• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan adalah jumlah yang dikonsumsi oleh ternak dalam jangka waktu tertentu. Konsumsi pakan terus meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan zat nutrisi untuk hidup pokok dan pertumbuhan ternak domba. Rataan konsumsi pakan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rataan konsumsi pada pakan domba lokal lepas sapih selama penelitian (g/ekor/hari)

Perlakuan Ulangan Total Rataan ± sd

I II III IV V P0 346,64 340,64 351,19 346,98 509,98 1895,42 379,08 ± 73,27 P1 367,79 621,86 440,70 451,49 408,53 2290,36 458,07 ± 97,18 P2 436,10 433,43 412,09 437,20 436,85 2155,66 431,13 ± 10,75 P3 342,81 364,87 351,82 346,83 - 1406,33 281,27 ± 9,59 Total 1493,33 1760,79 1555,80 1582,49 1355,36 7747,77 1549,55 ± 14,71 Rataan 373,33 440,20 388,95 395,62 338,84 1936,94 387,39 ± 28,68

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa rataan konsumsi domba lokal lepas sapih dari semua perlakuan adalah 387,39 g/ekor/hari. Rataan konsumsi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (pakan yang mengandung kulit daging buah kopi yang diamoniasi sebesar 15%) yaitu sebesar 458,07 ± 97,18 g/ekor/hari dan rataan konsumsi pakan terendah terdapat pada perlakuan P3 (pakan yang mengandung kulit daging buah kopi sebesar 45%) yaitu sebesar 281,27 ± 9,59 g/ekor/hari.

Untuk melihat pengaruh pemberian pakan yang mengandung kulit daging buah kopi yang diamoniasi terhadap konsumsi pakan domba lokal lepas sapih dilakukan analisis ragam seperti yang tertera pada Tabel 12.

Tabel 12. Analisis ragam konsumsi pakan domba lokal jantan lepas sapih selama penelitian SK DB JK KT F,Hitung F. Tabel 0,05 0.01 Perlakuan 3 32123,06 10707,69 2,85 tn 3,24 5.29 Galat 16 59985,95 3749,12 Total 19 92109,01

Ket. tn = tidak nyata

Hasil analisis ragam pada Tabel 12 menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel, artinya pemberian pakan dengan menggunakan kulit daging buah kopi yang diamoniasi dalam pakan domba lokal jantan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P<0,05) terhadap konsumsi domba lokal jantan lepas sapih. Hal ini di asumsikan bahwa setiap perlakuan (P0, P1, P2 dan P3) memberikan respon yang sama erhadap terhadap konsumsi.

Hasil analisis yang tidak nyata mengindikasikan bahwa susunan konsentrat dari ke empat perlakuan tersebut mempunyai kandungan nutrisi yang relatif sama dan ternak yang digunakan homogen baik dari bobot badan maupun umurnya. Menurut Parakkasi (1995) bahwa tingkat perbedaan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak (bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas). Makanan yang berkualitas baik tingkat bila pemberian pakan mempunyai kualitas yang relatif sama maka tingkat konsumsinya juga tidak berbeda. Hal ini juga diutarakan oleh Tomazweska et al., (1993) yang menyatakan bahwa kualitas pakan berpengaruh terhadap konsumsi.

Pengaruh tidak nyata terhadap konsumsi total pakan (dalam bahan kering) memilik dasar yang sama seperti pada konsumsi rumput (dalam bahan kering) dan konsumsi konsentrat (dalam bahan kering), yaitu disebabkan oleh keseimbangan protein dan energi seperti dinyatakan Parakkasi (1995) bahwa yang menjadi

penentu tingkat konsumsi adalah palatabilitas zat makanan. Total konsumsi adalah penjumlahan antara konsumsi konsentrat dengan konsumsi rumput. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Church (1986), yakni faktor yang mempengaruhi konsumsi antara lain adalah palatabilitas dan kandungan nutrisi pakan.

Pertambahan Bobot Badan

Pengambilan data pertambahan bobot badan dilakukan dengan cara penimbangan setiap 2 minggu. Pertambahan bobot badan dihitung berdasarkan bobot badan akhir dikurangi bobot badan awal dalam satuan g/ekor/2minggu. Hasil perhitungan dikonversikan dalam bentuk pertambahan bobot badan harian dalam satuan (g/ekor/hari). Rataan pertambahan bobot badan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Rataan pertambahan bobot badan domba jantan lokal lepas sapih selama penelitian (g/ekor/hari)

Perlakuan Ulangan Total Rataan ± sd

I II III IV V P0 25,00 22,62 28,57 26,19 31,55 133,93 26,79 ± 3,42 P1 37,50 65,71 33,33 51,79 51,67 240,00 48,00 ± 12,91 P2 41,07 28,10 54,76 42,26 38,69 204,88 40,98 ± 9,52 P3 22,02 36,79 14,29 13,21 - 86,31 21,58 ± 13,48 Total 125,60 153,21 130,95 133,45 121,90 665,12 137,34±12,15 Rataan 31,40 38,30 32,74 33,36 30,48 166,28 34,33±3,04

Tabel 13 menunjukkan bahwa rataan pertambahan bobot badan domba jantan lokal lepas sapih selama penelitian adalah 34,33 g/ekor/hari. Rataan pertambahan bobot badan tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (pakan yang mengandung 15% kulit daging buah kopi yang diamoniasi) yaitu sebesar 48,00 ± 12,91 g/ekor/hari, sedangkan rataan pertambahan bobot badan terendah terdapat pada perlakuan P3 (pakan yang mengandung 45% kulit daging buah kopi yang

Pemberian kulit daging buah kopi yang diamoniasi dapat digunakan sebagai pakan ternak domba, hal ini terlihat dari perlakuan P1 (15% kulit daging buah kopi yang diamoniasi dalam pakan) bisa menjadi pakan dasar, suplemen makanan dan sumber protein sehingga peningkatan PBB harian sangat baik.

Pengaruh pemberian pakan dengan menggunakan kulit daging buah kopi yang diamoniasi dengan kulit daging buah kopi tanpa diamoniasi terhadap pertumbuhan bobot badan domba jantan lokal lepas sapih dapat diketahui dengan analisis ragam seperti tertera pada Tabel 14.

Tabel 14. Analisis ragam pertambahan bobot badan domba lokal jantan lepas sapih selama penelitian

SK DB JK KT F,Hitun g F. Tabel 0,05 0,01 Perlakua n 3 2081,61 693,87 7,76** 3,24 5,29 Galat 16 1431,16 89,45 Total 19 3512,77

Ket. ** = Sangat nyata KK = 8,10 %

Tabel 14 menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan menggunakan kulit daging buah kopi tanpa diamoniasi dan kulit daging buah kopi yang diamonasi dalam pakan domba lokal jantan lepas sapih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertambahan bobot badan domba lokal jantan lepas sapih selama 3 bulan. Pemberian pakan yang mengandung kulit daging buah kopi yang tidak diamoniasi dan yang diamoniasi memberikan peningkatan pertambahan bobot badan. Perlakuan P1 dengan level 15% pertambahan bobot badan lebih optimal karena keseimbangan bahan penyusun pakan, sehingga aroma dan palatabilitasnya sangat disukai oleh ternak dan pakan dapat dicerna secara optimal.

Menurut Cole (1982) laju pertumbuhan setelah disapih ditentukan oleh beberapa faktor antara lain potensi pertumbuhan dari masing-masing individu ternak dan pakan yang tersedia.

Pemberian pakan yang mengandung kulit daging buah kopi yang diamoniasi dapat meningkatkan pertambahan bobot badan berbeda sangat nyata. Nilai KK (Koefisien ragam) = 8,10 %, maka dengan demikian perlu dilakukan uji lanjut yaitu uji BNT 0,01 seperti pada Tabel 15.

Tebel 15. Uji BNT 0,01 pertambahan bobot badan

Perlakuan Rataan ± sd Notasi

P1 P2 P0 P3 48,00 ± 12,91 40.90 ± 9,52 26.78 ± 3,42 21,57 ± 13,48 A A B B

Dari Tabel 15 menunjukkan bahwa perlakuan P1 (pakan yang mengandung 15% daging kulit buah kopi yang diamoniasi) lebih baik tetapi dalam uji BNT pertambahan bobot badan pada perlakuan P1 dan P2 memiliki notasi yang sama artinya pertambahan bobot badan pada kedua perlakuan tersebut adalah sama dan pertambahan bobot badan di perlakuan P0 dan P3 dengan uji BNT adalah sama.

Konversi Pakan

Konversi pakan dihitung berdasarkan perbandingan konsumsi pakan dengan pertambahan bobot badan yang dihasilkan dengan satuan yang sama. Rataan konversi pakan domba lokal jantan lepas sapih tertera pada Tabel 16.

Tabel 16. Rataan konversi pakan domba lokal jantan lepas sapih selama penelitian

Perlakuan Ulangan Total Rataan ± sd

I II III IV V P0 13,87 15,06 12,29 13,25 16,17 70,63 14,13 ± 1,52 P1 9,81 9,46 13,22 8,72 7,91 49,12 9,82 ± 2,04 P2 10,62 15,43 7,53 10,34 11,29 55,21 11,04 ±2,84 P3 15,57 9,92 24,63 26,25 - 76,36 19,09 ±7,71 Total 49,86 49,87 57,67 58,56 35,36 251,31 50,26 ± 4,78 Rataan 12,46 12,47 14,42 14,64 8,84 62,83 13,52 ± 1,19 Berdasarkan rataan konversi pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa rataan konversi pakan domba lokal jantan lepas sapih selama penelitian adalah 13,52 ± 1,19. Rataan konversi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (pakan yang mengandung kulit daging buah kopi yang diamoniasi sebesar 45%) yaitu sebesar 19,09 ±7,71. Hal ini disebabkan oleh konsumsi pakan sangat kurang dipengaruhi oleh kualitas pakan yang kurang sehingga sulit untuk dicerna oleh ternak tersebut, sedangkan rataan konversi terendah terdapat pada perlakuan P1 pakan sangat disukai oleh ternak (pakan yang mengandung kulit daging buah kopi yang diamoniasi sebesar 15%) yaitu sebesar 9,82 ± 2,04.

Untuk mengetahui signifikasi pemberian pakan dengan menggunakan kulit daging buah kopi yang diamoniasi dan kulit daging buah kopi tanpa amoniasi terhadap konversi pakan domba lokal jantan lepas sapih, maka dilakukan analisis ragam seperti yang tertera pada Tabel 17.

Tabel 17. Analisis ragam konversi pakan domba lokal jantan lepas sapih selama penelitian SK DB JK KT F,Hitung F. Tabel 0,05 0,01 Perlakuan 3 223,33 74,44 5,04 * 3,24 5,29 Galat 16 236,54 14,78 Total 19 459,87 Ket. * = Nyata KK = 7,6 %

Setelah dilakukan analisis ragam seperti pada Tabel 17 maka diperoleh hasil pemberian pakan dengan menggunakan kulit daging buah kopi yang diamoniasi dan kulit daging buah kopi tanpa diamoniasi dalam pakan domba lokal jantan lepas sapih memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap konversi pakan domba lokal jantan lepas sapih.

Pakan yang mengandung kulit daging buah kopi yang diamoniasi dalam berbagai level masih baik digunakan untuk pakan domba karena nilai akan yang diberikan berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan bobot badan dengan demikian bahwa konversi dalam penelitian ini juga memberikan respon yang berbeda nyata. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Parakkasi (1995) yang mengatakan bahwa pakan adalah semua bahan pakan yang bisa di berikan dan bermanfaat bagi ternak. Pakan yang di berikan berkualitas tinggi yaitu mengandung nutrisi yang di perlukan oleh tubuh ternak dalam hidupnya seperti air, karbohidrat, lemak, protein, mineral dan air.

Kebutuhan ternak akan zat makanan terdiri dari kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan untuk produksi. Kebutuhan hidup pokok pengertiannya sederhana yaitu untuk mempertahankan hidup. Ternak yang memperoleh makanan hanya sekedar cukup untuk memenuhi hidup pokok, bobot badan ternak tersebut tidak akan naik dan turun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tillman, et, al., (1984) yang menyatakan bahwa ternak yang memperoleh lebih dari kebutuhan hidup pokoknya maka sebagian dari kelebihan makanan itu akan dapat dirubah menjadi bentuk produksi misalnya air susu, pertumbuhan dan reproduksi ini disebut kebutuhan produksi.

Pemberian pakan yang mengandung kulit daging buah kopi yang diamoniasi dalam konversi pakan memberikan pengaruh secara nyata dengan nilai KK (Koefisien ragam) = 7.7 %, maka dengan demikian perlu dilakukan uji BNT seperti pada Tabel 18.

Tebel 18. Uji BNT 0,05 konversi pakan

Perlakuan Rataan Notasi

P3 P0 P2 P1 19,09 ± 7,71 14,13 ± 1,52 11,04 ± 2,84 9,82 ± 2,04 a a a b

Dari Tabel 18 dapat dilihat bahwa pada perlakuan P3, P0 dan P2 mempunyai notasi sama yang artinya memberikan pengaruh yang tidak beda nyata dibandingkan P1 yang mempunyai rataa angka konversi paling baik yaitu 9,82 ± 2,04.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Rataan dari ketiga parameter yaitu: konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Rekapitulasi hasil penelitian pemanfaatan kulit daging buah kopi tanpa

diamoniasi dan kulit daging buah kopi yang diamoniasi terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi pakan dan konversi pakan

Peralakuan Konsumsi Pakan g/ekor/hari

Pertambahan bobot

badan (g/ekor/hari) Konversi pakan P0 P1 P2 P3 379,08 ± 73,27tn 458,07 ± 97,18tn 431,13 ± 10,75tn 281,27 ± 9,59tn 26,79 ± 3,42B 48,00 ± 12,91A 40,98 ± 9,52A 21,58 ± 13,48B 14,13 ± 1,52 a 9,82 ± 2,04b 11,04 ± 2,84a 19,09 ± 7,71a

Ket : tn. tidak nyata

Tabel 19 menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan menggunakan kulit daging buah kopi yang diamoniasi dan tidak diamoniasi dalam pakan domba lokal jantan lepas sapih memberikan respon tidak berbeda nyata pada parameter

konsumsi pakan, sedangkan pertambahan bobot badan memberikan pengaruh sangat nyata yaitu pada perlakuan P1 (48,00 ± 12,91 g/ekor/hari) dan P2 (40,98 ± 9,52 g/ekor/hari). Konversi ransum terbaik pada perlakuan P1 yaitu 9,82 ± 2,04

Dokumen terkait