• Tidak ada hasil yang ditemukan

(17) dan nilai dari minor aksis adalah sebagai berikut

(18)

Nilai adalah suatu variabel yang menyederhanakan persamaan (16). Nilai juga menggambarkan rasio dari dimensi U dan V dalam cartesian.

Nilai dari eksentrisitas elips adalah sebagai berikut

a - n

a n (19)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pasang Surut Laut Halmehera

Pola pasang surut yang berasal dari perhitungan fluktuasi tekanan kedalaman disajikan kedalam grafik pada gambar 2. Pola pasang surut yang ditampilkan adalah pola pasang surut per bulan yakni pola pasang surut pada periode pertama (26 Juli 2010 hingga 26 Agustus 2010) dan periode kedua (27 Agustus 2010 hingga 27 September 2010).

Gambar 2. Pola pasang surut yang terjadi di Laut Halmahera pada bulan Juli-Agustus 2010

Pada periode bulan Juli-Agustus terjadi dua periode pasut perbani (neap tide) dan pasut purnama (spring tide). Grafik pasut pada Gambar 2 menunjukkan bahwa selisih air pasang tertinggi dengan air surut terendah terjadi pada periode pasut purnama

Keterangan :

Kuartal Pertama (neap tide)

Bulan Purnama (spring tide)

Kuartal Ketiga (neap tide)

Bulan Baru (spring tide)

9 pertama yakni periode 4 Agustus hingga 11 Agustus 2010 dengan nilai selisih mencapai 101. 07 cm. Nilai pasang dan surut dari pasut purnama dan pasut perbani pada periode bulan Juli hingga Agustus disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Nilai pasang dan surut pasut purnama maupun pasut perbani periode Juli-Agustus

Periode Pasut Periode Tanggal Pasang Tertinggi (cm)

Surut Terendah (cm) Pasut Purnama 4 Agustus - 11 Agustus 49.78 -52.01

19 Agustus - 26 Agustus 37.65 -42.83

Pasut Perbani 27 Juli - 3 Agustus 24.44 -12.29

12 Agustus - 18 Agustus 22.63 -17.67

Periode bulan Agustus hingga September juga terjadi dua siklus pasut perbani dan pasut purnama. Pola pasang surut periode Agustus hingga September 2010 disajikan dalam grafik pada gambar 3.

Gambar 3. Pola pasang surut yang terjadi di Laut Halmahera pada bulan Agustus –

September 2010

Periode Agustus hingga September selisih tertinggi antara air pasang tertinggi dan air surut terendah mencapai 88.66 cm yang terjadi pada siklus pasut purnama pertama (3 September hingga 10 September). Tabel 2 menunjukkan nialai dari nilai air pasang tertinggi dan surut terendah dari siklus pasut perbani dan purnama pada periode Agustus hingga September

Tabel 2. Nilai pasang dan surut pasut purnama maupun pasut perbani periode Agustus –

September Periode

Pasut Periode Tanggal

Pasang Tertinggi (cm) SurutTerendah (cm) Pasut Purnama 3 September - 10 September 42.06 -46.6 19 September - 24 September 46.51 -33.37 Pasut Perbani 27 Agustus - 2 September 29.15 -16.16 11 September - 18 September 20.14 -29.7 Keterangan : Kuartal Pertama (neap tide) Bulan Purnama (spring tide)

Kuartal Ketiga (neap tide)

Bulan Baru (spring tide)

10

Pada satu hari siklus pasang surut selama periode pasut perbani rata-rata waktu yang dibutuhkan dari surut terendah menuju pasang tertinggi serta sebaliknya adalah antara 6 hingga 7 jam. Saat periode pasut purnama rata-rata waktu yang dibutuhkan dari surut terendah menuju pasang tertinggi serta sebaliknya adalah antara 6 hingga 7 jam. Grafik siklus satu hari dari periode pasut perbani dan pasut purnama ditampilkan pada gambar 4. Kesimetrisan pasang surut terjadi baik saat pasang purbani maupun pasang purnama. Hal ini menggambarkan waktu yang dibutuhkan untuk transisi dari air pasang menuju air surut adalah sama. Hal ini dapat diakibatkan pasang surut terjadi di lepas perairan sehingga tidak banyak terpengaruh oleh kondisi geografis seperti pada wilayah estuari (Surbakti 2012).

Gambar 4. (a) Siklus satu hari pada periode Pasut Perbani (1 Agustus 2010). (b) Siklus satu hari pada Pasut Purnama (8 Agustus 2010)

Hasil analisis harmonik pasang surut dengan menggunakan perangkat lunak MATLAB Worldtides toolbox menghasilkan sepuluh konstanta harmonik dengan nilai amplitudo (cm) dan fase (0) seperti yang disajikan dalam tabel 3.

Tabel 3. Nilai Amplitudo dan Fase dari Setiap Komponen Harmonik Pasut di Laut Halmahera ( posisi : 0.07 N . 129.03 E) Komponen Pasut Q1 O1 P1 K1 N2 M2 S2 K2 MS4 S4 Amplitudo (cm) 2 8.3 3.7 15.8 4.4 20.5 15.7 0.9 1.9 0.5 Fase (0) 327.26 41.30 132.92 105.88 140.77 222.53 305.29 110 26.02 146.15 -60 -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 ket in g g ian (c m ) jam ke- -60 -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 K et in g g ian (c m ) jam ke- a) b)

11 Komponen harmonik M2 memiliki nilai amplitudo tertinggi dibanding kesembilan komponen harmonik lainnya dengan nilai mencapai 20.5 cm. Fase komponen M2 yang dicapai adalah sebesar 222.530 Komponen M2 merupakan komponen pasang surut semidiurnal yang dipengaruhi oleh posisi bulan terhadap bumi. Komponen pasang surut M2 merupakan komponen pasut semidurnal yang disebut juga Principal Lunar Constituent (Ali et al. 1994). Principal Lunar Constituent dapat diartikan sebagai satu-satunya komponen pasang surut yang dihasilkan oleh bulan bila bulan tidak mengalami penyimpangan orbit dari orbit bulan semu, sedangkan komponen pasut yang tertinggi kedua adalah komponen komponen K1. Komponen pasut K1 adalah komponen diurnal yang dihasilkan oleh deklanasi bulan. Komponen K1 memiliki kisaran amplitudo sebesar 15.8 cm dengan fase sebesar 105.80.

Hasil perhitungan terhadap posisi air baik pada periode bulan Juli hingga Agustus 2010 dan periode bulan Agustus hingga September 2010 disajikan pada tabel 4. Tabel 4. Nilai posisi air per periode bulan

Posisi Air Juli - Agustus (cm) Agustus - September (cm)

Mean Low Water (MLW) -17.93 -18.44

Mean Lower Low Water (MLLW) -29.69 -27.82

Mean High Water (MHW) 18.01 18.31

Mean Higher High Water (MHHW) 27.95 28.72

Berdasarkan kostanta harmonik pasang surut yang dihasilkan (tabel 3) didapatkan nilai bilangan Formzhal sebesar 0.68. Bilangan Formzahl adalah nisbah antara amplitudo (tinggi gelombang) unsur-unsur pasut tunggal utama dengan amplitudo (Pariwono 1999). Dari perhitungan bilangan formzahl didapatkan bahwasanya perairan Halmahera memiliki tipe pasang surut campuran dominan ganda sehingga dalam satu hari siklus pasang surut terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan interval tinggi yang berbeda.

Nilai tunggang pasut yang didapatkan adalah sebesar 120.6 cm. Perhitungan nilai tunggang pasut (tidal range) didasarkan pada nilai komponen harmonik yakni M2. S2. K1. dan O1 sehingga didapatkan nilai air pasang tertinggi disaat pasut purnama dan air surut terendah pada saat pasut perbani.

Pola Pergerakan dan Kecepatan Arus Total

Pola pergerakan serta kecepatan arus hasil perekaman menunjukkan pada periode akhir bulan Juli hingga akhir bulan Agustus pergerakan arus (berdasarkan stick plo t) memiliki arah yang umumnya teratur. Arah pergerakan arus rata-rata bergerak menuju arah hampir utara pada saat pasang dan hampir barat daya pada saat surut. Grafik vektor (stick plot) dari arus ditampilkan pada Gambar 5. Puncak maksimal kecepatan arus pada bulan Agustus yang terjadi antara tanggal 8 Agustus hingga 12 Agustus 2010 dapat diakibatkan terjadinya pasut purnama (Azis 2006) sehingga volume air yang ikut terbawa oleh arus mencapai titik maksimal (Gambar 5).

Kecepatan arus pada kondisi pasang saat terjadi pasut purnama adalah berkisar 200 cm/det hingga 204.2 cm/det. Kecepatan disaat surut adalah berkisar antara 48 cm/det hingga 57 cm/det. Pembentukan bulan purnama umumnya terjadi dipertengahan bulan. Pada saat terjadi pasut perbani kecepatan arus total pada saat pasang berkisar antara 71.1 cm/det hingga 137.1 cm/det dan 65.3 cm/det hingga 150 cm/det.

12

Gambar 5. Grafik vektor arus total pada periode 26 Juli – 26 Agustus 2010. (a) stick plot arus total; (b) fluktuasi kecepatan arus total dalam komponen V; (c) Fluktuasi kecepatan

arus total dalam komponen U; (d) plot pasut

Pola pergerakan dan kecepatan arus pada bulan Agustus hingga September juga digambarkan dalam grafik vektor (stick plot) yang tersaji dalam Gambar 6

Gambar 6. Grafik vektor arus total pada periode 27 Agustus – 27 September 2010. (a) stick plot arus total; (b) fluktuasi kecepatan arus total dalam komponen V; (c) fluktuasi kecepatan arus total dalam komponen U; (d) plot pasut

a) b) c) d) a) b) c) d)

13 . Pola arah pergerakan dan kecepatan arus yang terjadi memiliki pola yang mendekati kesamaan dengan pola yang terbentuk pada periode bulan Juli hingga Agustus. Pada bulan Agustus hingga September arus total yang terekam umumnya bergerak menuju arah hampir utara menuju utara.

Kecepatan tertinggi pada saat pasang terjadi pada pertengahan bulan September yakni pada periode 8 September hingga 12 September 2010 (spring tide). Kecepatan maksimal yang terekam mencapai 187.4 cm/det. Kecepatan terendah pada saat pasang adalah pada kuarter terakhir di bulan September yakni pada periode 17 September hingga 20 September 2010 (neap tide). Kecepatan terendah yang terekam adalah sebesar 46.2 cm/det yang mengarah ke utara menuju Samudera Pasifik. Pada kondisi surut saat periode pasut purnama nilai kecepatan arus maksimal adalah sebesar 57.5 cm/det. Pada periode pasut perbani nilai kecepatan arus maksimal pada kondisi surut adalah sebesar 35.8 cm/det.

Berdasarkan pemisahan arus kedalam komponen utara-selatan (V) serta komponen timur-barat (U), arus dalam komponen (V) memiliki rata-rata kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan kecepatan arus dalam komponen (U). Rata-rata kecepatan arus pada periode Juli hingga September 2010 di Laut Halmahera dalam komponen (V) mencapai 103 cm/det sedangkan dalam komponen (U) berkisar 102 cm/det.

Nilai rata-rata kecepatan arus di Laut Halmahera pada periode Juli hingga Agustus 2010 dalam komponen (V) maupun komponen (U) menggambarkan bahwasanya pergerakan arus kearah utara-selatan lebih kuat dibandingkan dengan pergerakan arus kearah barat-timur. Pergerakan arus ke arah utara merupakan pergerakan yang paling dominan terjadi dalam periode bulan Juli hingga September 2010 sehingga dapat diinterpretasikan bahwasanya dalam periode Juli hingga September 2010 massa air bergerak umumnya bergerak menuju Samudera Pasifik.

Sebagian kecil kecepatan arus juga ada yang bergerak ke arah barat-barat laut namun dengan kecepatan yang relatif lebih kecil. Hal ini dapat diakibatkan dari pengaruh non pasang surut yang mengakibatkan pergerakan yang kurang beraturan dari arus total yang direkam.

Arus Pasang Surut Laut Halmahera

Arus pasut didapatkan dari hasil pemisahan arus total dengan arus non pasut (residual). Hasil dari pemisahan arus total menjadi komponen arus pasut tersaji dalam Gambar 7.

Pergerakan arus pada Laut Halmahera yang menjadi objek penelitian mencapai kecepatan rata-rata sebesar 23.59 cm/det. Analisis terhadap pemisahan arus total menjadi arus pasang surut dan arus residu (non pasut) pada Laut Halmahera didapatkan hasil arus pasut merupakan arus yang paling dominan mempengaruhi pola pergerakan dari massa air yang terekam oleh instrumen ADCP pada bulan Juli hinga September 2010. Hal ini digambarkan pada grafik Gambar 7. Rata-rata kecepatan arus yang dipengaruhi oleh pasang surut mencapai 23.55 cm/det sedangkan kecepatan rata-rata arus residual hanya sebesar 0.04 cm/det. Arus residu di Laut Halmahera dapat disebabkan oleh pergerakan massa air akibat perubahan densitas dari wilayah dekat Samudera Pasifik menuju Halmahera. Walaupun arus residu merupakan faktor yang tidak dominan namun arus residu memiliki peranan penting dalam sirkulasi massa air.

14

Gambar 7. Pemisahan arus total menjadi arus pasang surut dan arus residu. (a) Grafik Arus Total. (b) Grafik Arus Pasut. (c) Grafik Arus residu

Tabel 5 menunjukkan sebaran nilai komponen arus pasang surut yang dijabarkan kedalam parameter elips yakni mayor aksis. nilai minor aksis. nilai inklinasi. nilai fase. serta nilai error per nilai parameter. Mayor aksis direpresentasikan sabagai salah satu nilai yang menggambarkan kecepatan maksimal dari kostanta harmonik. Inklinasi adalah sudut yang dibentuk oleh axis sumbu x (aksis zonal) dengan mayor aksis sedangkan fase merupakan sudut dimana dua komponen yang berotasi sirkular saling melewati saling bertemu dari posisi awal (Zhigang Xu 2002).

Nilai error yang ditampilkan pada setiap nilai parameter (error mayor. error minor. error inklinasi. dan error fase) merupakan suatu nilai yang ditentukan berdasarkan estimasi selang nilai kepercayaan menggunakan metode analisis linear.

a)

b)

15 Nilai error menggambarkan besarnya derau (noise) yang mempengaruhi besarnya nilai paramater ellips per setiap konstanta harmonik.

Tabel 5. Nilai Mayor aksis. Minor Aksis. Inklinasi. Fase dari Setiap Komponen Harmonik Arus Pasut di Laut Halmahera ( posisi : 0.07 N . 129.03 E)

tide F (cph) Mayor (cm/det) Error Mayor Minor (cm/det) Error minor Inklinasi (0) Error Inklinasi Fase (0) Error Fase Q1 0.0372 10.223 3.640 2.277 2.66 83.98 18.50 272.78 21.10 O1 0.0387 35.149 4.067 14.794 2.84 80.57 6.47 285.49 8.06 K1 0.0418 35.937 3.690 12.587 3.19 76.23 5.56 279.84 7.18 N2 0.0790 13.124 2.241 -1.911 2.56 77.61 10.65 182.43 9.54 M2 0.0805 59.820 2.088 1.886 2.42 68.93 2.16 203.34 2.37 S2 0.0833 19.072 1.944 0.680 2.53 71.53 6.79 252.56 5.96 K2 0.0836 33.678 1.912 1.062 2.51 128.41 4.11 113.34 3.57 MS4 0.1638 6.375 1.490 -1.392 1.50 87.91 14.91 124.70 15.72 S4 0.1666 1.715 1.104 -0.415 1.14 89.01 62.56 155.02 56.76

Nilai frekuensi dalam satuan cph (cycle per hour) menunjukkan banyaknya kostanta harmonik terjadi dalam satu jam pola pergerakan pasang surut. Bila dikonversikan kedalam nilai periode maka akan terlihat bahwasanya setiap komponen mewakili macam jenis gelombang pasang surut yang berbeda (diurnal, semidiurnal, atau periode panjang).

Konstanta harmonik M2 merupakan konstanta harmonik yang memiliki nilai mayor aksis tertinggi yakni mencapai 59.820 cm/det dengan estimasi eror sebesar 2.088 cm/det. Inklinasi yang dicapai oleh komponen M2 adalah sebesar 69.930 terhadap arah timur (sumbu x). Kostanta harmonik K1 merupakan konstanta harmonik kedua dengan nilai aksis mayor tertinggi yakni mencapai 35.937 cm/det dengan estimasi eror untuk aksis mayor mencapai 3.690 cm/det. Komponen M2 mewakili gelombang semidiurnal sedangkan komponen K1 mewakili kostanta harmonik untuk gelombang diurnal.

Bila diplotkan berdasarkan nilai SNR (Signal to Noise Ratio) maka akan didapatkan signifikansi komponen harmonik yang mempengaruhi arus pasut. Plot ditampilkan pada Gambar 8.

16

Gambar 8 terlihat bahwa komponen yang paling signifikan berada pada kanal semidurnal dan diurnal. Kanal diurnal berada pada wilayah berkisar antara 0.05 cph sedangkan kanal semidiurnal berada pada kisaran 0.08 cph. Hal ini menggambarkan bahwasanya komponen semidiurnal dan diurnal memiliki andil besar dalam mempengaruhi pola arus pasang surut yang terjadi di wilayah Laut Halmahera.

Elips Komponen Arus pasang surut

Komponen harmonik pasang surut yang memiliki nilai frekuensi mayor serta nilai frekuensi minor dapat kita gambarkan dalam sebuah grafik rotary elips. Nilai komponen arus pasang surut yang digambarkan dalam bentuk grafik elips akan membantu dalam menginterpretasikan propagasi atau perambatan pasang surut yang menginduksi terjadi arus pasang surut ( Mesquita and Harari 2003). Selanjutnya rotary ellips merupakan alternatif dari penggambaran amplitudo dan fase dari kompone harmonik arus pasang surut (Paugh. 1996).

Pada komponen semidiurnal yang terdiri dari komponen M2. S2. K2. N2 menghasilkan pola elips seperti yang digambarkan pada Gambar 9.

Gambar 9. Elips komponen harmonik semidiurnal (a. Komponen M2. b.Komponen S2. c.Komponen K2. d. Komponen N2)

Keempat komponen ini memiliki periode pembentukan yang hampir sama dalam satu hari yakni berkisar antara 11.9 jam hingga 12. 6 jam. Komponen M2. S2. dan N2 memberikan respon nilai paramater elips yakni inklinasi (dalam derajat) yang hampir sama yakni berkisar antara 700 hingga 770 relatif terhadap sumbu X dengan titik pusat (0.0) dengan arah perputaran searah jarum jam (clockwise). Estimasi nilai error pada parameter inklinasi terbesar terdapat pada komponen N2 dengan nilai estimasi eror mencapai 10.650 sedangkan nilai minimal eror pada parameter inklinasi pada komponen semidiurnal adalah pada komponen M2 dengan nilai eror inklinasi sebesar 2.160.

a) b)

17 Kesamaan kisaran inklinasi ini mempengaruhi bentuk atau pola elips yang hampir sama yakni dengan arah awal propagasi menghadap ke arah tenggara. Komponen K2 dengan nilai inklinasi sebesar 128.410 dan estimasi eror inklinasi sebesar 4.110 memiliki pola elips yang berbeda dengan ketiga komponen semidiurnal lainnya yakni dengan arah awal propagasi menghadap ke arah barat daya.

Komponen K2 juga memberikan respon nilai fase dengan rentang yang cukup jauh dibanding ketiga komponen semidiurnal. Selisih fase tertinggi terdapat antar komponen K2 dengan komponen S2 dengan pergeseran fase mencapai 1290. Anomali ini dikarenakan komponen K2 merupakan komponen yang ditentukan berdasarkan deklinasi bulan terhadap bumi bukan jarak bulan (Ali et al.1994) sehingga komponen K2 akan memiliki fase yang berlawanan dengan komponen khususnya M2. Komponen M2 merupakan komponen dominan yang dihasilkan diwilayah laut Halmahera yang umumnya berasal dari propagasi gelombang pasang surut dari wilayah Laut Flores dan laut Jawa tanpa perubahan arah (Hatayama et al. 1996)

Pada komponen diurnal arus pasang surut yang terdiri dari komponen Q1. O1. dan K1 juga menghasilkan pola elips seperti pada Gambar 10.

Gambar 10. Elips komponen harmonik diurnal (a. Komponen Q1. b.Komponen O1. c.Komponen K1)

Komponen diurnal merupakan komponen harmonik yang memiliki periode 23 jam hingga 26 jam. Dapat dikatakan pula komponen harmonik diurnal terjadi satu kali dalam satu hari. Komponen Q1. O1. dan K1 memberikan respon nilai paramater elips yakni inklinasi (dalam derajat) dengan selisih yang tidak terlalu jauh yakni berkisar antara 30 hingga 80 relatif terhadap sumbu X dengan titik pusat (0.0) dengan arah perputaran searah jarum jam (clockwise). Estimasi nilai eror pada parameter inklinasi

a) b)

18

terbesar terdapat pada komponen Q1 dengan nilai estimasi eror mencapai 18.500 sedangkan nilai minimal eror pada parameter inklinasi pada komponen diurnal adalah pada komponen K1 dengan nilai eror inklinasi sebesar 5.560. Kesamaan kisaran inklinasi ini mempengaruhi bentuk atau pola elips yang hampir sama yakni dengan arah awal propagasi menghadap ke arah tenggara. Ketiga komponen diurnal ini juga memiliki pergeseran selisih fase yang kecil antara 70 hingga 130dengan fase tertinggi berada pada komponen O1. Komponen K1 umumnya lebih kecil dibandingkan komponen M2 diseluruh wilayah laut Indonesia kecuali Laut Jawa. Laut Cina Selatan. dan Laut Arafura

Komponen S4 dan MS4 adalah komponen harmonik yang berpengaruh di wilayah perairan dangkal (shallow water) dengan periode masing-masing adalah 6 jam dan 6.1 jam sehingga pada wilayah Laut Halmahera sehingga kedua komponen ini memberikan pengaruh terkecil dibanding dengan komponen diurnal dan semidiurnal. Hal ini juga berpengaruh terhadap pola elips yang digambarkan pada Gambar 11.

Gambar 11. Elips komponen harmonik komponen shallow water (a. Komponen S4. b.Komponen MS4)

Kedua komponen ini memiliki perbedaan sudut inklinasi sebesar 0.90 dengan estimasi eror inklinasi terbesar adalah pada komponen S4 dengan estimasi mencapai 62.560.

Hubungan Pasang Surut dan Arus Pasang Surut

Grafik vektor pada Gambar 12 menunjukkan dominansi dari arus pasang surut terhadap pergerakan arus. Stick plot digambarkan per periode bulan. Grafik pada Gambar 12 menunjukkan bahwa pola pergerakan arus residual tidak beraturan dengan kecepatan maksimal mencapai 81.17 cm/det sedangkan kecepatan minimal mencapai -70.53 cm/det. Arus pasang surut yang menjadi arus dominan berdasarkan stick plot pada Gambar 11 menunjukkan bahwa periode pencapaian kecepatan maksimal arus pasut dicapai oleh arus pasut saat berada di periode pasut purnama (flood) dengan kecepatan mencapai kisaran 145.61 cm/det dengan pergerakan ke arah utara sedangkan kecepatan minimum dicapai saat air surut pada kondisi pasut perbani (ebb) dengan kecepatan berkisar antara 3.32 cm/det hingga 5.5 cm/det dengan pergerakan kearah barat .

19

Gambar 12. Stick plot dari (a) Arus Residu. (b) Arus Pasut. (c) grafik pasut bulan Juli-Agustus 2010

Pergerakan arus pasut di Laut Halmahera pada periode pasang yang menyebabkakan flood dan pada periode surut yang menyebabkan ebb bergerak tidak mencapai kesimetrisan (bolak-balik). Hal ini dapat disebabkan pada periode ebb atu saat arus pasut mencapai surut pergerakan massa air dipengaruhi oleh faktor residu (diluar pasang surut) sehingga pada saat surut massa air bergerak lebih tidak beraturan.

Gambar 13. Stick plot dari (A) Arus Residual. (B) Arus Pasut. (C) grafik pasut bulan Agustus-September 2010 a) b) c) a) b) c)

20

Pada periode bulan Agustus-September 2010 plot vektor (stick plot) dari arus total. arus residual. arus pasut dan elevasi pasang surut digambarkan pada gambar 13. Stick plot yang digambarkan pada Gambar 13 untuk periode bulan Agustus-September juga memberikan pola yang hampir sama dengan periode bulan Juli-Agustus. Pada periode bulan Agustus-September diketahui bahwa kecepatan maksimal yang dicapai oleh arus pasut dalam periode pasut purnama dengan kecepatan mencapai mencapai 148.7 cm/det dengan arah pergerakan umumnya kearah utara sedangkan kecepatan arus pasut minimal pada periode pasut perbani mencapai kecepatan berkisar 2.44 cm/det hingga 5.72 cm/det dengan arah pergerakan ke arah barat.

Pergerakan arus yang disebabkan pasang surut teridentifikasi sangat kuat terjadi di wilayah Laut Halmahera. Kecepatan arus pasut yang terekam mencapai kecepatan 23.54 cm/det, sedangkan menurut (Cresswell dan Luick 2001) kecepatan arus pasut yang pernah direkam di Laut Halmahera mencapai 40 cm/det. Wilayah Laut Halmahera juga merupakan wilayah laut yang menjadi tempat terjadi fenomena tidal mixing yang kuat (Creeswell dan Luick 2001). Hal ini dimungkinkan dengan pengaruh pasang surut yang cukup kuat di wilayah tersebut.

Dokumen terkait