Berdasarkan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, diperoleh hasil dari setiap anjing dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Fisik pada Anjing
Nama Jenis Kelamin Umur (tahun) BB (kg) Suhu ( o C) Pulsus (kali/menit) Napas (kali/menit) Husky ♂ 4.5 10.6 38.3 88 16 Muka Topeng ♂ 5 13 38.8 124 32 Mario ♂ 3.5 13.1 39.5 120 24 Babydoll ♂ 3 13.2 38.5 120 20 Casey ♀ 3 11 39.5 72 20 Sofie ♀ 3.5 11.2 38.9 84 24 Bellani ♀ 2.5 13.2 38.5 80 36 Jasmine ♀ 3 13.2 38.8 108 28 Sorrow ♀ 3.5 14.1 38.3 112 16 Rataan ± SD - 3.5 ± 0.8 12.5 ± 1.2 38.8 ± 0.5 100.9 ± 19.9 24 ± 6.9 Nilai Referensi - - - 38 – 39* 60 – 120* 16 – 20*
* Sumber : Birchard & Sherding (2000).
Hasil pemeriksaan fisik semua anjing yang digunakan pada penelitian ini tidak ada yang menunjukkan adanya kelainan. Begitu pula dengan suara jantung yang didengarkan dengan menggunakan stetoskop, tidak ditemukan adanya kelainan. Kemudian, setiap anjing yang akan diperiksa dengan USG diperiksa terlebih dahulu dengan EKG untuk mengetahui keadaan listrik jantungnya. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 5.
Hasil pengukuran M-mode echocardiography (Tabel 2, Gambar 6), pada anjing jantan didapatkan nilai LVIDd 28.39 ± 2.22 mm dan pada anjing betina sebesar 26.28 ± 3.96 mm. Tidak ada perbedaan yang nyata dari parameter ini (P>0.05). Nilai rata-rata LVIDd pada semua anjing lokal 27.22 ± 3.30 mm sedangkan pada anjing English Cocker Spaniel menurut Gooding et al. (1986) dengan rata-rata berat badan yang sama, memiliki nilai LVIDd sebesar 33.8 ± 3.5 mm dan pada anjing Anjing Dachshund nilainya adalah 28.4 ± 3.3 mm (Cornell et
17
18
Tabel 2. Dimensi Intrakardiak dan Perhitungan Turunannya. Nilai dinyatakan sebagai rataan ± SD. LVIDd (mm) LVIDs (mm) FS Jantan 28.39 ± 2.22 a 15.61± 1.94 a 0.45± 0.06 a (26.17 – 30.61) (13.67 – 17.55) (0.39 – 0.51) Betina 26.28± 3.96 a 16.87± 3.42 a 0.37± 0.05 a (22.32 – 30.24) (13.45 – 20.29) (0.32 – 0.42) Semua Anjing 27.22 ± 3.30 16.31 ± 2.78 0.41 ± 0.06 (23.92 – 30.52) (13.53 – 19.09) (0.35 – 0.47)
Keterangan : LVIDd, left ventricle internal dimension at end diastole; LVIDs, left
ventricle internal dimension at end-systole; FS, fractional shortening. Huruf superskrip
yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan perbedaan yang nyata dengan selang kepercayaan: a-b 95% dan a-c 99%.
Parameter LVIDs pada anjing jantan 15.61 ± 1.94 mm, sedangkan pada anjing betina didapatkan nilai 16.87 ± 3.42 mm. Tidak terdapat perbedaan yang nyata dari kedua nilai ini (P>0.05). Untuk kesemua anjing didapatkan nilai LVIDs 16.31 ± 2.78 mm, sedangkan pada anjing English Cocker Spaniel nilainya adalah sebesar 22.3 ± 2.9 mm (Gooding et al. 1986) dan pada anjing Dachshund sebesar 18.8 ± 2.9 mm (Cornell et al. 2004). Posisi perhitungan untuk parameter LVID dapat dilihat pada Gambar 7. Anjing Dachshund adalah anjing yang biasa digunakan untuk berburu, sedangkan anjing English Cocker Spaniel adalah anjing pekerja yang hiperaktif dan sering juga digunakan untuk berburu (Sayer 1994). Kedua anjing ini memiliki aktivitas tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan anjing lokal yang hanya bermain di halaman. Menurut Vander et al. (1990), dalam keadaan bekerja organ tubuh membutuhkan jauh lebih banyak suplai darah dibandingkan dengan tubuh dalam keadaan istirahat. Sedangkan menurut Stepien
et al. (1998), perluasan ruang ventrikel kiri berhubungan dengan peningkatan
volume darah yang secara sekunder terjadi akibat kerja otot skeletal yang meningkat. Oleh karena itu, LVID pada kedua anjing tipe pekerja dan berburu tersebut lebih besar dari nilai hasil pengukuran pada anjing lokal.
19
Fraksi pemendekan (FS) pada anjing jantan diperoleh nilai 0.45 ± 0.06, pada anjing betina 0.37 ± 0.05. Tidak terdapat perbedaan yang nyata dari kedua nilai tersebut. Pengukuran pada semua anjing didapatkan nilai 0.41 ± 0.06 (0.35 – 0.47), sedangkan pada anjing English Cocker Spaniel sebesar 0.34 (0.29 – 0.43) (Gooding et al. 1986) dan pada anjing Dachshund sebesar 0.34 (0.19 – 0.53) (Cornell et al. 2004). Fraksi pemendekan adalah parameter echocardiography yang paling umum dilakukan untuk melihat daya kerja ventrikel. Fraksi pemendekan adalah persentase perubahan dimensi ventrikel kiri dari fase diastol ke fase sistol (Nelson & Couto 1998) dan digunakan untuk memperkirakan kontraktilitas myokard. Hal ini hanya digunakan sebagai panduan dan sangat tergantung pada faktor pengisian yang mempengaruhi kontraksi jantung. Jika ventrikel tidak terisi secara normal selama periode diastol, maka nilai FS akan turun. Nilai FS amat sensitif terhadap perubahan dalam afterload. Peningkatan tekanan darah sistemik atau peningkatan kekakuan myokard akan menurunkan nilai FS. Nilai FS juga dapat dipengaruhi oleh denyut jantung. Rasa senang dapat meningkatkan FS sebagai hasil dari pelepasan katekolamin. Penyakit pada katup jantung akan mempengaruhi fungsi ventrikel sebelum terjadi perubahan pada kontraktilitas myokard. Jika penyakit katup ini cukup akut untuk menyebabkan volume yang berlebihan (volume overload), maka preload akan meningkat. Faktor inilah yang meningkatkan nilai FS dengan berturut-turut menurunkan dimensi sistolik dan meningkatkan dimensi diastolik. Sekali terjadi kegagalan myokard, maka nilai FS akan jatuh (Patteson 2002). Sedangkan menurut Cornell et al. (2004), FS digunakan secara luas sebagai indikator fungsi sistolik ventrikel kiri, dan nilai FS biasanya dihubungkan dengan penyakit jantung atau hipovolemia. Menurut Schille & Skrodzi (1999), FS adalah parameter yang penting untuk membedakan antara cardiomyopathy hipertropik dan dilatasi.
Fraksi pemendekan pada hasil pengukuran nilainya diatas nilai kedua anjing ras, namun masih berada didalam kisaran nilai kedua anjing. Hal ini disebabkan karena nilai FS didapatkan dari perhitungan rumus yaitu : FS = (LVIDd – LVIDs)/LVIDd dan kisaran nilai pada anjing normal adalah 0.28-0.50 (Goddard 1995). Nilai FS hasil pengukuran adalah 0.41 ± 0.06 yang berarti masih dalam kisaran nilai normal. Selain itu, menurut Kayar et al. (2006), besar sampel
20
harus diperhatikan karena jumlah anjing yang digunakan mempengaruhi presisi dari kisaran.
Gambar 6. Pencitraan M-mode echocardiography short axis view pada level LV. M-mode
scan line adalah garis yang berwarna hijau.
Tabel 3. Ketebalan Dinding Jantung. Nilai dinyatakan sebagai rataan ± SD.
LVWd (mm) LVWs (mm) IVSd (mm) IVSs (mm) Jantan 7.83± 1.46 a 10.50± 1.57 a 6.36 ± 0.21 a 9.10 ± 0.47 a (6.37 – 9.29) (8.93 – 12.07) (6.15 – 6.57) (8.63 – 9.57) Betina 7.28± 0.59 a 11.12± 0.23 a 6.15 ±0.39 a 8.43 ± 0.35 b (6.69 – 7.87) (10.89 – 11.35) (5.76 – 6.54) (8.08 – 8.78) Semua Anjing 7.50 ± 1.03 10.84 ± 2.02 6.39 ± 0.29 8.73 ± 0.52 (6.47 – 8.53) (8.82 – 12.86) (6.10 – 6.68) (8.21 – 9.25)
Keterangan : LVWd, left ventricle wall at diastole; LVWs, left ventricle wall at
systole; IVSd, interventricular septa at diastole; IVSs, interventricular septa at end-systole. Huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan perbedaan
21
Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa nilai LVWd lebih kecil dari nilai LVWs. Hal ini terjadi karena sistol merupakan fase dimana jantung mengalami kontraksi untuk memompa darah (Fox 2004), sehingga ketebalan dinding jantung yang diukur lebih besar dibanding saat diastol. Menurut Fox (2004) saat akhir diastol ventrikel kiri dipenuhi oleh darah, darah akan menekan dinding-dinding jantung sehingga saat dilakukan pengukuran nilainya lebih kecil dibandingkan nilai pengukuran saat sistol.
Gambar 7. Posisi perhitungan LVIDd, LVIDs, IVSd, IVSs, LVWd, LVWs.
Parameter LVWd pada anjing jantan 7.83 ± 1.46 mm, sedangkan pada anjing betina 7.28 ± 0.59 mm (tabel 3). Tidak ada perbedaan yang nyata pada kedua nilai ini (P>0.05). Nilai rata-rata dari pengukuran anjing lokal menunjukkan nilai LVWd 7.50 ± 1.03 mm, sedangkan pada anjing English Cocker Spaniel nilainya adalah 7.9 ± 1.2 mm (Gooding et al. 1986), dan pada anjing Dachshund nilai untuk parameter ini adalah 6.8 ± 1.3 mm (Cornell et al. 2004). Untuk LVWs pada anjing jantan didapatkan nilai sebesar 10.50 ± 1.57 mm, sedangkan pada anjing betina nilainya 11.12 ± 0.23 mm. Tidak ada perbedaan yang nyata pada parameter ini (P>0.05). Untuk kesemua anjing didapatkan nilai sebesar 10.84 ±
LVWd
IVSs
LVIDs LVIDs
IVSd
22
2.02 mm, pada anjing English Cocker Spaniel tidak ada data dan untuk anjing
Dachshund sebesar 10.1 ± 1.4 mm (Cornell et al. 2004). Posisi perhitungan
parameter LVW dan IVS dapat dilihat pada Gambar 7. Dibandingkan dengan LVID, nilai hasil pengukuran LVWd dan LVWs lebih besar daripada anjing
Dachshund, dan hasil pengukuran LVWd lebih kecil daripada anjing English Cocker Spaniel. Hal ini dapat terjadi karena selain adanya faktor kebiasaan dan
fungsi anjing (seperti bekerja dan berburu), juga oleh adanya perbedaan ras. Penebalan dinding ventrikel kiri adalah suatu adaptasi dari sel myokard untuk mengurangi stres pada dinding yang berkaitan dengan dilatasi ruang jantung. Namun, penebalan dinding ini tidak terjadi hanya karena adaptasi terhadap dilatasi ruang jantung saja (Stepien et al. 1998), juga dapat disebabkan oleh proses penuaan dan juga tekanan darah yang tinggi (King et al. 2002).
Menurut Kayar et al. (2006), anjing dengan berat badan yang sama tetapi berbeda ras memiliki hasil pengukuran echocardiographic yang berbeda. Jika data dari ras yang berbeda-beda tersebut dikombinasikan untuk memperkirakan ukuran jantung berdasarkan berat badan anjing, hasil tersebut dapat salah dan menyesatkan. Sedangkan menurut Penninck & d’Anjou (2008), evaluasi struktur dan fungsi jantung disebabkan salah satunya oleh variasi genetik (ukuran tubuh), spesies, rasdan individual.
Berdasarkan Tabel 3, nilai IVSd lebih kecil dibandingkan dengan nilai IVSs. Seperti pada parameter LVW, nilai pengukuran pada saat sistol lebih besar daripada saat diastol karena sistol merupakan fase kontraksi dimana otot pada dinding jantung akan menegang dan menebal. Menurut Fox (2004), otot jantung, sama seperti otot rangka, bergaris melintang dan berisi sarkomer yang memendek dengan pergeseran dari filamen tebal dan tipis. Selain itu, darah yang memenuhi ruang ventrikel kiri saat akhir diastol akan menekan dinding-dinding jantung dan membuatnya menjadi lebih tipis (Fox 2004).
Parameter IVSd pada anjing jantan didapatkan nilai 6.36 ± 0.21 mm dan pada anjing betina 6.15 ± 0.39 mm (tabel 3), tidak ada perbedaan yang nyata dari parameter ini (P>0.05). Nilai IVSd dari kesemua anjing yang diperiksa adalah 6.39 ± 0.29 mm, sedangkan pada anjing English Cocker Spaniel nilainya adalah
23
8.2 ± 1.4 mm (Gooding et al. 1986) dan pada anjing Dachshund sebesar 7.0 ± 1.0 mm (Cornell et al. 2004). Pada parameter IVSs untuk anjing jantan didapatkan nilai 9.10 ± 0.47 mm, sedangkan untuk betina 8.43 ± 0.35 mm. Kedua nilai ini menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05). Untuk IVSs dari kesemua anjing didapatkan nilai 8.73 ± 0.52 mm, pada anjing English Cocker Spaniel belum pernah dilakukan penelitian dan pada anjing Dachshund nilainya sebesar 9.5 ± 1.1 mm (Cornell et al. 2004). Pada nilai hasil pengukuran IVSd dan IVSs, keduanya sama-sama lebih kecil dibandingkan dengan nilai IVS pada anjing Dachshund dan anjing English Cocker Spaniel. Hal ini terjadi karena perbedaan aktivitas kedua ras anjing tersebut dengan anjing lokal yang digunakan. Semakin tinggi aktivitas dari sebuah sel, maka semakin besar ukuran sel tersebut. Pembesaran otot jantung merupakan suatu bentuk penyesuaian terhadap meningkatnya beban jantung, baik beban tekanan maupun beban volume, atau sebagai hasil dari pengaruh faktor-faktor neurohormonal. Pembesaran ini meliputi peningkatan volume miosit jantung karena perubahan diameter, panjang dan volume (Sanjaya dan Soerianata 2001). Menurut Goddard (1995), sel-sel pada septa interventrikular yang lebih besar sebanding dengan aktivitas jantung dan tubuh. Nilai IVS dihitung untuk melihat adanya perubahan dalam persentase ketebalan dinding jantung, dengan mengukur rasio IVS dengan LVW (nilai normalnya 1.0). Menurut Stepien et al. (1998), dilatasi ruang jantung dengan hipertropi LVW dan IVS dapat merupakan sebuah kompensasi yang disebabkan oleh stres dinding jantung yang meningkat akibat adanya dilatasi tersebut.
Nilai AOD pada anjing jantan 13.70 ± 0.76 mm dan pada anjing betina 12.83 ± 1.63 mm. Tidak terdapat perbedaan yang nyata dari parameter ini (P>0.05). Untuk AOD dari semua anjing didapatkan nilai 13.22 ± 1.32 mm, sedangkan pada anjing Dachshund nilainya 18.2 ± 1.8 mm (Cornell et al. 2004). Nilai LAD pada anjing jantan didapatkan sebesar 15.17 ± 0.68 mm dan anjing betina 15.75 ± 1.67 mm. Pada parameter ini pun tidak terdapat perbedaan yang nyata (P>0.05). LAD untuk semua anjing didapatkan nilai 15.49 ± 1.29 mm dan pada anjing Dachshund nilainya 16.3 ± 2.3 mm (Cornell et al. 2004). Posisi perhitungan dimensi AOD dan LAD dapat dilihat pada Gambar 8 dan 9.
24
Tabel 4. Dimensi Lumen Aorta, Atrium Kiri dan Mitral Valve E Point to Septal
Separation. Nilai dinyatakan sebagai rataan ± SD.
AOD (mm) LAD (mm) LAD/AOD EPSS (mm)
Jantan 13.70 ± 0.76 a 15.17 ± 0.68 a 1.11± 0.05 a 3.87± 0.49 a (12.94 – 14.46) (14.49 – 15.85) (1.06 – 1.16) (3.38 – 4.36) Betina 12.83± 1.63 a 15.75 ± 1.67 a 1.23 ± 0.10 a 2.55 ± 0.41 c (11.20 – 14.46) (14.08 – 17.42) (1.13 – 1.33) (2.14 – 2.96) Semua Anjing 13.22 ± 1.32 15.49 ± 1.29 1.18 ± 0.10 3.14 ± 0.82 (11.90 – 14.54) (14.20 – 16.78) (1.08 – 1.28) (2.32 – 3.96)
Keterangan : AOD, aortic root dimension; LAD, left atrial dimension; LAD/AOD, left
atrial to aortic root ratio; EPSS, mitral valve E point to septal separation. Huruf
superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan perbedaan yang nyata dengan selang kepercayaan: a-b 95% dan a-c 99%.
Hasil pengukuran pada dimensi aorta dan atrium kiri terlihat lebih kecil dibanding dengan anjing Dachshund, hal ini terkait juga dengan aktivitas anjing
Dachshund yang lebih aktif sehingga volume darahnya lebih banyak dan
menghasilkan ruangan yang lebih besar (Vander et al. 1990). Pengukuran dimensi aorta ini dilakukan untuk melihat kelainan pada stroke volume dari jantung, penurunan gerakan akhir sistolik dari aorta merupakan indikasi stroke volume yang rendah (Goddard 1995). Stroke volume adalah volume darah yang dikeluarkan dari ventrikel dalam satu denyut jantung (Cunningham 2002). Stroke
volume adalah pengukuran terhadap daya kerja ventrikular yang dipengaruhi
oleh preload, afterload, kontraktilitas dan geometri (King et al. 2002).
Ukuran atrium kiri ini relevan sebagai panduan dalam diagnosa dan prognosa, namun perhitungannya merupakan sebuah problematika karena bentuk tiga dimensinya tidak tentu. Pengukurannya dilakukan pada bagian kecil dari struktur LA yaitu left atrial appendage (LAA) (Penninck & d’Anjou 2008). Menurut Nelson & Couto (1998), penting untuk mengingat bahwa citra M-mode atrium kiri yang didapatkan biasanya pada bagian antara atrium kiri dan left
auricle, terutama pada anjing. Sehingga pengukuran ini tidak mewakili ukuran
25
dalam penggunaan LAA ini adalah karena pada kasus arterial thromboemboli (ATE) trombus dapat tersembunyi pada ujung dari LAA.
Gambar 8. Pencitraan M-mode echocardiography pada level pangkal aorta.
Nilai untuk parameter rasio dimensi atrium kiri – aorta (LAD/AOD ratio) dapat dihitung pada anjing jantan 1.11 ± 0.05, pada anjing betina nilainya 1.23 ± 0.10. Tidak terdapat perbedaan yang nyata dari kedua nilai tersebut (P>0.05). Perbandingan antara atrium kiri dan aorta biasanya dihitung sebagai rasio LAD/AOD, dimana nilainya berkisar antara 0.8-1.2. Jika terjadi dilatasi dari atrium kiri, maka nilai tersebut akan meningkat (Goddard 1995). Sedangkan menurut Nyland & Mattoon (2002), rasio dari diameter atrium kiri dan aorta digunakan untuk menilai ukuran atrium kiri karena penilaian berdasarkan ukuran mutlak memerlukan korelasi dengan berat badan. Pada anjing normal, rasio LAD/AOD biasanya kurang dari 1.3 – 1.4 dan sering mendekati 1.0. Menurut Penninck & d’Anjou (2008), nilai rata-rata dari rasio LAD/AOD berdasarkan pengukuran M-mode pada anjing mendekati 1.0 pada semua berat badan dengan nilai maksimum yang normal 1.4 tergantung dari ras. Sedangkan menurut Nelson & Couto (1998), rasio LAD/AOD pada anjing normal nilainya kira-kira 1/1.
26
Gambar 9. Posisi perhitungan dimensi aorta (AOD) dan atrium kiri (LAD).
Hasil pengukuran dari rasio LAD/AOD menunjukkan nilai yang masih dalam batas normal, yaitu 1.18 ± 0.10. Nilai yang lebih besar dari 1.3 memberi kesan terjadinya dilatasi atrium kiri. Berkas ultrasound melewati LAA atau bagian kranial dari atrium kiri pada kebanyakan M-mode echocardiography anjing. Oleh karena itu, peningkatan rasio LAD/AOD dapat mengindikasikan adanya dilatasi ventrikel kiri.
Nilai E point to septal separation pada anjing jantan didapatkan 3.87 ± 0.49 mm dan pada anjing betina 2.55 ± 0.41 mm, terdapat perbedaan yang nyata dari kedua nilai tersebut (P<0.01). Nilai EPSS untuk semua anjing berdasarkan pengukuran didapatkan nilai 3.14 ± 0.82 mm. Posisi perhitungan parameter EPSS dapat dilihat pada Gambar 10 dan 11. Menurut Nyland & Mattoon (2002), nilai EPSS untuk anjing dengan berat badan 10-15 kg adalah 2 mm, namun semua pengukuran M-mode dan perhitungan turunannya berubah-ubah sesuai dengan berat badan, luas permukaan tubuh, ras dan variabel lainnya. Pengukuran M-mode juga berubah secara signifikan bersama dengan perubahan kecepatan denyut jantung, kondisi pengisian darah dan kontraktilitas jantung. Nilai EPSS biasanya
AOD
27
diukur untuk melihat adanya indikasi dilatasi ventrikel kiri (volume yang berlebihan). Jarak yang lebih dari 6 mm, sangat penting untuk diperhatikan karena mengindikasikan adanya dilatasi ventrikel kiri (Goddard 1995). Menurut Nelson & Couto (1998), E point katup bicuspidalis hewan normal jaraknya dekat dengan septa interventrikularis. Hewan dengan kontraktilitas myokardial yang kurang baik akan mengalami peningkatan nilai EPSS. Obstruksi aliran ventrikel kiri yang signifikan dapat menyebabkan leaflet anterior katup bicuspidalis terhisap ke arah septa.
Gambar 10. Pencitraan echocardiography pada level katup bicuspidalis.
Nilai EPSS dihitung dan dikaitkan dengan ejection fraction (EF) yaitu volume fraksi akhir diastolik yang dikeluarkan selama ventrikular sistol (Cunningham 2002) dan diukur untuk menilai efisiensi kerja jantung dalam memompa darah (King et al. 2002). Terdapat korelasi yang negatif antara EPSS dan EF. Nilai EPSS menunjukkan korelasi yang tinggi dengan EF untuk setiap lesio valvular. Parameter EPSS sangat dapat dipercaya untuk fungsi ventrikel kiri dengan stenosis aorta, tapi kegunaannya terbatas untuk penyakit regurgitasi
28
bicuspidalis dan aortik kronis (Lehmann et al.1983). Penutupan dini dari katup bicuspidalis dianggap sebagai indikasi dari kekakuan ventrikel dengan tekanan ventrikel pada akhir diastol yang tinggi. Kibasan katup bicuspidalis ini dapat menghasilkan regurgitasi aortik yang sedang sampai akut (Goddard 1995).
29