• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum

Berdasarkan kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah menurut Pusat Penelitian Tanah (1983), hasil analisis tanah awal menunjukkan tanah bereaksi agak masam dengan pH sebesar 5.70. Kandungan C-organik tergolong tinggi (1.20%) dan kandungan N-total di dalam tanah termasuk rendah yaitu 0.13%. Ketersediaan P di dalam tanah sebesar 2.2 ppm. Unsur hara makro K, Ca, Na, dan kapasitas tukar kation tergolong rendah berturut-turut 0.21, 3.02, 0.28, dan 15.86 me/100g. Kejenuhan basanya termasuk sedang sebesar 29.26%. Tekstur tanah termasuk liat dengan perbandingan komposisi pasir, debu, dan liat berturut-turut 6.93, 23.26, dan 69.81%.

Setelah dilakukan pemberian kapur, abu sekam, bahan organik, dan dekomposer, terjadi peningkatan status hara makro, kemasaman tanah, tingkat kejenuhan basa, kapasitas tukar kation, hara mikro Mn, dan logam berat Zn, sedangkan kandungan hara mikro Fe serta logam berat Cu mengalami penurunan. Hasil analisis tanah sebelum dan setelah aplikasi bahan organik dan dekomposer disajikan pada Lampiran 5.

Berdasarkan hasil analisis hara bahan organik (Tabel 6), masing-masing bahan organik memiliki keunggulan dalam unsur hara tertentu. T. diversifolia mengandung unsur C, N, dan K tertinggi. Pupuk kandang ayam mengandung unsur N, P, dan K lebih tinggi daripada jerami padi, selain itu pupuk kandang ayam mengandung unsur hara mikro Fe, Cu, Zn, dan Mn tertinggi.

Tabel 6. Hasil Analisis Hara Bahan Organik

Bahan Organik C N P K Ca Mg Fe Cu Zn Mn ………(ppm).…….……..…… ………..…….(ppm)……… Pupuk kandang ayam 21.56 1.14 0.68 1.65 2.21 0.38 26 600.00 214.00 360.00 920.00 Jerami padi 34.20 0.93 0.20 1.52 0.08 0.07 1 207.05 10.51 24.25 273.80 Tithonia diversifolia 54.88 3.06 0.25 5.75 1.69 0.16 297.70 32.40 157.80 235.90

Hasil analisis hara dekomposer (Tabel 7) menunjukkan cairan pupuk kandang ayam mengandung unsur hara makro P, Ca, Mg, dan unsur hara mikro

Fe, Zn, Mn tertinggi. Unsur hara makro N dan K pada cairan pupuk kandang dan cairan pupuk kandang & T. diversifolia bernilai sama.

Tabel 7. Hasil Analisis Hara Dekomposer

C N P

Dekomposer K Ca Mg Fe Cu Zn Mn

………(%)...…….……….. ……….….…(ppm).……… Cairan pupuk kandang

ayam 4.96 0.03 0.17 0.39 0.20 0.10 1 003.10 3.39 21.38 55.20

Cairan pupuk kandang

ayam & T. diversifolia 5.06 0.03 0.16 0.39 0.19 0.08 828.50 5.06 20.60 44.50

Pupuk hayati

Bioextrim - 0.09 0.14 0.11 0.04 - - - - -

Keterangan : (-) unsur hara tidak diamati

Setelah masa dekomposisi bahan organik pupuk kandang ayam, jerami padi, dan T. diversifolia selama 30 hari, dapat terlihat bahwa pupuk kandang ayam dan T. diversifolia memiliki tingkat dekomposisi yang lebih cepat dibandingkan dengan jerami padi. Proses dekomposisi juga dibantu dengan pemberian tiga jenis dekomposer, akan tetapi dengan penambahan tersebut juga tidak memberikan pengaruh terhadap jerami padi yang masih tersisa karena bentuknya masih utuh sampai waktu dekomposisi selesai (Gambar 2).

Gambar 2. Tanah dan Tingkat Dekomposisi Ketiga Jenis Bahan Organik Sebelum Penanaman Kedelai

Penelitian ini dilakukan pada bulan basah (periode Desember 2010-April 2011) dengan curah hujan tertinggi pada bulan April dan curah hujan terendah pada bulan Februari. Temperatur rata-rata sebesar 27.04oC dan intensitas cahaya matahari rata-rata sebesar 8 197.2 cal/cm2/menit (Tabel 8).

Tabel 8. Data Temperatur, Intensitas Cahaya Matahari, dan Curah Hujan di Wilayah Dramaga Bulan Desember 2010-April 2011

Bulan Temperatur (oC) Intensitas Cahaya Matahari

(cal/cm2/menit) Curah Hujan (mm)

Desember 2010 26.90 7 699 177.30

Januari 2011 27.10 7 182 202.70

Februari 2011 27.30 7 909 86.00

Maret 2011 27.00 8 687 140.00

April 2011 26.90 9 509 278.40

27 Lahan yang digunakan untuk penanaman kedelai merupakan lahan bekas penanaman padi sawah. Pada saat penanaman kedelai dilakukan (16 Januari 2011) kondisi tanah pada 20 petak depan kering dan berbongkah-bongkah, sedangkan 10 petak belakang masih berlumpur. Benih mulai berkecambah pada 7 HST dengan persentase tumbuh benih kedelai sebesar 79.55%. Beberapa benih kedelai tidak tumbuh karena terserang cendawan Aspergilus flavus. Gejala serangan cendawan tersebut dilihat dari permukaan benih yang ditutupi hifa berwarna putih sampai kecokelatan sehingga benih tidak dapat tumbuh. Penyulaman dilakukan setelah tanaman berumur 7 hari setelah tanam dengan mengganti tanaman yang tidak tumbuh. Persentase tumbuh benih setelah dilakukan penyulaman berubah menjadi 84.66%. Tanaman kedelai mulai berbunga pada umur 39 HST dan berbunga lebih dari 75% setelah 44 HST. Polong mulai terbentuk saat tanaman berumur 49 HST.

Pada saat umur tanaman 7 MST ditemukan banyak daun tetrafoliet dan pentafoliet pada semua petak tetapi yang paling banyak adalah pada petakan dengan perlakuan bahan organik T. diversifolia. Hal ini dapat disebabkan oleh tingginya kandungan hara yang tersedia untuk tanaman kedelai sehingga memacu pertumbuhan daun yang hebat. Petak yang diberi bahan organik T. diversifolia mempunyai keragaan yang bagus, yaitu warna daun lebih hijau, daun lebih lebar, dan tajuk lebih rimbun (Gambar 3).

Gambar 3. Petakan Penelitian

(Kiri : Pupuk Kandang Ayam + Cairan Pupuk Kandang Ayam; Tengah : Jerami Padi + Cairan Pupuk Kandang Ayam; dan Kanan : T. diversifolia + Cairan Pupuk

Kandang Ayam)

Gulma dominan yang terdapat di lahan adalah Ageratum conyzoides, Cyperus iria, Cynodon dactylon, Euphorbia hirta, Ludwigia octovalvis, Mimosa

pudica, dan Physalis angulata. Sejak 2 MST tanaman mulai terserang hama

penggulung daun (Lamprosema indicata) yang banyak merusak bagian daun kedelai. Pada saat fase berbunga muncul hama Anaplocnemis phasiana yang menyerang bagian pucuk dan pada saat fase membentuk polong, muncul hama kepik hijau (Nezara viridula) dan kepik penghisap polong (Riptortus linearis). Penyakit yang menyerang tanaman adalah hawar bakteri (Pseudomonas syringae pv glycinea), mulai menyerang daun kedelai pada 5 MST dengan serangan sebanyak 100% (Gambar 4).

Semua daun pada tanaman kedelai terserang penyakit hawar bakteri. Daun dapat terserang penyakit hawar bakteri sebanyak 100% kemungkinan disebabkan oleh keadaan lingkungan yang mendukung timbulnya bakteri penyebab penyakit ini. Menurut Saleh dan Hardaningsih (2007) penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas syringae pv. glycinea. Di Indonesia penyakit hawar bakteri banyak terdapat di dataran tinggi. Suhu yang relatif tinggi dan cuaca basah mendorong perkembangan penyakit hawar bakteri. Gejala awal pada daun berupa bercak kecil, tembus cahaya, dan tampak kebasahan berwarna kekuningan atau cokelat muda. Bercak kemudian membesar, bagian tengahnya mengering berwarna cokelat tua atau cokelat kehitaman dikelilingi oleh lingkaran halo kebasahan. Beberapa bercak dapat bersatu menjadi bercak yang besar dan bagian tengahnya nekrotik sehingga daun sobek-sobek. Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai dapat dilihat pada Tabel 9.

29 Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Komponen Pertumbuhan dan Produksi

Kedelai pada Perlakuan Bahan Organik dan Dekomposer

Peubah Umur (MST) Bahan Organik (O) Dekomposer (D) O*D KK (%)

Jumlah benih tumbuh 2 * tn tn 8.49 Tinggi tanaman (cm) 3 tn tn tn 5.88 5 tn tn tn 8.33 7 tn tn tn 8.79 9 tn tn tn 8.09 11 tn tn tn 8.09 13 tn tn tn 8.09 Jumlah cabang 3 ** ** tn 3.94 5 ** tn tn 8.38 7 ** tn tn 12.26 9 ** tn tn 11.58 11 ** tn tn 11.67 Jumlah cabang produktif 13 ** tn tn 11.53 Jumlah daun 3 tn tn tn 3.91

5 tn tn tn 9.42 7 tn tn tn 6.35 9 tn tn tn 11.27 11 tn tn tn 19.04 Jumlah daun tetrafoliet 7 ** ** tn 3.28 Jumlah daun pentafoliet 7 ** ** tn 6.02

Laju asimilasi bersih (g/cm2/minggu) 5-7 tn tn tn 0.19 x) 7-9 tn * * 0.12 x) Laju tumbuh relatif (g/minggu) 5-7 tn tn tn 13.09 x)

7-9 tn tn tn 7.81 x)

Indeks luas daun (cm2) 5 tn tn tn 12.45 x)

7 ** ** ** 28.91

9 ** ** ** 27.92

Bobot basah tajuk (g) 7 ** ** ** 20.29 Bobot basah akar (g) 7 ** ** ** 15.89 Bobot basah bintil akar (g) 7 ** tn tn 5.61 x) Bobot kering tajuk (g) 7 ** ** ** 23.55 Bobot kering akar (g) 7 ** tn * 5.97 x) Bobot kering bintil akar (g) 7 ** tn tn 1.82 x) Kadar air daun (%) 7 tn tn tn 17.12 Intensitas serangan hama (%) 8 ** ** tn 6.68

10 ** tn * 22.17 Intensitas keparahan penyakit (%) 8 ** ** tn 1.49 Jumlah polong bernas 13 tn tn tn 24.54 Jumlah polong hampa 13 * tn tn 20.59 x) Bobot kering polong bernas (g) 13 tn tn tn 27.56 Bobot kering polong hampa (g) 13 tn tn tn 17.85 x) Bobot kering tajuk (g) 13 tn tn tn 15.42 x) Bobot kering kulit polong (g) 13 tn tn tn 23.71 Bobot kering biji (g) 13 tn tn tn 24.38 Bobot kering akar (g) 13 tn tn tn 12.01 x) Jumlah tanaman panen 13 * tn tn 10.44 Bobot 100 butir biji 13 tn tn tn 8.99 Bobot kering biji petak bersih (7.5 m2) (g) 13 * tn tn 22.37 Bobot kering biji petak pinggir (g) 13 tn tn tn 21.23 x) Produktivitas (ton/ha) 13 * tn tn 22.37 Keterangan : (tn) Tidak berbeda nyata; (*) Berbeda nyata pada taraf 5%; (**) Berbeda nyata pada taraf 1%;

Hasil

A.Pengaruh Bahan Organik terhadap Komponen Pertumbuhan Kedelai

Penggunaan pupuk kandang ayam, jerami padi, dan T. diversifolia berpengaruh nyata pada jumlah benih tumbuh; jumlah cabang 3, 5, 7, 9, 11 MST, dan jumlah cabang produktif; jumlah daun tetrafoliet; jumlah daun pentafoliet; indeks luas daun 7 dan 9 MST; bobot basah dan kering tajuk; bobot basah dan kering akar; bobot basah dan kering bintil akar; intensitas serangan hama; serta intensitas keparahan penyakit.

Pemberian pupuk kandang ayam mampu memberikan jumlah cabang rata- rata 15.2 dan 21.8% lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian jerami padi dan

T. diversifolia. Selain itu, perlakuan pupuk kandang ayam juga dapat

meningkatkan jumlah daun tetrafoliet dan pentafoliet rata-rata 64.3 dan 79.9% lebih tinggi dibandingkan dengan dua perlakuan lainnya.

Aplikasi bahan organik jerami padi menyebabkan intensitas serangan hama 8, 10 MST, dan keparahan penyakit dengan rata-rata berturut-turut sebesar 12.97, 13.15, dan 8.96% lebih tinggi daripada yang mendapat pupuk kandang ayam; serta sebesar 93.59, 495.60, dan 19.95% lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang mendapat T. diversifolia. Pada peubah intensitas serangan hama dan keparahan penyakit, aplikasi bahan organik T. diversifolia memberikan pengaruh yang paling sedikit dibandingkan dengan dua perlakuan lainnya.

Penambahan T. diversifolia menyebabkan jumlah benih tumbuh rata-rata 14.8 dan 4.6% lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan pupuk kandang ayam dan jerami padi. Pemberian T. diversifolia mampu meningkatkan indeks luas daun 7 dan 9 MST dengan rata-rata 42.29 dan 114.78% lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian dua bahan organik lainnya. Selain itu, pada pengamatan destruktif 7 MST, dengan pemberian T. diversifolia juga dapat memberikan hasil yang lebih baik dengan rata-rata bobot basah tajuk (48.52 dan 101.88%), bobot kering tajuk (52.08 dan 116.83%), bobot basah akar (39.19 dan 101.96%), bobot kering akar (58.33 dan 137.5%), bobot basah bintil akar (93.33 dan 1 350.00%), dan bobot kering bintil akar (50.00 dan 5 900.00%) lebih tinggi jika dibandingkan dengan pemberian dua bahan organik lainnya (Tabel 10).

31 Tabel 10. Komponen Pertumbuhan Kedelai pada Perlakuan Tiga Jenis Bahan

Organik

Peubah Umur (MST)

Bahan Organik Pupuk Kandang

Ayam Jerami Padi

Tithonia

diversifolia Kontrol

Jumlah benih tumbuh 2 336.3 b 369.2 a 386.1 a 382.3 Tinggi tanaman (cm) 3 12.79   12.88   13.53   12.59   5 26.81   26.02   26.29   24.72   7 48.95   49.63   47.06   46.45   9 51.06   52.22   49.76   49.85   11 51.06   52.22   49.76   49.85   13 51.06   52.22   49.76   49.85 Jumlah cabang 3 3.2 a+ 2.9 b+ 2.8 b+ 2.5   5 8.7 a+ 6.7 b 7.3 b 6.4   7 10.5 a+ 9.2 b 8.4 b 8.6   9 10.3 a+ 9.1 b 8.3 b 8.5   11 10.2 a+ 9.1 b 8.1 b 8.4 Jumlah cabang produktif 13 9.8 a 8.8 b 7.9 b 8.3 Jumlah daun 3 2.8   2.8   2.8 + 2.6   5 6.6   5.9   6.1   6.0   7 12.4   11.5   11.5   11.6   9 8.3   8.1   7.9   7.7   11 10.6   10.3   10.7   10.1 Jumlah daun tetrafoliet 7 135.1 a+ 77.3 c+ 87.8 b+ 68.0 Jumlah daun pentafoliet 7 37.1 a+ 17.8 c+ 24.6 b+ 8.7 Laju asimilasi bersih

(g/cm2/minggu) 5-7 3x10 -3  

1x10-3   2.5x10-3   4.5x10-4   7-9 2.5x10-3   1.3x10-3   8x10-4   1x10-3 Laju tumbuh relatif

(g/minggu) 5-7 0.34   0.15   0.28   0.05   7-9 0.17   0.11   0.07   0.12 Indeks luas daun

(cm2) 5 0.56 0.49 0.83 0.60 7 1.03 b 0.69 b 1.50 a+ 0.76 9 1.13 b 0.74 b 1.57 a+ 0.81 Bobot basah tajuk (g) 7 5.07 b 3.73 c 7.53 a+ 4.70

Bobot basah akar (g) 7 0.74 b+ 0.51 c 1.03 a+ 0.52 Bobot basah bintil

akar (g) 7 0.15 b 0.02 c 0.29 a+ 0.05 Bobot kering tajuk (g) 7 1.44 b 1.01 c 2.19 a+ 1.41 Bobot kering akar (g) 7 0.24 b 0.16 c 0.38 a+ 0.20 Bobot kering bintil

akar (g) 7 0.04 b 1x10 -3

c 0.06 a+ 9x10-3 Kadar air daun (%) 7 71.15   68.55   69.25   55.69 Intensitas serangan

hama (%) 8 22.98 b+ 25.96 a+ 13.41 c+ 29.16   10 9.58 b+ 10.84 a+ 1.82 c+ 5.48 Intensitas keparahan

penyakit (%) 8 69.08 b+ 75.27 a+ 62.75 c+ 79.46

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada α = 5 atau 1%; Angka yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada α = 5% berdasarkan uji t-Dunnett.

Berdasarkan uji t-Dunnett, perlakuan bahan organik pupuk kandang ayam berbeda nyata lebih tinggi terhadap kontrol pada peubah jumlah cabang 3 hingga 11 MST; jumlah daun tetrafoliet dan pentafoliet; bobot basah akar; intensitas serangan hama 8 dan 10 MST; serta intensitas keparahan penyakit. Perlakuan jerami padi yang dibandingkan dengan kontrol memberikan hasil berbeda nyata lebih tinggi pada jumlah cabang 3 MST; jumlah daun tetrafoliet dan pentafoliet; serta intensitas serangan hama 10 MST. Penambahan T. diversifolia berbeda nyata lebih tinggi terhadap jumlah cabang dan jumlah daun 3 MST; jumlah daun tetrafoliet dan pentafoliet; indeks luas daun 7 dan 9 MST; bobot basah dan kering tajuk; bobot basah dan kering akar; bobot basah dan kering bintil akar; intensitas serangan hama; serta intensitas keparahan penyakit jika dibandingkan dengan kontrol (Tabel 10).

B.Pengaruh Dekomposer terhadap Komponen Pertumbuhan Kedelai

Penambahan dekomposer cairan pupuk kandang ayam menyebabkan jumlah cabang tanaman kedelai 3 MST rata-rata 3.3 dan 6.9% lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang mendapat cairan pupuk kandang ayam & T. diversifolia dan pupuk hayati. Selain itu, pemberian cairan pupuk kandang ayam dapat menyebabkan laju asimilasi bersih 7-9 MST rata-rata 180.00 dan 268.42% lebih tinggi daripada pemberian dua dekomposer lainnya. Pengaruh dekomposer cairan pupuk kandang ayam juga mampu meningkatkan jumlah daun tetrafoliet (2.0 dan 4.2%) dan pentafoliet (5.2 dan 10.2%) lebih tinggi dibandingkan dengan dua dekomposer lainnya.

Pemberian pupuk hayati menyebabkan indeks luas daun 7 dan 9 MST rata- rata 72.70 dan 33.73% lebih tinggi dibandingkan dengan cairan pupuk kandang ayam dan cairan pupuk kandang ayam & T. diversifolia. Penambahan pupuk hayati juga memberikan hasil yang lebih tinggi pada bobot basah tajuk (44.13 dan 28.49%), bobot basah akar (43.08 dan 32.86%), dan bobot kering tajuk (44.78 dan 42.65%) daripada penambahan cairan pupuk kandang ayam dan cairan pupuk kandang ayam & T. diversifolia. Aplikasi pupuk hayati menyebabkan intensitas serangan hama dan keparahan penyakit 8 MST dengan rata-rata 9.06 dan 1.35 % lebih tinggi dibandingkan dengan dua dekomposer lainnya (Tabel 11).

33 Tabel 11. Komponen Pertumbuhan Kedelai pada Perlakuan Tiga Jenis

Dekomposer Peubah Umur (MST) Dekomposer Cairan Pupuk Kandang Ayam Cairan Pupuk Kandang Ayam &

Tithonia diversifolia

Pupuk Hayati Kontrol

Jumlah benih tumbuh 2 357.7   372.3   361.7   382.3 Tinggi tanaman (cm) 3 13.23   12.94   13.03   12.59   5 26.71   26.75   25.66   24.72   7 48.39   48.63   48.61   46.45   9 50.83   51.29   50.93   49.85   11 50.83   51.29   50.93   49.85   13 50.83   51.29   50.93   49.85 Jumlah cabang 3 3.1 a+ 3.0 a+ 2.9 b+ 2.5   5 7.8 + 7.6 + 7.3 6.4   7 9.7   9.7   8.9   8.6   9 9.4   9.5   8.8   8.5   11 9.3   9.5   8.6   8.4 Jumlah cabang produktif 13 8.9   9.2   8.5   8.3 Jumlah daun 3 2.8 2.8 + 2.7 2.6   5 6.3   6.3   6.0   6.0   7 11.8   12.1   11.5   11.6   9 8.3   8.4   7.6   7.7   11 11.3   10.7   9.6   10.1 Jumlah daun tetrafoliet 7 102.1 a+ 100.1 ab+ 98.0 b+ 68.0 Jumlah daun pentafoliet 7 27.7 a+ 26.3 ab+ 25.1 b+ 8.7 Laju asimilasi bersih

(g/cm2/minggu) 5-7 2.5x10 -3  

1.9x10-3   2.4x10-3   4.5x10-4   7-9 2.8x10-3 a 1x10-3 b 7.6x10-4 b 1x10-3 Laju tumbuh relatif

(g/minggu) 5-7 0.26   0.23   0.29   0.05   7-9 0.18   0.10   0.07   0.12 Indeks luas daun

(cm2) 5 0.57 0.59 0.73 0.60 7 0.78 b 1.03 b 1.40 a+ 0.76 9 0.88 b 1.11 ab 1.46 a+ 0.81 Bobot basah tajuk (g) 7 4.60 b 5.16 b 6.63 a+ 4.70 Bobot basah akar (g) 7 0.65 b 0.70 b 0.93 a 0.52 Bobot basah bintil

akar (g) 7 0.15   0.16   0.16   0.05 Bobot kering tajuk (g) 7 1.34 b 1.36 b 1.94 a 1.41 Bobot kering akar (g) 7 0.24   0.23   0.31   0.20 Bobot kering bintil

akar (g) 7 0.03 0.03 0.04 + 9x10 -3 Kadar air daun (%) 7 66.15   70.64   72.16   55.69 Intensitas serangan

hama (%) 8 20.89 a+ 19.47 b+ 21.98 a+ 29.16   10 6.89   7.69   7.67   5.48 Intensitas keparahan

penyakit (%) 8 69.16 ab+ 68.29 b+ 69.65 a+ 79.46 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang

nyata menurut uji DMRT pada α = 5 atau 1%; Angka yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada α = 5% berdasarkan uji t- Dunnett.

Berdasarkan uji t-Dunnett pada komponen pertumbuhan kedelai, perlakuan kontrol memberikan nilai yang lebih tinggi daripada dekomposer cairan pupuk kandang ayam, cairan pupuk kandang ayam & T. diversifolia, dan pupuk hayati pada peubah jumlah benih tumbuh, intensitas serangan hama 8 MST, dan intensitas keparahan penyakit. Perlakuan kontrol memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga perlakuan lainnya pada peubah intensitas serangan hama 8 MST dan intensitas keparahan penyakit (Tabel 11).

C.Pengaruh Bahan Organik terhadap Komponen Produksi Kedelai

Aplikasi bahan organik pupuk kandang ayam, jerami padi, dan T. diversifolia berpengaruh nyata terhadap jumlah polong hampa, jumlah tanaman panen, bobot kering biji petak bersih (7.5 m2), dan produktivitas. Penambahan bahan organik pupuk kandang ayam menghasilkan jumlah polong hampa (88.2 dan 18.5%) dan bobot kering biji per 7.5 m2 (36.64 dan 18.16%) lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan jerami padi dan T. diversifolia. Bobot 100 butir biji yang dihasilkan pada penelitian ini rata-rata hanya sebesar 9.24 g, bobot 100 butir biji ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan deskripsi menurut Sumarno et al. (1984) sebesar 10.00 g. Produktivitas kedelai nyata tertinggi didapatkan dari penambahan pupuk kandang ayam sebesar 1.00 ton/ha, sedangkan produktivitas kedelai dengan penambahan T. diversifolia dan jerami padi sebesar 0.85 dan 0.73 ton/ha. Penambahan bahan organik T. diversifolia mampu menghasilkan jumlah tanaman panen rata-rata 15.1 dan 3.7% lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan pupuk kandang ayam dan jerami padi.

Hasil uji lanjut t-Dunnett pada komponen produksi memberikan hasil berbeda nyata tertinggi hanya pada peubah jumlah polong hampa, dengan nilai lebih tinggi 2.09 daripada kontrol. Perbandingan dari ketiga perlakuan bahan organik dengan kontrol menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada komponen produksi lainnya. Akan tetapi, penambahan pupuk kandang ayam dan

T. diversifolia memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan

35 Tabel 12. Komponen Produksi Kedelai pada Perlakuan Tiga Jenis Bahan Organik

Peubah

Bahan Organik Pupuk Kandang

Ayam Jerami Padi

Tithonia

diversifolia Kontrol

Jumlah polong bernas 24.1   19.1   21.4   19.5 Jumlah polong hampa 3.2 a+ 1.7 b 2.7 ab 1.1 Bobot kering polong bernas (g) 7.16   5.47   5.89   5.61 Bobot kering polong hampa (g) 0.42   0.19   0.43   0.42 Bobot kering tajuk (g) 4.18   2.72   3.81   3.20 Bobot kering kulit polong (g) 26.48   20.30   23.11   20.89 Bobot kering biji (g) 46.69   33.28   40.36   36.58 Bobot kering akar (g) 1.10   0.79   0.92   0.88 Jumlah tanaman panen 217.1 b 241.0 ab 249.9 a 255.3 Bobot 100 butir biji (g) 9.59   9.15   8.98   8.65 Bobot kering biji petak bersih (7.5 m2) (g) 752.44 a 550.67 b 636.78 ab 738.33 Bobot kering biji petak pinggir (g) 150.22   135.33   181.22   184.00 Produktivitas (ton/ha) 1.00 a 0.73 b 0.85 ab 0.98 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang

nyata menurut uji DMRT pada α = 5 atau 1%; Angka yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada α = 5% berdasarkan uji t-Dunnett.

D.Pengaruh Dekomposer terhadap Komponen Produksi Kedelai

Perlakuan dekomposer cairan pupuk kandang ayam, cairan pupuk kandang ayam & T. diversifolia, dan pupuk hayati tidak berpengaruh nyata pada semua komponen produksi, akan tetapi perlakuan pupuk hayati memberikan nilai tertinggi pada bobot kering biji petak bersih dan produktivitas dibandingkan dengan dua perlakuan lainnya. Bobot kering biji petak bersih dengan penambahan dekomposer pupuk hayati lebih tinggi 1.25% dibandingkan dengan penambahan cairan pupuk kandang ayam dan 8.21% lebih tinggi daripada penambahan cairan pupuk kandang ayam & T. diversifolia. Produktivitas kedelai tertinggi didapatkan dari penambahan pupuk hayati jika dibandingkan dengan penambahan cairan pupuk kandang ayam dan cairan pupuk kandang ayam & T. diversifolia, dengan nilai berturut-turut 0.89, 0.88, dan 0.82 ton/ha. Akan tetapi produktivitas kedelai varietas Wilis yang dihasilkan dari penelitian ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan potensi produksi menurut Sumarno et al. (1984) sebesar 1.63 ton/ha.

Perlakuan kontrol menunjukkan hasil yang lebih tinggi pada komponen produksi bobot kering polong hampa, jumlah tanaman panen, bobot kering biji petak bersih (7.5 m2), bobot kering biji petak pinggir, dan produktivitas jika

dibandingkan dengan perlakuan cairan pupuk kandang ayam, cairan pupuk kandang ayam & T. diversifolia, dan pupuk hayati (Tabel 13). Hal ini dapat disebabkan oleh letak petakan kontrol yang sejak saat penanaman memiliki kondisi tanah berlumpur dan cukup air.

Tabel 13. Komponen Produksi Kedelai pada Perlakuan Tiga Jenis Dekomposer

Peubah Dekomposer Cairan Pupuk Kandang Ayam Cairan Pupuk Kandang Ayam &

Tithonia diversifolia

Pupuk

Hayati Kontrol

Jumlah polong bernas 23.0 20.6 21.0 19.5 Jumlah polong hampa 2.8 2.5 2.3 1.1 Bobot kering polong bernas (g) 6.64 5.83 6.05 5.61 Bobot kering polong hampa (g) 0.37 0.30 0.37 0.42 Bobot kering tajuk (g) 3.85 3.84 3.01 3.20 Bobot kering kulit polong (g) 24.85 22.55 22.49 20.89 Bobot kering biji (g) 41.49 40.30 38.54 36.58 Bobot kering akar (g) 1.01 1.05 0.76 0.88 Jumlah tanaman panen 231.8 239.6 236.7 255.3 Bobot 100 butir biji (g) 9.18 9.39 9.15 8.65 Bobot kering biji petak bersih (7.5 m2) (g) 658.00 615.67 666.22 738.33

Bobot kering biji petak pinggir (g) 149.56 159.11 158.11 184.00 Produktivitas (ton/ha) 0.88 0.82 0.89 0.98

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada α = 5 atau 1%; Angka yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada α = 5% berdasarkan uji t-Dunnett.

E. Interaksi Bahan Organik dan Dekomposer terhadap Beberapa Komponen Pertumbuhan dan Produksi serta Intensitas Serangan Hama

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada Tabel 9, interaksi antara bahan organik dan dekomposer berpengaruh nyata pada peubah laju asimilasi bersih 7-9 MST, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar, indeks luas daun 7 dan 9 MST, serta intensitas serangan hama 8 MST. Kombinasi perlakuan bahan organik T. diversifolia dengan dekomposer pupuk hayati memberikan hasil tertinggi pada bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, dan bobot kering akar dengan nilai 10.87, 1.45, 3.32, dan 0.54 g. Selain itu, kombinasi tersebut juga menghasilkan indeks luas daun 7 dan 9 MST tertinggi dibandingkan kombinasi lainnya. Kombinasi bahan organik dan dekomposer tersebut memberikan hasil yang terbaik hanya pada komponen pertumbuhan, terutama pada saat pengamatan destruktif 7 MST.

37 Kombinasi perlakuan pupuk kandang ayam dan cairan pupuk kandang ayam memberikan hasil tertinggi pada laju asimilasi bersih dengan nilai 5.3x10-3 g/cm2/minggu. Pada peubah intensitas serangan hama 8 MST, kombinasi perlakuan tertinggi adalah pada bahan organik jerami dan dekomposer cairan pupuk kandang ayam & T. diversifolia dengan nilai 12.65%. Intensitas serangan hama terendah terdapat pada kombinasi perlakuan T. diversifolia dengan cairan pupuk kandang ayam, yaitu sebesar 0.19%. Produktivitas kedelai tertinggi didapatkan dari interaksi antara bahan organik pupuk kandang ayam dengan dekomposer pupuk hayati sebesar 1.07 ton/ha.

Berdasarkan hasil uji lanjut dengan t-Dunnett untuk membandingkan antara kombinasi perlakuan bahan organik dan dekomposer dengan kombinasi perlakuan kontrol, hasil berbeda nyata terbanyak ditunjukkan oleh perlakuan T. diversifolia dan pupuk hayati, yaitu pada pengamatan destruktif 7 MST untuk bobot basah dan kering tajuk serta bobot basah dan kering akar dengan selisih lebih tinggi sebesar 6.16, 1.90, 0.94, dan 0.34 g. Kombinasi perlakuan tersebut juga memberikan hasil berbeda nyata tertinggi pada indeks luas daun 7 dan 9 MST (Tabel 14).

Tabel 14. Pengaruh Interaksi Perlakuan Bahan Organik dan Dekomposer pada Beberapa Komponen Pertumbuhan dan Produksi serta Intensitas Serangan Hama Bahan Organik Dekomposer Cairan Pupuk Kandang Ayam Cairan Pupuk Kandang Ayam &

Tithonia diversifolia

Pupuk Hayati Kontrol

  Laju asimilasi bersih 7-9 MST (g/cm2/minggu) Pupuk kandang ayam 5.3x10-3 a+ 1.2x10-3 b 9.6x10-4 b

Jerami padi 2.3x10-3 b 8.4x10-4 b 7.0x10-4 b

Tithonia diversifolia 7.2x10-4 b 1.1x10-3 b 6.3x10-4 b

Jerami padi (kontrol) 1.0x10-3   Bobot basah tajuk 7 MST (g)

Pupuk kandang ayam 4.19 bc 5.73 bc 5.30 bc

  Jerami padi 3.59 c 3.88 bc 3.71 bc

Tithonia diversifolia 5.86 b 5.86 b 10.87 a+

Jerami padi (kontrol)       4.70   Bobot basah akar 7 MST (g)

Pupuk kandang ayam 0.62 cd 0.78 bc 0.84 b+

  Jerami padi 0.49 d 0.53 d 0.50 d

Tithonia diversifolia 0.84 b+ 0.79 bc 1.45 a+

Jerami padi (kontrol)       0.52

  Bobot kering tajuk 7 MST (g)

Pupuk kandang ayam 1.30 b 1.47 b 1.53 b

  Jerami padi 1.08 b 0.99 b 0.97 b

Tithonia diversifolia 1.64 b 1.62 b 3.32 a+

Jerami padi (kontrol)       1.41   Bobot kering akar 7 MST (g)

Pupuk kandang ayam 0.27 b 0.23 b 0.23 b

  Jerami padi 0.17 b 0.16 b 0.15 b

Tithonia diversifolia 0.29 b 0.30 b 0.54 a+

Jerami padi (kontrol)       0.20 Indeks luas daun 7 MST (cm2)

Pupuk kandang ayam 0.72 bc 1.28 b 1.09 bc Jerami padi 0.69 c 0.73 bc 0.65 c

Tithonia diversifolia 0.94 bc 1.08 bc 2.47 a+

Jerami padi (kontrol) 0.76 Indeks luas daun 9 MST (cm2)

Pupuk kandang ayam 0.88 bc 1.37 b 1.14 bc Jerami padi 0.72 c 0.77 bc 0.73 c

Tithonia diversifolia 1.03 bc 1.17 bc 2.52 a+

Jerami padi (kontrol) 0.81   Intensitas serangan hama 8 MST (%)

Pupuk kandang ayam 10.67 ab+ 8.79 b 9.28 b

  Jerami padi 9.81 ab+ 12.65 a+ 10.06 ab+

Tithonia diversifolia 0.19 d 1.62 cd 3.65 c

Jerami padi (kontrol)       5.48

  Produktivitas (ton/ha)

Pupuk kandang ayam 1.01 0.94 1.07

  Jerami padi 0.77 0.73 0.71

Tithonia diversifolia 0.86 0.80 0.89

Jerami padi (kontrol)       0.98 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang

nyata menurut uji DMRT pada α = 5 atau 1%; Angka yang diikuti oleh tanda (+) menunjukkan berbeda nyata antara perlakuan dan kontrol pada α = 5% berdasarkan uji t-Dunnett.

39 Pembahasan

A.Pengaruh Bahan Organik terhadap Komponen Pertumbuhan dan Produksi Kedelai

Berdasarkan hasil sidik ragam (Tabel 9), pemberian pupuk kandang ayam, jerami padi, dan T. diversifolia berpengaruh nyata pada jumlah benih yang tumbuh; jumlah cabang 3, 5, 7, 9, 11 MST, dan jumlah cabang produktif; jumlah

Dokumen terkait