• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebaran Perkebunan Karet di Kabupaten Langkat

Kabupaten Langkat yang memiliki luas 6.263,29 Km2 (626.329 ha) ini, berdasarkan Dinas Penataan Ruang dan Pemukiman Propinsi Sumatera Utara memiliki 9 jenis tutupan lahan. Tutupan lahan tersebut meliputi: hutan primer, hutan sekunder, mangrove sekunder, pemukiman, perkebunan, pertanian lahan kering, sawah, sungai/badan air, dan tambak. Tutupan lahan perkebunan dan hutan primer merupakan tutupan lahan yang dominan di kabupaten ini. Penutupan lahan Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Gambar 5.

Kabupaten Langkat memiliki 2 komoditi perkebunan yang lebih dominan, yaitu perkebunan karet dan perkebunan sawit. Perkebunan karet kabupaten Langkat tersebar di 6 (enam) kecamatan, yaitu Kecamatan Pangkalan Susu, Kecamatan Besitang, Kecamatan Gebang, Kecamatan Padang Tualang, Kecamatan Batang Serangan dan juga Kecamatan Wampu. Perkebunan karet Kabupaten Langkat dimiliki/dikelola oleh 4 (empat) perusahaan, yaitu PTPN II, PT Mazdah (Mopoli Raya), PT. Bahroeny, dan PT Gergas Utama. Pembuatan plot ukur di lakukan di 2 (dua) wilayah, yaitu Kecamatan Batang Serangan dan juga Kecamatan Besitang. Sebaran plot ukur pada tiap kecamatan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Peta administrasi kabupaten langkat dan sebaran perkebunan karet serta plot ukur di beberapa titik

Jaya. Pengukuran data cadangan karbon dilakukan pada 4 (empat) kelas umur, yaitu tanaman belum menghasilkan (TBM) umur 0-5 tahun, tanaman remaja (TM remaja) umur 6-10 tahun, tanaman dewasa 1 (TM dewasa 1) umur 11-15 tahun, tanaman dewasa 2 (TM dewasa 2) umur 16-20 tahun, dan tanaman tua (TM tua) umur 21-24 tahun. Jumlah plot yang di ukur sebanyak 11 (sebelas) plot, 9 (sembilan) plot diantaranya dibuat di lahan perkebunan PTPN II dan 2 (dua) pada areal PT. Mazdah. Pengambilan data sampel pada tiap kelas umur disesuaikan dengan keberadaan data di lapangan. Besar biomassa dan karbon yang terdapat pada areal penelitian disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Tabel hasil pengukuran biomassa di lapangan

No. Nama Perusahaan Titik GPS Tahun Tanam Kelas Umur Total Biomassa W (ton/ha) Y (ton/ha) 1. PTPN II 291 1999 TM Remaja 39.703 198.516 99.258 2. PTPN II 293 2008 TBM 7.761 38.806 19.403 3. PTPN II 295 2008 TBM 2.702 13.513 6.756 4. PTPN II 296 1994 TM Dewasa 51.813 259.068 129.534 5. PTPN II 298 1989 TM Tua 76.961 384.809 192.404 6. PTPN II 306 1998 TM Remaja 33.785 168.929 84.464 7. PTPN II 307 2008 TBM 8.793 43.966 21.983 8. PTPN II 308 1994 TM Dewasa 59.362 296.810 148.405 9. PTPN II 309 1990 TM Tua 81.893 409.467 204.733 10. PT.MAZDAH 863 2008 TBM 8.955 44.777 22.388 11. PT.MAZDAH 865 1993 TB Dewasa 72.673 363.369 181.684 Keterangan:

TBM : Tanaman umur 0-5 tahun

TM Remaja : Tanaman umur 6-15 tahun

TM Dewasa : Tanaman umur 16-20 tahun

Kandungan biomassa tiap kelas umur berbeda-beda. Pertambahan nilai biomassa pada tiap kelas umur berbanding lurus dengan pertambahan umur tanaman karet. Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, nilai karbon yang rendah terdapat pada kelas umur 0 - 5 tahun (TBM) dengan hasil pengukuran 19,403 ton/ha, 6,756 ton/ha, 21,983 ton/ha, dan 22,388 ton/ha. Pada kelas umur 6-15 tahun (TM remaja) hasil pengukuran menunjukkan angka 99,258 ton/ha dan 84,464 ton/ha. Pengukuran pada kelas umur 16 - 20 tahun (TM dewasa) kandungan karbonnya sebesar 129,538 ton/ha, 148,405 ton/ha, dan 181,684 ton/ha. Sementara untuk kelas umur 21 - 24 tahun (TM tua) hasilnya lebih tinggi yaitu sebesar 192,404 ton/ha dan 204,733 ton/ha.

Pertumbuhan tanaman dapat dilihat dengan perbandingan yang simetris antara rata-rata diameter tiap kelas umur dengan umur tanamannya. Pertumbuhan pohon merupakan perubahan dalam sistem organik yang ditunjukan oleh adanya pertambahan diameter, tinggi dan volume pohon. Semakin besar umur tanaman makan diameter rata-rata tegakannya pun akan semakin besar pula. Informasi pertumbuhan dapat disajikan dalam bentuk model pertumbuhan yang merupakan hubungan dimensi tegakan (diameter, tinggi atau volume) dengan umur dan kerapatan tegakan. Pertumbuhan tegakan adalah pertambahan dimensi dari satu atau lebih individu dalam suatu tegakan hutan dalam suatu jangka waktu. Pertumbuhan tegakan merupakan perubahan ukuran sifat terpilih dari dimensi tegakan yang terjadi selama periode tertentu. Namun pada tiap kelas umur sebaran besar diameter tiap pohon itu tidak selalu simetris, hal ini dapat dilihat peda hasil pengukuran di lapangan yang menunjukkan bahwa terdapat beberapa besaran diameter yang nilainya jauh dari rata-rata diameter tegakan (terdapat outlier).

Peta lokasi penelitian perkebunan karet yang terdapat di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Peta citra Kabupaten Langkat dan lokasi perkebunan karet Langkat

Cadangan Karbon pada Perkebunan Karet Langkat

Potensi karbon pada tanaman karet digambarkan dari besarnya biomassa yang dikandung. Besarnya biomassa suatu tegakan memiliki hubungan linier positif terhadap besar kandungan karbon yang dikandungnya. Semakin tinggi biomassa suatu tanaman maka kandungan kardon didalamnya juga akan semakin besar. Kandungan karbon pada tegakan karet berbanding linier positif terhadap pertambahan umur tanaman. Semakin tinggi umur tanaman maka kandungan karbonnya akan semakin tinggi. Berdasarkan (Gambar 1) rata-rata karbon di atas kandungan karbon tanaman karet akan meningkat dengan bertambahnya umur tanaman.

Kandungan karbon above ground biomass (AGB) pada tanaman karet kelas umur TM tua (21-24 tahun) lebih tingi dibanding tegakan TM dewasa (16-20 tahun), TM remaja (6-15 tahun), dan Juga TBM (0-5 tahun). Kandungan karbon tertinggi terdapat pada kelas umur TM tua (21-24 tahun), dan kandungan karbon terendah terdapat pada tanaman karet kelas umut TBM (0-5 tahun). Rata-rata besar karbon pada kelas umur TM tua, TM dewasa 2, TM dewasa 1, TM remaja, dan TBM secara berurutan yaitu 198,568 ton/ha, 153,164 ton/ha, 91,861 ton/ha, dan juga 17,632 ton/ha.

Kandungan karbon rata-rata pada tiap kelas umur tanaman karet disajikan dalam Gambar 8.

Gambar 8. Hubungan antara kelas umur dengan kandungan karbon pada tanaman karet

Berdasarkan data hasil pengukuran di lapangan, karbon maksimum yang dapat diserap oleh tanaman dalam perkebunan karet yaitu 198,568 ton/ha. Sementara itu berdasarkan data dari Hairiah et al ( 2001) hutan primer mampu menyerap karbon sebesar 230,1 ton/ha. Ini menunjukkan adanya pengurangan

daya ikat vegetasi jika hutan primer dikonversi menjadi perkebunan karet. Perkebunan karet hanya dapat mengikat karbon sebesar 86,29 % dari total carbon stok yang disimpan oleh hitan alam primer. Pernyataan ini didukung oleh Rahayu et al., (2010) yang mengatakan bahwa kegiatan konversi hutan menjadi lahan pertanian melepaskan cadangan karbon ke atmosfer dalam jumlah yang cukup berarti. Meskipun laju fotosistesis pada lahan pertanian dapat menyamai laju fotosintesis pada hutan, namun jumlah cadangan karbon yang terserap lahan pertanian jauh lebih kecil.

Perhitungan Biomassa pada Citra Landsat

Analisis citra Landsat dapat menghasilkan suatu estimasi terhadap biomassa dan cadangan karbon pada suatu vegetasi. Penelitian ini menggunakan citra Landsat karena dapat menduga cadangan karbon berdasarkan model estimasi yang telah ada. Hal ini didukung oleh pernyataan Hairiah, (2007), yaitu pemanfaatan data satelit penginderaan jauh, misalnya citra Landsat, SPOT maupun Aster, bersama dengan data lapangan, memiliki potensi yang baik dalam pengembangan model estimasi cadangan karbon hutan.

Analisis citra dilakukan dengan menggunakan sofware ENVI dengan menggunakan rumus model pendugaan biomassa terbaik pada tegakan karet menggunakan citra Landsat (Divayana, 2011) yaitu:

Hasil pendugaan biomassa menggunakan citra Landsat ini dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Perbandingan antara hasil estimasi perhitungan karbon menggunakan persamaan Y = -358.7 + 916.6*MIR/NIR -568.7*MIR/NIR2 dengan hasil dari lapangan

No. titik GPS Thn tanam Y (citra landsat) Y (lapangan) Selisih

1 298 1989 (TM T) 311.8312 384.808 -72.976 2 309 1990 (TM T) 507.2048 409.466 97.738 3 308 1994 (TM D) 338.3384 296.81 41.528 4 306 1998 (TM R) 237.4677 168.928 68.539 5 291 1999 (TM R) 509.5212 329.98 179.541 6 307 2008 (TBM) 562.1598 43.966 518.193 7 293 2008 (TBM) 478.1583 38.806 439.352 8 295 2008 (TBM) 581.662 13.454 568.208 9 865 1993 (TM D) 542.803 363.728 179.075 10 863 2008 (TBM) 1275.4105 44.776 1230.635

Berdasarkan hasil analisis citra dan data hasil pengukuran dilapangan, pada tanaman menghasilkan diperoleh data yang relatif sama, karena tidak

menunjukkan perbedaan hasil yang cukup jauh. Tetapi pada kelas umur 0 - 5 tahun (TBM), hasil pengukuran di lapangan dengan hasil analisa citra

menunjukkan hasil yang sangat kontras, jadi secara umum persamaan biomassa tersebut kurang baik untuk menduga biomassa pada tanaman yang belum menghasilkan. Terdapat perbedaan hasil yang jauh data hasil analisa citra dengan hasil pengukuran di lapangan yaitu antara 562,1598 ton/ha dengan 43,966 ton/ha, antara 478,1583 ton/ha dengan 38,806 ton/ha, antara 581,662 ton/ha dengan 13,454 ton/ha, dan juga antara 1275,4105 ton/ha dengan 44,776 ton/ha. Sebaran nilai biomassa hasil analisis citra menggunakan citra ENVI dapat dilihat pada Gambar 9.

Dokumen terkait