• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian LD50 ekstrak etanol biji buah duku dengan dosis 15 g/kgBB per oral

tidak menyebabkan kematian pada hewan percobaan. Penelitian LD50 ini kemudian

dilanjutkan dengan dosis yang lebih tinggi. Dosis yang digunakan adalah dosis 50000, 75000, 112500, dan 168750 mg/kgBB. Hasil pengamatan terhadap kematian mencit pada berbagai tingkat dosis disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil pengujian LD50 ekstrak etanol biji buah duku pada mencit.

Dosis (mg/kgBB)

Jumlah mencit

Mortalitas Periode pengamatan mortalitas (jam) r 0 5 0/5 48 0 50000 5 0/5 48 0 75000 5 1/5 24 1 112500 5 4/5 24 4 168750 5 4/5 24 4

Keterangan : r = jumlah kematian mencit dalam satu kelompok uji

Berdasarkan Tabel 3 diperoleh hasil kematian 4 ekor mencit yang terdapat pada perlakuan 3 dan 4. Pada kelompok perlakuan 2 terdapat 1 ekor mencit yang mati, sedangkan pada kelompok perlakuan 1 tidak terdapat kematian mencit. Selanjutnya Grafik kematian mencit tersebut dapat disajikan sebagai berikut.

Gambar 1 Grafik jumlah kematian mencit pada pengujian LD50

0 50000 100000 150000 200000 1 2 3 4 5 jumlah kematian Do s is Series2

18

Berdasarkan jumlah kematian hewan percobaan dari empat tingkat dosis ekstrak etanol biji buah duku menghasilkan empat nilai r, yaitu 0, 1, 4, dan 4 dengan asumsi bahwa semua hewan coba mengalami kematian pada dosis lebih besar dari 168750 mg/kgBB. Berdasarkan tabel perhitungan LD50 Thomson dan Weil, nilai r tersebut

memiliki nilai f sebesar 0,25000 dan δf sebesar 0,25000 yang kemudian digunakan untuk menghitung nilai LD50. Berdasarkan metode Thomson dan Weil diperoleh nilai LD50

ekstrak etanol biji buah duku sebesar 82985.0767 mg/kgBB dengan uraian perhitungan sebagai berikut : Log LD50 = log D + d (f + 1) = log 50.000 + log 3/2 (0,25000 + 1) = 4, 6989 + 0,2201 = 4,9190 LD50 = 82.985,0767 mg/kgBB

Menurut klasifikasi toksisitas relatif Lu (1995), senyawa yang terkandung dalam ekstrak etanol biji buah duku diklasifikasikan sebagai bahan yang bersifat praktis tidak toksik sebab nilai LD50 diatas 15000 mg/kgBB. Sehingga apabila sejumlah zat diberikan

kepada hewan dengan dosis tinggi dan tidak ada hewan yang mati, dianggap bahwa semua toksisitas akut yang berbahaya dapat disingkirkan (Lu 1995). Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji buah duku tidak bersifat toksik.

Setiap hewan percobaan yang digunakan akan memberikan reaksi yang berbeda pada dosis tertentu. Perbedaan reaksi tersebut diakibatkan oleh perbedaan tingkat kepekaan setiap hewan. Dengan demikian perlu diketahui selang LD50.

4.2 Selang Lethal Dosis (LD50)

Selang LD50 ekstrak etanol biji buah duku dapat dihitung dengan metode

Thomson dan Weil. Perhitungan selang LD50 dilakukan untuk mengetahui kisaran nilai

LD50. Perhitungan tersebut dapat disajikan sebagai berikut.

Log kisaran = log LD50 ± 2 d δf

19

= 4,9190 ± 0,0880 = 4,8310 - 5,0070

Kisaran LD50 = 67.764,1507 - 101.624,8693 mg/kgBB.

Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh nilai kisaran LD50 ekstrak etanol biji buah

duku sebesar 67.764,1507 - 101.624,8693 mg/kgBB. Selanjutnya nilai kisaran LD50

ekstrak etanol biji buah duku dapat disajikan pada grafik seperti pada Gambar 2.

Gambar 2 Grafik kisaran LD50 ekstrak etanol biji buah duku.

Parameter yang digunakan dalam penghitungan nilai LD50 ekstrak etanol biji buah

duku adalah nilai LD50 dan kisaran LD50. Hewan percobaan yang mengalami gejala

keracunan sebagai akibat pemberian ekstrak etanol biji buah duku tidak diamati secara detail. Hal ini dilakukan karena hewan percobaan yang mengalami gejala keracunan tidak masuk dalam perhitungan nilai LD50.

Hasil pengujian LD50 ekstrak etanol biji buah duku dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Faktor-faktor tersebut adalah spesies, strain, keragaman individu, jenis kelamin, umur, berat badan, cara pemberian, kesehatan hewan, dan lingkungan (Balls et al 1991). Faktor-faktor tersebut dianggap seragam sehingga respon yang dihasilkan hanya dipengaruhi oleh perlakuan.

Perbedaan spesies dan cara pemberian akan mempengaruhi nilai toksisitas ekstrak etanol biji buah duku. Menurut Siswandono dan Bambang (1995) setiap spesies dan strain yang berbeda memiliki sistem metabolisme dan sistem detoksikasi yang berbeda. Pemberian obat per oral tidak langsung didistribusikan ke seluruh tubuh. Pemberian obat atau toksikan per oral didistribusikan ke seluruh tubuh setelah terjadi proses penyerapan

0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 0 50 100 LD50 do s is

20

di saluran pencernaan. Sehingga mempengaruhi kecepatan metabolisme suatu zat di dalam tubuh (Mutschler 1991).

Hewan-hewan yang lebih muda memiliki kepekaan yang lebih tinggi terhadap dosis yang diberikan dari pada hewan yang sudah dewasa. Pada hewan yang sudah tua memiliki sistem biotransformasi dan ekskresi yang sudah menurun (Mustchler 1991). Perbedaan berat badan akan menyebabkan perbedaan dalam penentuan dosis. Semakin besar berat badan hewan semakin besar dosis yang digunakan. Hewan yang tidak sehat dapat memberikan nilai LD50 yang berbeda (Siswandono dan Bambang 1995). Beberapa

faktor lingkungan yang mempengaruhi LD50 antara lain temperatur, kelembaban udara,

dan cuaca (Balls et al 1991). Temperatur ruang penelitian adalah 230C untuk menjaga kestabilan hewan fisiologis hewan percobaan. Menurut Mangkoewidjojo dan Smith (1988), temperatur yang tinggi membuat fisiologis hewan percobaan menjadi tidak stabil.

Berdasarkan uji fitokimia sebagian besar zat aktif yang terdapat dalam biji buah duku memungkinkan bersifat toksik. Sifat toksik yang terkandung dalam biji buah duku kemungkinan merupakan salah satu penyebab kematian dari hewan percobaan. Menurut Ijang (2007), terpenoid dalam tumbuhan bekerja sebagai insektisida atau berdaya racun terhadap hewan tinggi. Alkaloid mempunyai rasa pahit dan sebagai antiserangga.

Semua keracunan terjadi akibat reaksi antara zat beracun dengan reseptor dalam tubuh (Katzung 2002). Pemberian ekstrak etanol biji buah duku secara oral menyebabkan zat aktif yang terdapat dalam biji buah duku diabsorbsi dalam saluran pencernaan. Zat aktif kemudian mengalami proses distribusi dan metabolisme. Produk metabolisme yang bersifat toksik bekerja sebagai inhibitor enzim untuk tahap metabolisme selanjutnya. Reaksi antara zat aktif dengan reseptor dalam organ efektor menyebabkan timbulnya gejala keracunan (Donatus 1998).

Pengujian LD50 bukan satu-satunya pengujian yang digunakan menilai toksisitas

suatu bahan obat atau zat. Pengujian lain yang perlu dilakukan adalah pengujian lanjutan untuk memperkuat analisa keracunan dan toksisitas suatu zat atau bahan obat. Daya toksisitas yang rendah dari ekstrak etanol biji buah duku dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pemanfaatan biji buah duku sebagai bahan yang berkhasiat obat. Dengan demikian kerugian yang akan ditimbulkan dari penggunaan obat asal dari biji buah duku dapat dicegah atau ditanggulangi.

21

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian adalah nilai LD50 ekstrak etanol

biji buah duku pada mencit secara oral dengan metode Thomson dan Weil adalah sebesar 82985.0767 mg/kgBB. Nilai kisaran LD50 sebesar 67764.1507 – 101624.8693 mg/kgBB.

Berdasarkan klasifikasi toksisitas menurut Lu (1995), ekstrak etanol biji buah duku (Lansium domesticum Corr) termasuk kategori praktis tidak toksik.

SARAN

Perlu dilakukan pengujian toksisitas subkronik dan kronik untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat pemberian ekstrak etanol biji buah duku.

22

Dokumen terkait