dan berbobot sekitar 50-60 g, sedangkan tomat varietas Yasmin F1 memiliki bentuk buah yang lonjong dengan ukuran cukup besar. Varietas Tora memiliki bentuk buah bulat seperti cherry dan berukuran paling kecil. Varietas Sukon memiliki bentuk buah bulat dengan ukuran cukup besar.

Gambar 4 Keragaan buah tomat dari empat varietas tomat: V1. Permata F1, V4. Yasmin F1, V5. Tora, dan V6. Sukon

Produksi Tanaman Tomat

Perlakuan pengolahan tanah konvensional tanpa mulsa memberikan bobot per tanaman 512.51 g, lebih tinggi dibandingkan pengolahan tanah minimum dengan biomulsa yaitu 403.32 g (Tabel 4). Meskipun demikian, berdasarkan bobot panen per ubinan pada sistem olah tanah minimum dengan biomulsa lebih besar karena pada perlakuan ini jumlah tanaman sehat lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan pengolahan tanah konvensional tanpa mulsa. Kedua sistem tersebut menghasilkan bobot ubinan berturut-turut sebesar 3.43 kg 5.76 m-2 dan 2.86 kg 5.76 m-2 setara dengan 59.54 kuintal ha-1 dan 49.65 kuintal ha-1. Produktivitas hasil konversi dari bobot panen ubinan pada perlakuan sistem olah tanah konvensional dan sistem olah tanah minimum lebih rendah bila dibandingkan dengan produktivitas nasional yaitu sebesar 159.6 kuintal ha-1 (BPS 2014).

Pengolahan tanah minimum cenderung lebih baik karena pada perlakuan pengolahan tanah minimum, agregat tanah lebih stabil sehingga pada saat terjadi hujan deras, nutrisi yang ada di dalam tanah tertahan oleh partikel tanah. Sedangkan pada pengolahan tanah konvensional sangat terlihat terjadinya kerusakan agregat tanah setelah hujan deras (Lampiran 2). Ketersediaan hara

V1 V4

17

setelah pencucian akibat hujan deras ini dapat mempengaruhi produksi tanaman tomat. Hasil penelitian ini memberikan indikasi bahwa tomat dapat dibudidayakan dengan sistem olah tanah minimum yang dikombinasikan dengan penanaman

Arachis pintoi. Berbagai keuntungan ekologis seperti kemantapan agregat tanah

dan berkurangnya risiko terjadinya erosi, serta keuntungan ekonomis berupa berkurangnya biaya pengolahan tanah untuk musim tanam selanjutnya dapat dijadikan alasan untuk diaplikasikan oleh petani.

Tabel 4 Rata-rata bobot panen per tanaman dan bobot panen per ubinan dari berbagai varietas tomat pada perlakuan pengolahan tanah dan penanaman biomulsa

Perlakuan Bobot panen per

tanaman (g)

Bobot panen per ubinan (kg 5.76m-2) Pengolahan tanah Konvensional 512.51 2.86 Minimum 403.32 3.43 Varietas Permata F1 854.31a 4.65a Yasmin F1 194.86c 1.62c Tora 522.46b 3.58b Sukon 260.03c 2.73b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada peubah yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata uji lanjut DMRT pada taraf 5%.

Kualitas Hasil Buah Tomat

Keragaman antar varietas juga ditunjukkan dalam kualitas buah tomat, terutama pada kekerasan buah yang disajikan pada Gambar 5. Varietas Tora menunjukkan kekerasan buah yang paling tinggi. Nilai kekerasan buah untuk Varietas Tora adalah 93.65 mm 50 g-1 5 detik-1, Varietas Permata F1 adalah 60.45 mm 50 g-1 5 detik-1, Varietas Sukon 46.67 mm 50 g-1 5 detik-1, dan Varietas Yasmin F1 39.90 mm 50 g-1 5 detik-1. Nilai kekerasan buah ini mengindikasikan bahwa penetrometer menembus buah tomat sedalam x mm dengan beban 50 gram selama 5 detik. Nilai kekerasan buah yang tinggi pada varietas Tora mengindikasikan bahwa varietas Tora memiliki tingkat kekerasan buah yang paling lunak diantara varietas lainnya. Tomat varietas Tora memiliki kulit yang tipis, daging yang tipis, dan mengandung sedikit air (Tugiyono 2005).

Gambar 5 Kekerasan buah (mm 50 g-1 5 detik-1) beberapa varietas tomat 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00

Permata Sukon Yasmin Tora

m m 5 0 g -1 5 d etik -1 Varietas

18

Keragaman antar varietas juga terlihat pada nilai rata – rata total asam tertitrasi (Tabel 5). Varietas yang memiliki nilai total asam tertitrasi tertinggi adalah Tora dengan 3.90 ml NaOH. Hal ini menunjukkan bahwa varietas Tora memiliki tingkat keasaman yang tertinggi dibandingkan dengan varietas yang lainnya. Varietas Sukon memiliki nilai total asam tertitrasi sebesar 3.37 ml NaOH berbeda nyata dengan varietas Tora, sedangkan varietas Yasmin F1 memiliki nilai total asam tertitrasi sebesar 3.68 ml NaOH namun tidak berbeda nyata dengan varietas Tora. Nilai total asam tertitrasi terendah adalah varietas Permata F1 dengan nilai 2.80 ml NaOH. Varietas Permata F1 memiliki keasaman buah terendah dibanding varietas lain yang diuji pada penelitian ini.

Tabel 5 Rata-rata total asam tertitrasi dari berbagai varietas tomat pada perlakuan pengolahan tanah dan penanaman biomulsa

Perlakuan Total asam tertitrasi (ml NaOH)

Pengolahan tanah Konvensional 3.47 Minimum 3.40 Varietas Permata F1 2.80c Yasmin F1 3.68ab Tora 3.90a Sukon 3.37b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada peubah yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata uji lanjut DMRT pada taraf 5%.

Perlakuan pengolahan tanah dan penanaman mulsa dengan berbagai varietas menunjukkan interaksi pada parameter tingkat kemanisan buah (Tabel 6). Interaksi yang nyata terdapat pada varietas Yasmin F1. Varietas Yasmin F1 pada perlakuan M1 memiliki tingkat kemanisan buah sebesar 7.83 oBrix berbeda nyata dengan perlakuan M0 yang memiliki tingkat kemanisan buah sebesar 6.40 oBrix. Interaksi antara perlakuan pengolahan tanah dan penanaman mulsa dengan varietas tertentu hanya terjadi pada varietas Yasmin F1, sedangkan varietas lainnya tidak menunjukkan adanya interaksi. Varietas Sukon dengan perlakuan M0 memiliki nilai kemanisan buah 6.75 oBrix lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan M1 yaitu 5.76 oBrix namun antar perlakuan tersebut tidak berbeda nyata dan tidak menunjukkan interaksi antara perlakuan dengan varietas.

Tabel 6 Interaksi pengolahan tanah dan penanaman mulsa dengan varietas tomat terhadap kemanisan buah (oBrix)

Pengolahan tanah

Varietas

Permata F1 Yasmin F1 Tora Sukon

Konvensional 6.00a 6.40b 5.43a 6.75a

Minimum 6.20a 7.83a 5.53a 5.76a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada peubah yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata uji lanjut DMRT pada taraf 5%.

19

Dokumen terkait