• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan adalah kemampuan untuk menghabiskan sejumlah pakan yang diberikan secara adlibitum. Konsumsi pakan dapat dihitung dengan pengurangan jumlah pakan yang diberikan dengan sisa pakan yang tersedia. Berdasarkan hasil penelitian, pengukuran konsumsi pakan dari penggunaan level Mucuna bracteata, ternyata level Mucuna bracteata tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi pakan. Uji lanjut yang digunakan adalah uji lanjut orthogonal polynomial, hal ini dikarenakan penelitian dilakukan secara kuantitatif atau satu perlakuan namun bertaraf. Dari hasil uji lanjut menggunakan uji lanjut orthogonal polynomial ditunjukan dengan grafik pada Gambar 3.

y = -1,075x2+ 34,47x + 5059,2 R² = 0,959 5000 5050 5100 5150 5200 5250 5300 5350 0 5 10 15 20 25 30 35 K o nsu m si P a k a n (g )

level Mucuna bracteata (%)

Gambar 3. Grafik Konsumsi pakan sapi PO (Peranakan Ongole) Konsumsi pakan selama penelitian dari gambar 3 diperoleh rataan konsumsi pakan sapi PO jantan sebesar 5200 g/ekor/hari. Rataan konsumsi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (penambahan Mucuna bracteata sebesar 10%) sebesar 5327 g/ekor/hari, sedangkan rataan konsumsi pakan terendah terdapat pada perlakuan P0 (tanpa penambahan Mucuna bracteata) sebesar 5049 g/ekor/hari. Berdasarkan uji orthogonal polynomial menunjukan respon kuadratik

dengan persamaan Y = -1,075x2 + 34,47x + 5059,2 R2 sebesar 0,959. Semakin tinggi level Mucuna bracteata semakin menurun konsumsi pakan, dengan R sebesar 0,959 yang berarti bahwa hanya 95,9 % pengaruh dari perlakuan yang diberikan terhadap konsumsi pakan.

Dari hasil perhitungan nilai b dari persamaan kuadrat diperoleh titi puncak 16,03%, Mucuna bracteata optimal digunakan pada level 16,03%. Efek penambahan Mucuna bracteata sebagai perlakuan terhadap konsumsi pakan dalam bahan kering dapat diketahui dengan melakukan analisis keragaman.

Secara statistik pada kolom dan perlakuan dapat diketahui bahwa penambahan Mucuna bracteata memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap konsumsi pakan sapi PO (Peranakan Ongole) jantan, ke empat macam perlakuan pakan yang digunakan tidak berbeda pada konsumsi pakan (dalam bahan kering) susunan pakan perlakuan tersebut memiliki susunan nutrisi yang relatif sama seperti pada kandungan proteinnya pada perlakuan P0 16,07%, perlakuan P1 16,09%, perlakuan P2 16,07% dan perlakuan P3 16,07%, ternak yang digunakan homogen.

Hasil yang tidak berpengaruh nyata mungkin disebabkan oleh faktor dari palatabilitas pakan dimana sifat performans bahan-bahan pakan sebagai akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa (pahit) Mucuna bracteata, tekstur dan temperaturnya. Rasa pahit ada terdapat didalam Mucuna bracteata, dimana rasa pahit ini karena adanya senyawa fenolik dan senyawa tanin yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan ternak sedikit mengkonsumsinya,

bracteata dari sisi peternakan kurang disukai ternak dimana penyebabnya adalah adanya senyawa fenolik terkandung dalam Mucuna bracteata. Wiafe (2007) juga menyebutkan bahwa Mucuna bracteata memiliki kandungan senyawa fenolik yang tinggi. Ternak ruminansia lebih menyukai pakan rasa manis dan hambar dari pada asin/pahit. Sapi juga lebih menyukai rumput segar bertekstur baik dan mengandung unsur nitrogen (N) dan fosfor (P) lebih tinggi. Tingkat palatabilitas merupakan salah satu faktor penting dalam penyusunan ransum, karena palatabilitas mempengaruhi jumlah konsumsi pakan (intake) oleh ternak. Untuk proses penggemukan dimana indikator utamanya adalah pertambahan berat badan, aspek yang dipentingkan dalam komposisi ransum adalah perimbangan antara serat kasar dengan energi ransumnya, sedangkan kadar protein kasar umumnya diformulasikan sekitar 10-14, Sesuai dengan pendapat Lubis (1992) yang menyatakan bahwa konsumsi bahan kering (BK) dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya : 1) Faktor pakan, meliputi daya cerna dan palatabilitas dan 2) Faktor ternak yang meliputi bangsa, jenis kelamin, umur dan kondisi kesehatan ternak. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Parakkasi (1995) yang juga menyatakan bahwa palatabilitas pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah konsumsi pakan.

Pertambahan bobot badan

Pertambahan bobot badan sapi PO jantan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penimbangan bobot badan akhir dikurangi dengan bobot badan awal penimbangan. Pengukuran bobot badan dilakukan dengan selang waktu 30 hari sekali. Berdasarkan hasil penelitian, pengukuran pertambahan bobot badan dari penggunaan level Mucuna bracteata, ternyata level Mucuna bracteata tidak

berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pertambahan bobot badan. Uji lanjut yang digunakan adalah uji lanjut orthogonal polynomial, hal ini dikarenakan penelitian dilakukan secara kuantitatif atau satu perlakuan namun bertaraf. Dari hasil uji lanjut menggunakan uji lanjut orthogonal polynomial ditunjukan dengan grafik pada Gambar 4. y = -0,1615x2+ 5,365x + 508,4 R² = 0,9479 500 510 520 530 540 550 560 0 5 10 15 20 25 30 35 P e rt a m ba h a n B o bot B a da n Har iai an (g )

Level Mucuna bracteata (%)

Gambar 4. Grafik pertambahan bobot badan sapi PO (Peranakan Ongole) Rataan pertambahan bobot badan sapi PO jantan selama penelitian adalah 532,3 g/ekor/hari. Dimana rataan pertambahan bobot badan tertinggi terdapat pada perlakuan P2 (Level Mucuna bracteata 20%) dengan PBBH (Pertambahan bobot badan harian) sebesar 556,5 g/ekor/hari, sedangkan rataan pertambahan bobot badan terendah terdapat pada perlakuan P0 (level Mucuna bracteata 0%) sebesar 510,2 g/ekor/hari. Berdasarkan uji orthogonal polynomial menunjukan respon kuadratik dengan persamaan Y = 0,1615x2 + 5,365x + 508,4 R2 sebesar 0,9479, semakin tinggi level Mucuna bracteata semakin menurun pertambahan bobot badan, dengan R sebesar 0,9479 yang berarti bahwa hanya 94,7 % pengaruh dari perlakuan yang diberikan terhadap pertambahan bobot badan.

Hasil dari nilai b pada persamaan kuadrat diperoleh titik puncak pada 16,60%, dimana Mucuna bracteata optimal digunakan pada level 16,60%.

Sekalipun terdapat perbedaan dari rataan pertambahan bobot badan sapi PO jantan, untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari pakan perlakuan yang diberikan terhadap pertambahan bobot badan sapi PO jantan maka perlu dilakukan analisis keragaman.

Hasil analisis keragaman untuk baris, kolom dan perlakuan menunjukkan bahwa penambahan Mucuna bracteata memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap pertambahan bobot badan sapi PO jantan. Menurut Tomaszewska et al., (1993) mengatakan bahwa laju pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan dan genetik dimana berat tubuh awal fase penggemukan berhubungan dengan berat dewasa, pertambahan berat badan yang tidak berpengaruh nyata dapat juga disebabkan karena sapi mengkonsumsi pakan yang jumlahnya tidak berbeda nyata, hal ini disebabkan adanya konsumsi pakan yang rendah karena Mucuna bracteata memiliki senyawa fenolik, senyawa tannin dan NDF yang tinggi sehingga bahan pakan Mucuna bracteata tidak palatable. senyawa fenolik yang memiliki kecenderungan untuk mengikat protein bakteri sehingga menghambat aktivitas enzim bakteri yang pada akhirnya mengganggu proses metabolisme bakteri, sedangkan tanin dalam konsentrasi rendah mampu menghambat pertumbuhan bakteri sedangkan pada konsentrasi tinggi dapat mematikan bakteri dengan cara mengkoagulasi protoplasma bakteri karena terbentuk ikatan yang stabil dengan protein bakteri (Robinson, 1995).

Hasil penelitian Juniar et al., (2008) tidak menunjukkan perbedaan nyata pada empat perlakuan pakan yang ditambahkan level Mucuna bracteata (P >

0,05). Kecernaan NDF pada penelitian ini cukup rendah dibandingkan dengan kecernaan nutrien lainnya hanya berkisar 38,3–43,7%. kandungan NDF tepung

Mucuna bracteata relatif besar, yakni 71,11%. Total materi dinding sel yang dinyatakan sebagai NDF sebagian besar terdiri atas hemisellulosa, sellulosa dan lignin. hemisellulosa dan sellulosa dicerna relatif lambat oleh mikroba rumen, sementara lignin tidak dicerna. lignin juga berkaitan dengan bagian dinding sel yang lain, menyebabkan bahwa lignin mempunyai pengaruh terhadap kecernaan dinding sel (Vansoest (1993).

Konversi Pakan

Konversi pakan dihitung dengan perbandingan jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan yang dihasilkan oleh ternak tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, pengukuran konversi pakan dari penggunaan level Mucuna bracteata, ternyata level Mucuna bracteata tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konversi pakan. Uji lanjut yang digunakan adalah uji lanjut orthogonal polynomial, hal ini dikarenakan penelitian dilakukan secara kuantitatif atau satu perlakuan namun bertaraf. Dari hasil uji lanjut menggunakan uji lanjut orthogonal polynomial ditunjukan dengan grafik pada Gambar 5.

y = -0,0001x2- 0,0042x + 10,079 R² = 0,9566 9,8 9,85 9,9 9,95 10 10,05 10,1 0 5 10 15 20 25 30 35 Ko nv ersi Pa k a n

Level Mucuna bracteata (%)

Gambar 5. Grafik Konversi pakan sapi PO (Peranakan Ongole)

Rataan konversi pakan sebesar 9,97. Dimana rataan konversi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P0 (0% level Mucuna bracteata) sebesar 10,07, sedangkan rataan konversi pakan terendah atau paling efisien dari seluruh perlakuan terdapat pada perlakuan P3 (30% level Mucuna bracteata) sebesar 9,85.

Konversi pakan yang baik selama penelitian terdapat pada perlakuan P3 (30% level Mucuna bracteata) sebesar 9,85. yang berarti untuk menaikkan 1 kg bobot badan maka ternak sapi membutuhkan 9,85 g pakan dalam bentuk bahan kering. Berdasarkan uji orthogonal polynomial menunjukan respon kuadratik dengan persamaan Y = -0,0001x2 + 0,0042x + 10,079 R2 sebesar 0,9566, semakin tinggi level Mucuna bracteata semakin menurun konversi pakan, dengan R sebesar 0,9566 yang berarti bahwa hanya 95,6 % pengaruh dari perlakuan yang diberikan terhadap konversi pakan, dari hasil perhitungan persamaan kuadrat diperoleh titik puncak pada level 16,98%, dimana Mucuna bracteata optimal digunakan pada level 16%.

Untuk mengetahui pengaruh Mucuna bracteata terhadap konversi pakan sapi PO jantan, maka dilakukan analisis keragaman. Hasil analisis keragaman untuk baris, kolom dan perlakuan menunjukkan bahwa penambahan Mucuna bracteata memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap konsumsi dan pertambahan bobot badan sapi PO jantan. Pertambahan bobot badan sapi PO tidak berbeda nyata disebabkan oleh konsumsi pakan yang jumlahnya tidak berbeda nyata, sehingga hal ini menghasilkan konversi pakan yang tidak berbeda nyata. Hal ini juga dikatakan oleh Martawidjaya et al., (1999) yang berpendapat bahwa konversi pakan khususnya pada ternak ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, besarnya pertambahan bobot badan dan nilai kecernaan. Dengan memberikan kualitas pakan yang baik maka ternak akan tumbuh cepat dan memiliki konversi yang baik. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Neshum et al.,

(1979) yang mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi konversi pakan yaitu lingkungan seperti suhu, penyakit, makanan, minuman, kemampuan genetik, nilai gizi pakan dan tingkat energi pakan.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Rekapitulasi hasil penelitian dari penambahan Mucuna bracteata dalam pakan berbasis limbah perkebunan terhadap pertumbuhan sapi PO (Peranakan ongole) jantan dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Rekapitulasi hasil penelitian Perlakuan

Parameter Konsumsi Pakan

(g/ekor/hari)tn

PBB

(g/ekor/hari)tn Konversi Pakan

tn

P0 5049 510 10,58

P1 5327 540 10,04

P2 5288 556 10,41

P3 5136 522 9,41

tn = tidak berpengaruh nyata

Berdasarkan hasil rekapitulasi di atas diperoleh bahwa penambahan

Mucuna bracteata dalam pakan berbasis limbah perkebunan terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan tidak memberikan pengaruh nyata. Pemanfaatan Mucuna bracteata dalam pakan dapat digunakan hingga level 30%.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemanfaatan Mucuna bracteata sampai level 30% dalam pakan berbasis limbah perkebunan memiliki pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan pada sapi PO (Peranakan ongole) sehingga Mucuna bracteata dalam pakan berbasis limbah perkebunan dapat digunakan hingga level 30%.

Saran

Penggunaan level Mucuna bracteata pada pakan berbasis limbah perkebunan pada sapi PO (Peranakan ongole) dapat diberikan sampai level 30%

Mucuna bracteata dalam pakan berbasis limbah perkebunan. Perlu dilakukan lagi evaluasi pemberian Mucuna bracteata dalam jangka waktu yang lebih lama (feeding trial) untuk mengetahui kandungan nutrisi dari Mucuna bracteata

Dokumen terkait