• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1. Komposisi Jenis

Pada analisis vegetasi yang dilakukan di hutan bekas kebakaran ini diperoleh 28 jenis pada tingkat pancang, 18 jenis pada tingkat tiang dan 19 jenis pada tingkat pohon.

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari komposisi (susunan) dan struktur (bentuk) vegetasi yang disajikan secara kuantitatif (Arief, 1994). Dari data vegetasi yang dikumpulkan diketahui bahwa jenis yang terbanyak pada tingkat pancang adalah jenis sirih hutan ( ), tingkat tiang jenis terbanyak adalah bengkal ( ) dan tingkat pohon jenis terbanyak

adalah mahang !. Pada areal hutan bekas kebakaran ini

sebagian besar terdiri dari vegetasi tingkat pancang terdapat 468 individu, tingkat tiang terdapat 218 individu dan pada tingkat pohon terdapat 219 individu. Menurut Arief (1994) hutan alam sekunder umumnya terdiri dari pohon/pohonan rendah dan kecil.

5.2 Kadar Air

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam suatu benda yang dinyatakan dalam presentase. Data berat kering dan kadar air sampel disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Data kadar air sampel

No Nama jenis Berat kering (gram) Kadar air (%)

Daun Cabang Batang Akar Daun Cabang Batang Akar

1 Abung tanaq 80,3 4,6 3,5 7,1 149,07 103,28 123,21 79,97 2 Bayur 94,8 3,6 4,3 3,1 110,97 35,75 64,81 77,38 3 Banggeris 73 3,8 3 9,9 173,97 25,59 63,79 44,07 4 Bengkal 74,7 3,6 4,8 6,5 167,74 38,10 63,62 26,95 5 Binuang 100,1 1,2 2,3 2,8 99,80 25,81 39,82 98,94 6 Garun 115,7 1,1 2,3 5,6 72,86 28,57 50,44 46,63 7 Gerunggang 95,8 6,7 4,5 12 108,77 71,96 66,22 45,13 8 Gmelina 88,6 3,6 2,5 4,3 125,73 59,78 54,18 96,06 9 Huboq 92,3 4,6 2 5,4 116,68 28,20 96,98 55,10 10 Ihau hutan 94,6 3,2 3 2,6 111,42 33,75 55,52 33,73

(Lanjutan Tabel 3)

No Nama jenis Berat kering (gram) Kadar air (%)

Daun Cabang Batang Akar Daun Cabang Batang Akar

12 Jambu/jambuan 129,9 13 4,3 3,4 53,96 40,49 80,97 138,19 13 Jelutung 61,2 2,1 2,3 2,7 226,80 75,23 78,11 86,45 14 Kayu lari/lari 68,9 5,2 4,5 4,4 190,28 45,09 101,35 101,60 15 Kayu sirih hutan 78,7 5,1 3,1 4,3 154,13 103,12 153,18 76,81 16 Kayu tatak 81,7 3,7 3,9 6,3 144,80 125,54 49,87 50,56 17 Kanhop 78 1,4 5,5 6,4 156,41 35,00 62,45 55,23 18 Kelihidaq 62,3 4,2 3,1 3,4 221,03 71,70 179,35 91,55 19 Kelima 81,8 2,2 2,8 3,3 144,50 25,34 47,67 87,69 20 Perupuk 62,7 4,4 4,1 3,1 218,98 33,41 59,66 99,67 21 Kenari 103 2,2 4 11,8 94,17 27,85 69,10 30,07 22 Lingau 92 5,6 3,9 4 117,39 61,83 113,47 66,58 23 Mahang 98,1 2,3 2,3 5,6 103,87 28,19 55,13 33,45 24 Mahang besar 87,9 5,9 2,1 7,3 127,53 37,48 80,19 36,00 25 Mahang kecil 50,9 4,1 2,7 4,3 292,93 27,05 42,01 24,18 26 Nyawai 95,3 4,5 1,2 1,3 109,86 156,40 121,74 490,63 27 Sengon 54,7 0,8 2,1 1,7 265,63 24,39 87,02 122,22 28 Terap kecil 62,7 2,7 1,9 3,3 218,98 29,00 72,02 50,00 29 Terap lebar 59,5 2 1,5 2,2 236,13 25,63 72,97 91,78 30 Tudaq 67,8 1,2 1,7 1,4 194,99 27,87 191,81 60,00

Sampel yang mempunyai berat kering besar akan berpengaruh pada nilai kadar air yang kecil karena berat kering sampel berbanding terbalik dengan nilai kadar air. Nilai kadar air yang kecil akan menghasilkan nilai biomassa yang semakin besar.

5.3 Model Penduga Biomassa

Dalam pembuatan model regresi untuk menduga simpanan karbon digunakan peubah bebas diameter dan tinggi total atau peubah bebas diameter saja jika peubah diameter dan tinggi memiliki hubungan yang erat. Model penduga biomassa disajikan pada Tabel 4.

19

Tabel 4 Model penduga biomassa

Persamaan allometrik S R;sq R;sq (adj) P

B = 0,610942 D1,52 0,160346 36,7 % 34,4 % 0,000

B = 0,753356 T1,36 0,183497 33,0% 30,6% 0,001

B = 0,113501 D1,22 T1,12 0,143825 59,1 % 55,9 % 0,000

Dari Tabel 4 tersebut diperoleh model terbaik dengan menggunakan dua peubah yaitu peubah diameter dan tinggi total. Model ketiga ini mempunyai nilai S (nilai simpangan baku) yang lebih rendah yaitu 0,14825 dan nilai R/sq (adj) paling tinggi sebesar 55,9 %. Sedangkan pada model pertama dan kedua didapatkan nilai S yang tinggi yaitu pada model pertama sebesar 0,160346 dan pada model kedua sebesar 0,183497 serta nilai R/sq (adj) yang didapatkan pada model pertama dan kedua bernilai rendah yaitu pada model pertama sebesar 34,4% an pada model kedua sebesar 30,0%. Sehingga model terpilih adalah model ketiga yaitu model dengan menggunakan dua peubah B = 0,113501 D1,22 T1,12. Model ketiga terpilih sebagai model terbaik karena mempunyai nilai S yang rendah dan nilai R/sq (adj) yang tinggi. Model ini mempunyai hubungan yang nyata karena nilai P < 0,05.

5.4 Simpanan Biomassa

Biomassa menunjukkan jumlah potensial karbon yang dapat dilepas ke atmosfer sebagai karbondioksida ketika hutan ditebang atau dibakar. Sebaliknya melalui penaksiran biomassa dapat dilakukan perhitungan jumlah karbondioksida yang dapat dipindahkan dari atmosfer dengan cara melakukan reboisasi atau dengan penanaman (Brown, 1997). Biomassa merupakan tempat penyimpanan karbon.

Dari hasil penelitian didapatkan nilai total biomassa pada areal hutan bekas kebakaran sebesar 39,257 ton/ha. Simpanan biomassa di areal bekas kebakaran hutan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Sebaran biomassa pada hutan bekas kebakaran

Komponen Hutan Luas sampling (ha) Biomassa (ton/ha) Persen

kontribusi (%) Pancang 0,75 7,106 18,10 Tiang 0,75 13,213 33,66 Pohon 3 13,428 34,21 Serasah 0,006 5,123 13,05 Tumbuhan bawah 0,006 0,387 0,99 Total 39,257 100

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai biomassa terbesar adalah biomassa pada vegetasi tingkat pohon sebesar 13,428 ton/ha. Presentase potensi biomassa ini untuk lebih jelasnya disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 Presentase potensi biomassa

Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa simpanan biomassa pada vegetasi tingkat tiang hampir sama dengan simpanan biomassa pada vegetasi tingkat pohon. Selain itu juga dapat dilihat bahwa kontribusi simpanan biomassa vegetasi pancang dan tiang cukup besar dalam menyumbang simpanan biomassa pada suatu hutan. Serasah juga mempunyai nilai biomassa yang cukup besar yaitu 13,05% dari simpanan biomassa total. Hal ini dikarenakan pada lokasi penelitian terdapat serasah yang cukup banyak.

Pancang 18,10% Tiang 33,66 % Pohon 34,21 % Serasah 13,05 % Tumbuhan bawah 0,99%

21

5.5 Simpanan Karbon Tegakan

Menurut (Brown, 1997) besarnya cadangan biomassa hutan digunakan untuk memperkirakan kandungan karbon pada vegetasi hutan, karena sekitar 50% dari biomassa adalah karbon. Dari hasil penelitian didapatkan simpanan karbon tegakan sebesar 16,874 ton/ha. Simpanan karbon pada hutan bekas kebakaran ini disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Simpanan karbon tegakan hutan bekas kebakaran

Tingkat Luas sampling (ha) ∑ Individu Karbon tiap pentupan (ton) Karbon (kg/ind) Karbon (ton/ha) Persen klontribusi (%) Pancang 0,75 468 2,664 6 3,553 21,06 Tiang 0,75 216 4,954 23 6,607 39,15 Pohon 3 221 20,142 91 6,714 39,79 Total 905 27,761 120 16,874 100

Nilai simpanan karbon berbanding positif dengan nilai biomassa. Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa simpanan karbon tegakan terbesar terdapat pada vegetasi tingkat pohon yaitu sebesar 39,79% dari total simpanan karbon tegakan. Lebih jelasnya presentase karbon pada hutan bekas kebakaran ini disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Presentase simpanan karbon tegakan hutan bekas kebakaran Pancang 21,06% Tiang 39,15% Pohon 39,79%

Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa vegetasi pada tingkat tiang mampu memberikan kontribusi simpanan karbon sebesar 39,15% sedangkan vegetasi pada tingkat pancang memberikan kontribusi simpanan karbon 21,06% dari total simpanan karbon tegakan. Vegetasi pancang dan tiang ini memiliki kontribusi simpanan karbon yang cukup besar pada tegakan hutan.

Simpanan karbon yang didapat dengan menggunakan persamaan alometrik Ketterings (2001) B = 0,11 x ρ x D2,62 berdasarkan data dari penelitian ini dan nilai kerapatan kayu (ρ) seperti yang disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Simpanan karbon menggunakan rumus alometrik Ketterings (2001) :

Vegetasi Luas sampling (ha) Karbon (ton/ha)

Pancang 0,75 3,233

Tiang 0,75 8,975

Pohon 3 13,080

Total 25,288

Jika dibandingkan simpanan karbon yang menggunakan rumus alometrik Ketterings (2001) dengan nilai karbon hasil penelitian, didapatkan nilai yang berbeda yaitu nilai karbon pada hasil penelitian lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai karbon yang menggunakan rumus alometrik. Hal ini dikarenakan jika menggunakan rumus alometrik akan mempunyai nilai yang atau

karena tidak melakukan pengukuran secara langsung di lapangan. Jika dibandingkan dengan penelitian Adinugroho . (2006) yang juga menggunakan metode pada hutan bekas kebakaran di PT. Inhutani I Batu Ampar, Kalimantan Timur dapat dikatakan bahwa nilai simpanan karbon pada penelitian ini lebih rendah dari penelitian Adinugroho . (2006) sebesar

18,413 ton/ha. Hal ini dikarenakan sampel yang digunakan pada penelitian ini

berdiameter 5/9 cm sehingga ukuran diameter yang digunakan tidak mewakili semua tegakan.

Sebaiknya untuk suatu penelitian digunakan sampel dengan ukuran diameter yang tersebar dari tingkat pancang, tiang dan pohon agar diperoleh model penduga biomassa yang lebih baik namun keadaan di lapangan tidak memungkinkan untuk mengambil sampel pada ukuran tingkat tiang dan pohon. Hal ini menyebabkan nilai simpanan karbon pada penelitian ini bernilai kecil.

23

5.6 Simpanan Karbon Tumbuhan bawah dan Serasah

Simpanan karbon pada serasah sebesar 2,561 ton/ha sedangkan simpanan karbon pada tumbuhan bawah sebesar 0,194 ton/ha. Simpanan karbon ini diperoleh dari setengah nilai biomassa. Simpanan karbon serasah lebih besar dibandingkan simpanan karbon tumbuhan bawah karena pada lokasi penelitian berat basah tumbuhan bawah yang didapatkan lebih sedikit dibandingkan berat serasah sehingga nilai karbon yang didapatkan lebih kecil dibandingkan serasah. Faktor yang mempengaruhi jumlah serasah adalah jumlah daun, ranting maupun cabang yang jatuh ke permukaan tanah serta iklim. Pada musim kemarau akan menghasilkan jumlah serasah yang lebih banyak dibandingkan musim penghujan karena akan banyak bagian pohon yang gugur. Nilai simpanan karbon pada serasah dan tumbuhan bawah ini dapat menambah nilai simpanan karbon pada suatu hutan.

5.7 Simpanan Karbon Total pada Hutan Bekas Kebakaran

Simpanan karbon tidak hanya dari tegakan hutan saja tetapi juga dari tumbuhan bawah dan serasah. Gabungan dari seluruh jumlah karbon tegakan, tumbuhan bawah dan serasah merupakan karbon total dari suatu hutan. Data mengenai karbon total disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Data simpanan karbon total di hutan bekas kebakaran

Komponen Hutan Luas sampling (ha) Luas areal (ha) Karbon (ton/ha) Karbon total (x 103 ton) Persen kontribusi (%) Pancang 0,75 8.601 3,553 30,559 18,10 Tiang 0,75 8.601 6,607 56,827 33,66 Pohon 3 8.601 6,714 57,747 34,20 Serasah 0,006 8.601 2,561 22,030 13,05 Tumbuhan bawah 0,006 8.601 0,194 1,654 0,99 Total 19,629 168,817 100

Dari Tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa simpanan karbon total sebesar

simpanan karbon total Presentase simpanan ka

Gambar 6 Si

Dari Gambar 6 diatas vegetasi tiang dan po karbon sebesar 34,20% memberikan simpanan pohon dan tiang, veget besar yaitu sebesar 18 juga memberikan kont simpanan karbon 13,05 memberikan simpanan k

n total pada areal bekas kebakaran menjadi 168,8 nan karbon total ini disajikan pada Gambar 6.

ar 6 Simpanan karbon total pada hutan bekas kebak

diatas dapat dilihat bahwa kontribusi simpanan an pohon hampir sama. Pohon mampu memberi 34,20% dari simpanan karbon total, sedangkan panan karbon 33,66% dari simpanan karbon total. S vegetasi pancang juga memberikan simpanan karb sar 18,10% dari simpanan karbon total. Serasah n kontribusi simpanan karbon pada hutan. Serasa

13,05% dari simpanan karbon total sedangkan tum panan karbon 0,99% dari simpanan karbon total.

168,817 x 103 ton.

kebakaran

panan karbon pada emberikan simpanan ngkan tiang mampu total. Selain vegetasi n karbon yang cukup rasah dan tumbuhan Serasah memberikan an tumbuhan bawah

25

Dokumen terkait