• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinggi Tanaman (cm)

Rataan tinggi rumput pada pemotongan I (interval 40 hari) dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Rataan Tinggi (cm) Rumput Gajah Mini pada Pemotongan I.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V P₀ 56.00 62.00 57.00 58.00 58.00 291.00 58.20 P₁ 41.00 54.00 53.00 63.00 55.00 266.00 53.20 P₂ 55.00 67.00 60.00 63.00 70.00 315.00 63.00 P₃ 57.00 52.00 55.00 54.00 55.00 273.00 54.60 Total 209.00 235.00 225.00 238.00 238.00 1145.00

Rataan tertinggi pada data di atas terdapat pada perlakuan P2 yaitu sebesar 63,00 cm dan yang terendah pada perlakuan P1 yaitu sebesar 53,20 cm.

Hasil analisis keragaman tinggi rumput pada pemotongan I menunjukkan perbedaan yang nyata, dapat dilihat pada Lampiran 1 sehingga dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan seperti yang tertera pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Analisis Uji Jarak Berganda Duncan Pengaruh Perlakuan Terhadap Tinggi (cm) Rumput Gajah Mini pada Pemotongan I.

Perlakuan Ulangan Rataan

I II III IV V

P0 56,00 62,00 57,00 58,00 58,00 58,20abc P1 41,00 54,00 53,00 63,00 55,00 53,20a P2 55,00 67,00 60,00 63,00 70,00 63,00c P3 57,00 52,00 55,00 54,00 55,00 54,60ab

Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom rataan menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05).

Rataan tinggi rumput pada perlakuan P2 (63,00 cm) berbeda nyata (p<0,05) lebih tinggi dibandingkan perlaluan P1 dan P3. Sedangkan perlakuan P0

(58,20 cm), P3 (54,60 cm) dan P1 (53,20 cm) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman rumput gajah.

Pemotongan pertama dilakuakan setelah rumput gajah mini (Pennisetum purpureum schamach) berumur 40 hari dengan tujuan untuk

menyeragamkan pertumbuhan dan untuk merangsang pertumbuhan anakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Polakitan dan Kairupan (2008), yang menyatakan bahwa Pemangkasan (trimming) pada rumput gajah sebaiknya dilakukan pada umur tanam 40 hari setelah tanam, untuk menyamakan pertumbuhan dan merangsang pertumbuhan jumlah anakan. Pemotongan berikutnya dilakukan sekali setiap 6 minggu, kecuali pada waktu musim kemarah waktu potong sebaiknya diperpanjang.

Tabel 4. Rataan Tinggi (cm) Rumput Gajah Mini pada Pemotongan II.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V P₀ 85,00 82,00 75,00 70,00 90,00 402,00 80.40 P₁ 60,00 90,00 50,00 53,00 55,00 308,00 61.60 P₂ 53,00 90,00 85,00 90,00 90,00 408,00 81.60 P₃ 91,00 85,00 90,00 160,00 90,00 516,00 103.20 Total 289,00 347,00 300,00 373,00 325,00 1634,00 326.80

Rataan tinggi rumput pada pemotongan II yang tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu 103,20 cm dan yang terendah terdapat pada perlakuan P1 yaitu sebesar 61,60 cm.

Hasil analisis keragaman tinggi rumput pada pemotongan II menunjukkan perbedaan yang nyata, dapat dilihat pada Lampiran 2 sehingga dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan seperti yang tertera pada Tabel 5.

Tabel 5. AnalisisUji Jarak Berganda Duncan Pengaruh Perlakuan Terhadap Tinggi (cm) Rumput Gajah Mini pada Pemotongan II.

Perlakuan Ulangan Rataan

Po 85,00 82,00 75,00 70,00 90,00 80,40ab

P1 60,00 90,00 50,00 53,00 55,00 61,60a

P2 53,00 90,00 85,00 90,00 90,00 81,60ab

P3 91,00 85,00 90,00 160,00 90,00 103,20b

Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom rataan menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05).

Dari Tabel diatas dapat kita lihat bahwa perlakuan P3 (103,20cm) yaitu dengan dosis mikoriza sebanyak 30 gr menunjukkan hasil yang nyata dibandingkan dengan perlakuan P1 (61,60 cm) tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan P0 dan P2.

Perlakuan P3 menunjukkan hasil terbaik pada tinggi rumput gajah mini pemotongan II yaitu dengan rataan sebesar 103,20 cm. Pemberian mikoriza memberikan hasil yang positif pada pertumbuhan rumput gajah, khususnya pada tinggi tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gianina dan Diem (1982), yang menyatakan bahwa pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan secara umum dinyatakan bahwa tanaman yang bermikoriza tumbuh lebih baik dari tanaman tanpa mikoriza. Penyebab utama adalah mikoriza secara efektif dapat meningkatkan unsur hara, baik unsur hara makro maupun mikro. Selain dari pada itu akar yang bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan tidak tersedia bagi tanaman.

Tabel 6. Rataan Tinggi (cm) Rumput Gajah Mini pada Pemotongan III.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V P₀ 125.00 120.00 118.00 142.00 132.00 637.00 127.40 P₁ 98.00 161.00 88.00 87.00 94.00 528.00 105.60 P₂ 85.00 123.00 123.00 125.00 125.00 581.00 116.20 P₃ 128.00 115.00 124.00 178.00 130.00 675.00 135.00 Total 436.00 519.00 453.00 532.00 481.00 2421.00 484.20

Rataan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu sebesar 135,00 cm dan yang terendah pada perlakuan P1 yaitu sebesar 105,60 cm.

sedangkan P0 (kontrol) menunjukkan rataan tinggi tanaman yang lebih baik jika dibandingkan dengan P1 dan P2 yaitu masing-masing sebesar 127,40 cm, 116,20 cm dan 105,60 cm. Cuaca dan lingkungan sangat berpengaruh pada pertumbuhan rumput gajah mini. Penelitian ini dilakukan pada musim hujan (November – Februari), sehingga menyebabkan beberapa polybag tergenang oleh air hujan hingga menyebabkan perkembangbiakan mikoriza terhambat atau bahkan tidak berkembang sama sekali. Hal ini sesuai dengan pernyataan Smith dan Read (1997), yang menyatakan bahwa mikoriza adalah suatu struktur khas pada sistem perakaran yang terbentuk sebagai manifestasi adanya simbiosis mutualis antara cendawan (myces) dan perakaran (rhiza

Analisis keragaman tinggi tanaman rumput pada pemotongan III dapat dilihat ada Lampiran 3, hasilnya tidak berbeda nyata sehingga tidak dilanjutkan dengan analisis Uji Duncan.

) dari tumbuhan tingkat tinggi. Berdasarkan struktur dan cara infeksinya pada sistem perakaran inang maka mikoriza dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu ektomikoriza dan endomikoriza.

Jumlah Anakan

Anakan rumput yang dihitung adalah anakan yang muncul dari dalam tanah atau tumbuh pada rhizoma batang sesuai perlakuan. Jumlah anakan diukur setiap satu minggu sekali. Dari Tabel 7 dapat kita lihat bahwa rumput gajah dengan rataan jumlah anakan tertinggi terdapat pada perlakuan P3 yaitu sebesar 5,80 buah anakan dan yang terendah terdapat pada perlakuan P0 (kontrol) yaitu sebesar 1,80 buah anakan.

Tabel 7. Rataan Jumlah Anakan Rumput Gajah Mini pada pemotongan I.

I II III IV V P₀ 2,00 0,00 4,00 2,00 1,00 9,00 1.80 P₁ 8,00 7,00 1,00 1,00 0,00, 17,00 3.40 P₂ 3,00 7,00 1,00 2,00 7,00 20,00 4,00 P₃ 6,00 5,00 4,00 8,00 6,00 29,00 5.80 Total 19,00 19,00 10,00 13,00 14,00 75,00 15,00

Hasil analisis keragaman jumlah anakan rumput gajah pada pemotongan I dapat dilihat ada Lampiran 4, hasilnya tidak berbeda nyata sehingga tidak dilanjutkan dengan analisis Uji Duncan.

Rataan jumlah anakan rumput gajah mini pada pemotongan II dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.

Tabel 8. Rataan Jumlah Anakan Rumput Gajah Mini pada pemotongan II.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V P₀ 4,00 4,00 7,00 5,00 4,00 24,00 4.80 P₁ 3,00 5,00 6,00 6,00 8,00 28,00 5.60 P₂ 8,00 11,00 6,00 13,00 14,00 52,00 10.40 P₃ 9,00 12,00 10,00 8,00 13,00 52,00 10.40 Total 24,00 32,00 29,00 32,00 39,00 156,00 31.20

Rataan jumlah anakan rumput tertinggi pada pemotongan II terdapat pada perlakuan P2 dan P3 yaitu sebesar 10,40 buah anakan dan yang terendah terdapat pada perlakuan 4,80 buah anakan.

Hasil analisis keragaman jumlah anakan pada pemotongan II menunjukkan perbedaan yang sangat nyata, dapat dilihat pada Lampiran 3 sehingga dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan seperti yang tertera pada Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Analisis Uji Jarak Berganda Duncan Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Anakan Rumput Gajah Mini pada Pemotongan II.

Perlakuan Ulangan Rataan

I II III IV V

P₀ 4,00 4,00 7,00 5,00 4,00 4.80a

P₁ 3,00 5,00 6,00 6,00 8,00 5.60ab

P₂ 8,00 11,00 6,00 13,00 14,00 10.40c

P₃ 9,00 12,00 10,00 8,00 13,00 10.40c

Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom rataan menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05).

Rataan jumlah anakan rumput gajah pada perlakuan P2 dan P3 yaitu sebesar 10,40 buah anakan berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan P1 dan P0 yaitu masing-masing sebesar 5,60 buah anakan dan 4,80 buah anakan. Dosis mikoriza yang tinggi memberikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan rumput gajah meskipun tanah yang digunakan disini adalah tanah jenis ultisol, yaitu tanah yang kandungan unsur haranya rendah (tanah masam). Karena salah satu manfaat fungi mikoriza arbuskula adalah dapat menghasilkan hormon pertumbuhan pada inangnya, sehingga tanaman bermikoriza dapat tumbuh lebih baik daripada yang tidak bermikoriza. Hal ini sesuai dengan pernyataan Setiadi (1989), yang menyatakan bahwa mikoriza memberikan manfaat bagi tanaman diantaranya adalah: meningkatkan serapan unsur hara, meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan dan memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuh seperti auxin, sitokinin, giberelin dan vitamin bagi inangnya.

Pada Tabel 10 berikut ini, diketahui bahwa rataan jumlah anakan rumput gajah pemotongan III yang tertinggi terrdapat pada perlakuan P2 dan P3 yaitu sebesar 12,60 buah anakan dan yang terendah terdapat pada perlakuan P0 (kontrol) yaitu sebesar 6,80 buah anakan. Penggunaan mikoriza membantu pertumbuhan rumput gajah mini meskipun ditanam pada tanah tanah ultisol

(tanah masam), yaitu jenis tanah dengan kandungan hara yang rendah. Karena mikoriza arbuskula dapat bertahan hidup dan bereaksi pada kondisi tanah masam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widada dan Kabirun (1995), yang menyatakan bahwa mikoriza mempunyai peranan yang besar dalam pengelolaan tanah mineral masam tropika. Pada tanah-tanah tersebut ditemukan beberapa spesies mikoriza yang mempunyai ketahanan tinggi terhadap kemasaman dan keracunan Al serta berpotensi besar dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.

Tabel 10. Rataan Jumlah Anakan Rumput Gajah Mini pada pemotongan III.

Perlakuan Ulangan Total

I II III IV V Rataan P₀ 7,00 6,00 7,00 8,00 6,00 34,00 6.80 P₁ 5,00 7,00 8,00 9,00 10,00 39,00 7.80 P₂ 10,00 14,00 9,00 14,00 16,00 63,00 12.60 P₃ 12,00 13,00 13,00 11,00 14,00 63,00 12.60 Total 34,00 40,00 37,00 42,00 46,00 199,00 39.80

Perlakuan dosis mikoriza 20 gr dan 30 gr memberikan hasil rataan jumlah anakan tertinggi pada rumput gajah pemotongan III yaitu sebesar 12,60 buah anakan dan yang terendah terdapat pada kontrol (P0) atau tanpa perlakuan yaitu sebesar 6,80 buah anakan. Ini menunjukkan bahwa rumput gajah mini dapat tumbuh di segala macam kondisi tanah, meskipun hasil pertumbuhannya tidak sama. Rumput gajah mini dikenal sebagai tanaman yang dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang cukup ekstrim. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sumarsono, dkk, (2006), yang menyatakan bahwa rumput gajah mini dapat ditanam pada lingkungan hawa panas yang lembab, tetapi tahan terhadap musim panas yang cukup tinggi dan dapat tumbuh dalam keadaan yang tidak seberapa dingin. Rumput ini juga dapat tumbuh dan beradaptasi pada berbagai macam tanah meskipun hasilnya akan berbeda. . Perkembang biakan vegetatif dilakukan

baik dengan cara membagi rumpun akar dan bonggol maupun dengan stek batang (minimal 3 ruas, 2 ruas terbenam di tanah).

Tabel 11. Analisis Uji Jarak Berganda Duncan Perlakuan Terhadap Jumlah Anakan Rumput Gajah Mini pad a Pemotong an III.

Perlakuan Ulangan Rataan

I II III IV V

P₀ 7,00 6,00 7,00 8,00 6,00 6.80a

P₁ 5,00 7,00 8,00 9,00 10,00 7.80ab

P₂ 10,00 14,00 9,00 14,00 16,00 12.60c

P₃ 12,00 13,00 13,00 11,00 14,00 12.60c

Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom rataan menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05).

Hasil analisis keragaman jumlah anakan pada pemotongan III menunjukkan perbedaan yang sangat nyata, dapat dilihat pada Lampiran 4 sehingga dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan seperti yang tertera pada Tabel 11 diatas.

Rataan jumlah anakan rumput gajah pemotongan III pada perlakuan P3 dan P2 yaitu sebesar 12,60 buah anakan berbeda nyata (p<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P0 dan P1. Kemudian pada perlakuan P1 (6,80 buah anakan) dan P1 (7,80 buah anakan) tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata terhadap jumlah anakan rumput gajah pemotongan III.

Produksi Bahan Kering

Produksi bahan kering diperoleh dari produksi bahan segar dari setiap pemotongan umur 4 minggu, setelah pemotongan dilakukan penimbangan tiap petak percobaan. Dari penimbangan tersebut akan didapatkan data dari produksi segar. Kemudian sampel dioven untuk mendapatkan bobot kering. Rataan produksi bahan kering rumput pada pemotongan I dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini.

Tabel 12. Rataan Produksi Bahan Kering (g) Rumput Gajah Mini pada Pemotongan I.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V P₀ 20.98 25.86 45.70 20.78 15.45 128.77 25.75 P₁ 49.86 16.80 18.78 45.30 20.85 151.59 30.32 P₂ 29.72 19.23 43.21 24.82 21.81 138.79 27.76 P₃ 18.25 12.43 17.15 25.67 29.81 103.31 20.66 Total 118.81 74.32 124.84 116.57 87.92 522.46 104.49

Perlakuan P1 (dosis mikoriza 10 gr) memiliki rataan produksi bahan kering tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya, yaitu sebesar 30,32 gr. , Hal ini dikarenakan adanya beda volume air pada waktu penyiraman, sehingga penerimaan akar terhadap air tidak seimbang mengakibatkan adanya perbedaan produksi bahan kering pada rumput. Fitter dan Hay (1991) menyatakan bahwa pada tahap pertumbuhan vegetatif, air digunakan oleh tanaman untuk melangsungkan proses pembelahan dan pembesaran sel yang terlihat dari pertambahan tinggi tanaman, diameter, perbanyakan daun dan petumbuhan akar. Cekaman air menyebabkan penurunan turgor pada sel tanaman dan berakibat pada penurunan proses fisiologi yang mempengaruhi produktivitas rumput termasuk produksi bahan kering rumput.

Tabel 13. Rataan Produksi Bahan Kering (g) Rumput Gajah Mini pada Pemotongan II.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V P₀ 28.56 20.23 22.72 22.98 26.53 121.02 24.20 P₁ 24.12 29.88 22.87 22.32 21.34 120.53 24.11 P₂ 25.43 21.67 26.58 23.15 23.11 119.94 23.99 P₃ 29.86 28.34 22.86 25.15 22.81 129.02 25.80 Total 107.97 100.12 95.03 93.60 93.79 490.51 98.10

Produksi bahan kering rumput gajah mini pada pemotongan II terdapat pada perlakuan P3 yaitu dengan rataan sebesar 25,80 gr . Hasil analisis

keragaman produksi bahan kering rumput gajah pada pemotongan II dapat dilihat pada Lampiran 8, hasilnya adalah tidak nyata sehingga tidak dilanjutkan dengan uji Duncan.

Data menegenai produksi bahan kering rumput gajah pada pemotongan III dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini

Tabel 14. Rataan Produksi Bahan Kering (g) Rumput Gajah Mini pada Pemotongan III.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V P₀ 19.35 18.52 17.06 18.2 19.61 92.74 18.55 P₁ 17.34 17.25 17.03 16.87 18.01 86.50 17.30 P₂ 23.54 31.67 19.99 17.86 33.06 126.12 25.22 P₃ 18.89 25.33 21.05 20.98 18.32 104.57 20.91 Total 79.12 92.77 75.13 73.91 89.00 409.93 81.99

Dari Tabel diatas, dapat dilihat bahwa perlakuan P2 merupakan perlakuan dengan produksi bahan kering tertinggi yaitu sebesar 25,22 gr dan yang terendah adalah perlakuan P1 yaitu sebesar 17,30 gr. Analisis keragaman produksi bahan kering rumput gajah pada pemotongan III dapat dilihat pada Lampiran 9, hasilnya adalah nyata sehingga dilanjutkan dengan Uji Duncan seperti yang tertera pada Tabel 15 berikut ini.

Tabel 15. Anilisis Uji Jarak Berganda Duncan Perlakuan Terhadap Produksi Bahan Kering (g) Rumput Gajah pada Pemotongan III.

Perlakuan Ulangan Rataan

I II III IV V

P₀ 19.35 18.52 17.06 18.2 19.61 18.55a

P₁ 17.34 17.25 17.03 16.87 18.01 17.30ab

P₂ 23.54 31.67 19.99 17.86 33.06 25.22ab

P₃ 18.89 25.33 21.05 20.98 18.32 20.91c

Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom rataan menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05).

Rataan produksi bahan kering rumput gajah mini pemotongan III pada perlakuan P3 (20,91 gr) berbeda nyata (p<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan

perlakuan lainnya. Sedangkan perlakuan P0, P1 dan P2 tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata terhadap nilai produksi bahan segar rumput gajah mini, yaitu masing-masing sebesar 18,55 gr; 17,30 gr dan 25,22 gr. Kandungan bahan kering pada tiap interval pemotongan terus mengalami perbahan untuk setiap perlakuan. Karena salah satu faktor yang berpengaruh terhadap bahan kering hijauan adalah interval pemotongan (trimming) yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Chowder dan Cheda (1982), yang menyatakan bahwa interval pemotongan berpengaruh terhadap produksi hijauan, nilai nutrisi, kemampuan untuk tumbuh kembali, komposisi botani dan ketahanan spesies. Ferkuensi pemotongan berlaku, bahwa pada batas tertentu frekuensi yang semakin rendah akan mengakibatkan produksi kumulatif bahan kering semakin tinggi dibandingkan produksi kumulatif oleh pemotongan yang lebih sering.

Biomasa Akar

Biomassa akar diperoleh dengan menimbang berat segar akar setelah pemotongan terakhir (ketiga) dan juga menimbang produksi kering akar setelah oven.

Rataan biomasa akar rumput gajah dapat dilihat pada Tabel 16 berikut ini. Tabel 16. Rataan Biomasa Akar (g) Rumput Gajah.

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III IV V P₀ 59.5 67.17 32.14 33.42 42.54 234.77 46.95 P₁ 35.15 38.19 42.97 95.12 60.81 272.24 54.45 P₂ 35.87 60.02 68.52 64.48 40.01 268.9 53.78 P₃ 100.01 89.84 70.62 158.52 137.67 556.66 111.33 Total 230.53 255.22 214.25 351.54 281.03 1332.57 266.514

Rataan biomasa akar rumput gajah tertinggi terdapat pada perlakuan P3 (dosis mikoriza 30 gr) yaitu sebesar 111,33 gr dan yang terendah terdapat pada

perlakuan P0 (kontrol) yaitu sebesar 46,95 gr. Semakin banyak dosis mikoriza yang diberikan pada tanaman, maka kan semakin besar pula bintil akar yang dihasilkan oleh tanaman inangnya tersebut. Ini disebabkan karena fungi mikoriza arbuskula bekerja pada akar inangnya seperti jaringan hifa yang semakin banyak . Hal ini sesuai dengan pernyataan Wicaksono dan Ricky (2010), yang menyatakan bahwa mikoriza memberikan manfaat bagi tanaman diantaranya adalah: 1) meningkatkan serapan unsur hara, 2) meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan, 3) kerusakan jaringan korteks akibat kekeringan pada perakaran bermikoriza tidak bersifat permanen, 4) memperluas penyebaran hifa dalam tanah sehingga dapat mengambil air relatif lebih banyak, serta 5) memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuh seperti auxin, sitokinin, giberelin dan vitamin bagi inangnya.

Analisis Uji Duncan pada biomasa akar rumput gajah dapat dilihat pada Tabel 17 berikut.

Tabel 17. Uji Duncan Biomasa Akar (g) Rumput.Gajah Mini

Perlakuan Ulangan Rataan

I II III IV V

P₀ 59.5 67.17 32.14 33.42 42.54 46.95a

P₁ 35.15 38.19 42.97 95.12 60.81 54.45ab

P₂ 35.87 60.02 68.52 64.48 40.01 53.78ab

P₃ 100.01 89.84 70.62 158.52 137.67 111.33c

Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom rataan menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata (p<0,05).

Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa perlakuan P3 (111,33 gr) berbeda nyata dengan perlakuan P0, P1 dan P2. Pada penelitian sebelumnya, Wicaksono dan Ricky (2010), menyatakan bahwa dengan level mikoriza 0g, 5g dan 10 g menyatakan bahwa penggunaan mikoriza level 10g memberikan hasil terbaik pada tanaman kentang (Solanum tuberosum L.), yang ditandai dengan tingkat

kandungan protein tertinggi dan karbohidrat 22,48%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan cendawan mikoriza terhadap daya serap nutrient tanah dengan menggunakan indikator jumlah daun, tinggi tanaman, berat umbi, jumlah umbi yang terinfeksi akar serta pengaruhnya terhadap kandungan protein, k a r b o h i d r a t , l e m a k d a n s e r a t .

Dokumen terkait