• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pakan adalah komponen yang penting dalam pemeliharaan mencit selama penelitian. Kebutuhan pakan harus selalu tercukupi agar tidak terjadi kekurangan nutrisi dan kanibalisme. Berikut adalah hasil analisis proksimat pakan penelitian yang disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Analisis Proksimat Pakan Penelitian

Komponen Pakan Pakan Ayam Perangganga Kemangi Bahan Segarb

---(%)--- Bahan Kering (BK) Kadar Air Protein Kasar Lemak Serat Kasar Abu Kalsium Fosfor BETN 87,00 13,00 26,44 5,75 13,79 8,05 1,03 0,69 45,97 85,71 14,29 29,82 2,21 31,59 14,06 2,26 0,72 22,32

Keterangan : a = PT Charoen Pokhpan

b = Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, IPB

Analisis proksimat pakan ini digunakan sebagai acuan dalam penyusunan ransum yang akan diberikan kepada mencit agar komponen zat pakan penelitian sesuai dengan kebutuhan mencit itu sendiri. Kandungan nutrisi pakan penelitian disajikan pada Tabel 7. Hasil analisis proksimat diatas menunjukkan komponen- komponen zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Dari hasil analisis diatas dapat kita lihat bahwa, komposisi nilai gizi dalam pakan ayam peranggang maupun kemangi segar sesuai dengan kebutuhan mencit, hanya saja serat kasarnya tidak sesuai dengan kebutuhan mencit. Hal inilah yang menjadikan jumlah feses yang dikeluarkan mencit sangat banyak karena serat kasar merupakan komponen zat yang bisa melancarkan saluran metabolisme dalam tubuh.

Tabel 7. Penghitungan Kandungan Nutrisi Pakan Penelitian

Komponen Perlakuan Kontrola Kemangi 2,5%b Kemangi 5,0%b

---(%)--- Bahan Kering (BK) Kadar Air Protein Kasar Lemak Serat Kasar Abu Kalsium Fosfor BETN 87,00 13,00 26,44 5,75 13,79 8,05 1,03 0,69 45,97 86,97 13,03 24,40 5,67 14,23 8,19 1,59 0,70 52,49 86,94 13,06 26,59 5,57 14,67 8,33 2,14 0,70 55,15

Keterangan : a = Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, IPB

b = Penghitungan manual

Hasil penghitungan komponen zat pakan dalam ransum penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan nutrisinya sudah mencukupi kebutuhan mencit. Seekor mencit dewasa mengkonsumsi pakan dengan kandungan protein 20-25%, lemak 4-5%, pati 45-50%, serat kasar 5% abu 4-5% (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

Kandungan serat kasar yang tinggi pada ransum penelitian menyebabkan mencit banyak mengeluarkan feses. Serat kasar yang tinggi akan mengakibatkan sistem metabolisme meningkat dan melancarkan metabolisme sehingga pengeluaran feses banyak.

Suhu dan Kelembaban Selama Penelitian

Suhu dan kelembaban lingkungan tempat berlangsungnya penelitian harus diperhatikan, ini merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas hewan penelitian. Kondisi lingkungan yang tidak baik atau tidak sesuai akan mengakibatkan produktivitas yang dicapai tidak optimal.

Suhu ruang pemeliharaan mencit pada saat penelitian adalah berkisar antara 25,9-26,2 oC dengan kelembaban ruangan berkisar antara 85-87%. Hal tersebut

sesuai dengan pernyataan Malole dan Pramono (1989) yang menyebutkan bahwa suhu yang ideal untuk pertumbuhan mencit adalah 21-29 oC dengan kelembaban yang ideal adalah 30-70%.

Ukuran Organ Reproduksi Mencit Jantan Testis

Testis merupakan salah satu organ yang penting dalam reproduksi jantan. Testis berfungsi untuk memproduksi sperma dan hormon reproduksi yaitu testosteron (Falk, 2001). Testis berkedudukan didalam skrotum dan memiliki temperatur sekitar 4 oC lebih rendah dibandingkan tubuh. Ini merupakan temperatur yang optimal untuk memproduksi sperma. Menurut sumber lain menyatakan bahwa temperatur testis adalah +34 oC. Kedudukan testis diluar tubuh membuatnya selalu dalam kondisi yang lebih sejuk dari temperatur tubuh.

Hasil sidik ragam pengukuran bobot testis mencit kontrol menunjukkan perbedaan yang mencolok (berbeda sangat nyata) dengan mencit yang mendapat pakan tambahan kemangi segar 2,5 dan 5,0%. Rerata bobot testis mencit kontrol adalah 192,80 mg, sedangkan pada mencit yang mendapat penambahan kemangi segar sebesar 2,5 dan 5,0% dalam pakan berturut-turut adalah 86,40 mg dan 94,70 mg. Hasil tersebut disajikan dalam Tabel 8 dibawah ini.

Tabel 8. Ukuran Organ Testis Mencit Hasil Penelitian

Peubah Perlakuan Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0%

Bobot Rerata (mg) : n (ekor) : KK : Panjang Rerata (cm) : n (ekor) : KK : Lebar Rerata (cm) : n (ekor) : KK : 192,80 + 63,25b 5 32,81% 0,75 + 0,06 5 8,0% 0,46 + 0,06 5 13,04% 86,40 + 8,89a 5 10,29% 0,69 + 0,02 5 2,90% 0,44 + 0,02 5 4,55% 94,70 + 11,02a 5 11,64% 0,72 + 0,05 5 6,94% 0,45 + 0,03 5 6,67% Keterangan :

Huruf yang berbeda pada nilai rataan baris yang sama menunjukkan beda nyata pada taraf 1% (P<0,01); n = jumlah contoh; KK = koefisien keragaman

Gabor et al.(1994) menyatakan bahwa pengukuran diameter testis merupakan metode untuk menentukan volume testis yang dipengaruhi oleh umur dan frekuensi kawin. Pada saat pengambilan organ testis, umur mencit pada saat itu adalah 15 minggu, sedangkan menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) umur jantan dan betina yang baik untuk dikawinkan adalah pada saat mencit berumur 8 minggu. Ini memungkinkan perkembangan testis telah menurun sehingga bobot testis yang didapat tidak pada titik tertingginya. Thompson et al. (1992) menambahkan bahwa penurunan volume testis terjadi karena kehilangan sel-sel germinal epitelium yang tidak dapat beregenerasi kembali yang disebabkan oleh faktor umur.

Komponen kimia dalam kemangi banyak yang berfungsi sebagai perangsang hormon estrogen dan sedikit yang merangsang hormon testosteron. Pemberian kemangi pada mencit mengakibatkan kandungan estrogen dalam tubuh mencit meningkat padahal kandungan testosteron diharapkan lebih tinggi dibandingkan estrogen pada mencit jantan. Kandungan estrogen dalam tubuh mencit yang tinggi menekan pembentukan testosteron sehingga sifat reproduksi yang muncul pada mencit jantan ini adalah feminisme (kebetinaan) dan sifat kejantanan mencit tidak muncul dominan. Hal ini bisa dilihat dari ukuran bobot testis mencit perlakuan kemangi lebih kecil daripada mencit kontrol. Ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen dalam tubuh mencit jantan tersebut.

Sutarno dan Atmowidjojo (2001) menyatakan bahwa daun kemangi banyak digunakan untuk memberikan keharuman, rasa manis, panas dan pedas pada masakan atau minuman. Panas akibat pengaruh pemberian kemangi kemungkinan sampai pada organ reproduksi juga terutama testis. Pembentukan spermatozoa sangat dipengaruhi oleh temperatur tubuhnya. Temperatur testis yang optimal untuk pembentukan spermatozoa adalah +34 oC dan 4 oC lebih rendah dari suhu tubuh. Peningkatan temperatur pada testis akan mempengaruhi pembentukan spermatozoa. Kemungkinan pemberian kemangi segar 2,5 dan 5,0% memberikan pengaruh panas pada tubuh dan testis mencit dan mempengaruhi pembentukan spermatozoa pada tubulus seminiferus sedangkan tubulus seminiferus adalah 90% penyusun testis.

Panjang dan lebar testis mencit kontrol lebih besar dibandingkan dengan mencit yang mendapat penambahan kemangi 2,5 dan 5,0%, tetapi hal tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (signifikan). Hal ini dapat dilihat pada tabel

diatas. Besarnya bobot testis ternyata tidak mempengaruhi panjang dan lebar testis. Hal ini disebabkan oleh pemanfaatan kapasitas tubulus seminiferus secara optimal dalam testis dengan tidak memperbesar ukuran testis sehingga akan meningkatkan bobot dan volume testis saja (Amann, 1970).

Ukuran organ testis mencit kontrol memiliki keragaman lebih besar dibandingkan dengan mencit yang mendapat penambahan kemangi segar 2,5 dan 5,0% baik bobot, panjang maupun lebar testis. Hal tersebut untuk sementara dapat disimpulkan bahwa penambahan kemangi dalam pakan ternyata menekan atau menurunkan keragaman ukuran organ testis mencit.

Penis

Penis merupakan organ kopulasi yang digunakan untuk menempatkan sperma ke dalam vagina betina. Oleh karena itu, peranan penis dalam reproduksi jantan adalah salah satu hal yang penting. Seekor jantan yang tidak memiliki organ penis tidak akan bisa mendapatkan keturunan karena tidak dapat meletakkan spermanya ke dalam vagina betina.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan kemangi segar dalam pakan tidak berpengaruh terhadap bobot, panjang dan lebar penis. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 9 dibawah ini.

Rerata bobot penis mencit kontrol adalah 54,66 mg, pada penambahan kemangi segar 2,5% adalah 47,54 mg dan pada penambahan kemangi segar 5,0% adalah 54,28 mg. Rerata bobot penis diatas menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antara kontrol, penambahan kemangi 2,5% dan 5,0%.

Rerata panjang penis juga menunjukan hasil yang tidak berbeda antara kontrol dengan penambahan kemangi segar 2,5 dan 5,0%. Rerata panjang penis mencit kontrol adalah 1,20 cm, pada penambahan kemangi segar 2,5% adalah 1,14 cm dan pada penambahan kemangi segar 5,0% adalah 1,22 cm sedangkan rerata lebar penis mencit kontrol adalah 0,24 cm, pada penambahan kemangi segar 2,5 dan 5,0% menunjukkan nilai yang sama yaitu 0,21 cm.

Tabel 9. Ukuran Organ Penis Mencit Hasil Penelitian

Peubah Perlakuan Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0%

Bobot Rerata (mg) : n (ekor) : KK : Panjang Rerata (cm) : n (ekor) : KK : Lebar Rerata (cm) : n (ekor) : KK : 54,66 + 10,06 5 18,41% 1,20 + 0,09 5 7,26% 0,24 + 0,05 5 21,07% 47,54 + 3,86 5 8,2% 1,14 + 0,15 5 12,96% 0,21 + 0,02 5 7,94% 54,28 + 1,43 5 2,63% 1,22 + 0,06 5 4,85% 0,21 + 0,02 5 7,28% Keterangan :

n = jumlah contoh; KK = koefisien keragaman

Ukuran organ penis mencit kontrol menunjukkan keragaman yang tinggi dibandingkan dengan mencit yang mendapat taraf perlakuan pemberian kemangi segar 2,5 dan 5,0% pada peubah bobot dan lebar penis. Ini menunjukkan bahwa penambahan kemangi dalam pakan mencit menekan atau menurunkan keragaman ukuran organ penis karena keragaman bobot dan lebar penis kontrol terlihat jauh lebih tinggi dibandingkan taraf perlakuan pemberian kemangi segar 2,5 dan 5,0%, sedangkan pada peubah panjang penis keragaman paling tinggi diperlihatkan mencit yang mendapat penambahan kemangi segar pada taraf 2,5%, tetapi secara rata-rata keragaman tertinggi diperlihatkan oleh kontrol. Hal ini bisa dilihat dari koefisien keragaman pada tabel diatas.

Penis memiliki ukuran yang beragam. Pemanjangan dan pembesaran penis dipengaruhi oleh aliran darah yang mengalir di dalamnya. Penis tidak memiliki tulang, hanya otot daging yang dipenuhi dengan pembuluh darah. Penis dapat menegang yang disebut ereksi. Ereksi terjadi karena rangsangan yang menyebabkan darah dalam jumlah besar mengalir dan memenuhi pembuluh darah yang ada di dalam penis, dan membuat penis menjadi besar, tegang dan keras selain itu juga ujung penis dipenuhi oleh serabut syaraf yang peka.

pengaruh yang diberikan oleh 1,8 sineol, apigenina, arginina dan yang terkandung di dalam kemangi yang dapat melebarkan pembuluh darah ternyata tidak memberikan pengaruh yang positif terhadap bobot, panjang dan lebar penis. Ini terbukti dari hasil sidik ragam yang menunjukkan antara kontrol dengan penambahan kemangi 2,5 dan 5,0% tidak berbeda nyata. Hanya saja keragaman yang diperlihatkan mencit yang mendapat perlakuan kemangi segar pada taraf 2,5 dan 5,0% lebih kecil atau dapat diartikan lebih seragam. Kemungkinan pemberian kemangi segar memberikan pengaruh dalam menurunkan keragaman terhadap bobot, panjang dan lebar penis.

Epididimis

Epididimis adalah saluran panjang yang menempel pada testis dari atas sampai bawah yang berada pada bagian belakang testis. Epididimis akan menyalurkan sperma (yang diproduksi oleh testis) ke luar. Perjalanan yang cukup panjang harus ditempuh oleh sperma dan epididimis merupakan tempat pematangan sperma setelah diproduksi di dalam testis.

Hasil sidik ragam pengukuran panjang epididimis menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara kontrol dengan penambahan kemangi 2,5 dan 5,0%. Panjang epididimis mencit kontrol, penambahan kemangi segar 2,5 dan 5,0% relatif tidak jauh berbeda. Rerata panjang epididimis mencit kontrol adalah 1,75 cm, pada penambahan kemangi segar 2,5% adalah 1,73 cm, sedangkan pada penambahan kemangi segar 5,0% adalah 1,97 cm. Ukuran organ epididimis mencit hasil penelitian disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Ukuran Panjang Organ Epididimis Mencit Hasil Penelitian. Taraf Perlakuan Jumlah Panjang Epididimis Mencit (cm) KK (%) Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0% 5 5 5 1,75 + 0,39 1,73 + 0,32 1,97 + 0,17 22,17 18,62 8,80

Keterangan : KK = koefisien keragaman

Ukuran panjang epididimis mencit kontrol memiliki keragaman lebih besar dibandingkan dengan mencit yang mendapat penambahan kemangi 2,5 dan 5,0%. Dengan melihat hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa pemberian kemangi pada mencit ternyata menurunkan keragaman terhadap panjang epididimis, hanya saja

pada pemberian kemangi segar 2,5% keragamannya lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian kemangi 5,0%.

Setelah sperma diproduksi oleh testis maka perjalanannya dilanjutkan ke epididimis. Sperma akan dimatangkan di bagian kauda epididimis. Perkembangan epididimis tentu tidak terlepas dari fungsi epididimis itu sendiri yaitu untuk menunjang fungsi maturasi sperma dari tubulus seminiferus yang belum dapat melaksanakan fertilisasi (Bellve et al., 1983). Proses maturasi yang berjalan sempurna akan mempengaruhi peningkatan motilitas sperma yang progresif.

Keberhasilan reproduksi pada jantan dipengaruhi oleh optimalnya perkembangan organ-organ reproduksi itu sendiri, salah satunya adalah epididimis. Amann (1970) menyatakan bahwa perkembangan epididimis yang optimal diperlukan untuk mendukung proses spermatogenesis yang telah dilakukan pada testis terlebih dahulu.

Penambahan kemangi segar dalam pakan mencit ternyata tidak menyebabkan proses perkembangan epididimis terganggu. Hal tersebut bisa dilihat dari hasil sidik ragam dan pengukuran yang menyatakan bahwa relatif tidak ada perbedaan ukuran epididimis antara mencit kontrol dengan mencit yang mendapat perlakuan kemangi segar. Perkembangan epididimis berjalan seiring dengan perkembangan reproduksi itu sendiri.

Vas Deferens

Vas deferens merupakan sebuah tabung yang dibentuk dari otot yang membentang dari epididimis ke uretra dan mempunyai fungsi sebagai tempat penyimpanan sperma sebelum dikeluarkan melalui penis. Sperma setelah dimatangkan didalam epididimis sebelum dikeluarkan akan diteruskan ke vas deferens dan disinilah sperma akan diberi ekor kemudian akan ditampung di organ bernama ampula. Di sini sperma menyatu dengan cairan nutrisi yang diproduksi oleh prostat dan semi vesikel, sebelum keluar lewat penis dalam bentuk air mani waktu ejakulasi. Berikut adalah data yang menampilkan ukuran panjang organ vas deferens mencit hasil penelitian yang disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Ukuran Panjang Organ Vas deferens Mencit Hasil Penelitian Taraf Perlakuan Jumlah Panjang Vas Deferens Mencit (cm) KK (%) Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0% 5 5 5 2,49 + 0,49 2,16 + 0,16 2,56 + 0,32 19,85 7,44 12,65

Keterangan : KK = koefisien keragaman

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata terhadap panjang vas deferens antara mencit kontrol dengan mencit dengan penambahan kemangi 2,5 dan 5,0%. Rerata yang didapat mencit kontrol adalah 2,49 cm, pada taraf pemberian kemangi segar 2,5% adalah 2,16 cm dan pada taraf penberian kemangi segar 5,0% adalah 2,56 cm, sedangkan keragaman tertinggi ditunjukkan oleh mencit kontrol walaupun tidak terlalu jauh dibandingkan dengan yang lainnya. Ini menandakan bahwa penambahan kemangi pada pakan mencit tidak mengganggu proses perkembangan vas deferens. Pada saat ejakulasi, sperma beserta cairan semen akan dikeluarkan melalui penis. Bila terjadi penyumbatan pada vas deferens akan mengakibatkan semen yang keluar tidak disertai dengan sperma, sebagai contoh adalah vasektomi.

Pengaruh Perlakuan terhadap Kualitas Spermatozoa Mencit Konsentrasi Spermatozoa

Konsentrasi sperma mencit hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara kontrol, pemberian kemangi segar 2,5% maupun dengan pemberian kemangi segar 5,0% walaupun menunjukkan nilai yang terlihat signifikan. Ini disebabkan oleh nilai simpangan baku yang besar. Rerata konsentrasi sperma mencit kontrol adalah sebesar 103,4x10,06 sperma/ml, sedangkan rerata mencit dengan pemberian kemangi segar 2,5% adalah sebesar 63,0x10,06sperma/ml dan rerata mencit dengan pemberian kemangi segar 5,0% sebesar 50,6x10,06 sperma/ml. Hal tersebut bisa dilihat pada Tabel 12 yang menyajikan data konsentrasi sperma mencit hasil penelitian.

Tabel 12. Konsentrasi Spermatozoa Mencit Hasil Penelitian

Taraf Perlakuan Jumlah Konsentrasi Sperma Mencit (x106) KK (%) Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0% 5 5 5 103,40 + 88,47 50,60 + 17,94 63,00 + 22,10 85,56 35,45 35,08

Keterangan : KK = koefisien keragaman

Keragaman konsentrasi spermatozoa relatif sama antara mencit kontrol dengan mencit perlakuan pemberian kemangi segar pada taraf 2,5 dan 5,0%. Keragaman yang didapat cukup besar. Beragamnya konsentrasi sperma pada semua taraf perlakuan disebabkan oleh adanya perbedaan ukuran testis dan bobot badan mencit itu sendiri. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai pearson correlation antara konsentrasi sperma dengan bobot badan, bobot testis dan lebar testis lebih tinggi dibandingkan peubah lainnya. Secara berurutan nilainya adalah 0,420; 0,415 dan 0,488 jadi bisa dinyatakan bahwa ketiga peubah diatas memiliki keeratan hubungan yang lebih dibandingkan peubah lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Amann (1970) yang menyatakan bahwa perkembangan dan peningkatan produksi sperma merupakan suatu hal yang berjalan seiring dengan perkembangan bobot testis.

Kandungan kemangi yang berupa boron dan seng secara tidak langsung berperan dalam meningkatkan konsentrasi spermatozoa. Boron dan seng mempunyai peran untuk merangsang keluarnya hormon androgen (testosteron) (Gunawan, 2004). Menurut Toelihere (1985), testosteron merupakan hormon reproduksi primer yang mempunyai peran dalam proses spermatogenesis (pembentukan sperma).

Pada proses spermatogenesis, testosteron bekerjasama dengan hormon Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) membentuk spermatozoa, tetapi apabila terjadi penigkatan kadar testosteron dalam plasma, dia akan menghambat pelepasan kedua hormon ini. Dengan kata lain bisa dinyatakan bahwa harus adanya keseimbangan antar ketiganya (Toelihere, 1985).

Daya Hidup (Viabilitas) Spermatozoa

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kelompok mencit yang diberi perlakuan pemberian kemangi pada taraf 2,5% memiliki nilai daya hidup (viabilitas) tertinggi dan menunjukkan beda nyata dengan kontrol (P<0,01), tetapi tidak berbeda nyata dengan taraf 5,0%. Rataan viabilitas pada mencit dengan pemberian kemangi

segar 2,5% adalah 50,32, mencit kontrol sebesar 28,14 sedangkan pada mencit dengan pemberian kemangi segar 5,0% nilainya adalah 34,12.

Keragaman daya hidup (viabilitas) sperma kontrol menunjukkan nilai yang tinggi dan relatif sama dengan penambahan kemangi 5,0% tetapi pada penambahan kemangi 2,5% nilai keragamannya paling kecil. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat padaTabel 13 yang menyajikan nilai viabilitas spermatozoa mencit hasil penelitian.

Tabel 13. Viabilitas Spermatozoa Mencit Hasil Penelitian

Taraf Perlakuan Jumlah Viabilitas Sperma Mencit KK

---(%)--- Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0% 5 5 5 28,14 + 9,28a 50,32 + 13,80b 34,12 + 11,03ab 32,98 27,42 32,33

Keterangan : Huruf yang berbeda pada nilai rataan menunjukkan beda nyata;KK = Koefisien Keragaman.

Pemberian kemangi pada taraf 2,5% ternyata meningkatkan daya hidup (viabilitas) spermatozoa. Taraf pemberian kemangi 2,5% merupakan taraf yang optimal untuk meningkatkan daya hidup spermatozoa. Pemberian kemangi yang lebih besar atau lebih kecil dari 2,5% tidak dianjurkan diberikan kepada mencit karena dilihat dari hasil penelitian menunjukkan nilai daya hidup (viabilitas) spermatozoa yang lebih kecil dibanding pemberian kemangi 2,5%.

Kemangi seperti kita kenal memiliki kandungan minyak atsiri. Salah satu fungsinya adalah sebagai cadangan makanan dalam tanaman (Ketaren, 1985). Leung et al. (1972) menambahkan bahwa nilai gizi yang terkandung dalam kemangi meliputi karbohidrat, protein, lemak, kalori, serat dan masih banyak lainya. Cadangan makanan ini juga bisa digunakan sebagai cadangan makanan bagi spermatozoa.

Berdasarkan jenis unsur penyusun senyawa atsiri, komponen minyak atsiri yang terdapat dalam kemangi terbagi menjadi dua golongan yang salah satunya adalah golongan Hidrokarbon-O yang tersusun atas unsur C, H dan O (Ketaren, 1985). Salisbury dan Van Demark (1985) meyatakan bahwa spermatozoa dapat juga menggunakan oksigen didalam proses metabolisme dan respirasi untuk mengoksidasi substrat-substrat pokok dan mengembalikan ikatan fosfat untuk membangun kembali

ATP (Adenosin Tri Phosphat). ATP yang bisa diubah menjadi energi inilah yang digunakan oleh spermatozoa untuk hidup dan bergerak.

Tingginya nilai viabilitas pada perlakuan 2,5% kemungkinan karena pengaruh yang diberikan oleh beberapa komponen kemangi antara lain adalah 1,8- sineol, Apigenina, Arginina, Boron, dan Eugenol. Pengaruh yang diberikan oleh komponen kimia 1,8-Sineol adalah membantu mengatasi ejakulasi prematur dan melebarkan pembuluh kapiler (merangsang ereksi) (Gunawan, 2004). Ejakulasi yang tidak sempurna (prematur) akan menghasilkan semen yang tidak sempurna juga. Salah satu ketidaksempurnaan semen adalah spermatozoa yang tidak normal atau juga aspermia. Spermatozoa yang tidak normal akan rentan terhadap kematian.

Apigenina berperan dalam memperlancar jalannya makanan untuk sperma- tozoa. Makanan kemudian disalurkan lewat aliran darah dan peran apigenina adalah melancarkan sirkulasi dan melebarkan aliran darah, sedangkan Boron dan Arginina berperan dalam memperkuat daya tahan hidup spermatozoa itu sendiri, sedangkan Eugenol merupakan komponen yang bisa dirombak menjadi energi bagi spermatozoa dengan proses tertentu (Gunawan, 2004).

Abnormalitas Spermatozoa

Dalam pembentukan spermatozoa, peran testosteron sangat dibutuhkan. Bila suplai testosteron terganggu, maka akan berakibat pada fungsi epididimis sebagai tempat pemantangan spermatozoa. Spermatozoa tidak mempunyai kemampuan untuk fertilisasi dan menyerap kembali cairan pada kauda epididimis (De Larminant et al., 1978).

Testosteron yang merupakan hormon yang berperan dalam proses spermato- genesis bila ketersediaannya sedikit akan menyebabkan proses itu terganggu dan dapat mengakibatkan abnormalitas primer yaitu abnormalitas yang terjadi karena kelainan-kelainan pada spermatogenesis seperti kepala terlalu besar, kepala terlalu kecil, ekor ganda dan lainnya (Toelihere, 1985). Selain itu, keutuhan membran plasma juga harus diperhatikan.

Keutuhan membran plasma adalah salah satu indikator yang menunjukkan kemampuan spermatozoa dalam melakukan penetrasi terhadap oosit saat fertilisasi. Kerusakan pada membran plasma spermatozoa akan mengakibatkan terganggunya transfer aktif zat-zat yang menjadi sumber bagi spermatozoa seperti glukosa, asam

amino dan asam lemak. Akibat terganggunya mekanisme ini, maka spermatozoa akan kekurangan energi sehingga daya hidupnya akan menurun, demikian juga dengan motilitasnya. Rusaknya mebran plasma juga akan mengganggu keseimbangan ion-ion yang esensial bagi spermatozoa (Correa dan Zavos, 1994).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa morfologi abnormalitas spermatozoa mencit pada semua kelompok perlakuan tidak berbeda nyata. Semuanya menunjukkan data yang relatif sama. Hal tersebut disajikan dalam Tabel 14.

Tabel 14. Abnormalitas Spermatozoa Mencit Hasil Penelitian

Taraf Perlakuan Jumlah Abnormalitas Sperma Mencit KK

---(%)--- Kontrol Kemangi 2,5% Kemangi 5,0% 5 5 5 24,40 + 9,01 29,69 + 3,45 37,31 + 10,97 36,93 11,69 29,40

Keterangan : KK = koefisien keragaman

Rerata morfologi abnormalitas spermatozoa mencit kontrol adalah 24,40%, pada pemberian kemangi segar 2,5% memiliki nilai rerata morfologi abnormalitas sebesar 29,69% dan pada pemberian kemangi segar 5,0% memiliki nilai morfologi abnormalitas sebesar 37,31%. Rerata abnormalitas tertinggi diperoleh pada mencit dengan taraf perlakuan 5,0% diikuti mencit dengan taraf perlakuan 2,5% dan kontrol tetapi hal tersebut tidak menjadikan ketiga taraf perlakuan tersebut berbeda nyata karena faktor lainpun seperti koefisien keragaman (KK) dan simpangan baku (SB) juga berpengaruh. Keragaman tertinggi diperoleh oleh kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan kemangi sebesar 2,5 dan 5,0% dapat menekan keragaman abnormalitas sperma mencit karena koefisien keragaman yang terlihat berbeda cukup signifikan antara mencit kontrol dengan mencit perlakuan.

Abnormalitas yang terjadi pada spermatozoa hasil penelitian diantaranya adalah spermatozoa tanpa ekor ataupun sebaliknya, satu kepala spermatozoa dengan dua ekor ataupun sebaliknya, ekor yang bengkok atau patah dan kepala spermatozoa yang terlalu kecil. Hal tersebut sama dengan yang dipaparkan oleh Toelihere (1985). Abnormalitas spermatozoa yang terjadi disebabkan oleh kesalahan pada saat pengambilan (secara teknis), gangguan patologis, aplikasi panas dan dingin pada

testis atau defisiensi makanan. Beberapa abnormalitas spermatozoa bersifat genetik (Toelihere, 1985).

Motilitas Spermatozoa

Motilitas merupakan suatu kemampuan spermatozoa untuk bergerak secara progresif dan dapat dijadikan patokan yang sederhana dalam penilaian semen untuk inseminasi buatan pada ternak-ternak besar. Motilitas spermatozoa ini berasal dari gerakan mendorong spermatozoa pada bagian ekor yang menyerupai gerakan

Dokumen terkait