• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil penelitian dihitung dalam bahan kering dan bahan organik yang diperoleh dari konsumsi pakan dan kecernaan pakan selama penelitian.

Konsumsi Bahan Kering (BK)

Konsumsi pakan dihitung dengan menambahkan semua yang dikonsumsi oleh ternak sapi yaitu konsumsi dari pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit dalam bahan kering. Rataan konsumsi pakan (dalam bahan kering) selama penelitian dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan konsumsi bahan kering dari hasil penelitian (g/ekor/hari)

Perlakuan Ulangan Rataan sd

S1 S2 S3 S4 P1 6090 6970 6510 6370 6485.00 367.47 P2 6160 6720 6265 6790 6483.75 317.42 P3 6230 6440 6580 6650 6475.00 185.20 P4 6160 6230 6575 6370 6333.75 183.00 Rataan 6160 6590 6482.5 6545 6444.37 194.64

Dari data konsumsi bahan kering pada Tabel 9 memperlihatkan rataan konsumsi bahan kering sebesar 6444.37 g/ekor/hari dengan standart deviasi sebesar 194.64. Dengan rataan tertinggi pada perlakuan P1 yaitu sebesar 6485 g/ekor/ hari dengan standart deviasi 367.47 dan rataan konsumsi bahan kering terendah pada perlakuan P4 sebesar 6333.75 g/ekor/ hari dengan standart deviasi 183.00.

Signifikasi pemberian empat perlakuan suplementasi pakan terhadap konsumsi pakan dalam bahan kering dapat dilakukan dengan uji keragaman.

Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit terhadap konsumsi bahan kering pada sapi peranakan simental, maka dilakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 10. Tabel 10. Analisis keragaman konsumsi bahan kering selama penelitian

SK DB JK KT Fhitung Ftabel 5% 1% Baris 3 157106.3 52368.75 1.05tn 4.76 9.78 Kolom 3 454618.8 151539.58 3.04tn 4.76 9.78 Perlakuan 3 65506.25 21835.42 0.43tn 4.76 9.78 Galat 6 299012.5 49835.42 Total 15 976243.8

Ket. : tn : Tidak Berbeda Nyata

Ket. : KK : 3.47%

Dari Tabel 10 terlihat bahwa pemanfaatan pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konsumsi bahan kering sapi peranakan simental (P>0.05)

Hasil yang tidak berbeda nyata tersebut dapat dikatakan bahwa empat macam perlakuan pakan yang diberikan memiliki kualitas yang sama atau tidak jauh berbeda satu sama lain. Sehingga tingkat konsumsi bahan kering dari keempat perlakuan tidak jauh berbeda pula. Hal ini sesuai dengan pernyataan Parakkasi (1995) yang menyatakan bahwa tingkat perbedaan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak (bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas). Makanan yang berkualitas baik tingkat konsumsinya lebih tinggi dibandingkan dengan makanan berkualitas rendah, sehingga pakan dengan kualitas yang relatif sama maka tidak

Disamping itu aspek lain juga yang berpengaruh adalah ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ternak lepas sapih sehingga kemampuan menggunaan zat-zat makanan untuk pertumbuhan relatif sama.

Konsumsi Bahan Organik (BO)

Data konsumsi ransum ternak sapi yang dihitung dalam bentuk bahan organik dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rataan konsumsi bahan organik dari hasil penelitian (g/ekor/hari)

Perlakuan Ulangan Rataan sd

S1 S2 S3 S4 P1 5150 6510 6350 6150 6040.00 611.33 P2 6030 6220 6110 6420 6195.00 169.01 P3 6160 6050 6300 6270 6195.00 113.87 P4 6020 5910 6280 5980 6047.50 161.52 Rataan 5840 6172.5 6260 6205 6119.38 189.72

Dari data konsumsi bahan organik pada Tabel 11 memperlihatkan rataan konsumsi bahan organik sebesar 6119.37 g/ekor/ hari dengan standart deviasi 189.72. Dengan rataan tertinggi pada perlakuan P2 dan P3 yaitu sebesar 6195 g/ekor/ hari dengan standart deviasi dari masing-masing 169.01 dan 113.87. Rataan konsumsi bahan organik terendah pada perlakuan P1 sebesar 6040 g/ekor/ hari dengan standart deviasi 611.33.

Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan limbah perkebunan dan hasil ikutan industri kelapa sawit terhadap konsumsi bahan organik pada sapi peranakan simental, maka dilakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 12.

Tabel 12. Analisis keragaman konsumsi bahan organik selama penelitian SK DB JK KT Fhitung Ftabel 5% 1% Baris 3 259918.8 86639.583 0.82tn 4.76 9.78 Kolom 3 431918.8 143972.92 1.36tn 4.76 9.78 Perlakuan 3 91618.75 30539.583 0.28tn 4.76 9.78 Galat 6 632237.5 105372.92 Total 15 1415694

Ket. : tn : Tidak Berbeda Nyata

Ket. : KK : 5.30%

Dari Tabel 12 terlihat bahwa pemanfaatan limbah perkebunan dan hasil ikutan industri kelapa sawit memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konsumsi bahan organik sapi peranakan simental (P>0.05).

Hasil yang tidak berbeda nyata tersebut disesuaikan dengan hasil konsumsi bahan kering. Karena konsumsi pakan bahan organik ini sejalan dengan konsumsi bahan kering. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutardi (1980) yang menyatakan bahwa bahan organik berkaitan erat dengan bahan kering karena bahan organik merupakan bagian dari bahan kering.

Kecernaan Bahan Kering (KcBK)

Kecernaan suatu bahan makanan merupakan selisih dari bahan makanan yang tidak diekskresikan melalui feses atau bagian yang diserap oleh saluran pencernaan dan dimanfaatkan oleh mikroba dalam alat pencernaan.

Untuk melihat pengaruh dari pemanfaatan pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit terhadap kecernaan bahan kering pada sapi peranakan simental dapat dilihat dari rataan kecernaan bahan kering (BK) yang tertera pada Tabel 13.

Tabel 13. Rataan kecernaan bahan kering dari hasil penelitian (%)

Perlakuan Ulangan Rataan sd

S1 S2 S3 S4 P1 72.91 76.04 72.58 73.94 73.87 1.56 P2 74.84 77.08 76.09 77.33 76.34 1.13 P3 76.68 72.9 72.42 72.53 73.63 2.04 P4 70.45 71.25 73.38 71.87 71.74 1.24 Rataan 73.72 74.32 73.62 73.92 73.89 0.31

Dari data kecernaan bahan kering pada Tabel 13 memperlihatkan rataan kecernaan bahan kering sebesar 73.89% dengan standart deviasi 0.31. Rataan tertinggi pada perlakuan P2 yaitu sebesar 76.34% dengan standart deviasi 1.13 dan rataan nilai terendah pada perlakuan P4 sebesar 71.74% dengan standart deviasi 1.24.

Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan limbah perkebunan dan hasil ikutan industri kelapa sawit terhadap kecernaan bahan kering pada sapi peranakan simental, maka dilakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 14. Tabel 14. Analisis keragaman kecernaan bahan kering selama penelitian

SK DB JK KT Fhitung Ftabel 5% 1% Baris 3 10.56071 3.520238 1.43tn 4.76 9.78 Kolom 3 1.348318 0.449439 0.18tn 4.76 9.78 Perlakuan 3 35.0612 11.68707 4.76tn 4.76 9.78 Galat 6 14.72298 2.45383 Total 15 61.69322

Ket. : tn : Tidak Berbeda Nyata

Ket. : KK : 2.12%

Dari Tabel 14 terlihat bahwa pemanfaatan pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap kecernaan bahan kering sapi peranakan simental. Diduga karena kualitas ransum terutama protein kasar dari keempat perlakuan yang relatif sama. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Bamualim (1994) yang menyatakan bahwa protein merupakan suatu zat makanan yang essensial bagi tubuh ternak dan tersediaan protein yang cukup menyebabkan aktivitas dan pertumbuhan mikoorganisme meningkat sehingga proses pencernaan dan konsumsi juga meningkat.

Dari keseluruhan perlakuan dengan kualitas pakan yang rendah yang diberikan terhadap sapi dengan jenis yang sama menghasilkan tingkat kecernaan bahan kering (BK) yang tidak berbeda nyata. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Tillman dkk. (1991) yang menyatakan bahwa kemampuan mencerna bahan makanan ditentukan oleh beberapa faktor seperti jenis ternak, komposisi kimia makanan dan penyiapan makanan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa daya cerna suatu bahan makanan tergantung pada keserasian zat-zat makanan yang terkandung didalamnya.

Kecernaan Bahan Organik (KcBO)

Kecernaan bahan organik menunjukan derajat cerna pakan pada alat-alat pencernaan serta seberapa besar sumbangan suatu pakan bagi ternak.

Untuk melihat pengaruh dari pemanfaatan pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit terhadap kecernaan bahan organik pada sapi peranakan simental dapat dilihat dari rataan kecernaan bahan organik (BO) yang tertera pada Tabel 15.

Tabel 15. Rataan kecernaan bahan organik dari hasil penelitian (%)

Perlakuan Ulangan Rataan sd

S1 S2 S3 S4 P1 67.16 70.07 67.75 67.45 68.11 1.33 P2 70.15 72.82 64.14 73.11 70.05 4.16 P3 68.47 69.18 65.04 68.75 67.86 1.90 P4 65.69 56.89 66.09 67.81 64.12 4.91 Rataan 67.87 67.24 65.75 69.28 67.54 1.46

Dari data kecernaan bahan organik pada Tabel 15 memperlihatkan rataan kecernaan bahan organik sebesar 67.54% dengan standart deviasi 1.46. Rataan tertinggi pada perlakuan P2 yaitu sebesar 70.05% dengan standart deviasi 4.16 dan rataan nilai terendah pada perlakuan P4 sebesar 64.12% dengan standart deviasi 4.91.

Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit terhadap kecernaan bahan organik pada sapi peranakan simental, maka dilakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 16. Tabel 16. Analisis keragaman kecernaan bahan organik selama penelitian

SK DB JK KT Fhitung Ftabel 5% 1% Baris 3 15.08734 5.029113 0.30tn 4.76 9.78 Kolom 3 25.69905 8.566349 0.51tn 4.76 9.78 Perlakuan 3 73.76712 24.58904 1.47tn 4.76 9.78 Galat 6 99.73311 16.62218 Total 15 214.2866

Ket. : tn : Tidak Berbeda Nyata

Ket. : KK : 6.04%

Dari tabel 16 terlihat bahwa pemanfaatan pelepah sawit dan hasil ikutan industri kelapa sawit memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap kecernaan bahan organik sapi peranakan simental (P>0.05). Hal ini berhubungan dengan komposisi kimia dari pakan perlakuan yang dapat mempengaruhi daya

cerna pakan. Sebab, daya cerna suatu pakan tergantung pada keserasian dari zat- zat makanan yang terkandung didalamnya.

Dilihat dari sisi kandungan nutrisi atau kimiawinya bahwa keempat jenis pakan tersebut memberikan nilai guna bagi pertumbuhan mikroorganisme rumen, terutama dalam sintesis protein tubunya, harus cukup tersedia nitrogen. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bamualim (1994) yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan aktivitas mikroba selulolitik yang efisien, sama halnya dengan mikroba rumen lain, membutuhkan sejumlah energi, nitrogen, mineral dan faktor lain (misalnya vitamin). Selanjutnya dinyatakan pula bahwa energi merupakan faktor essensial utama yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba rumen. Mikroba rumen menggunakan energi untuk hidup pokok, teristimewa untuk melakukan transport aktif.

Rekapitulasi hasil penelitian

Tabel 17. Rekapitulasi hasil penelitian

Perlakuan Parameter Konsumsi BK (g/ekor/hari) Konsumsi BO (g/ekor/hari) Kecernaan BK (%) Kecernaan BO(%) P1 6485.00tn 6040.00tn 73.87tn 68.11tn P2 6483.75tn 6195.00tn 76.34tn 70.05tn P3 6475.00tn 6195.00tn 73.63tn 67.86tn P4 6333.75tn 6047.50tn 71.74tn 64.12tn

Dari tabel rekapitulasi hasil penelitian dapat dilihat bahwa ipemanfaatan pelepah sawit dan hasil iiikutan industri kelapa sawit terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik iipada sapi peranakan simental memberikan pengaruh yang sama terhadap konsumsi bahan kering, konsumsi bahan organik, kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik.

Dokumen terkait