• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh para guru SD di Kecamatan Kintamani, maka program pengabdian masyarakat ini dilakukan dalam bentuk pelatihan dan pendampingan pembuatan proposal dan laporan penelitian tindakan kelas. Permasalahan yang dialami oleh guru-guru SD di Kecamatan Kintamani berkaitan dengan penelitian tindakan kelas adalah: kurangnya kemampuan dan keterampilan guru SD di Kecamatan Kintamani untuk memahami dasar filosofis penelitian tindakan kelas, kurangnya kemampuan dan keterampilan yang memadai tentang hakekat penelitian tindakan kelas. Para guru mengakui belum mendapatkan gambaran yang jelas tentang apa penelitian tindakan kelas, bagaimana proses penelitian tindakan kelas, permasalahan pembelajaran yang bagaimana dapat dipecahkan dengan penelitian tindakan kelas, siapa yang melakukan observasi dan refleksi dalam penelitian tindakan kelas dan bagaimana upaya perbaikan yang mesti dilakukan dalam penelitian tindakan kelas, belum dimilikinya kemampuan dan keterampilan yang memadai dalam menyusun proposal penelitian tindakan kelas, belum dimilikinya kemampuan dan keterampilan yang memadai dalam mengimplementasikan penelitian tindakan kelas untuk memecahkan masalah siswa dalam proses pembelajaran, belum dimilikinya kemampuan dan keterampilan yang memadai dalam menyusun laporan penelitian tindakan kelas, dan belum dimilikinya kemampua dan keterampilan yang memadai dalam membuat instrument penelitian tindakan kelas yang dijadikan sebagai alat untuk menilai kemajuan siswa dari sisi kognitif, afektif mapun keterampilannya. Pelatihan dan pendampingan pembuatan proposal dan laporan penelitian tindakan kelas dilakukan pada bulan Mei di SD Negeri 1 Batur mendatangkan tim pakar dari Undiksha Singraja khususnya pakar pendidikan guru sekolah dasar. Pelatihan dan pendampingan pembuatan proposal dan laporan penelitian tindakan kelas, sangat membantu guru-guru SD dalam membuat proposal dan pembuatan laporan penelitian tindakan kelas sesuai dengan tuntutan pemerintah. Hal ini sejalan dengan peraturan yang baru yaitu peraturan bersama Mendiknas dan Kepala BKN Nomor 03/V/PB/2010 dan Nomor 14 Tahun 2010 tanggal 6 Mei 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan

Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Aturan baru Angka Kredit bagi kenaikan Jabatan Guru ini, sudah berlaku efektif mulai tanggal 1 Januari 2013, dimana untuk kenaikan pangkat jabatan Fungsional Guru serendah-rendahnya Golongan III/b diwajibkan membuat Karya Inovatif berupa Penelitian, Karya Tulis Ilmiah, Alat Peraga, Modul, Buku, atau Karya Teknologi Pendidikan yang nilai angka kreditnya disesuaikan. Demikia juga untuk kenaikan golongan pada jenjang berikutnya diwajibkan untuk membuat Karya Inovatif berupa Penelitian, Karya Tulis Ilmiah, Alat Peraga, Modul, Buku, atau Karya Teknologi Pendidikan yang nilai angka kreditnya disesuaikan. Dengan demikian setiap guru yang akan memasuki golongan III/b dan golongan berikutnya harus memiliki penelitian (yang relevan adalah penelitian tindakan kelas) sebagai bukti telah dikuasainya keterampilan untuk melakukan perbaikan kualitas proses pembelajaran sesuai dengan masalah yang ada dikelasnya masing-masing.

Pelatihan dan pendampingan pembuatan proposal dan laporan penelitian tindakan kelas pada guru-guru SD di Kecamatan Kintamani dimulai dari: (1) dasar filosofis penelitian tindakan kelas untuk perbaikan persoalan spesifik di kelas, (2) langkah-langkah penelitian tindakan kelas, (3) implementasi penelitian tindakan kelas dalam paktik pembelajaran, dan (4) menyusun laporan penelitian tindakan kelas. Pelatihan diawali dengan memberikan materi tentang dasar filosofi penelitian tindakan kelas, makna penelitian tindakan kelas, tujuan penelitian tindakan kelas, cara merumuskan masalah penelitian tindakan kelas, membuat kajian pustaka penelitian tindakan kelas, dan mengembangkan instrument penelitian tindakan kelas. Proses ini dilakukan dalam bentuk ceramah dan tanya jawab, untuk mempermudah guru-guru SD di Kecamatan Kintamani dalam menyampaikan masalah-masalah yang dialami dalam merancang penelitian tindakan kelas. Proses ceramah dan tanyajawab berlangsung dengan baik, karena hampir semua peserta aktif untuk mempertanyakan berbagai permasalahan tentang merancang penelitian tindakan kelas dan berpartisipasi dalam pemberian materi. Setelah diberikan materi dan tanyajawab, semua guru SD yang menjadi peserta pelatihan mengaku faham dengan dasar filosofi penelitian tindakan kelas, yang mengibaratkan guru dengan dokter yang mencoba untuk mendiagnosis penyakit yang dialami oleh peserta didiknya dan berusaha mencarikan obat yang cocok untuk penyakin tersebut.

Apa yang terjadi dalam proses ceramah dan tanyajawab tentang penelitian tindakan kelas ini, sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Carr dan Kemmis seperti yang dikutip oleh Siswojo Hardjodipuro, dikatakan bahwa yang dimaksud dengan istilah PTK adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik ini, dan (c) situasi-situasi ( dan lembaga-lembaga ) tempat praktik-praktik-praktik-praktik tersebut dilaksanakan (Harjodipuro, 1997). Lebih lanjut, dijelaskan oleh Harjodipuro bahwa PTK adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau utuk mengubahnya. PTK bukan sekedar mengajar, PTK mempunyai makna sadar dan kritis terhadap mengajar, dan menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri untuk bersiap terhadap proses perubahan dan perbaikan proses pembelajaran. PTK mendorong guru untuk berani bertindak dan berpikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional. Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa dilakukannya PTK adalah dalam rangka guru bersedia untuk mengintropeksi, bercermin, merefleksi atau mengevalusi dirinya sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang guru/pengajar diharapkan cukup professional untuk selanjutnya, diharapkan dari peningkatan kemampuan diri tersebut dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas anak didiknya, baik dalam aspek penalaran; keterampilan, pengetahuan hubungan sosial maupun aspek-aspek lain yang bermanfaat bagi anak didik untuk menjadi dewasa. Dengan dilaksanakannya PTK, berarti guru juga berkedudukan sebagai peneliti, yang senantiasa bersedia meningkatkan kualitas kemampuan mengajarnya. Upaya peningkatan kualitas tersebut diharapkan dilakukan secara sistematis, realities, dan rasional, yang disertai dengan meneliti semua “ aksinya di depan kelas sehingga gurulah yang tahu persis kekurangan-kekurangan dan kelebihannya. Apabila di dalam pelaksanaan “aksi” nya masih terdapat kekurangan, dia akan bersedia mengadakan perubahan sehingga di dalam kelas yang menjadi tanggungjawabnya

Action research lebih bertujuan untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun demikian hasil action research dapat saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai latar yang mirip dengan yang dimliki peneliti. Perbedaan antara penelitian formal dengan classroom action research disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.1 Perbedaan antara Penelitian Formal dengan Classroom Action Research Penelitian Formal Classroom Action Research

Dilakukan oleh orang lain Dilakukan oleh guru/dosen

Sampel harus representatif Kerepresentatifan sampel tidak diperhatikan

Instrumen harus valid dan reliabel Instrumen yang valid dan reliabel tidak diperhatikan

Menuntut penggunaan analisis statistik Tidak diperlukan analisis statistik yang rumit

Mempersyaratkan hipotesis Tidak selalu menggunakan hipotesis Mengembangkan teori Memperbaiki praktik pembelajaran

secara langsung

Ada beberapa alasan mengapa PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan profesional seorang guru :

1. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Dia menjadi reflektif dan kritis terhadap lakukan.apa yang dia dan muridnya

2. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak lagi sebagai seorang praktis, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneniliti di bidangnya.

3. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan pada masalah aktual dan faktual yang berkembang di kelasnya.

4. Pelaksanaan PTK tidak menggangu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran.

5. Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.

6. Penerapan PTK dalam pendidikan dan pembelajaran memiliki tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan sehingga meningkatan mutu hasil instruksional; mengembangkan keterampilan guru; meningkatkan relevansi; meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.

Tahap kedua kegiatan pelatihan dan pendampingan penulisan proposal dan pelaporan PTK ini lanjutkan dengan memberikan pelatihan dan pendampingan membuat proposal PTK. Untuk merancang proposal penelitian tindakan kelas, semua guru diminta untuk membuat satu persoalan yang dialami di dalam kelas, untuk bersama-sama dirumskan menjadi masalah penelitian. Setelah semua peserta pelatihan menulis masalah yang dibuat, diminta untuk menyampaikan, kemudia dirumuskan bersama menjadi masalah PTK. Setelah masalah yang dipetakan telah tekodifikasi, kemudian dilanjutkan dengan strategi merancang proposal PTK. Format proposal PTK berisi latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan metode penelitian. Sebelum membuat proposal PTK, peserta pelatihan diberikan uraian secara singkat oleh pemateri tentang latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan metode penelitian serta apa yang mesti dibuat pada masing-masing aitem tersebut. Setelah materi diberikan semua peserta diajak untuk merancang proposal penelitian secara garis besar, yang kemudian akan dilanjutkan di rumah masing-masing. Kemudian, dua minggu berikutnya proposal PTK yang telah dibuat oleh peserta pelatihan di minta untuk dikumpulkan dan akan dikoreksi oleh tim pakar dari Undiksha serta akan dikembalikan pada peserta minggu berikutnya untuk dilakukan perbaikan sebelum

akan mendampingi guru-guru SD di Kecamatan Kintamani untuk mengimplementasikan proposal PTK.

Tahap berikutnya pelaksanaan pengabdian masyarakat ini dilanjutkan dengan mengimplementasikan proposal yang telah dibuat. Implementasi PTK ini dilakukan pada 2 SD yang ada di Kecamatan kintamani, yaitu di SD 1 Batur dan SD 5 Batur. Sekolah ini dipilih berdasarkan pada kesiapan sekolah yang bersangkutan dan gurunya serta sarana-prasarana yang dibutuhkan. Selain itu, pemilihan sekolah ini didasarkan pada lokasinya yang sangat strategis, sehingga mudah dinjangkau oleh tim, mapun oleh para peserta pelatihan yang hendak melihat langsung, bagaimana temannya melangsungkan penelitian tindakan kelas. Pendampingan implementasi PTK ini akan dilakukan dengan model supervisi klinis, dimana proses perbaikan dan refleksi dilakukan secara koligeal dan demokratis antar peserta pelatihan dengan tim pakar Undiksha, sehingga berbagai permaslahan yang dialami dalam pelaksanaan PTK dapat dipecahkan dengan cepat dan sesuai sasaran. Pendampingan implementasi PTK ini akan dilakukan sesuai dengan siklus penelitian tindakan kelas, yaitu perencaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai model action research, terutama classroom action research. Dialah orang pertama yang memperkenalkan action research. Konsep pokok action research menurut Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu : (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus. Model Kemmis & Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt lewin seperti yang diuraikan di atas, hanya saja komponen acting dan observing dijadikan satu kesatuan karena keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisahkan, terjadi dalam waktu yang sama. Pada proses perencanaan, yaitu menyusun rencana tindakan termasuk revisi dan perubahan rencana yang hendak dilakukan dalam pembelajaran kewarganegaraan. Keduanya disusun secara fleksibel untuk pengembangan berbagai pengaruh yang mungkin timbul di lapangan yang tidak dapat diduga terlebih dahulu, tindakan, yaitu praktik atau pelaksanaan pembelajaran nyata berdasarkan rencana tindakan yang telah buat sebelumnya, observasi, yaitu pengamatan dan pendokumentasian proses tindakan, pengaruh tindakan, kendala

tindakan, cara tindakan serta persoalan-persoalan lain yang mungkin timbul. Hasil observasi ini menjadi dasar refleksi bagi tindakan yang telah dilakukan, dan refleksi, yaitu mengkaji dan merenungkan kembali suatu tindakan (proses atau masalah) persis seperti yang telah terekam dalam/selama observasi. Refleksi tindakan dilakukan peneliti untuk menentukan dan merekonstruksi makna situasi sosial, serta untuk mendapatkan dasar bagi perbaikan (revisi) rencana tindakan berikutnya. Proses implementasi dan pendampingan PTK ini dilaksanakan dalam tiga sampai empat kali pertemuan dikelas. Setelah proses implementasi dan pendampingan yang dilakukan oleh tim pakar Undiksha, semua peserta pelatihan mengakui memahami cara mengimplementasikan PTK. Hal ini dapat dilihat dari proses observasi pada saat pendampingan implementasi PTK dan hasil evaluasi yang dilakukan diakhir kegiatan yang menunjukkan keterampilan para peserta dalam melaksanakan PTK yang telah dibuat.

Tahap berikutnya program pengabdian masyarakat ini dilanjutkan dengan membuat laporan penelitian tindakan kelas. Proses pembautan laporan penelitian tindakan kelas ini sebenarnya secara simultan telah dilakukan oleh peserta pelatihan sejak melaksanakan penelitian. Namun proses ini masih berupa catan-catan yang dibuat melalui proses perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Catan-catan yang dibuat oleh guru pada tiap tahapan penelitian tindakan kelas kemudian dirangkai secara berurutan sesuai dengan urutan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dan upaya perbaikan yang dilakukan pada tiap sikluasnya. Setelah catan-catan peneltian dirangkai dalam bentuk laporan penelitian tindakan kelas, kemudian distorkan kepada tim pakar Undiksha untuk diberikan masukan dan informasi yang kiranya dibutuhkan oleh para peserta. Setelah dilakukan evaluasi oleh tim pakar Undiksha, dinilai penting untuk memberikan informasi mengenai hal-hal apa yang mesti dibuat dalam laporan penelitian tindakan kelas. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kekeliruan peserta tentang urutan penelitian dan data yang mesti dimasukkan dalam laporan penelitian tindakan kelas. Uraian tentang pelaksanaan penelitian tindakan kelas semstinya diuraikan secara berurut sesuai dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan. Bukan berdasarkan pada data hasil nilai siswa yang biasanya dilakukan pada akhir kegiatan

dibelajarkan. Data mengenai hasil belajar siswa merupakan salah satu data pendukung keberhasilan penelitian tindakan kelas, bukan tujuan utama dari penelitian tindakan kelas, karena tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan Richart Winter (1996) yang menyatakan penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik: (1) kritik refeksi, yaitu salah satu langkah di dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan khususnya PTK ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan kegiatan suatu aksi. Hanya saja, di dalam PTK yang dimaksud dengan refleksi ialah suatu upaya evaluasi atau penilaian, dan refleksi ini perlu adanya upaya kritik sehingga dimungkinkan pada taraf evaluasi terhadap perubahan-perubahan, (2) kritik dialektis, dengan adanyan kritik dialektif diharapkan penelitian bersedia melakukan kritik terhadap fenomena yang ditelitinya. Selanjutnya peneliti akan bersedia melakukan pemeriksaan terhadap: (a) konteks hubungan secara menyeluruh yang merupakan satu unit walaupun dapat dipisahkan secara jelas, dan, (b) Struktur kontradiksi internal, maksudnya di balik unit yang jelas, yang memungkinkan adanya kecenderungan mengalami perubahan meskipun sesuatu yang berada di balik unit tersebut bersifat stabil, (3) kolaboratif, yaitu di dalam PTK diperlukan hadirnya suatu kerja sama dengan pihak-pihak lain seperti atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan sebagainya. Kesemuanya itu diharapkan dapat dijadikan sumber data atau data sumber. Mengapa demikian? Oleh karena pada hakikatnya kedudukan peneliti dalam PTK merupakan bagian dari situasi dan kondisi dari suatu latar yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi dia juga terlibat langsung dalam suatu proses situasi dan kondisi. Bentuk kerja sama atau kolaborasi di antara para anggota situasi dan kondisi itulah yang menyebabkan suatu proses dapat berlangsung.Kolaborasi dalam kesempatan ini ialah berupa sudut pandang yang disampaikan oleh setiap kolaborator. Selanjutnya, sudut pandang ini dianggap sebagai andil yang sangat penting dalam upaya pemahaman terhadap berbagai permasalahan yang muncul. Untuk itu, peneliti akan bersikap bahwa tidak ada sudut pandang dari seseorang yang dapat digunakan untuk memahami sesuatu masalah secara tuntas dan mampu dibandingkan dengan sudut pandang yang berasal; dari berbagai pihak. Namun demikian memperoleh berbagai pandangan dari pada kolaborator, peneliti tetap sebagai figur yang memiliki ,kewenangan dan tanggung

jawab untuk menentukan apakah sudut pandang dari kolaborator dipergunakan atau tidak. Oleh karenanya, sdapat dikatakan bahwa fungsi kolaborator hanyalah sebagai pembantu di dalam PTK ini, bukan sebagai yang begitu menentukan terhadap pelaksaanan dan berhasil tidaknya penelitian, (4) resiko, dengan adanya ciri resiko diharapkan dan dituntut agar peneliti berani mengambil resiko, terutama pada waktu proses penelitian berlangsung. Resiko yang mungkin ada diantaranya (a) melesetnya hipotesis dan (b) adanya tuntutan untuk melakukan suatu transformasi. Selanjutnya, melalui keterlibatan dalam proses penelitian, aksi peneliti kemungkinan akan mengalami perubahan pandangan karena ia menyaksikan sendiri adanya diskusi atau pertentangan dari para kalaborator dan selanjutnya menyebabkan pandangannya berubah, (5) susunan jamak, pada umumnya penelitian kuantitatif atau tradisional berstruktur tunggal karena ditentukan oleh suara tunggal, penelitinya. Akan tetapi, PTK memiliki struktur jamak karena jelas penelitian ini bersifat dialektis, reflektif, partisipasi atau kolaboratif. Susunan jamak ini berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena yang diteliti harus mencakup semua komponen pokok supaya bersifat komprehensif. Suatu contoh, seandainya yang diteliti adalah situasi dan kondisi proses belajar-mengajar, situasinya harus meliputi paling tidak guru, siswa, tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran, interaksi belajar-mengajar, lulusan atau hasil yang dicapai, dan sebagainya, dan (6) internalisasi teori dan praktik, menurut pandangan para ahli PTK bahwa antara teori dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya berfungsi untuk mendukung tranformasi. Pendapat ini berbeda dengan pandangan para ahli penelitian konvesional yang beranggapan bahwa teori dan praktik merupakan dua hal yang terpisah. Keberadaan teori diperuntukkan praktik, begitu pula sebaliknya sehingga keduanya dapat digunakan dan dikembangkan bersama. Berdasarkan pada proses evaluasi oleh tim pakar Undiksha, maka para peserta melakukan revisi laporan penelitian tindakan kelas yang telah dibuat, sehingga relevan dengan laopran penelitia tindakan kelas. Tahap pembuatan laporan penelitian tindakan kelas berjalan dengan baik, karena hampir semua peserta mampu membuat laporan penelitian tindakan kelas yang sesuai dengan format laporan penelitian tindakan kelas. Hal ini tampak dari proses evaluasi

penelitian tindakan kelas peserta layak untuk dijadikan sebagai karya untuk mengajukan kenaikan pangkat. Lebih utama dari itu, pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan telah mampu meningkatkan kualitas proses yang bermuara pada peningkatan kualitas hasil belajar siswa SD di wilayah Kecamatan Kintamani.

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

Pelatihan dan pendampingan pembuatan proposal dan laporan penelitian tindakan kelas pada guru-guru SD di Kecamatan Kintamani dimulai dari: (1) dasar filosofis penelitian tindakan kelas untuk perbaikan persoalan spesifik di kelas, (2) langkah-langkah penelitian tindakan kelas, (3) implementasi penelitian tindakan kelas dalam paktik pembelajaran, dan (4) menyusun laporan penelitian tindakan kelas. Pelatihan diawali dengan memberikan materi tentang dasar filosofi penelitian tindakan kelas, makna penelitian tindakan kelas, tujuan penelitian tindakan kelas, cara merumuskan masalah penelitian tindakan kelas, membuat kajian pustaka penelitian tindakan kelas, dan mengembangkan instrument penelitian tindakan kelas. Proses ini dilakukan dalam bentuk ceramah dan tanya jawab, untuk mempermudah guru-guru SD di Kecamatan Kintamani dalam menyampaikan masalah-masalah yang dialami dalam merancang penelitian tindakan kelas. Tahap kedua kegiatan pelatihan dan pendampingan penulisan proposal dan pelaporan PTK ini lanjutkan dengan memberikan pelatihan dan pendampingan membuat proposal PTK. Format proposal PTK berisi latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan metode penelitian. Sebelum membuat proposal PTK, peserta pelatihan diberikan uraian secara singkat oleh pemateri tentang latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan metode penelitian serta apa yang mesti dibuat pada masing-masing aitem tersebut.

Tahap berikutnya pelaksanaan pengabdian masyarakat ini dilanjutkan dengan mengimplementasikan proposal yang telah dibuat. Implementasi PTK ini dilakukan pada 2 SD yang ada di Kecamatan kintamani, yaitu di SD 1 Batur dan SD 5 Batur. Pendampingan implementasi PTK ini akan dilakukan dengan model supervisi klinis, dimana proses perbaikan dan refleksi dilakukan secara koligeal dan demokratis antar peserta pelatihan dengan tim pakar Undiksha, sehingga berbagai permaslahan yang dialami dalam pelaksanaan PTK dapat dipecahkan dengan cepat dan sesuai sasaran. Pendampingan implementasi PTK ini akan dilakukan sesuai dengan siklus penelitian

berikutnya program pengabdian masyarakat ini dilanjutkan dengan membuat laporan penelitian tindakan kelas. Proses pembautan laporan penelitian tindakan kelas ini sebenarnya secara simultan telah dilakukan oleh peserta pelatihan sejak melaksanakan penelitian. Namun proses ini masih berupa catan-catan yang dibuat

Dokumen terkait