• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Fertilitas

Pengertian fertilitas adalah persentase (%) telur yang fertil dari seluruh telur yang digunakan dalam suatu priode penetasan. Fertilitas dapat di hitung dengan cara membagikan jumlah telur yang tertunas dengan (fertil) dengan jumlah telur yang di tetaskan dikalikan 100%. Hasil rata-rata burung puyuh selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 .

Tabel 6 . Rataan fertilitas burung puyuh(%) dengan penambahan Tepung Cangkang Telur Ayam Ras selama penelitian.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 P 0 90 80 70 90 90 420 84.00 P 1 100 100 100 90 100 490 98.00 P 2 100 100 90 100 100 490 98.00 P 3 80 100 90 100 80 450 90.00 Total 1850 370.00 Rataan 92,50

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di peroleh bahwa persentase fertilitas tertinggi pada perlakuan P1, dan P2 sebesar 98.00 dan yang terendah pada perlakuan P0 sebesar 84.00. Standard untuk fertilitas adalah 60-80% (Wilson and Vohra, 1980). Berdasarkan Tabel 6, maka semua perlakuan masuk kedalam standard. Yaitu pada perlakuan P0 sebesar 84.00, P1 sebesar 98.00, P2 sebesar 98.00, dan pada P3 sebesar 90.00.

Daya Tetas

Pengertian daya tetas adalah telur yang menetas dibagi dengan jumlah telur yang fertil dikalikan 100%. Hasil rataan telur burung puyuh selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan daya tetas burung puyuh (%) dengan penambahan Tepung Cangkang Telur Ayam Ras selama penelitian.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 P 0 77,78 87,5 100 88,89 100 454,17 90,834 P 1 80 100 80 100 80 440 88,00 P 2 100 70 88,89 100 70 428,89 85,778 P 3 87,5 100 100 90 87,5 465 93,00 Total 1788,06 357,612 Rataan 89,403

Berdasakan Tabel 7 diperoleh daya tetas tertinggi pada perlakuan P3 sebesar 93,00 dan yang terendah pada perlakuan P2 sebesar 85,78. Standard daya tetas yang baik adalah 85-95%. Berdasarkan Tabel 7, maka semua perlakuan dapat masuk dalam standard yaitu perlakuan P0 sebesar 90.834, P1 sebesar 88.00, P3 sebesar 85.778, dan P3 sebesar 93.00.

Mortalitas

Mortalitas adalah jumlah telur fertil yang tidak menetas dibagi dengan jumlah telur yang menetas dikali 100%. Rataan mortalitas burung puyuh dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan mortalitas telur fertil yang tidak menetas burung Puyuh(%) dengan penambahan Tepung Cangkang Telur Ayam Ras selama penelitian.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 P 0 22,22 12,5 0 11,11 0 45,83 9,166 P 1 20 0 20 0 20 60 12,00 P 2 0 30 11,11 0 30 71,11 14,222 P 3 12,5 0 0 10 12,5 35 7,00 Total 211,94 42,388 Rataan 10,597

Berdasarkan Tabel 8, diperoleh mortalitas tertinggi pada perlakuan P2 sebesar 14,22 dan mortalitas terendah pada P3 sebesar 7,00.

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

24

Income over feed cost (IOFC)

Income over feed cost adalah selisih antara pendapatan usaha peternakan terhadap biaya pakan.

Dari hasil penelitian di peroleh rataan income over feed cost burung puyuh seperti tertera pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan IOFC burung puyuh selama penelitian (Rp)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 P0 2041.62 2323.27 2657.7 2542.71 2797.5 12362.8 2472.56 P1 2394.4 2710.93 2407.93 2799.26 2542.7 12855.22 2571.044 P2 2761.07 2717.49 2741.41 2799.27 2709.37 13728.61 2745.722 P3 2668.06 2746.3 2763..52 2706.92 2559.18 10680.46 2670.115 Total 49627.09 Rataan 2614.86

Dari data IOFC pada Tabel 9. memperlihatkan rataan income over feed cost sebesar Rp 2614.86dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu sebesar Rp 2745.722 dan terendah pada perlakuan P0 yaitu sebesar Rp 2472.56.

Pembahasan

Fertilitas

Sidik ragam dari data rataan pengaruh pemberian tepung cangkang telur dalam ransum terhadap fertilitas burung puyuh selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 10 .

Tabel 10 . Sidik ragam fertilitas telur burung puyuh selama penelitian.

SK DB JK KT F.hitung F.tabel 0.05 0.01 Pelakuan 3 695 231,6667 4,212121* 3,24 5,29 Galat 16 880 55 Total 19 1575 KK=8,0175% * = nyata

Berdasarkan sidik ragam Tabel 10. menunjukan bahwa pemberian tepung cangkang telur dalam ransum berpengaruh nyata (P < 0.05) terhadap fertilitas burung puyuh.

Untuk melihat perbedaan antar perlakuan penamabahan tepung cangkang telur pada ransum burung puyuh tehadap fertilitas maka dilakukan uji beda nyata terkecil (BNT) seperti yang terdapat pada Tabel 11.

Tabel 11. Uji beda nyata (BNT) fertilitas telur burung puyuh dengan Penambahan tepung cangkang telur.

Perlakuan Rataan SD Notasi 0,05

P 0 84.00 8.944 a

P 1 98.00 4.472 b

P 2 98.00 4.472 b

P 3 98.00 10 b

Berdasarkan Tabel 11, terlihat bahwa perlakuan P0 berbeda nyata terhadap perlakuan P1, P2, dan P3. Hal ini di sebabkan bahwa Pemberian cangkang telur dalam ransum dapat mempengaruhi fertilitas burung puyuh dimana dalam

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

26

mempengaruhi fertilitas burung puyuh Suprijatna et al, ( 2005) menyatakan bahwa mineral utama yang terlibat dalam proses metabolisme embrional yaitu Calsium. Pada telur infertil tidak terjadi peningkatan kadar Calsium selama periode penetasan. Apabila pakan induk defisiensi akan mineral maka berdampak pada fertilitas dari telur yang tetaskan hal ini juga berpengaruh pada pembentukan embrio.

Faktor –faktor lain yang dapat memepengaruhi fertilitas telur burung puyuh adalah telur puyuh yang akan ditetaskan sebaiknya diambil dari induk betina yang dipelihara bersama pejantan dengan perbandingan 2-3 :1 Pengambilan telur tetas dapat dilakukan sebulan setelah dewasa kelamin, tujuan agar semua unggas benar - benar telah dewasa kelamin dan semua telur tetas yang diambil diharapkan telah dibuahi. Dalam kondisi normal dengan sex ratio yang benar dan pemberian ransum yang baik fertilitas dapat mencapai 85-95 (Rasyaf, 1993 ; Listiyowati dan Roospitasari 2004).

Daya tetas

Untuk mengetahui pengaruh pembarian tepung cangkang telur dalam ransum terhadap daya telur burung puyuh maka dilakukan sidik ragam yang dapat pada Tabel 12.berikut:

Tabel 12. Sidik ragam daya tetas telur burung puyuh selama penelitian

SK DB JK KT F.hitung F.tabel 0.05 0.01 Pelakuan 3 150,476 50,15867 0,41953tn 3,24 5,29 Galat 16 1912,938 119,5586 Total 19 2063,414 KK=12,23% tn = tidak nyata

Berdasarkan Tabel 12, menunjukan bahwa pemberian tepung cangkang telur dalam ransum berpengaruh tidak nyata (P>0.05) terhadap daya tetas telur burung puyuh. Daya tetas tertinggi diperoleh pada perlakuan P3 sebesar 93.00% yaitu ransum yang diberikan tepung cangkang telur 6%. Sedangkan daya tetas yang rendah adalah pada perlakuan P2 sebesar 85.78%.

Pada perlakuan P2 yaitu ransum yang ditambahkan 4% tepung cangkang telur didapat hasil bahwa daya tetas paling rendah. Hal ini menunjukan bahwa efesiensi kandungan cangkang telur yaitu Calsium dan Phosphor dalam ransum pada perlakuan P2 masih sedikit sehingga daya tetas burung puyuh rendah. Semakin tinggi pemberian tepung cangkang telur yang mengandung Calsium serta Phosphor dalam ransum burung puyuh maka daya tetas pun semakin tinggi.

Faktor – faktor mempengaruhi daya tetas yang baik tidak hanya dibutuhkan protein dan energi tetapi juga keseimbangan vitamin dan mineral. Heuser (1975) menyatakan Calsium dan Phosphor dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pembentukan tulang dan kerabang telur. Daya tetas telur berkerabang tipis akan rendah dan telur mudah pecah (Nugroho dan Manyun, 1982)

Mortalitas

Sidik ragam data rataan pengaruh pemberian tepung cangkang telur dalam ransum terhadap mortalitas telur burung puyuh selama penelitan dapat dilihat pada Tabel 13. dibawah ini.

Tabel 13. Sidik ragam mortalitas telur burung puyuh selama penelitian. SK DB JK KT F.hit F.tabel 0.05 0.01 Pelk 3 150,476 50,15867 0,419532 tn 3,24 5,29 Galat 16 1912,938 119,5586 Total 19 2063,414 KK=10.318%

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

28

Berdasarkan Tabel 13, didapat hasil yang tidak nyata yang berarti tepung cangkang telur yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap mortalitas telur yang ditetaskan. Daya tetas adalah banyaknya jumlah telur yang menetas sedangkan mortalitas adalah banyaknya jumlah telur fertil yang tidak menetas, jika mortalitas rendah maka daya tetas telur burung puyuh tinggi. Jika daya tetas memberikan hasil yang tidak nyata maka mortalitas dari telur yang ditetaskan juga memberikan hasil yang tidak nyata.

Untuk mengetahui baik tinggi atau rendahnya mortalitas dalam suatu proses penetasan maka dapat juga dilihat dari tingkat daya tetas yang dihasilkan dalam penetasan tersebut. Antara daya tetas dan mortalitas adalah berbanding terbalik oleh karena itu pada suatu proses penetasan yang baik adalah daya tetas tinggi yang secara otomatis menyebabkan mortalitasnya rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi mortalitas sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi daya tetas seperti lama penyimpanan telur dan manajemen penetasan serta keadaan telur. Hal ini sesuai dengan Agromedia (2002) menyatakan bahwa telur tetas baik untuk ditetaskan yaitu : 1) Memilih telur yang bersih, halus dan rata; 2) Memilih telur yang warnanya tidak terlalu pekat; 3) Bintik kulit telur harus jelas; 4) Kulit telur tidak retak; 5) Memilih telur yang baru, bukan telur yang sudah disimpan lebih dari 3 hari; 6) Jika mau dijadikan khusus sebagai telur tetas setelah keluar dari burung puyuh, telur segera diambil dan dibersihkan.

Kematian embrio banyak terjadi dalam keadaan kritis selama waktu penetasan. Ada dua priode kritis pada masa penetasan : Selama tiga hari pertama dari masa penetasan dan masa telur burung puyuh akan menetas.

Kematian yang tinggi pada embrio umumnya disebabkan karena embrio tidak mampu berkembang dengan baik, saat kritis itu antara lain pada perubahan posisi pada saat akan menetas, atau saat anak burung puyuh mematuki kulit kerabang telur untuk menetas, anak burung puyuh tak dapat memakai albumen yang tersisa, kegagalan absorbsi yolk sack saat- saat peralihan dari allanthois kepernafasan dengan paru-paru (Nugroho, 1981).

Kematian yang tinggi pada hari ke -14 sampai ke-18 dapat disebabkan karena kurangnya asupan Calsium dan Phosphor pada unggas yang berpengaruh pada pembentukan embrio (Hartono,2004)

Income over feed cost (IOFC)

Income over feed cost adalah selisih antara pendapatan usaha peternakan terhadap biaya pakan.

Dari Hasil penelitian di peroleh rataan income over feed cost burung puyuh seperti tertera pada Tabel 14.

Tabel 14. Rataan IOFC burung puyuh selama penelitian (Rp)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 P0 2041.62 2323.27 2657.7 2542.71 2797.5 12362.8 2472.56 P1 2394.4 2710.93 2407.93 2799.26 2542.7 12855.22 2571.044 P2 2761.07 2717.49 2741.41 2799.27 2709.37 13728.61 2745.722 P3 2668.06 2746.3 2763..52 2706.92 2559.18 10680.46 2670.115 Total 49627.09 Rataan 2614.86

Dari data IOFC pada Tabel 14. memperlihatkan rataan income over feed cost sebesar Rp 2614.86dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu sebesar Rp 2745.722 dan terendah pada perlakuan P0 yaitu sebesar Rp 2472.56

Putri Raihana Lisma : Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras Dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas Dan Mortalitas Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica), 2009.

USU Repository © 2009

30

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Hasil penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Rekapitulasi pengaruh pemberian tepung cangkang telur dalam Ransum terhadap fertilitas, daya tetas, dan mortalitas burung Puyuh.

Perlakuan Fertilitas % Daya Tetas % Mortalitas %

P 01 84.00* 90,83 tn 9,17 tn P 11 98.00* 88.00 tn 12.00 tn P 21 98.00* 85,77 tn 14,23 tn P 31 90.00* 93.00 tn 7.00 tn Keterangan : * : nyata tn : tidak nyata

Hasil rekapitulasi penelitian pada Tabel 15. menunjukan bahwa pemberian tepung cangkang telur dalam ransum memberikan pengaruh nyata terhadap fertilitas namun pengaruh yang tidak nyata terhadap daya tetas dan mortalitas burung puyuh (Coturnix-cortunix japonica).

Dokumen terkait