• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Keadaan Penyuluhan Pertanian di Daerah Penelitian

Kelembagaan penyuluhan di Kabupaten Langkat masih di bawah naungan Dinas Pertanian, maka Badan Pelaksana Penyuluhan adalah Dinas Pertanian Kabupaten bidang Penyuluhan.

Balai Penyuluhan Pertanian (BPP)

Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) adalah tempat pertemuan para penyuluh, pelaku utama dan pelaku usaha untuk menyusun program penyuluhan di tingkat kecamatan sejalan dengan program penyuluhan kabupaten; melaksanakan penyuluhan berdasrkan program penyuluhan; menyediakan dan menyebarkan informasi teknologi, sarana produksi, pembiayaan dan pasar, memfasilitasi pengembangan kelembagaan dan kemitraan pelaku utama dan pelaku usaha serta memfasilitasi peningkatan kapasitas penyuluh PNS, penyuluh THL melalui proses pembelajaran secara berkelanjutan.

Kabupaten Langkat sudah memiliki 19 BPP yang tersebar di 23 kecamatan, walaupun masih ada beberapa BPP yang belum memiliki kantor tersendiri dan masih menumpang di kantor camat dengan rincian sebagai berikut :

a. BPP Definitif berjumlah 16 BPP yang tersebar di Kecamatan Bahorok, Kuala,

Selesai, Bingai, Stabat, Binjai, Wampu, Secanggang, Hinai, Tanjung Pura, Padang Tualang, Sawit Seberang, Batang Serangan, Gebang, Besitang, Pangkalan Susu dan Brandan Barat.

b. BPP Bayangan berjumlah 3 unit (belum memiliki bangunan sendiri/masih menumpang di kantor camat) yang tersebar di Kecamatan Salapian, Kutambaru, Babalan dan Sei Lepan).

Sistem Kerja Penyuluhan Pertanian di Daerah Penelitian

Sistem kerja yang dilaksanakan di Kabupaten Langkat adalah sistem kerja LAKUSUSI (Latihan, Kunjungan dan Supervisi). Dimana pola kunjungan dilakukan tiap 4 hari kerja, dan dalam 1 hari ada 2 kelompok tani yang dikunjungi secara bergilir.

Latihan bagi penyuluh pertanian diselenggarakan di BPP atau ditempat lain dengan jadwal sekali dalam dua minggu. Latihan tersebut diselenggarakan secara teratur, terarah dan berkelanjutan. Proses latihan (belajar-mengajar) difasilitasi oleh penyuluh pertanian yang menguasi materi, maupun tenaga ahli dari lembaga lainnya.

Supervisi dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten terhadap : 1) rencana kerja penyuluh di tingkat kecamatan, dan desa, 2) rencana kerja penyelenggara pelatihan di Balai Penyuluhan, 3) materi pelatihan yang diberikan oleh penyelenggara, serta 4) kesesuaian jadual pelaksanaan dan materi pelatihan yang telah direncanakan oleh penyelenggara. Dan untuk mengetahui seluruh kegiatan penyuluh pertanian di lapangan dapat dilihat dari buku kerja penyuluh pertanian.

Balai Penyuluhan Kecamatan melaksanakan supervisi terhadap : 1) rencana kerja penyuluh di tingkat desa, 2) rencana kerja penyelenggara pelatihan petani.

Pelaksanaan supervisi, monitoring dan evaluasi disesuaikan dengan jadual kegiatan LAKU dan kegiatan penyuluhan pertanian lainnya yang dianggap perlu di Wilayah Kerja BPP.

Perkembangan Penyuluhan Pertanian di Daerah Penelitian

Perkembangan penyuluhan di daerah penelitian dapat dilihat dari perkembangan jumlah PPL dan jumlah kelompok tani selama tiga tahun terakhir yang dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 20. Perkembangan Jumlah PPL dan Jumlah Kelompok Tani di Kecamatan Secanggang, Kecamatan Selesai dan Kecamatan Salapian Tahun 2007 - 2009

Kecamatan Tahun Jumlah PPL Pertambahan Jumlah PPL (%) Jumlah Kelompok Tani Petambahan Jumlah Kelompok Tani (%) Secanggang 2007 9 - 138 - 2008 11 22, 2 138 0 2009 12 9,0 138 0 Selesai 2007 7 - 153 - 2008 9 28,5 153 0 2009 10 11,1 153 0 Salapian 2007 3 - 48 - 2008 3 0 48 0 2009 5 66,6 48 0

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Langkat Tahun 2009

Tabel 20 menunjukkan bahwa di kecamatan Secanggang di tahun 2008 terjadi pertambahan jumlah PPL sebanyak 2 orang (22, 2%), dan di tahun 2009 terjadi pertambahan jumlah PPL sebanyak 1 orang (9%). Di kecamatan Selesai terjadi pertambahan jumlah PPL pada tahun 2008 yaitu sebanyak 2 orang (28,5%), pada tahun 2009 terjadi pertambahan jumlah PPL sebanyak 1 orang (11,1%). Sedangkan di kecamatan Salapian pada tahun 2008 tidak terdapat pertambahan jumlah PPL (0%) , namun pada tahun 2009 terjadi pertambahan jumlah PPL sebanyak 2 orang (66,6%).

Selama tiga tahun terakhir tidak terjadi pertambahan jumlah kelompok tani sama sekali di daerah penelitian, hal ini dikarenakan jumlah kelompok tani yang

ada sudah terlalu banyak, maka sejak tahun 2001 Dinas Pertanian mengeluarkan keputusan bahwa tidak ada penambahan jumlah kelompok tani.

Dengan demikian keadaan penyuluhan pertanian di Kabupaten Langkat dalam tiga tahun terakhir tidak mengalami perkembangan, karena perkembangn jumlah PPL selama tiga tahun terakhir tidak dibarengi dengan perkembangan jumlah kelompok tani selama tiga tahun terakhir di daerah penelitian.

Gambaran Penempatan Tugas PPL di Daerah Penelitian

Penempatan tugas PPL (Pembagian Wilayah Kerja PPL) ditetapkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten. PPL ditempatkan secara merata di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Langkat baik PNS maupun THL (Tenaga Harian Lepas).

Mulai tahun 2007, pemerintah melalui Dinas Pertanian mengangkat THL PPL (tenaga Harian Lepas Penyuluh pertanian lapangan) agar tercapainya program revitalisasi penyuluhan pertanian yaitu penempatan satu desa satu PPL. Sistem penempatan satu desa satu PPL ini sangat membantu PPL dalam melaksanakan tugasnya di wilayah kerjanya dan PPL lebih mudah dalam mengadakan kunjungan kerjanya kepada desa binaannya serta dapat melakukan pelatihan-pelatihan usahatani kepada petani sasarannya.

Adapun distribusi penempatan PPL di lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 21. Distribusi Penempatan PPL di Kecamatan Secangganng,

Kecamatan Selesai dan Kecamatan Salapian Tahun 2009

No Kecamatan Jumlah Desa/Kelurahan Jumlah PPL Jumlah PPL Seharusnya 1. Secanggang 17 12 17 2. Selesai 14 10 14 3. Salapian 17 5 17 Jumlah 48 27 48

Sumber : Data diolah dari Lampiran 3

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah PPL di Kecamatan Secanggang berjumlah 12 orang dengan jumlah desa binaan sebanyak 17 desa, hal ini tidak seimbang karena jumlah PPL yang seharusnya adalah 17 orang PPL. Di kecamatan Selesai jumlah PPL sebanyak 10 orang dengan jumlah desa binaan sebanyak 14 desa, dimana jumlah PPL seharusnya adalah 14 orang PPL. Demikian juga di Kecamatan Salapian, jumlah PPL dengan jumlah desa binaan yang tidak sesuai dimana jumlah PPL sebanyak 5 orang dengan desa binaan sebanyak 17, seharusnya jumlah PPL adalah 17 orang.

Dengan demikian penempatan PPL di daerah penelitian belum sesuai dimana jumlah PPL tidak sebanding dengan jumlah desa yang ada, sehingga program revitalisasi penyuluhan pertanian satu desa satu PPL belum tercapai.

Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok PPL di Daerah Penelitian

Tugas Pokok dan fungsi penyuluh secara umum di Kabupaten Langkat adalah menyelenggarakan, melaksanakan penyuluhan pertanian di tingkat desa yang ditetapkan sebagai wilayah binaan, baik secara perorangan maupun tim sesuai kebutuhan petani.

Adapun uraian tugas pokok PPL di Kabupaten Langkat yang tertulis dalam buku kerja penyuluhan Partanian Kabupaten Langkat adalah :

1. Mengidentifikasikan masalah-masalah yang dihadapi oleh petani dan keluarganya dalam berusaha tani.

2. Menginventarisasi data di wilayah kerjanya yang dapat di gunakan sebagai bahan dasar dalam penetapan materi.

3. Membantu menyusun programa penyuluhan pertanian 4. Menggali dan mengembangkan sumberdaya

5. Mengembangkan swadaya dan swakarsa petani dan keluarganya

6. Mengikhtiarkan kemudahan-kemudahan bagi para petani dan keluarganya antara lain dalam mendapatkan, sarana produksi, kredit dan alat-alat pertanian.

7. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dan keluarganya dalam penerapan berbagai technologi pengelolaan hasil, pemasaran serta rekayasa sosial ekonomi.

8. Menyusun laporan secara periodik pelaksanaan intensifikasi 9. Menyusun rencana kerja penyuluhan pertanian di WKPP

Pada penelitian ini, keberhasilan pelaksanaan tugas pokok PPL dinilai berdasarkan paramater tiap tugas, dimana tiap tugas pokok dijabarkan menjadi 3 parameter (tabel 5 dan tabel 6).

Berdasarkan hasil penelitian (lampiran 5j) pelaksanaan tugas pokok PPL di daerah penelitian adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasikan masalah-masalah yang dihadapi oleh petani dan keluarganya dalam berusaha tani seperti pengadaan bibit unggul, pengolahan

tanah, pemupukan, pengendaalian hama penyakit, dll. Dengan mengidentifikasikan masalah-masalah tersebut maka PPL dapat lebih mudah menyusun materi yang akan disampaikan kepada petani.

Berdasarkan lampiran 5j dapat dikemukakan bahwa seluruh PPL di daerah penelitian (27 orang) melakukan identifikasi masalah yang dihadapi oleh petani dan membantu pemecahan masalah.

2. Menginventarisasi data di wilayah kerjanya yang dapat di gunakan sebagai bahan dasar dalam penetapan materi.

Pembuatan inventarisasi data wilayah kerja meliputi pembuatan data keadaan wilayah, kelompok tani dan peta wilayah kerja. Pembuatan inventarisasi data wilayah kerja dimaksudkan sebagai alat untuk melakukan identifikasi potensi desa, baik SDA, SDM, infrastruktur dan social ekonominya. Peta wilayah kerja akan mempermudah dalam penyusunan rancangan kegiatan penyuluhan dan materi penyuluhan sesuai hasil identifikasi potensi desa. Berdasarkan tabel 22 dapat dikemukakan bahwa 25 orang PPL sampel (92,6%) yang memiliki inventarisasi data wilayah kerja lengkap, sedangkan 2 orang PPL sampel (7,4%) memilliki inventarisasi data wilayah kerja namun tidak lengkap dengan alasan wilayah kerja yang terlalu luas dan sulit dijangkau. 3. Membantu menyusun programa penyuluhan pertanian.

Dari 27 orang PPL sampel, seluruhnya (100%) membantu penyusunan program penyuluhan di BPP.

4. Menggali dan mengembangkan sumberdaya

Untuk mengembangkan sumber daya yang dimiliki oleh petani maka hal yang dilakukan adalah memberikan pelatihan kepada petani baik berupa teori

maupun praktek. Berdasarkan tabel 22 maka diperoleh data bahwa seluruh PPL sampe di daerah penelitian berjumlah 27 orang (100%) memberikan pelatihan kepada petani berupa teori dan praktek.

5. Mengembangkan swadaya dan swakarsa petani.

Pengembangan swadaya dan swakarsa petani dilakukan PPL dengan membantu petani dalam pembentukan kelompok tani dan dilakukan pembinaan kelompok. Dari tabel 22 seluruh PPL sampel yang berjumlah 27 orang (100%) membantu pembentukan kelompok tani dan melalukan pembinaan kelompok.

6. Mengikhtiarkan kemudahan-kemudahan bagi para petani dan keluarganya antara lain dalam mendapatkan sarana produksi, kredit dan alat-alat pertanian. Dalam kegiatan usaha tani sudah tentu petani membutuhkan sarana produksi berupa alat-alat pertanian, bibit, pupuk dan kredit modal. Dari tabel 22 dapat dilihat bahwa 27 orang PPL sampel (100%) PPL aktif dalam membantu kelompok tani dalam penyediaan sarana produksi dan PPL aktif dalam memberikan informasi dan arahan bagi petani untuk memperoleh Kredit Usaha Tani.

7. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dan keluarganya dalam penerapan berbagai technologi pengelolaan hasil, pemasaran serta rekayasa sosial ekonomi.

Parameter yang digunakan dalam pelaksanaan tugas ini adalah PPL aktif dalam mengadakan pelatihan tentang cara bercocok tanam dan pelatihan analisis usaha tani, dan 27orang PPL (100%) melaksanakan tugas tersebut. 8. Menyusun laporan secara periodik pelaksanaan intensifikasi.

Pelaporan hasil kegiatan penyuluhan disampaikan oleh petugas PPL setiap dua minggu sekali kepada koordinator PPL pada saat pertemuan di kecamatan. Laporan tersebut akan dibahas bersama dan jika ada masalah maka pada pertemuan tersebut dirumuskan dan ditetapkan langkah-langkah penyelesaiannya. Dari tabel 22 dapat dilihat bahwa 100% PPL menyusun laporan penyuluhan secara periodik.

9. Menyusun rencana kerja penyuluhan pertanian di WKPP perdua minggu dan persemester.

Penyusunan rencana kerja 2 mingguan dan rencana kerja persemester sekaligus dilaksanakan oleh 23 orang PPL sampel (85,2%), sedangkan 4 orang lagi hanya menyusun rencana kerja 2 mingguan

Tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok PPL dapat dilihat dari hasil penelitian terhadap 27 orang PPL yang melaksanakan tugas dan tidak melaksanakan tugas pokok yang telah ditetapkan Dinas Pertanian Kabupaten berdasarkan 27 parameter yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan tugas pokok PPL.

Tabel 22. Skoring Pelaksanaan Tugas Pokok PPL oleh PPL Sampel

Tingkat Keberhasilan Tugas Skor

Rendah 9 – 15

Sedang 16 – 22

Tinggi 23 - 30

Tingkat ketercapaian pelaksanaan tugas pokok PPL di daerah peneltian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 23. Penilaian Pelaksanaan Tugas Pokok PPL di Kecamatan Secanggang, Kecamatan Selesai dan Kecamatan Salapian Menurut PPL Sampel Tugas Nilai Harapan Rataan Nilai yang Diperoleh Persentase Ketercapaian (%) 1. Mengidentifikasikan masalah- masalah yang dihadapi oleh petani dan keluarganya dalam berusaha tani.

3 3 100

2. Menginventarisasi data di wilayah kerjanya yang dapat di gunakan sebagai bahan dasar dalam penetapan materi.

3 2,93 97,6

3. Membantu menyusun programa penyuluhan pertanian

3 3 100

4. Menggali dan mengembangkan sumberdaya

3 3 100

5. Mengembangkan swadaya dan swakarsa petani dan keluarganya

3 3 100

6. Mengikhtiarkan kemudahan- kemudahan bagi para petani dan keluarganya antara lain dalam mendapatkan, sarana produksi, kredit dan alat-alat pertanian.

3 3 100

7. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dan keluarganya dalam penerapan berbagai technologi pengelolaan hasil, pemasaran serta rekayasa sosial ekonomi.

3 3 100

8. Menyusun laporan secara periodik pelaksanaan intensifikasi

3 3 100

9. Menyusun rencana kerja penyuluhan pertanian di WKPP perdua minggu dan persemester.

3 2,85 95

Total 27 26,78 99,17

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 7a

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa rataan nilai yang diperoleh dari pelaksanaan tugas pokok PPL (lampiran) adalah 26,78 dengan persentase

ketercapaian sebesar 99,17%. Dengan demikian tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok PPL di daerah penelitian adalah tinggi.

Dari tabel 22 dapat dikemukakan bahwa pelaksanaan tugas pokok PPL yang memiliki ketercapaian terendah adalah menyusun rencana kerja penyuluhan pertanian di WKPP perdua minggu dan persemester yaitu sebesar 95%, sedangkan yang memiliki ketercapaian pelaksanaan tugas tertinggi yaitu pelaksanaan tugas pokok PPL dalam mengidentifikasikan masalah-masalah yang dihadapi oleh petani dan keluarganya dalam berusaha tani, membantu menyusun programa penyuluhan pertanian, menggali dan mengembangkan sumberdaya, mengembangkan swadaya dan swakarsa petani dan keluarganya, mengikhtiarkan kemudahan-kemudahan bagi para petani dan keluarganya antara lain dalam mendapatkan, sarana produksi, kredit dan alat-alat pertanian, meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dan keluarganya dalam penerapan berbagai teknologi pengelolaan hasil, pemasaran serta rekayasa sosial ekonomi serta menyusun laporan secara periodik pelaksanaan intensifikasi dengan persentase sebesar 100%.

Selain penilaian dari PPL sampel, keberhasilan pelaksanaan tugas pokok PPL juga dinilai oleh 30 orang petani sampel. Penilaian pelaksanan tugas dengan menggunakan 15 parameter pelaksanaan tugas.

Tabel 24. Skoring Pelaksanaan Tugas Pokok PPL oleh Petani Sampel

Tingkat Keberhasilan Tugas Skor

Rendah 5 - 8

Sedang 9 - 12

Tabel 25. Penilaian Pelaksanaan Tugas Pokok PPL di Kecamatan Secanggang, Kecamatan Selesai dan Kecamatan Salapian oleh Petani Sampel Menurut Petani Sampel

Tugas Nilai Harapan Rataan Nilai yang Diperoleh Persentase Ketercapaian (%) 1. Mengidentifikasikan masalah- masalah yang dihadapi oleh petani dan keluarganya dalam berusaha tani. 3 2,93 97,6 2. Menggali dan mengembangkan sumberdaya 3 3 100 3. Mengembangkan swadaya dan swakarsa petani dan keluarganya

3 3 100

4. Mengikhtiarkan kemudahan- kemudahan bagi para petani dan keluarganya antara lain dalam mendapatkan, sarana produksi, kredit dan alat-alat pertanian.

3 2,9 96,6

5. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dan keluarganya dalam penerapan berbagai technologi pengelolaan hasil, pemasaran serta rekayasa sosial ekonomi.

3 3 100

Total 15 14,48 98,84

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 7b

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa rataan nilai yang diperoleh dari pelaksanaan tugas pokok PPL (lampiran) adalah 14,48 dengan persentase ketercapaian sebesar 98,84%. Untuk tingkat ketercapaian pelaksanaan tugas terendah adalah pada pelaksanaan tugas PPL dalam hal mengikhtiarkan kemudahan-kemudahan bagi para petani dan keluarganya antara lain dalam mendapatkan, sarana produksi, kredit dan alat-alat pertanian yaitu sebesar 96,6%, sedangkan tingkat ketercapaian pelaksanaan tugas PPL tertinggi ada pada pelaksanaan tugas PPL dalam menggali dan mengembangkan sumberdaya, mengembangkan swadaya dan swakarsa petani dan keluarganya, meningkatkan

pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dan keluarganya dalam penerapan berbagai teknologi pengelolaan hasil, pemasaran serta rekayasa sosial ekonomi yaitu sebesar 100%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok PPL di daerah penelitian tinggi dengan skor penilaian menurut PPL sampel sebesar 26,78 (persentase ketercapaian 99,17%) dan penilaian pelaksanaan tugas pokok PPL menurut petani sampel yaitu dengan skor 14,48 (persentase ketercapaian 98,84%).

Masalah – Masalah yang Dihadapi dalam Penempatan Tugas Tenaga PPL di Kabupaten Langkat

Adapun masalah yang dihadapi dalam penempatan tugas PPL adalah :

1. Jumlah PPL yang tidak sebanding dengan luasnya wilayah kerja, dimana jumlah PPL di daerah penelitian adalah 27 sedangkan desa binaan sebanyak 48 desa, hal ini berarti 1 orang PPL memiliki daerah binaan lebih dari 1. 2. Masih banyaknya PPL yang jarak dari tempat tinggal ke wilayah kerjanya

lebih dari 8 Km yaitu 16 orang (40,8%) (lampiran 4), dimana sesuai dengan pertimbangan dari Dinas Pertanian bahwa jarak ideal PPL ke wilayah kerjanya adalah ≤ 8 Km sehingga PPL dapat lebih mudah dalam mengunjungi desa binaannya (Dinas Pertanain Kabupaten Langkat).

Upaya – Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Masalah Penempatan Tugas Tenaga PPL di Daerah Penelitian

1. Untuk mengatasi masalah tidak sebandingnya jumlah PPL yang ada dengan daerah binaan, maka dinas pertanian telah melakukan upaya penambahan

jumlah PPL Tenaga Harian Lepas setiap tahunnya walaupun upaya ini belum sepenuhnya terpenuhi.

2. Untuk mengatasi masalah jauhnya jarak tempat tinggal PPL dengan wilayah kerja maka upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan kendaraan dinas bagi PPL sehingga PPL dapat lebih mudah menjangkau wilayah kerja desa binaan, namun karena terbatasnya jumlah anggaran penyediaan kendaraan dinas belum sepenuhnya terpenuhi.

Masalah-Masalah yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Tugas PPL di Daerah Penelitian

PPL dalam melaksanakan tugasnya menghadapi berbagai permasalahan yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Sulitnya menrubah Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan (PSK) Petani. Dalam penyuluhan pertanian sasaran yang ingin dicapai adalah peningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Petani (PSK) sehingga mereka akan mampu untuk mandiri.

Tabel 26. Peningkatan Pengatahuan, Sikap dan Keterampilan (PSK) Petani

No Uraian Jumlah

(Orang) Persentase (%)

1. Sulit 9 33,3

2 Tidak Sulit 18 66,7

Total 27 100

Sumber : Data dioalh dari lampiran 8

Berdasarkan tabel 26 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 8 orang PPL (33,3%) menyatakan bahwa selama ini PPL mengalami kesulitan dalam meningkatkan PSK petani, menurut mereka petani kurang memiliki motivasi dari dalam dirinya untuk melakukan kemajuan, selain itu juga tingkat pendidikan

petani yang rendah menyebabkan sulitnya tingkat penyerapan adopsi informasi dan teknologi yang disampaikan oleh PPL.

2. Sulitnya mengajak petani untuk mengadakan pertemuan.

Tabel 27. Kesulitan PPL dalam Melakukan Pertemuan dengan Petani

No Uraian Jumlah (Orang) Persentase (%) 1. Sulit 20 74 2. Tidak Sulit 7 26 Total 27 100

Sumber : Data dioalh dari lampiran 9

Di dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan melalui sistem kerja latihan dan kunjungan, penyuluh lapangan melakukan kunjungan kepada kelompok tani secara rutin dan reguler. Berdasarkan tabel 27 dapat dilihat bahwa 74 % PPL mengatakan bahwa mereka sulit untuk mengajak petani untuk melakukan pertemuan dalam kunjungannya. Selama ini PPL selalu melakukan kunjungan ke kelompok tani namun jumlah petani yang hadir dalam kunjungan tersebut sedikit.

Upaya-Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Masalah Pelaksanaan Tugas PPL di Daerah Penelitian

Adapun upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah pelaksanaan tugas PPL adalah :

1. Untuk mengatasi masalah rendahnya PSK petani maka upaya yang dilakukan oleh PPL adalah dengan terus memberikan motivasi kepada petani dan memberikan penyuluhan kepada petani dengan materi-materi yang lebih mudah diserap oleh petani.

2. Untuk mengatasi masalah sulitnya mengajak petani untuk mengadakan pertemuan, upaya yang telah dilakukan adalah dengan bekerja sama dengan

kepala desa ataupun tokoh masyarakat setempat lainnya untuk mengajak masyarakat agar mau mengikuti kegiatan penyuluhan.

Dokumen terkait