• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lingkungan Tempat Pemeliharaan

Secara umum masyarakat Bali memelihara 1-10 ekor babi pada setiap keluarga. Babi dipelihara pada bak besar yang dibuat dari bahan tembok. Ukuran bak bervariasi tergantung pada daya tampung atau jumlah babi yang menempatinya. Selain itu juga ditemukan babi yang hanya dipelihara di bawah pohon dengan tanah yang berlumpur. Lingkungan tempat pemeliharaan babi ini masih relatif kotor dan belum memenuhi syarat tempat pemeliharaan yang baik. Disamping itu ada pula babi yang dibiarkan berkeliaran di sekitar rumah yang sudah diberi pagar pembatas agar babi tidak pergi terlalu jauh (Gambar 2).

(a) Pemeliharaan dalam Bak Besar (b) Pemeliharaan di Tanah Berlumpur

(c) Pemeliharaan dengan Cara dibiarkan Liar Gambar 2. Babi dengan Tiga Kondisi Pemeliharaan yang Berbeda

Pakan yang diberikan pada babi Bali adalah limbah dapur dan berbagai limbah pertanian seperti batang dan daun pisang, batang dan daun ubi jalar, kecipir, daun undis (gude), termasuk ampas tahu. Secara teknis jenis pakan ini dipotong kecil-kecil (dicacah) kemudian direbus dahulu sebelum diberikan.

Babi Klungkung dipelihara di Kabupaten Klungkung yang terletak di Bali bagian Timur, sedangkan Kabupaten Gianyar dan Singaraja terletak di Bali bagian selatan dan utara. Sinaga (2010) menyatakan perbedaan bentuk babi antara babi Bali timur terhadap utara, selatan dan Barat.

Ukuran Tubuh Kelompok Babi Kabupaten Klungkung, Gianyar dan Singaraja

Ukuran-ukuran tubuh seperti tinggi pinggul, tinggi pundak, panjang badan, lebar dada, lingkar dada, dalam dada, lingkar pergelangan kaki, panjang rump, dan lebar pinggul antara babi jantan dan betina Kabupaten Klungkung, Gianyar dan Singaraja masing-masing disajikan pada Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel-tabel tersebut menyajikan nilai rataan, simpangan baku, dan koefisien keragaman dari setiap peubah yang diamati.

Tabel 1. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Ukuran Tubuh Babi Jantan dan Betina pada Kelompok Babi Kabupaten Klungkung

Peubah Jantan (n=13) Betina (n=25)

Tinggi Pinggul (X1) 57,42±0,95 (1,66) 52,08±1,06 (2,03) Tinggi Pundak (X2) 58,39±0,92 (1,57) 52,08±1,06 (2,03) Panjang Badan (X3) 76,31±0,38 (0,50) 72,64±0,70 (0,96) Lebar Dada (X4) 23,31±0,56 (2,40) 22,48±0,55 (2,44) Lingkar Dada (X5) 98,46±0,90 (0,91) 92,82±0,87 (0,93) Dalam Dada (X6) 39,35±0,47 (1,20) 37,42±0,49 (1,32) Lingkar Pergelangan Kaki (X7) 17,85±0,63 (3,50) 17,44±0,46 (2,66) Panjang Rump (X8) 21,69±0,60 (2,75) 21,60±0,61 (2,84) Lebar Pinggul (X9) 21,35±0,63 (2,93) 20,62±0,53 (2,55)

Keterangan: angka dalam tanda kurung menunjukkan % koefisien keragaman; n menunjukkan jumlah sampel (ekor)

Tabel 1 memperlihatkan bahwa nilai koefisien keragaman ukuran tubuh babi jantan kelompok Kabupaten Klungkung lebih kecil daripada nilai koefisien

keragaman babi betina di kabupaten tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran tubuh babi jantan di Kabupaten Klungkung relatif lebih seragam dari pada betinanya. Selain itu dapat dilihat bahwa panjang badan pada babi jantan memiliki koefisien keragaman yang terendah dan lingkar pergelangan kaki yang tertinggi, sedangkan pada betina koefisien keragaman terendah ditunjukkan pada lingkar dada dan lingkar pergelangan kaki yang tertinggi.

Tabel 2 memperlihatkan nilai koefisien keragaman ukuran tubuh babi betina kelompok Kabupaten Gianyar lebih besar dari pada babi jantan. Koefisien keragaman ukuran tubuh babi jantan terbesar adalah pada lingkar pergelangan kaki dan terendah pada panjang badan, sedangkan babi betina memiliki koefisien keragaman terbesar pada lebar pinggul dan terendah pada panjang badan.

Tabel 2. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Ukuran Tubuh Babi Jantan dan Betina pada Kelompok Babi Kabupaten Gianyar

Peubah Jantan (n=13) Betina (n=25)

Tinggi Pinggul (X1) 58,50±1,46 (2,49) 52,64±1,22 (2,32) Tinggi Pundak (X2) 59,58±1,44 (2,42) 53,88±1,27 (2,36) Panjang Badan (X3) 76,00±0,54 (0,71) 72,90±0,83 (1,14) Lebar Dada (X4) 23,69±0,63 (2,66) 22,32±0,48 (2,13) Lingkar Dada (X5) 99,65±1,36 (1,36) 93,10±1,16 (1,25) Dalam Dada (X6) 39,65±0,83 (2,08) 37,66±0,67 (1,79) Lingkar Pergelangan Kaki (X7) 17,92±0,67 (3,75) 17,54±0,52 (2,96) Panjang Rump (X8) 21,85±0,56 (2,54) 21,68±0,54 (2,48) Lebar Pinggul (X9) 21,54±0,43 (2,00) 20,40±0,61 (3,00)

Keterangan: angka dalam tanda kurung menunjukkan % koefisien keragaman; n menunjukkan jumlah sampel (ekor)

Tabel 3 memperlihatkan bahwa nilai koefisien keragaman ukuran tubuh babi jantan Kabupaten Singaraja terbesar ditunjukkan pada lebar dada dan panjang badan memiliki koefisien keragaman yang terendah, sedangkan pada betina ditemukan panjang rump dengan koefisien keragaman tertinggi dan panjang badan dengan koefisien keragaman terendah.

Keragaman ukuran-ukuran tubuh yang rendah, diperoleh pada penelitian ini. Babi jantan pada kelompok Kabupaten Klungkung, Gianyar dan Singaraja menunjukkan koefisien keragaman ukuran-ukuran tubuh yang rendah (<5%). Mulliadi (1996) menyatakan bahwa keragaman yang muncul pada setiap individu ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kondisi pemeliharaan, pengaruh pemberian pakan, kondisi alat pencernaan dan keragaman genetik pada penelitian ini. Dijelaskan lebih lanjut oleh Priyanto et al. (2000) yang menyatakan bahwa bahwa koefisien keragaman rendah berkisar (0,1%-25%), koefisien keragaman sedang berkisar (25,1%-50%), koefisien keragaman tinggi berkisar (>50,1%) dan koefisien keragaman tidak ada (0%).

Tabel 3. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Ukuran Tubuh Babi Jantan dan Betina pada Kelompok Babi Kabupaten Singaraja

Peubah Jantan (n=13) Betina (n=25)

Tinggi Pinggul (X1) 60,00±0,94 (1,56) 52,90±1,13 (2,13) Tinggi Pundak (X2) 61,19±0,69 (1,13) 54,32±1,15 (2,12) Panjang Badan (X3) 75,42±0,40 (0,53) 72,98±0,90 (1,23) Lebar Dada (X4) 23,58±0,73 (3,10) 22,26±0,50 (2,26) Lingkar Dada (X5) 100,46±1,96 (1,95) 93,18±1,23 (1,32) Dalam Dada (X6) 40,35±0,99 (2,45) 37,68±0,68 (1,79) Lingkar Pergelangan Kaki (X7) 18,54±0,43 (2,33) 17,70±0,52 (2,94) Panjang Rump (X8) 21,96±0,56 (2,54) 21,74±0,66 (3,05) Lebar Pinggul (X9) 21,39±0,65 (3,04) 20,38±0,51 (2,48)

Keterangan: angka dalam tanda kurung menunjukkan % koefisien keragaman; n menunjukkan jumlah sampel (ekor)

Syahid (2009) menyatakan bahwa nilai koefisien keragaman yang dianggap baik sampai sekarang belum dapat dibakukan. Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan penelitian yang mempengaruhinya seperti heterogenitas bahan, alat, media dan lingkungan percobaan, oleh karena itu pada penelitian ini faktor lingkungan penelitian sangat berperan dalam perolehan koefisien keragaman.

Perbedaan nilai rataan dari masing-masing peubah diantara dua kelompok babi yang diamati ditentukan dengan perhitungan T2-Hotteling. Tabel 4 menyajikan hasil perhitungan T2-Hotteling babi jantan pada setiap dua kelompok kabupaten. Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Olahan Statistik T2-Hotteling Babi Jantan pada Setiap

Dua Kelompok Babi yang Diamati

Klungkung Gianyar Singaraja

Klungkung

Gianyar tn

Singaraja ** tn

Keterangan : tn=tidak beda nyata (P>0,05); **=sangat beda nyata (P<0,01)

Tabel 4 menunjukkan bahwa perbedaan ukuran-ukuran tubuh (tinggi pinggul, tinggi pundak, panjang badan, lebar dada, lingkar dada, dalam dada, lingkar pergelangan kaki, panjang rump, dan lebar pinggul) antara babi jantan kelompok Gianyar dan Klungkung serta antara Singaraja dan Gianyar (P>0,05) tidak ditemukan. Hal yang sangat berbeda ditemukan pada babi jantan kelompok Klungkung dan Singaraja (P<0,01). Kedua kelompok babi jantan tersebut memiliki ukuran tubuh yang sangat berbeda.

Hasil statistik T2-Hotteling pada Tabel 5 menunjukkan bahwa tidak ditemukan perbedaan ukuran-ukuran tubuh (tinggi pinggul, tinggi pundak, panjang badan, lebar dada, lingkar dada, dalam dada, lingkar pergelangan kaki, panjang

rump, dan lebar pinggul) antara babi betina kelompok Singaraja dan Gianyar, namun hal yang sangat berbeda (P<0,01) ditemukan pada babi betina kelompok Klungkung dan Gianyar serta antara kelompok Klungkung dan Singaraja.

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Olahan Statistik T2-Hotteling Babi Betina pada Setiap Dua Kelompok Babi yang Diamati

Klungkung Gianyar Singaraja

Klungkung

Gianyar **

Singaraja ** tn

Perbedaan ukuran-ukuran tubuh antara tiap kelompok ternak dimungkinkan karena pengaruh lingkungan yang berbeda. Kabupaten Gianyar dan Singaraja merupakan dua tempat yang terletak pada daerah dataran rendah di sebelah Selatan dan utara pulau Bali dengan rataan ketinggian 950 m di atas permukaan laut (dpl), Kabupaten Klungkung merupakan salah satu daerah dataran tinggi kering berbukit di wilayah timur pulau Bali. Perbedaan ketinggian tempat pemeliharaan tidak hanya berhubungan dengan kondisi cuaca yang berbeda tetapi juga dengan jenis vegetasi yang berbeda, yang merupakan sumber pakan dari babi yang dipelihara. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa keragaman sifat yang diukur pada setiap individu hewan hampir semua sangat peka terhadap pengaruh lingkungan. Diperjelas lebih lanjut oleh Mulliadi (1996), keragaman sifat yang muncul pada setiap individu ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kondisi pemeliharaan, pengaruh pemberian pakan, kondisi alat pencernaan dan keragaman genetik. Secara keseluruhan peternak babi bali di tiga kabupaten menggunakan perlakuan pemeliharaan yang berbeda yaitu dikandangkan, dipelihara pada suatu bak berukuran tertentu, mengikat ternak di bawah pohon atau membiarkan ternak berkeliaran di halaman rumah yang sudah diberikan suatu pembatas (Gambar 2). Pemberian pakan berupa limbah pertanian juga menimbulkan keragaman sifat, mempertimbangkan jenis vegetasi (hasil pertanian) yang relatif berbeda antara dataran tinggi dan dataran rendah.

Karakteristik Morfometrik Ukuran dan Bentuk Tubuh Babi Menggunakan Analisis Komponen Utama

Hasil statistik Analisis Komponen Utama dalam bentuk persamaan ukuran dan bentuk disajikan pada babi Klungkung, Gianyar dan Singaraja. Diagram Kerumunan disajikan berdasarkan skor ukuran dan skor bentuk yang diperoleh dari persamaan ukuran dan bentuk. Hasil olahan statistik berikut diagram kerumunan disajikan lebih dahulu, untuk kemudian dibahas secara bersamaan.

Kelompok Babi Kabupaten Klungkung

Tabel 6 menyajikan persamaan ukuran dan bentuk tubuh pada kelompok babi Klungkung. Persamaan ukuran yang didapat dari persamaan komponen utama pertama pada kelompok babi Kabupaten Klungkung memiliki keragaman total 95%.

Nilai eigen yang diperoleh pada persamaan tersebut adalah 27,99. Vektor eigen yang memiliki nilai terbesar pada persamaan tersebut adalah tinggi pinggul (X1), tinggi pundak (X2) dan lingkar dada (X5) masing-masing sebesar 0,52; 0,52 dan 0,53. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tinggi pinggul (X1), tinggi pundak (X2) dan lingkar dada (X5) memberikan kontribusi terbesar pada skor ukuran tubuh pada kelompok babi Kabupaten Klungkung.

Tabel 6. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh Berdasarkan pada Kelompok Babi Kabupaten Klungkung Y1 = 0,52X1+0,52X2+0,35X3+0,09X4+0,53X5+0,18X6+0,05X7+0,00X8+0,08X9 Nilai Eigen = 27,99 Keragaman Total = 0,95 Y2 = 0,09X1+0,08X2-0,10X3+0,50X4-0,16X5-0,38X6+0,02X7-0,43X8+0,61X9 Nilai Eigen = 0,52 Keragaman Total = 0,02

Keterangan: X1= tinggi pinggul, X2= tinggi pundak,X3= panjang badan, X4= lebar dada, X5= lingkar dada, X6= dalam dada, X7=lingkar pergelangan kaki, X8=panjang rump, X9=lebar pinggul, Y1= skor ukuran tubuh, Y2= skor bentuk tubuh

Babi pada kelompok ini memiliki penciri ukuran tinggi pinggul, tinggi pundak dan lingkar dada yang berkorelasi positif dengan skor ukuran masing-masing sebesar 0,997; 0,989 dan 0,985 (Tabel 7). Ternak babi di kelompok Klungkung, lingkar dada yang memberikan pengaruh terbesar, sedangkan tinggi pinggul dan tinggi pundak juga berpengaruh terhadap skor ukuran. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar tinggi pinggul, tinggi pundak dan lingkar dada maka skor ukuran tubuh babi kelompok Kabupaten Klungkung akan semakin besar pula.

Persamaan bentuk yang didapat dari persamaan komponen utama kedua pada kelompok babi Kabupaten Klungkung memiliki keragaman total 2%. Nilai eigen

yang diperoleh pada persamaan tersebut adalah 0,52. Vektor eigen yang memiliki nilai terbesar pada persamaan tersebut adalah lebar pinggul (X9) yaitu sebesar 0,61. Hal tersebut mengindikasikan bahwa lebar pinggul (X9) memberikan kontribusi terbesar pada skor bentuk tubuh pada kelompok babi Kabupaten Klungkung. Babi pada kelompok ini memiliki penciri bentuk lebar pinggul yang berkorelasi positif dengan skor bentuk yaitu sebesar 0,677 (Tabel 7).

Tabel 7. Koefisien Korelasi Ukuran dan Bentuk Tubuh dari Variabel-variabel yang Diamati pada Kelompok Babi Kabupaten Klungkung

Variabel Ukuran Bentuk

Tinggi pinggul (X1) 0,997 0,024 Tinggi pundak (X2) 0,989 0,021 Panjang badan (X3) 0,993 -0,039 Lebar dada (X4) 0,705 0,534 Lingkar dada (X5) 0,985 -0,041 Dalam dada (X6) 0,913 -0,263

Lingkar pergelangan kaki (X7) 0,479 0,026

Panjang rump (X8) 0,000 -0,517

Lebar pinggul (X9) 0,651 0,677

Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar lebar pinggul maka skor bentuk tubuh babi Kabupaten Klungkung akan semakin besar pula. Babi jantan dan betina dari kelompok babi Kabupaten Klungkung diperlihatkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Babi Jantan dan Betina Kabupaten Klungkung

Kelompok Babi Kabupaten Gianyar

Persamaan ukuran dan bentuk tubuh kelompok babi Kabupaten Gianyar yang diamati; disajikan pada Tabel 8. Kelompok babi Kabupaten Gianyar memiliki

persamaan ukuran berdasarkan persamaan komponen utama pertama dengan keragaman total 94% dan nilai eigen 34,05.

Vektor eigen yang memiliki nilai terbesar pada persamaan tersebut adalah tinggi pinggul (X1), tinggi pundak (X2) dan lingkar dada (X5) masing-masing sebesar 0,53; 0,52 dan 0,57. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tinggi pinggul (X1), tinggi pundak (X2) dan lingkar dada (X5) memberikan kontribusi terbesar pada skor ukuran tubuh pada kelompok babi Kabupaten Gianyar.

Tabel 8. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh pada Kelompok Babi Kabupaten Gianyar Y1 = 0,53X1+0,52X2+0,26X3+0,12X4+0,57X5+0,19X6+0,05X7+0,01X8+0,10X9 Nilai Eigen = 34,05 Keragaman Total = 0,94 Y2 = −0,19X1−0,35X2+0,43X3+0,45X4+0,25X5−0,27X6−0,32X7−0,27X8+0,38X9 Nilai Eigen = 0,73 Keragaman Total = 0,02

Keterangan: X1= tinggi pinggul, X2= tinggi pundak,X3= panjang badan, X4= lebar dada, X5= lingkar dada, X6= dalam dada, X7= lingkar pergelangan kaki, X8= panjang rump, X9= lebar pinggul, Y1= skor ukuran tubuh, Y2= skor bentuk tubuh

Babi pada kelompok ini memiliki penciri ukuran tinggi pinggul, tinggi pundak dan lingkar dada yang berkorelasi positif dengan skor ukurannya masing-masing sebesar 1,000; 1,000 dan 0,985 (Tabel 9). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar tinggi pinggul, tinggi pundak dan lingkar dada maka skor ukuran tubuh babi kelompok Kabupaten Gianyar akan semakin besar pula.

Keragaman total yang diperoleh pada komponen utama kedua yang mewakili persamaan bentuk tubuh kelompok babi Kabupaten Gianyar adalah sebesar 2%. Nilai

eigen yang didapat pada persamaan tersebut adalah 0,73. Vektor eigen tertinggi pada persamaan bentuk diperoleh pada lebar dada (X4) dan panjang badan (X3) masing-masing sebesar 0,45 dan 0,43. Hal tersebut mengindikasikan bahwa lebar dada dan panjang badan memberikan kontribusi terbesar pada skor bentuk tubuh kelompok babi Kabupaten Gianyar. Semakin tinggi nilai lebar dada dan panjang badan, maka skor bentuk tubuh yang diperoleh semakin besar.

Tabel 9. Koefisien Korelasi Ukuran dan Bentuk Tubuh dari Variabel-variabel yang Diamati pada Kelompok Babi Kabupaten Gianyar

Variabel Ukuran Bentuk

Tinggi pinggul (X1) 1,000 -0,052 Tinggi pundak (X2) 1,000 -0,099 Panjang badan (X3) 0,913 0,221 Lebar dada (X4) 0,831 0,456 Lingkar dada (X5) 0,985 0,063 Dalam dada (X6) 0,926 -0,193

Lingkar pergelangan kaki (X7) 0,490 -0,459

Panjang rump (X8) 0,108 -0,426

Lebar pinggul (X9) 0,751 0,418

Hal tersebut diperjelas dengan nilai korelasi antara bentuk tubuh kelompok babi Kabupaten Gianyar dan lebar dada (X4) yang bernilai positif juga yaitu sebesar 0,456 serta antara panjang badan (X3) dan skor bentuk sebesar 0,221; seperti yang telah disajikan pada Tabel 9. Babi jantan dan betina dari kelompok babi Kabupaten Gianyar masing-masing diperlihatkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Babi Jantan dan Betina Kabupaten Gianyar

Kelompok Babi Kabupaten Singaraja

Persamaan ukuran dan bentuk tubuh kelompok babi Kabupaten Singaraja yang diamati; disajikan pada Tabel 10. Kelompok babi Kabupaten Singaraja memiliki persamaan ukuran berdasarkan persamaan komponen utama pertama

dengan keragaman total 95% dan nilai eigen 43,13. Penciri ukuran pada kelompok babi Kabupaten Singaraja adalah tinggi pinggul (X1), tinggi pundak (X2) dan lingkar dada (X5) yang ditunjukkan dengan nilai vektor ciri masing-masing yaitu 0,54; 0,52 dan 0,57. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tinggi pinggul (X1), tinggi pundak (X2) dan lingkar dada (X5) memberikan kontribusi terbesar pada skor ukuran tubuh pada kelompok babi Kabupaten Singaraja. Hal tersebut diperjelas dengan menghitung nilai keeratan hubungan antara ukuran tubuh dengan tinggi pinggul (X1), tinggi pundak (X2) dan lingkar dada (X5) yang dinyatakan dengan koefisien korelasi. Nilai tersebut disajikan pada Tabel 11 yang memperlihatkan koefisien korelasi antara ukuran tubuh dan sembilan variabel yang diamati pada kelompok babi Kabupaten Singaraja. Koefisien korelasi antara ukuran tubuh dengan tinggi pinggul (X1), tinggi pundak (X2) dan lingkar dada (X5) pada kelompok babi Kabupaten Singaraja yang diperoleh pada penelitian ini masing-masing adalah sebesar 0,993; 0,989 dan 0,983. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin besar tinggi pinggul (X1), tinggi pundak (X2) dan lingkar dada (X5), maka skor ukuran tubuh kelompok babi Kabupaten Singaraja semakin besar pula.

Tabel 10. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh pada Kelompok Babi Kabupaten Singaraja Y1 = 0,54X1+0,52X2+0,20X3+0,11X4+0,57X5+0,22X6+0,07X7+0,03X8+0,08X9 Nilai Eigen = 43,13 Keragaman Total = 0,95 Y2 = −0,28X1−0,41X2−0,30X3+0,29X4+0,56X5+0,20X6−0,13X7+0,30X8+0,34X9 Nilai Eigen = 0,86 Keragaman Total = 0,02

Keterangan: X1= tinggi pinggul, X2= tinggi pundak,X3= panjang badan, X4= lebar dada, X5= lingkar dada, X6= dalam dada, X7= lingkar pergelangan kaki, X8= panjang rump, X9= lebar pinggul, Y1= skor ukuran tubuh, Y2= skor bentuk tubuh

Keragaman total yang diperoleh pada komponen utama kedua yang mewakili persamaan bentuk tubuh kelompok babi Kabupaten Singaraja adalah sebesar 2%. Nilai eigen yang didapat pada persamaan tersebut adalah 0,86. Vektor eigen tertinggi pada persamaan bentuk diperoleh pada lingkar dada (X5) sebesar 0,56. Hal tersebut mengindikasikan bahwa lingkar dada memberikan kontribusi terbesar pada skor

bentuk tubuh kelompok babi Kabupaten Singaraja. Semakin tinggi nilai lingkar dada, maka skor bentuk tubuh semakin besar.

Tabel 11. Koefisien Korelasi Ukuran dan Bentuk Tubuh dari Variabel-variabel yang Diamati pada Kelompok Babi Kabupaten Singaraja

Variabel Ukuran Bentuk

Tinggi pinggul (X1) 0,993 -0,073 Tinggi pundak (X2) 0,989 -0,110 Panjang badan (X3) 0,940 -0,199 Lebar dada (X4) 0,841 0,313 Lingkar dada (X5) 0,983 0,136 Dalam dada (X6) 0,962 0,123

Lingkar pergelangan kaki (X7) 0,729 -0,191

Panjang rump (X8) 0,312 0,441

Lebar pinggul (X9) 0,718 0,431

Diperjelas dengan nilai korelasi antara bentuk tubuh kelompok babi Kabupaten Singaraja dan lingkar dada (X5) yang bernilai positif juga yaitu sebesar 0,136 seperti yag telah disajikan pada Tabel 11. Babi jantan dan betina yang diamati dari kelompok babi di Kabupaten Singaraja masing-masing diperlihatkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Babi Jantan dan Betina Kabupaten Singaraja

Penciri ukuran babi pada Kabupaten Klungkung, Gianyar dan Singaraja adalah tinggi pinggul (X1), tinggi pundak (X2) dan lingkar dada (X5). Kesamaan penciri ukuran babi dari kelompok peternakan Klungkung, Gianyar dan Singaraja kemungkinan disebabkan manajemen pemeliharaan yang tidak jauh berbeda.

Manajemen pemeliharaan tersebut meliputi pemberian pakan yang relatif sama dan kondisi tempat pemeliharan.

Tabel 12. Rekapitulasi Penciri Ukuran dan Bentuk Tubuh Babi pada Kelompok Babi Kabupaten Klungkung, Gianyar dan Singaraja

Kelompok Babi Penciri Ukuran Penciri Bentuk

Klungkung X1= tinggi pinggul (0,997) X9= lebar pinggul (0,677) X2= tinggi pundak (0,989)

X5= lingkar dada (0,985)

Gianyar X1= tinggi pinggul (1,000) X3= panjang badan (0,221) X2= tinggi pundak (1,000) X4= lebar dada (0,456) X5= lingkar dada (0,985)

Singaraja X1= tinggi pinggul (0,993) X5= lingkar dada (0,136) X2= tinggi pundak (0,989)

X5= lingkar dada (0,983)

Keterangan: angka dalam tanda kurung menunjukkan korelasi antara penciri dan skor masing-masing pada ukuran dan bentuk tubuh.

Gambar 6 merupakan sebuah diagram kerumunan yang menunjukkan bahwa baik kelompok babi jantan maupun kelompok babi betina Kabupaten Klungkung, Gianyar dan Singaraja memiliki ukuran yang relatif sama, data babi jantan pada tiap kelompok memiliki skor ukuran yang lebih besar.

Penciri bentuk babi Klungkung, Gianyar dan Singaraja berbeda satu sama lain. Tabel 12 menyajikan data penciri bentuk babi Klungkung adalah lebar pinggul, babi Gianyar adalah panjang badan dan lebar dada, serta babi Singaraja adalah lingkar dada. Perbedaan penciri bentuk ini diperlihatkan dengan pemisahan diagram kerumunan data babi Klungkung, Gianyar dan Singaraja pada Gambar 6. Menurut Doho (1994) berdasarkan ukuran permukaan tubuh hewan dapat ditaksir bobot badan dan memberikan gambaran bentuk tubuh hewan sebagai ciri khas suatu bangsa. Perbedaan bentuk ini juga dapat disebabkan faktor kebudayaan yang mempengaruhinya dengan hanya mengawinkan betina dengan satu keturunan pejantan yang dapat mempertahankan kemurnian genetik babi di daerah tersebut.

Gambar 6. Diagram Kerumunan Ukuran dan Bentuk Tubuh Babi Kelompok Babi Kabupaten Klungkung, Gianyar dan Singaraja

Sinaga (2010) menyatakan bahwa babi di Bali terdapat dua tipe yaitu tipe pertama terdapat di bagian timur pulau Bali yang diduga berasal dari Sus vittatus

setempat. Babi ini berwarna hitam dan bulunya agak kasar. Punggungya sedikit melengkung ke bawah namun tidak sampai menyentuh tanah dan cungurnya relatif panjang. Ciri-ciri ini seperti tipe babi kelompok babi Kabupaten Gianyar yang dapat dilihat pada Gambar 4. Sinaga (2010) melanjutkan tipe yang kedua terdapat di utara, tengah, barat dan selatan pulau Bali. Babi ini punggungnya sampai melengkung ke bawah (lordosis), perutnya besar dan sering menyentuh tanah dalam keadaan bunting atau gemuk. Warnanya hitam kecuali di garis perut bagian bawah dan keempat kakinya dan kadang-kadang di dahinya berwarna putih. Kepala pendek sekitar 24-28 cm, telinga tegak dan pendek, yakni sekitar 10-11 cm. Tinggi pundaknya adalah sekitar 48-54 cm, panjang tubuhnya sekitar 90 cm, lingkar dada adalah sekitar 81-94 cm dan panjang ekor sekitar 20-22 cm. Ciri-ciri ini seperti tipe babi Klungkung yang dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5.

10 12 14 16 18 20 22 24 26 130 135 140 145 150 155 160 Ukuran Bentuk

Selain itu terdapat pula babi bali berukuran besar, tubuhnya berwarna hitam. Bangsa babi ini sangat tahan penyakit, kesuburannya tinggi, dan bobot badannya mencapai 100 kg. Perut tidak menyentuh tanah. Umumnya, tubuhnya berwarna hitam. Babi bali cepat berkembang, sekali beranak 8-14 ekor (Natural Veterinary, 2009). Selain itu budaya yang hanya mengawinkan babi hanya dengan keturunan babi jantan lokal memberikan efek terhadap ukuran dan bentuk tubuk yang berbeda pada babi di tiga kabupaten.

Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Ukuran Tubuh Menggunakan Persamaan Regresi Komponen Utama

Tabel 13 dan 14 memperlihatkan pendugaan bobot badan babi jantan dan betina pada masing-masing kelompok babi Kabupaten Klungkung, Gianyar dan Singaraja berdasarkan persamaan regresi komponen utama. Berdasarkan Tabel 13, diperoleh bahwa koefisien determinasi tertinggi ditemukan pada babi jantan Kabupaten Gianyar, yaitu setara 66% sehingga persamaannya dapat digunakan sebagai penduga bobot badan babi jantan di Provinsi Bali. Koefisien regresi tinggi pinggul, tinggi pundak, panjang badan, lebar dada, lingkar dada, dalam dada, lingkar pergelangan kaki, dan lebar pinggul babi jantan kelompok babi Kabupaten Klungkung memiliki nilai positif dan nyata (P<0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa tinggi pinggul, tinggi pundak, panjang badan, lebar dada, lingkar dada, dalam dada, lingkar pergelangan kaki, dan lebar pinggul babi jantan kelompok babi Kabupaten Klungkung mempengaruhi bobot badan. Kelompok babi jantan Klungkung, panjang badan memberikan pengaruh terbesar berdasarkan nilai elastisitasnya yaitu 0,274. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1% panjang badan akan meningkatkan bobot badan sebesar 0,274%. Setiap kenaikan 1 cm panjang badan jantan kelompok babi Klungkung akan meningkatkan bobot badan sebesar 0,355 kg.

Persamaan regresi komponen utama babi jantan kelompok babi Kabupaten Gianyar menunjukkan bahwa koefisien regresi tinggi pinggul, tinggi pundak, lebar dada, lingkar dada, dalam dada, lingkar pergelangan kaki, dan lebar pinggul memiliki nilai positif dan nyata (P<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tinggi pinggul, tinggi pundak, lebar dada, lingkar dada, dalam dada, lingkar pergelangan kaki, dan lebar pinggul babi jantan kelompok babi Kabupaten Gianyar mempengaruhi bobot badan.

Kelompok babi jantan Gianyar, lingkar dada memberikan pengaruh terbesar berdasarkan nilai elastisitasnya yaitu 0,313. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1% lingkar dada akan meningkatkan bobot badan sebesar 0,313%. Setiap kenaikan 1 cm lingkar dada akan meningkatkan bobot badan sebesar 0,311 kg.

Persamaan regresi komponen utama babi jantan kelompok babi Kabupaten Singaraja menunjukkan bahwa koefisien regresi tinggi pinggul, tinggi pundak, panjang badan, lebar dada, lingkar dada, dalam dada, panjang rump dan lebar pinggul memiliki nilai positif dan nyata (P<0,05). Kelompok babi jantan Singaraja,

Dokumen terkait