• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi umum kebun percobaan kwala bekala USU

Kondisi tapak Kwala Bekala memiliki kontur/kemiringan tanah yang cukup potensial untuk dimanfaatkan. Jika diolah dengan baik, kontur tapak akan memunculkan citra kawasan Kampus USU Kwala Bekala. Ketinggian tapak tertinggi adalah 94,38 meter di atas permukaan laut. Sementara titik terendah adalah 67,6 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan penelitian geologi dan mekanika tanah dapat disimpulkan bahwa di Kampus USU Kwala Bekala terdiri dari Unit Singkut yang telah mengalami pelapukan. Unit Singkut pada dasarnya terdiri dari pasir, liat dengan kepadatan rendah hingga sedang. Jenis tanah yang berada di Kwala Bekala ini adalah tanah Andepts yaitu tanah yang relatif muda dibandingkan latosol yang sifat- sifatnya sangat ditentukan oleh mineral liat yang dikandungnya yaitu alofan yang bersifat amorf.

Tanah andepts ini termasuk kedalam klasifikasi tanah andosol. Tanah andosol

pada umumnya tersebar di dataran tinggi (pegunungan). Tanah ini mempunyai solum tanah antara 100-225 cm, berwarna hitam, kelabu sampai coklat-tua teksturnya debu, lempung berdebu sampai lempung, dan struktur tanah termasuk remah (Nasution, 2010).

Sifat fisik Tanah tanah Andepts di Kebun Percobaan Kwala Bekala USU

Sifat fisik tanah Andepts dikebun percobaan Kwala Bekala USUdisajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Sifat fisik tanah Andepts di kebun percobaan Kwala Bekala USU

Parameter Satuan Nilai

Permeabilitas Cm/jam 6.39 Pasir % 44.40 Liat % 42.32 Debu % 13.28 Tekstur - Liat C-organik % 0.36 Bahan organic % 0.62

Kerapatan massa tanah g/cm3 1.11

Kerapatan Partikel tanah g/cm3 2.36

Porositas % 53

Permeabilitas tanah pada tanah Andepts dikebun percobaan Kwala Bekala USU adalah 6,39 cm/jam. Berdasarkan literatur Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) pada Tabel 2 nilai permeabilitas tanah Andepts pada lahan Kwala Bekala USU termasuk kedalam kategori sedang dan memiliki nilai harkat 3. Menurut Asdak (2007) permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air. Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menaikkan laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi dan dengan demikian, menurunkan laju air larian. Air larian inilah yang akan merusak permukaan tanah dan menyebabkan terjadinya erosi.

Tanah Andepts dikebun percobaan Kwala Bekala USU memiliki nilai fraksi pasir sebesar 44.40%, debu sebesar 13.28%, dan liat sebesar 42.32%. Dengan menggunakan segitiga USDA (Gambar 5) dapat disimpulkan bahwa tanah Andepts dilahan Kwala Bekala USU memiliki tekstur liat. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah tekstur, struktur, bahan organik, dan sifat lapisan bawah tanah. Tanah dengan kandungan liat yang tinggi sukar tererosi, karena liat

memiliki kemampuan memantapkan agregat tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Asdak (2007) yang menyatakan bahwa dilapangan, tanah terbentuk oleh kombinasi ketiga unsur dominan liat, ikatan antar partikel-partikel tanah tergolong kuat, dan dengan demikian tidak mudah tererosi. Hal yang sama juga berlaku untuk tanah dengan unsur domiman pasir (tanah dengan tekstur kasar), kemungkinan untuk terjadinya erosi pada jenis tanah ini adalah rendah karena laju infiltrasi di tempat ini besar, dan dengan demikian menurunkan laju air larian. Sebaliknya pada tanah dengan unsur utama debu dan pasir lembut serta sedikit unsur organik, memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya erosi.

Lahan Kwala Bekala USU memiliki kandungan c-organik sebesar 0,36% dan bahan organik sebesar 0,62% (perhitungan pada Lampiran 17). Menurut Notohadiprawiro (1998) dalam Bahan organik berfungsi sebagai perekat antara butir tanah sehingga memantapkan agregat tanah. Bahan organik, liat serta kation Fe dan Al dapat meningkatkan daya tahan tanah terhadap dispersi. Dalam hal ini liat (clay) berfungsi dalam memegang air dan pertukaran kation serta sebagai pengikat dan penyemen agregat tanah. Hal ini mengakibatkan tanah menjadi lebih baik, agregat menjadi lebih stabil dan lebih tahan terhadap dispersi.

Kerapatan massa tanah pada tanah Andepts dilahan Kwala Bekala USU adalah 1,11 g/cm3 (perhitungan pada Lampiran 15). Hal ini sesuai dengan pernyataan Mustafa, dkk (2012) besar kerapatan massa tanah-tanah pertanian bervariasi sekitar 1,0 g/cm3 sampai 1,6 g/cm3. Menurut Hardjowigeno (2007) kerapatan massa merupakan petunjuk kepadatan tanah dimana semakin padat suatu tanah maka akan semakin tinggi kerapatan massanya, artinya semakin sulit meneruskan air atau ditembus oleh akar.

Kerapatan partikel tanah pada tanah Andepts dilahan Kwala Bekala USU adalah 2,36 g/cm3 (perhitungan pada Lampiran 15). Kerapatan partikel tanah

Andepts tersebut termasuk rendah. Menurut Hakim (1986) untuk kebanyakan tanah-tanah mineral, rata-rata kerapatan partikelnya adalah 2,65 g/cm3. Perbedaan kerapatan partikel diantara jenis-jenis tanah tidak begitu besar, kecuali terdapat variasi yang besar didalam kandungan bahan organik dan komposisi mineral tanah.

Nilai porositas pada tanah Andepts dilahan Kwala Bekala USU sebesar 53% (perhitungan pada Lampiran 15). Berdasarkan Tabel 9 nilai porositas tanah dilahan Kwala Bekala USU termasuk kedalam kategori baik. Nilai kerapatan massa dan kerapatan partikel mempengaruhi besar porositas tanah. Menurut Hakim (1986) ruang pori-pori ini penting karena ruang-ruang ini diisi oleh air dan udara. Air dan udara (gas) juga bergerak melalui ruang pori-pori ini. Jadi, penyediaan air untuk pertumbuhan tanaman dan jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan sangat erat dengan jumlah dan ukuran pori-pori tanah.

Erosi Tanah pada Lahan Tanaman Jagung dan Teras Bangku tipe inward di Kebun Percobaan Kwala Bekala USU

a. Pengukuran erosi dengan metode petak kecil

Hasil pengukuran laju erosi pada tanah Andepts dengan metode petak kecil pada beberapa lahan yaitu lahan tanpa tanaman (lahan kontrol), jagung, dan teras bangku tipe inward disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Nilai laju erosi pada tanah Andepts dengan metode petak kecil

Lahan Erosi dalam satuan 22 x 2 m Erosi dalam1 Ha (ton/ha.tahun) 4 bulan (ton) 1 tahun (ton/tahun)

Tanpa tanaman (lahan kontrol) 26.39 x 10-4 79.17 x 10-4 1.79 Jagung 23.89 x 10-4 71.67 x 10-4 1.62 Teras bangku inward 6.53 x 10-4 19.59 x 10-4 0.44

Banyaknya tanah Andepts yang tererosi pada setiap kejadian hujan untuk masing-masing petak percobaan dapat dilihat pada Lampiran 3.

Dengan pengambilan data erosi tanah Andepts setiap kejadian hujan selama 4 bulan, maka diperoleh besarnya erosi yang terjadi pada lahan tanpa tanaman (lahan kontrol) adalah 1,79 ton/ha.tahun, pada lahan jagung adalah 1,62 ton/ha.tahun dan pada lahan teras bangku tipe inward adalah 0,44 ton/ha.tahun. Dengan asumsi bahwa besarnya nilai erosi rata-rata per bulan dari pengukuran selama 4 bulan penelitian dapat digunakan untuk menghitung laju erosi tanah

Andepts selama 1 tahun.

Curah hujan yang tertampung pada alat penakar hujan selama 4 bulan penelitian (April - Juli) berturut-turut adalah 91 mm; 299 mm; 186 mm; 109 mm. Sedangkan bedasarkan data curah hujan selama 10 tahun (April - Juli) berturut-turut adalah 515 mm; 637 mm; 559 mm; 522 mm.

Bila membandingkan besarnya nilai laju erosi tanah Andepts yang terjadi pada lahan tanpa tanaman (lahan kontrol), jagung dan teras bangku tipe inward, maka dapat dilihat bahwa besarnya nilai laju erosi pada tanah Andepts pada lahan tanpa

tanaman (lahan kontrol) lebih besar dari pada pada lahan jagung, nilai laju erosi pada tanaman jagung lebih besar dari pada teras bangku tipe inward. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor vegetasi dan faktor konservasi.

Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya laju erosi antara lain adalah faktor vegetasi. Hal ini sesuai dengan literatur Asdak (2007) yang menyatakan bahwa yang lebih berperan dalam menurunkan besarnya erosi adalah tumbuhan bawah karena ia merupakan stratum vegetasi terakhir yang akan menentukan besar kecilnya erosi percikan. Dengan kata lain, semakin rendah dan rapat tumbuhan bawah semakin efektif pengaruh vegetasi dalam melindungi permukaan tanah terhadap ancaman erosi karena ia akan menurunkan kecepatan terminal air hujan.

Menurut Wudianto (1995) kemampuan tanaman untuk melindungi tanah dari erosi bergantung pada beberapa faktor antara lain : ketinggian tanaman, keadaan daun tanaman, kepadatan tanaman dan sistem perakarannya. Semakin besar tetesan air, semakin besar pula energinya. Seperti halnya benda lain, tetesan air yang jatuh dari tempat semakin tinggi, maka semakin besar pula tenaganya, dengan demikian terjadinya erosi pada tanah yang berada di bawahnya. Tanaman yang berbatang pendek akan lebih baik perlindungannya. Ditinjau dari faktor tersebut maka dapat dijelaskan bahwa besarnya nilai laju erosi pada tanah andepts

pada lahan jagung lebih besar dari pada lahan kacang kedelai dan serai yang sebelumnya telah diteliti oleh Febrina (2013) dengan lokasi penelitian yang sama, hal tersebut disebabkan oleh ketinggian tanaman jagung lebih besar dibandingkan dengan tanaman kacang kedelai dan serai.

Selain faktor vegetasi, faktor konservasi juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap besarnya erosi. Hal tersebut sesuai dengan literatur Asdak (2007) yang menyatakan bahwa daerah tropis dengan topografi bergelombang dan curah hujan tinggi sangat potensial untuk terjadinya erosi dan tanah longsor. Oleh karena itu, dalam program konservasi tanah dah air di daerah tropis, usaha-usaha pelandaian permukaan tanah seperti pembuatan teras di lahan-lahan pertanian, Usaha tersebut dilakukan terutama untuk menghindari terjadinya erosi yang dipercepat dan meningkatnya tanah longsor.

Teras bangku tipe inward dibuat dengan cara memotong panjang lereng dan menurunkan kemiringan tanah yang semula sebesar 9% menjadi 1% pada bagian permukaan bangku, kemiringan 1% pada permukaan bangku tersebut mengarah kebagian dalam atau berlawanan dengan lereng yang asli. Maka dari itu curah hujan yang jatuh kepermukaan teras bangku tipe inward akan mengalir kebagian dalam dari permukaan bangku tersebut. Tetapi pada bagian bawah teras bangku tipe inward atau bagian depan dari permukaan bangku tetap memiliki kemiringan yang searah dengan lereng yang asli. Maka dari itu curah hujan yang jatuh tepat pada permukaan bagian bawah teras bangku tipe inward tersebut akan membawa sedimen masuk kedalam talang dan drum. Oleh karena itu, teras bangku tipe

inward masih berpotensi untuk terjadinya erosi. Akan tetapi, dengan jumlah nilai erosi yang jauh lebih kecil jika dibandingkan lahan tanpa tanaman (lahan kontrol) dan lahan tanaman jagung.

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa nilai laju erosi dengan menggunakan tindakan konservasi tanpa tanaman lebih kecil bila dibandingkan nilai laju erosi dengan tanaman jagung tanpa tindakan konservasi. Berdasarkan hal tersebut dapat

dikatakan bahwa tindakan konservasi merupakan faktor yang sangat berperan dalam menekan nilai laju erosi walaupun diperlukan biaya yang cukup besar dalam pembuatannya.

Selain faktor vegetasi dan konservasi, besarnya laju erosi pada tanah Andepts

dilahan Kwala Bekala USU juga bergantung pada sifat fisik tanah Andepts

tersebut. Seperti tekstur, bahan organik, permeabilitas, dan porositas. Tekstur tanah Andepts dilahan Kwala Bekala USU adalah bertekstur liat. Tanah dengan kandungan liat yang tinggi sukar tererosi, karena liat memiliki kemampuan memantapkan agregat tanah. Bahan organik tanah Andepts dilahan Kwala Bekala USU adalah sebesar 0,62 %. Bahan organik pada tanah Andepts dilahan Kwala Bekala USU tergolong rendah. Namun, sudah berperan dalam merekatkan butir tanah sehingga memantapkan agregat tanah tersebut. Nilai permeabilitas tanah Andepts dilahan Kwala Bekala USU tergolong sedang dan nilai porositas pada tanah Andepts dilahan Kwala Bekala USU tergolong baik. Sehingga curah hujan yg jatuh kepermukaan tanah akan mudah masuk kedalam tanah dan mengurangi laju air limpasan. Air limpasan inilah yang merusak permukaan tanah dan menyebabkan terjadinya erosi.

b. Pendugaan erosi dengan metode USLE

Hasil pengukuran laju erosi pada tanah Andepts dengan metode USLE pada beberapa lahan yaitu lahan tanpa tanaman (lahan kontrol), jagung, dan teras bangku tipe inward disajikan pada Tabel 12 dan Tabel 13.

Tabel 12. Nilai laju erosi pada tanah Andepts dengan Metode USLE berdasarkan data curah hujan 10 tahun

(R) (cm/thn) (K) (LS) (C) (P) (A)(ton/ (ha.thn) Lahan Kontrol 249.22 0,198 1 1 1 49.34 Tanaman Jagung 249.22 0,198 1 0,637 1 31.34 Teras Bangku inward 249.22 0,198 1 1 0.35 17.27

Tabel 13. Nilai erosi tanah pada tanah Andepts dengan Metode USLE berdasarkan data curah hujan 4 bulan

Lahan Erosivitas (R) (cm/thn) Erodibilitas (K) Topografi (LS) Vegetasi (C) Konservasi (P) Erosi (A) (ton/ (ha.thn) Lahan Kontrol 31.74 0,198 1 1 1 6.28 Tanaman Jagung 31.74 0,198 1 0,637 1 4.003 Teras Bangku inward 31.74 0,198 1 1 0.35 2.19

Nilai erosivitas berdasarkan curah hujan 10 tahun terakhir adalah 249,22 cm/tahun. Nilai erosivitas berdasarkan curah hujan 10 tahun didapat berdasarkan data curah hujan harian maksimum dan data hari hujan 10 tahun terakhir dari BMKG (perhitungan pada Lampiran 9). Nilai erosivitas berdasarkan data curah

hujan 4 bulan masa penelitian adalah 31,74 cm/tahun (perhitungan pada Lampiran 10).

Tanah Andepts dilahan Kwala Bekala USU memiliki nilai erodibilitas tanah sebesar 0,198 (perhitungan pada Lampiran 17). Berdasarkan Tabel 3 nilai erodibilitas tanah Andepts pada lahan Kwala Bekala USU termasuk kedalam kategori rendah. Kepekaan atau ketahanan tanah terhadap erosi berbeda - beda sesuai dengan sifat fisik dan kimia tanah. Perbedaan ketahanan ini umumnya dinyatakan dalam nilai erodibilitas tanah. Semakin tinggi nilai erodibilitas tanah, semakin mudah tanah tersebut tererosi. Secara umum tanah dengan debu yang tinggi, liat yang rendah dan kandungan bahan organik sedikit mempunyai kepekaan erosi yang tinggi. Menurut Utomo (1989) nilai erodibilitas suatu tanah ditentukan oleh ketahanan tanah terhadap daya rusak dari luar dan kemampuan tanah menyerap air (infiltrasi dan perkolasi). Ketahanan tanah menentukan mudah tidaknya massa tanah dihancurkan, sedangkan infiltrasi dan perkolasi mempengaruhi volume limpasan permukaan yang mengikis dan mengangkut hancuran masa tanah. Sifat - sifat tanah yang penting pengaruhnya terhadap erosi adalah kemampuannya untuk menginfiltrasikan air hujan yang jatuh serta ketahanannya terhadap pengaruh pukulan butir - butir hujan dan aliran permukaan. Tanah dengan agregat yang stabil akan lebih tahan terhadap pukulan air hujan dan bahaya erosi.

Besarnya erosi yang terjadi dengan menggunakan metoda USLE bedasarkan data curah hujan 10 tahun untuk lahan tanpa tanaman sebesar 49,34 ton/(ha.thn), tanaman jagung sebesar 31,43 ton/(ha.thn), dan untuk teras bangku tipe inward sebesar 17,27 ton/(ha.thn). Sedangkan Besarnya erosi yang terjadi

dengan menggunakan metode USLE selama berdasarkan data curah hujan 4 bulan masa penelitian untuk lahan tanpa tanaman sebesar 6,28 ton/(ha.thn), tanaman jagung sebesar 4,003 ton/(ha.thn), dan untuk teras bangku tipe inward sebesar 2,19 ton/(ha.thn). Dari hasil pendugaan erosi dengan menggunakan metode USLE berdasarkan data curah hujan 10 tahun menunjukkan bahwa ada potensi erosi yang cukup besar atau tinggi untuk lahan tanpa tanaman dan lahan tanaman jagung di lahan percobaan Kwala Bekala USU.

Dari hasil penelitian, pendugaan erosi tanah dengan menggunakan metode USLE berdasarkan data curah hujan 10 tahun jika dibandingkan dengan metode petak kecil memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan oleh faktor erosivitas (R) yang datanya didapat dari BMKG, dengan menggunakan data curah hujan maksimum selama 24 jam yang diperoleh dari data selama 10 tahun, sedangkan pada saat penelitian pengukuran petak kecil curah hujan maksimumnya tidak sebesar data curah hujan maksimum yang diperoleh dari data 10 tahun. Selain itu perbedaan nilai erosi yang cukup besar antara pengukuran erosi dengan petak kecil dan perhitungan erosi dengan metode USLE berdasarkan data curah hujan 10 tahun disebabkan karena dengan menggunakan metode USLE ada beberapa faktor yang sudah ditetapkan nilainya yang mungkin kurang sesuai dengan keadaan atau kondisi pada daerah atau kawasan penelitian. Seperti faktor tanaman (C) dan konservasi (P) yang nilainya sudah ditetapkan seperti dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5, dimana ada kemungkinan nilai-nilai tersebut kurang sesuai untuk daerah/kawasan yang sedang diteliti tingkat besar laju erosinya. Pada metode USLE berdasarkan data curah hujan 10 tahun nilai erosi untuk lahan tanpa tanaman 49,34 ton/(ha.thn), tanaman jagung sebesar 31,43

ton/(ha.thn), dan untuk teras bangku tipe inward sebesar 17,27 ton/(ha.thn). Besarnya erosi yang terjadi dengan menggunakan metoda USLE berdasarkan data curah hujan selama 4 bulan masa penelitian untuk lahan tanpa tanaman sebesar 6,28 ton/(ha.thn), tanaman jagung sebesar 4,003 ton/(ha.thn), dan untuk teras bangku tipe inward sebesar 2,19 ton/(ha.thn). Sedangkan dengan menggunakan metode petak kecil untuk tanpa tanaman sebesar 1,79 ton/(ha.thn), tanaman jagung sebesar 1,62 ton/(ha.thn), dan untuk teras bangku tipe inward sebesar 0,44 ton/(ha.thn).

Nilai laju erosi pada tanah Andepts yang dapat ditoleransikan (T) pada lahan jagung dan teras bangku tipe inward di kebun percobaan kwala bekala USU.

Adapun besarnya nilai laju erosi pada tanah Andepts yang dapat ditoleransikan (T) pada lahan tanaman jagung dan teras bangku tipe inward disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Nilai laju erosi yang dapat ditoleransikan pada tanah Andepts

Kecamatan Kedalaman efektif tanah (cm) Faktor Kedalaman Tanah W (tahun) BD (gr/cm3) T (ton/ha.thn) Pancur Batu 104 1 400 1,11 29

Besarnya nilai laju erosi pada tanah Andepts yang dapat ditoleransikan (T) pada lahan tanaman jagung dan teras bangku adalah 29 ton/ha.tahun. Nilai ini diperoleh dengan menggunakan rumus Hammer (1981) pada Persamaan 6. Tingkat Erosi yang diperbolehkan pada lahan tanaman jagung dan teras bangku tipe inward ini termasuk tinggi untuk kebanyakan tanah di Indonesia, dalam artian tanah Andepts pada lokasi ini cukup toleran terhadap erosi. Rahim (1995)

mengatakan bahwa secara umum laju Edp (laju erosi yang ditoleransikan) untuk kebanyakan tanah di Indonesia adalah 25 mm/thn atau setara dengan 25 ton/ha/thn untuk lahan perbukitan atau miring.

Dengan mengetahui besarnya laju erosi yang dapat ditoleransikan pada suatu lahan, maka dapat diketahui pula sejauh mana erosi tanah dapat ditoleransikan/dibiarkan. Dengan demikian, kiranya pengelolaan lahan dan teknik konservasi tanah dan air dapat disesuaikan untuk pemanfaatan lahan secara baik sehingga produktivitas lahan dapat terus dipertahankan.

Tingkat Bahaya Erosi (TBE)

Pada dasarnya tingkat bahaya erosi dapat ditentukan dari perhitungan nisbah antara jumlah tanah yang tererosi dengan jumlah erosi yang dibiarkan atau dengan menggunakan rumus Hummer (1981) pada Persamaan 7.

Dengan diketahui nilai tingkat bahaya erosi pada suatu lahan maka dapat diketahui pula sebesar apa tingkatan erosi yang terjadi pada lahan tersebut. Tujuannya agar dapat menentukan tindakan lanjutan untuk lahan tersebut supaya masih dapat dikelola dan memiliki produktivitas yang tinggi.

Besarnya tingkat bahaya erosi pada lahan tanaman jagung dan teras bangku di kebun percobaan Kwala Bekala USU disajikan pada Tabel 15, 16 dan 17.

Tabel 15. Tingkat Bahaya Erosi pada Lahan Tanpa Tanaman (Lahan Kontrol), Tanaman Jagung dan Teras Bangku tipe inward dengan Metode Petak Kecil

Lahan Erosi aktual

(A) (ton/ha.thn) Erosi yang ditoleransi (T) (ton/ha.thn) Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Kriteria Tanpa tanaman (lahan

kontrol) 1,79 29 0,060 Rendah

Tanaman Jagung 1,62 29 0,055 Rendah

Tabel 16. Tingkat Bahaya Erosi pada Lahan Tanpa Tanaman (Lahan Kontrol), Tanaman Jagung dan Teras Bangku tipe inward dengan Metode USLE berdasarkan curah hujan 10 tahun

Lahan Erosi aktual

(A) (ton/ha.thn) Erosi yang ditoleransi (T) (ton/ha.thn) Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Kriteria Tanpa tanaman (lahan

kontrol) 49.34 29 1.70 Sedang

Tanaman Jagung 31.43 29 1.08 Sedang

Teras bangku inward 17.27 29 0,59 Rendah

Tabel 17. Tingkat Bahaya Erosi pada Lahan Tanpa Tanaman (Lahan Kontrol), Tanaman Jagung dan Teras Bangku tipe inward dengan Metode USLE berdasarkan curah hujan 4 bulan masa penelitian

Lahan Erosi aktual

(A) (ton/ha.thn) Erosi yang ditoleransi (T) (ton/ha.thn) Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Kriteria Tanpa tanaman (lahan

kontrol) 6.28 29 0.21 Rendah

Tanaman Jagung 4.003 29 0,138 Rendah

Teras bangku inward 2.19 29 0,075 Rendah

Besarnya tingkat bahaya erosi dengan menggunakan metode petak kecil pada lahan tanpa tanaman (lahan kontrol) adalah 0,060; pada lahan tanaman jagung adalah 0,055; pada lahan teras bangku tipe inward adalah 0,015. Berdasarkan literatur Hammer (1981), maka dapat disimpulkan bahwa kategori tingkat bahaya erosi pada lahan tanpa tanaman (lahan kontrol), jagung dan teras bangku tipe

inward termasuk kedalam kategori kelas rendah. Untuk pendugaan erosi menggunakan metode USLE berdasarkan curah hujan 10 tahun pada lahan tanpa tanaman 1,70, pada lahan tanaman jagung adalah 1,08; pada lahan teras bangku tipe inward adalah 0,59. Berdasarkan literatur Hammer (1981), maka dapat

disimpulkan bahwa kategori tingkat bahaya erosi pada lahan tanpa tanaman (lahan kontrol) dan lahan tanaman jagung termasuk kedalam kategori kelas sedang. Sedangkan untuk lahan teras bangku tipe inward termasuk kedalam kelas rendah. Kemudian untuk pendugaan erosi menggunakan metode USLE berdasarkan data curah hujan maksimum selama 4 bulan masa penelitian pada lahan tanpa tanaman adalah 0,21; tanaman jagung adalah 0,138; lahan teras bangku tipe inward adalah 0,075. Berdasarkan literatur Hammer (1981), maka dapat disimpulkan bahwa kategori tingkat bahaya erosi pada lahan tanpa tanaman (lahan kontrol), jagung dan teras bangku tipe inward termasuk kedalam kategori kelas rendah. Dari ketiga data-data menunjukkan berarti bahwa semakin lama waktu pengukuran erosi maka besar erosi dan indeks tingkat bahaya erosi juga semakin besar.

Berdasarkan kategori tingkat bahaya erosinya, data menurut pengukuran petak kecil sama dengan perhitungan menurut USLE berdasarkan data curah hujan maksimum selama 4 bulan penelitian yaitu tergolong rendah. Perbedaan TBE yang terjadi antara data pengukuran petak kecil dengan metode USLE berdasarkan data curah maksimum 10 tahun, seperti yang telah diuraikan data bahwa pengukuran erosi dengan metode petak kecil dilaksanakan selama 4 bulan dan dalam masa tersebut curah hujan maksimum yang terjadi tidak sebesar curah hujan maksimum berdasarkan rata-rata curah hujan maksimum selama 10 tahun yang digunakan untuk perhitungan dengan metode USLE. Hal tersebut menggambarkan bahwa pada masa penelitian tingkat bahaya erosi masih rendah (0,060), (0,055), dan (0,015). Demikian juga pada metode USLE berdasarkan data curah hujan selama 4 bulan masa penelitian yang menunjukkan tingkat bahaya erosi yang masih rendah (0,21), (0,138) dan (0,075). Namun kalau

memperhatikan hasil prediksi erosi menurut metode USLE berdasaarkan data curah hujan maksimum 10 tahun bahwa dengan bulan-bulan yang sama tetapi pada tahun yang berbeda kemungkinan atau peluang terjadinya bahaya erosi yang tinggi dapat terjadi. Oleh karena itu tetap disarankan kepada petani bahwa dalam budidaya atau usaha tani pertanian pangan harus tetap memperhatikan

Dokumen terkait