• Tidak ada hasil yang ditemukan

Percobaan Pendahuluan

Percobaan pendahuluan bertujuan untuk mencari waktu pengusangan benih sampai viabilitas benih menurun atau bahkan telah mati, yang dapat digunakan untuk pengusangan cepat fisik dan kimia. Percobaan ini juga dilakukan untuk mengetahui suhu dan kelembaban nisbi dalam tabung pengusangan pada saat proses pengusangan fisik dan kimia. Waktu pengusangan fisik yang pertama digunakan untuk memundurkan benih jagung adalah 0 menit, 20 menit (1x20′), 40 menit (2x20′), 60 menit (3x20′), dan 80 menit (4x20′), sedangkan waktu untuk pengusangan kimia adalah 0 menit, 20 menit (1x20′), 40 menit (2x20′), 60 menit

(3x20′), dan 90 menit (3x30′). Viabilitas benih jagung hasil deraan uap panas ataupun uap etanol 95% pada waktu tersebut masih tinggi, sehingga waktu untuk pengusangan dirubah kembali. Waktu pengusangan fisik dan kimia pada pre-experimen yang kedua adalah 0 menit, 30 menit (1x30′), 60 menit (2x30′), 90 menit (3x30′) dan 120 menit (4x30′). Namun tetap saja viabilitas benih jagung belum menunjukkan penurunan secara gradual (Lampiran 1).

Berdasarkan hasil analisa, terdapat kesalahan prosedur dalam melakukan proses pengusangan cepat benih pada APC tipe IPB 77-1 MM, yaitu pada pengaturan suhu dan kelembaban selama proses pengusangan cepat fisik. Suhu dan kelembaban konstan untuk proses pengusangan cepat fisik baru dicapai setelah 2 jam memanaskan air sampai uap air panas masuk ke dalam ruang deraan, sehingga apabila benih dimasukkan sebelum 2 jam pemanasan air, maka proses pengusangan tidak terjadi dengan sempurna seperti yang diharapkan.

Selama pre-experimen pengusangan cepat benih secara fisik, suhu yang pernah diperoleh dalam ruang deraan adalah 78oC dengan RH 92%, sehingga APC tipe IPB 77-1 MM dilengkapi dengan wadah penampung uap yang bertujuan untuk membuang sebagian uap panas keluar melalui kran agar suhu dalam ruang deraan tidak terlalu tinggi. Pengukuran suhu dan RH dalam ruang deraan dilakukan secara manual dengan menggunakan alat Termohygrometer dari awal masuknya uap panas sampai suhu dan RH dalam alat tersebut mencapai konstan. Namun terkadang, suhu dan RH di dalam ruang deraan mengalami perubahan.

Suhu dapat naik turun pada saat pembukaan kran pada wadah penampung uap, dan bahkan membutuhkan waktu lebih dari 2 jam untuk mendapatkan suhu konstan dalam ruang deraan. Selama melakukan pengusangan fisik, air yang dibutuhkan sebanyak 900 ml. Volume ini harus dipenuhi agar tidak terjadi kekeringan selama pemanasan dalam heater.

Pada pengusangan kimia, aerator belum bekerja dengan sempurna sehingga perlu penyempurnaan pada beberapa sambungan komponen alat (Gambar 2). Biasanya etanol yang bekerja dalam proses pengusangan cepat benih secara kimia di APC tipe IPB 77-1 MM adalah dingin dan bahkan sampai berembun, namun etanol pernah menjadi panas pada saat proses pengusangan berlangsung, sehingga etanol yang dibutuhkan lebih dari 50 ml per sekali pengusangan. Hal tersebut tidak mempengaruhi terhadap hasil pengusangan, hanya saja terdapat perbedaan pada kadar air benih setelah benih diusangkan. Dengan demikian, kondisi suhu perlu diawasi pada saat pengusangan berlangsung.

Pre-experimen terus dilanjutkan sampai mendapatkan titik waktu yang tepat untuk pengusangan fisik dan pengusangan kimia. Pengusangan cepat fisik yang pernah dilakukan sampai 110 menit pada suhu 52oC dan kelembaban 89% menunjukkan benih jagung telah mati seluruhnya, sehingga waktu yang ditetapkan untuk penderaan uap panas hanya sampai 60 menit. Pada pengusangan cepat kimia, benih jagung yang diusangkan sampai 60 menit menunjukkan daya berkecambah menjadi 54%, sehingga waktu yang ditetapkan untuk penderaan uap etanol 95% sampai 100 menit. Berdasarkan hal tersebut, waktu yang ditetapkan untuk masing-masing pengusangan cepat benih dibagi menjadi lima interval.

Pengusangan Cepat Benih secara Fisik

Pengusangan cepat benih secara fisik dimulai dengan menekan tombol on dan mengatur setelan ke “uap panas” setelah air dimasukkan dalam wadah air, kemudian lampu kontrol diatur untuk memanaskan air selama 15 menit (Gambar 2). Sebelumnya, kran pengusangan fisik telah dibuka untuk mengurangi tekanan dalam heater pada saat pemanasan. Air yang diisi ke dalam wadah air seperti

22

tabung kaca sebanyak 900 ml. Air dalam wadah air tersebut akan masuk ke dalam tabung pemanas (heater) melalui selang yang dihubungkan antara kedua tabung. Biasanya waktu yang dibutuhkan untuk uap air naik ke wadah penampung uap panas adalah sekitar ± 30 menit. Selanjutnya uap panas tersebut akan terkumpul dan wadah penampung uap akan menjadi panas. Uap panas kemudian akan naik ke ruang deraan melalui selang penghubung (Gambar 1b).

Proses masuknya uap panas ke dalam ruang deraan sampai suhu dan kelembaban di dalamnya mencapai konstan bisa memakan waktu sekitar 1 jam. Selama proses tersebut, kran yang terdapat pada wadah penampung uap perlu dibuka sedikit untuk mengeluarkan sebagian uap panas, sehingga uap panas yang masuk ke dalam ruang deraan tidak terlalu banyak dan suhu dalam ruang deraan pun tidak tinggi. Kran tersebut juga berfungsi untuk mengeluarkan air yang telah mengumpul dalam wadah penampung uap, karena uap panas yang mengumpul akan berubah menjadi air yang jika semakin banyak akan menghambat proses naiknya uap panas ke ruang deraan.

Setelah suhu dalam ruang deraan mencapai konstan, tombol off ditekan untuk mematikan sementara ketika wadah benih yang berisi benih yang akan diusangkan dimasukkan ke dalam ruang deraan. Kemudian, lampu kontrol dan timer diatur sesuai waktu yang ditentukan. Lampu kontrol berfungsi untuk mengatur lamanya pemasukan uap ke ruang deraan dan waktu pengusangan benih jagung, dan dapat mengatur lamanya motor penggerak berputar untuk menempatkan benih dalam keadaan non-stasioner (Gambar 1a). Tombol pemasukan uap diatur sesuai dengan lamanya waktu pengusangan benih, sehingga uap panas akan terus masuk ke dalam ruang deraan selama waktu pengusangan. Tombol timer juga disamakan untuk mengetahui habisnya waktu pengusangan. Timer akan berbunyi dan berwarna merah jika waktu yang diatur pada ketiga tombol telah habis. Kemudian, tombol on ditekan kembali untuk memulai proses pengusangan benih. Proses pengusangan ini berlangsung secara bertahap sampai waktu yang diinginkan.

Pengusangan cepat benih secara fisik menggunakan APC tipe IPB 77-1 MM ini dilakukan dengan uap panas. Lot benih jagung didera oleh uap panas selama 0 menit, 15 menit (1x15′), 30 menit (2x15′), 45 menit (3x15′), dan 60

menit (4x15′). Benih jagung didera pada kondisi yang telah berimbibisi (KA ± 26%), sehingga selama proses pengusangan tidak terjadi peningkatan kadar air (Lampiran 2). Suhu dan kelembaban selama proses pengusangan fisik adalah ± 52oC dan ± 89%.

Pengusangan cepat benih secara fisik dengan uap panas di APC tipe IPB 77-1 MM pada semua tolok ukur viabilitas dan vigor benih jagung memberikan pengaruh terhadap kemunduran benih jagung. Pengaruh tersebut terlihat dari persamaan garis regresi linier yang berkorelasi negatif pada Tabel 2. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama waktu pengusangan, benih jagung akan semakin mengalami penurunan viabilitas.

Tabel 2. Rekapitulasi hasil analisis regresi dan korelasi yang menghubungkan antara tolok ukur pengujian viabilitas dan vigor pada tiga lot benih jagung dengan waktu pengusangan cepat benih secara fisik

Tingkat Vigor Persamaan Regresi R2 r

DB (%) V1 y = 97.60 - 0.19x 0.35 -0.59* V2 y = 105.3 - 0.87x 0.68 -0.82* V3 y = 46.67 - 0.79x 0.70 -0.84* IV (%) V1 y = 100.5 - 0.49x 0.55 -0.74* V2 y = 104.8 - 1.27x 0.77 -0.88* V3 y = 38.93 - 0.72x 0.65 -0.81* KCT (% per etmal) V1 y = 40.57-0.21x 0.55 -0.82* V2 y = 38.45 - 0.39x 0.77 -0.83* V3 y = 13.88-0.23x 0.65 -0.78* PTM (%) V1 y = 99.20 - 0.16x 0.26 -0.51tn V2 y = 104.8 - 0.68x 0.71 -0.84* V3 y = 52.80 - 0.90x 0.68 -0.82* Keterangan: V1: Lot benih jagung yang disimpan pada suhu kamar (23oC); V2: Lot benih jagung

setelah Controlled deterioration selama 4 hari; V3: Lot benih jagung setelah Controlled deterioration selama 6 hari. DB: Daya Berkecambah; IV: Indeks Vigor; KCT: Kecepatan Tumbuh; PTM: Potensi Tumbuh Maksimum. Angka yang diikuti oleh tanda (*) adalah nyata pada taraf 5%, dan tanda (tn) adalah tidak nyata pada taraf 5%.

Berdasarkan hasil analisis regresi dan korelasi pada Tabel 2, nilai koefisien korelasi yang dicapai oleh tolok ukur daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan potensi tumbuh maksimum sebagian besar hampir mendekati satu

24

(r≈1). Hal ini menunjukkan bahwa ada keeratan hubungan antara lama waktu pengusangan dengan tolok ukur viabilitas dan vigor benih pada ketiga lot benih jagung tersebut. Semakin lama waktu pengusangan benih jagung di APC tipe IPB 77-1 MM, tolok ukur daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan potensi tumbuh maksimum benih jagung semakin menurun.

Persamaan regresi menyatakan hubungan antara waktu pengusangan benih jagung (sumbu x) dengan tolok ukur viabilitas dan vigor benih jagung (sumbu y). Garis regresi pada Lampiran 3, 4, 5 dan 6 menunjukkan bahwa semakin lama waktu pengusangan benih maka tolok ukur viabilitas dan vigor benih jagung semakin turun. Semakin lama diperlakukan dengan uap panas, kadar air benih meningkat sehingga aktivitas metabolismenya meningkat, yang menyebabkan kemunduran benih jagung.

Sutopo (2002) menjelaskan bahwa benih yang bersifat higroskopis sangat mudah menyerap air dari udara di sekitarnya. Kandungan air yang tinggi meningkatkan kegiatan enzim sehingga mempercepat terjadinya proses respirasi. Selain itu, terjadinya perombakan cadangan makanan yang berlangsung cepat akan menyebabkan benih kehabisan bahan bakar pada jaringan-jaringan yang penting (meristem), sehingga cepat mengalami kemunduran.

Menurut Tatipata et al. (2004), suhu dan kelembaban yang tinggi akan mempercepat kemunduran benih akibat penurunan aktivitas enzim, penurunan cadangan makanan, meningkatnya nilai konduktivitas, penurunan daya berkecambah dan vigor. Menurut Justice dan Bass (2002), semakin lama proses respirasi berlangsung, semakin banyak pula cadangan makanan benih yang digunakan. Perombakan cadangan makanan benih menyebabkan terjadinya serangkaian proses metabolisme yang dapat menurunkan viabilitas benih.

Alat pengusangan cepat tipe IPB 77-1 MM ini masih mempunyai kelemahan bila ditinjau dalam pengoperasian untuk pengusangan cepat fisik. Pengusangan cepat benih secara fisik membutuhkan waktu selama 2 jam untuk mendapatkan suhu 52oC. Selain itu, perlu adanya pengawasan kran uap panas saat pemanasan air, sehingga kran harus dibuka-tutup untuk menjaga tekanan di dalam heater agar tidak tinggi.

Meskipun hasil modifikasi pada alat ini masih membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan suhu konstan 52oC, tetapi dampak penderaan benih dapat memberikan indikasi yang baik. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (r) yang tinggi pada Tabel 2. Hal tersebut menunjukkan bahwa APC tipe IPB 77-1 MM pada pengoperasian pengusangan cepat fisik mampu membuat kemunduran benih secara gradual dengan baik.

Pengusangan Cepat Benih secara Kimia

Pengusangan cepat benih secara kimia dimulai dengan memasukkan benih jagung yang akan didera ke dalam ruang deraan dan mengisi etanol ke wadah etanol sebanyak ± 50 ml. Wadah etanol tersebut diapit oleh dua wadah lainnya untuk menampung uap etanol dan menyalurkannya ke ruang deraan melalui selang penghubung (Gambar 2). Selanjutnya lampu kontrol dan timer diatur sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Alat pengusangan kemudian diatur ke setelan “uap etanol”. Setelah itu, tombol on ditekan untuk memulai proses pengusangan benih jagung. Kran pengusangan kimia dibuka untuk membuka jalannya uap etanol masuk ke dalam ruang deraan. Tombol timer akan berbunyi dan berwarna merah jika waktu yang diatur pada ketiga tombol telah habis. Prosedur pengusangan kimia lebih mudah dijalankan dibandingkan dengan pengusangan fisik, karena lot benih jagung dapat langsung didera tanpa harus menunggu suhu ruang deraan konstan. Suhu dan kelembaban yang ada di dalam ruang deraan adalah ± 32oC dan ± 82%.

Pengusangan cepat benih secara kimia menggunakan APC tipe IPB 77-1 MM ini dilakukan dengan uap etanol 95%. Lot benih jagung didera oleh uap etanol 95% selama 0, 25 (1x25′), 50 (2x25′), 75 (3x25′), dan 100 (4x25′) menit. Benih jagung didera pada kondisi yang telah berimbibisi (KA ± 26%), sehingga selama proses pengusangan tidak terjadi peningkatan kadar air (Lampiran 7).

Seperti halnya pengusangan benih secara fisik, pengusangan benih secara kimia dengan uap etanol 95% di APC tipe IPB 77-1 MM juga memberikan pengaruh nyata pada sebagian besar tolok ukur viabilitas dan vigor benih jagung. Hal ini dapat dilihat dari persamaan regresi linier yang berkorelasi negatif pada

26

Tabel 3. Dengan demikian, semakin lama waktu pengusangan, benih jagung akan mengalami penurunan viabilitas.

Berdasarkan analisis regresi dan korelasi pada Tabel 3, nilai koefisien korelasi pada semua tolok ukur sebagian besar hampir mendekati satu (r≈1). Sebanyak 10 dari 12 nilai koefisien korelasi yang nyata menunjukkan nilai r -0.73 sampai -0.96, ini berarti ada keeratan hubungan yang sangat kuat antara lama waktu pengusangan dengan tolok ukur daya berkecambah, indeks vigor, kecepatan tumbuh, dan potensi tumbuh maksimum benih jagung.

Tabel 3. Rekapitulasi hasil analisis regresi dan korelasi yang menghubungkan antara tolok ukur pengujian viabilitas dan vigor pada tiga lot benih jagung dengan waktu pengusangan cepat benih secara kimia

Tingkat Vigor Persamaan Regresi R2 r

DB (%) V1 y = 104.3 - 0.56x 0.65 -0.81* V2 y = 105.3 - 0.55x 0.65 -0.81* V3 y = 42.40 - 0.13x 0.18 -0.42tn IV (%) V1 y = 84.27 - 0.82x 0.92 -0.96* V2 y = 101.1 - 0.66x 0.67 -0.82* V3 y = 43.20 - 0.29x 0.53 -0.73* KCT (% per etmal) V1 y = 34.75 - 0.25x 0.81 -0.90* V2 y = 38.69 - 0.23x 0.71 -0.84* V3 y = 16.61 - 0.09x 0.60 -0.77* PTM (%) V1 y = 106.9 - 0.45x 0.70 -0.84* V2 y = 112.5 - 0.63x 0.71 -0.85* V3 y = 48.80 - 0.15x 0.13 -0.36tn

Keterangan: V1: Lot benih jagung yang disimpan pada suhu kamar (23oC); V2: Lot benih jagung setelah Controlled deterioration selama 4 hari; V3: Lot benih jagung setelah Controlled deterioration selama 6 hari. DB: Daya Berkecambah; IV: Indeks Vigor; KCT: Kecepatan Tumbuh; PTM: Potensi Tumbuh Maksimum; Angka yang diikuti oleh tanda (*) adalah nyata pada taraf 5%, dan tanda (tn) adalah tidak nyata pada taraf 5%.

Semakin lama benih jagung didera dengan uap etanol 95%, semua tolok ukur viabilitas dan vigor benih jagung akan semakin menurun. Hal ini dapat dilihat dari persamaan regresi pada Lampiran 8, 9, 10, dan 11, yang menyatakan hubungan antara waktu pengusangan benih jagung (sumbu x) dengan tolok ukur viabilitas dan vigor benih jagung (sumbu y). Nilai koefisien determinasi yang

tinggi menunjukkan bahwa keragaman nilai Y (tolok ukur viabilitas dan vigor benih jagung) yang dapat dijelaskan oleh hubungan liniernya dengan X (waktu pengusangan benih) besar (Walpole, 1997).

Hasil penderaan benih jagung dengan uap etanol 95% di APC tipe IPB 77-1 MM sesuai dengan hasil penelitian Pian (77-19877-1) pada benih jagung dan hasil penelitian Atikah (1989) pada benih padi, jagung, dan kedelai. Menurut Pian (1981), perlakuan benih dengan uap etanol dapat meningkatkan kandungan etanol dalam benih yang mengakibatkan perubahan sifat molekul makro yang berpengaruh terhadap enzim, membran sel, mitokondria dan organel lainnya yang berperan dalam perkecambahan benih. Rusaknya membran sel dan menurunnya aktivitas enzim mengakibatkan aktivitas sel akan berkurang atau berhenti. Oleh karena itu, benih jagung yang dimundurkan secara cepat dengan deraan uap etanol menunjukkan peningkatan kadar alkohol dalam benih tersebut, dan hubungannnya sangat nyata dengan mundurnya viabilitas benih.

Hasil penelitian Atikah (1989) dengan APC tipe IPB 77-1 pada benih padi, jagung, dan kedelai, menyimpulkan bahwa penderaan dengan uap etanol mampu menunjukkan penurunan nyata terhadap lama waktu penderaan pada tolok ukur daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan keserempakan tumbuh. Dalam penelitiannya, tolok ukur kecepatan tumbuh paling efektif dalam pengusangan cepat fisik dan kimia.

Pengusangan dengan uap etanol dinilai sangat bermanfaat untuk mendekati kemunduran benih sebenarnya. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasinya yang tinggi pada Tabel 3. Pelaksanaannya yang efisien dilihat dari pengoperasiannya lebih praktis dan lamanya penderaan yang cukup hanya dengan bilangan menit dan tidak ditemukan serangan cendawan, karena pengaruh etanol sebagai disinfektan. Dengan demikian, hasil percobaan ini dapat memberikan gambaran bahwa APC tipe IPB 77-1 MM mampu memundurkan benih jagung secara gradual dengan baik.

Analisis Nilai Vigor Hasil Pengusangan Fisik dan Kimia

Benih akan memiliki daya simpan yang tinggi jika vigor konservasi sebelum benih disimpan juga tinggi. Benih demikian dikatakan memiliki vigor

28

daya simpan yang tinggi, yang berarti benih mampu menumbuhkan kecambah normal meski kondisi lingkungannya suboptimum (Sadjad et al, 1999). Oleh karena itu, semakin tinggi vigor awal benih, maka vigor daya simpannya semakin tinggi.

Pada Tabel 4, tingkat vigor V1 dan V2 yang digunakan pada percobaan fisik menunjukkan viabilitas awal yang tinggi (DB ≥ 80%), tetapi V3 mempunyai viabilitas awal yang rendah (DB ± 50%). Berdasarkan data tersebut, sebenarnya tidak perlu menggunakan metode pengusangan cepat apapun untuk mendeteksi perbedaan vigor daya simpan antara V3 dengan tingkat vigor lainnya, apalagi menurut Badan Pengembangan Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPMBTPH) (2005), standar kelulusan lot benih jagung adalah DB ≥ 80%. Metode pengusangan cepat perlu dilakukan untuk membandingkan perbedaan vigor daya simpan antara V1 dan V2, karena berdasarkan hasil uji DB, IV, KCT, dan PTM keduanya tidak berbeda nyata (Tabel 1).

Tabel 4. Nilai vigor hasil pengusangan cepat benih secara fisik dan kimia pada APC IPB 77-1 MM

Tingkat Vigor

Pengusangan Fisik Pengusangan Kimia Vigor awal (Va)* Nilai α (o ) Nilai Vigor

(Va/α) Vigor awal (Va)*

Nilai α (o ) Nilai Vigor (Va/α) DB (%) V1 98.7 10.9 9.1 98.7 31.1 3.2 V2 90.7 41.1 2.2 90.7 27.6 3.3 V3 54.7 37.9 1.4 54.7 8.2 6.7 IV (%) V1 98.7 23.8 4.1 98.7 38.4 2.6 V2 90.7 52.0 1.7 90.7 32.2 2.8 V3 54.7 32.9 1.7 54.7 14.7 3.7 KCT (% per etmal) V1 98.7 11.8 8.4 98.7 13.9 7.0 V2 90.7 21.3 4.3 90.7 12.8 7.1 V3 54.7 13.0 4.2 54.7 6.1 9.0 PTM (%) V1 98.7 9.6 10.3 98.7 23.7 4.2 V2 90.7 34.2 2.7 90.7 31.2 2.9 V3 54.7 41.3 1.3 54.7 8.4 6.5

Keterangan: V1: Lot benih jagung yang disimpan pada suhu kamar (23oC); V2: Lot benih jagung setelah Controlled deterioration selama 4 hari; V3: Lot benih jagung setelah Controlled deterioration selama 6 hari. DB:Daya Berkecambah; IV:Indeks Vigor; KCT:Kecepatan Tumbuh; PTM:Potensi Tumbuh Maksimum. *Va ditentukan berdasarkan nilai daya berkecambah benih jagung pada Tabel 1.

Nilai vigor hasil pengusangan fisik dan kimia pada Tabel 4 merupakan fungsi nilai dari hasil bagi vigor awal benih (Va) dengan besar sudut kemiringan garis (α). Nilai vigor daya simpan berbanding lurus dengan vigor awal dan berbanding terbalik dengan sudut kemiringan garis (α). Semakin besar Va dan

semakin kecil α maka vigor daya simpan semakin besar. Sudut kemiringan garis

dari pengusangan cepat fisik berkisar mulai 10-50o, sedangkan pada pengusangan cepat kimia berkisar 6-38o (Tabel 4). Nilai vigor yang diperoleh diharapkan dapat digunakan untuk menganalisis vigor daya simpan benih jagung yang dilihat dari laju penurunan garis regresinya.

Pada Tabel 4, nilai vigor pengusangan fisik pada semua tolok ukur menunjukkan bahwa nilai vigor V1>V2. Hal ini berarti bahwa benih V1 lebih vigor dibanding V2, sehingga semakin tinggi nilai vigor, maka vigor daya simpan benih jagung semakin tinggi. Namun berbeda halnya dengan pengusangan kimia, nilai vigor V1<V2 pada tolok ukur DB, IV, dan KCT, sedangkan nilai vigor V1>V2 pada tolok ukur PTM. Hal ini menunjukkan bahwa V2 lebih vigor dibandingkan dengan V1. Perbedaan hasil pengusangan cepat secara kimia ini perlu dikaji lebih lanjut untuk memastikan konsistensi hasilnya atau untuk menentukan korelasi kemunduran yang terjadi pada pengusangan dengan berbagai kondisi nyata, seperti daya simpan benih, ketahanan terhadap cekaman air dan oksigen ataupun vigor spesifik yang lain.

Percobaan ini menunjukkan bahwa APC tipe IPB 77-1 MM dapat menduga vigor daya simpan benih jagung (Zea mays L.) dengan metode pengusangan fisik dan pengusangan kimia. Namun, hasil pengusangan fisik lebih baik dibandingkan dengan pengusangan kimia. Dari segi teknis, prosedur pengusangan kimia lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan pengusangan fisik. Oleh karena itu, perlu modifikasi lebih lanjut pada metode pengusangan fisik agar lebih mudah dalam pelaksanaannya, dan penyempurnaan pada metode pengusangan kimia agar lebih konsisten dalam hasil pengusangan terhadap kemunduran benih.

KESIMPULAN

Kesimpulan

Alat pengusangan cepat (APC) tipe IPB 77-1 MM dapat digunakan sebagai alat pengusangan benih jagung baik secara fisik maupun kimia. Pengusangan cepat secara fisik dapat dilakukan pada 0 menit, 15 menit (1x15′),

30 menit (2x15′), 45 menit (3x15′), dan 60 menit (4x15′), sedangkan pengusangan cepat secara kimia dilakukan pada 0 menit, 25 menit (1x25′), 50 menit (2x25′), 75

menit (3x25′), dan 100 menit (4x25′). Perlakuan pengusangan cepat secara fisik dan kimia mampu menurunkan daya berkecambah, potensi tumbuh maksimum, indeks vigor dan kecepatan tumbuh benih jagung.

Pendugaan vigor daya simpan benih jagung dapat ditentukan jika tingkat vigor benih memiliki viabilitas potensial yang sama (DB ≥ 80%). Semakin besar nilai vigor, maka vigor daya simpan benih jagung semakin tinggi, namun hasil ini belum menunjukkan konsistensi penurunan vigor hasil pengusangan cepat benih secara kimia.

Addai L.K and O.S. Kantanka. 2006. Evaluation of screening methods for improved storability of soybean seed international. Journal of Botany 2 (2):152-155.

Agustin, H. 2010. Hubungan Antara Kandungan Antosianin dengan Ketahanan Benih Kedelai (Glycine max L. Merr) terhadap Pengusangan Cepat Beberapa Varietas Kedelai. Skripsi. Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Asiedu, E.A., A.A. Powell, and T. Stuchbury. 2000. Cowpea seed coat chemical analysis in relation to storage seed quality. Africa Crop Science Journal 8 (3):283-294.

Atikah, T. 1989. Studi Pembandingan Berbagai Tolok Ukur Viabilitas untuk Metode Pengusangan Cepat Cara Fisik dan Cara Kimia pada Benih Padi (Oryza sativa L.) Jagung (Zea mays L.) dan Kedelai (Glycine max Merr). Skripsi. Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

BPS. 2011. Tanaman Pangan. http://www.bps.go.id. [15 April 2011].

BPMBTPH. 2005. Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (Laboratorium dan Metode Standar). BPMBTPH. Depok. 254 hal.

Copeland, L.O. and M.B. McDonald. 2001. Principles of Seed Science and Technology (fourth edition). United States of America. London.

Ferdianti, H. 2007. Uji Vigor Daya Simpan dan Vigor Kekuatan Tumbuh pada Beberapa Galur Gandum (Triticum aestivumL.). Skripsi. Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 38 hal.

Inglett, G.E. 1987. Kernel, Structure, Composition and Quality Corn: Culture. Processing and Products. Avi Publishing Company, Westport.

ISTA. 2010. International Rule For Seed Testing. The International Seed Testing Association. Bassersdorf, CH- Switzerland.

Justice, O. dan L.N. Bass. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. (diterjemahkan dari: Principles and Practices of Seed Storage, penerjemah: Rennie Roesli). PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Lindayanti, M. 2006. Pengujian vigor pada beberapa verietas padi (Oryza sativa) dengan metode Accelerated Ageing (AA) setelah masa simpan enam bulan. Vigor 4 (4):12.

32

LPPM. 1991. Modifikasi Mesin Pengusangan Cepat IPB 77-1. http://www.lppm.ipb.ac.id. [10 Maret 2011].

Musgrave, E.M., D.A. Priestley and A.C. Leopold. 1980. Methanol stress as a test of seed vigor. Crop Science 20:626-630.

Peng, Q., K. Zhiyou, L. Xiaohong, and L. Yeju. 2011. Effects of accelerated aging on physiological and biochemical characteristics of waxy and non-waxy wheat seeds. Journal of Northeast Agricultural University 18(2):7-12.

Pian, Z.A. 1981. Pengaruh Uap Etil Alkohol terhadap Viabilitas Benih Jagung (Zea mays L.) dan Pemanfaatannya untuk Menduga Daya Simpan. Disertasi. IPB. Bogor. 278 hal.

Purwanti, S. 2004. Study of storage temperature on the quality of black and yellow soybean seed. Jurnal Ilmu Pertanian 11(1):22-31.

Sadjad, S. 1974. Teknologi Benih dan Masalah-Masalahnya. Prosiding Kursus Singkat Pengujian Benih. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 1-11.

. 1991. Modifikasi Mesin Pengusangan Cepat IPB 77-1. Laporan

Dokumen terkait