• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kacang tanah termasuk kelompok benih ortodoks yaitu benih yang memerlukan kadar air (KA) rendah agar viabilitas benih dapat dipertahankan selama di penyimpanan. Benih kacang tanah tanpa coating mempunyai kadar air 5.35-5.57% pada 0 Minggu Setelah Simpan (MSS). Benih yang telah di-coating

dikeringkan kembali dua hari (dikeringanginkan pada hari pertama dan dijemur pada hari kedua). Benih hasil pengeringan ini menunjukkan kadar air berkisar antara 5.65-6.56% (Tabel 1). Kadar air ini merupakan kadar air yang aman untuk penyimpanan benih ortodoks dengan kandungan lemak tinggi.

Tabel 1. Pengaruh Perlakuan Coating terhadap Kadar Air Benih Kacang Tanah selama Periode Simpan 0-16 Minggu

Perlakuan Periode Penyimpanan (Minggu)

0 4 7 10 13 16 --- KA (%) --- Berpolong 5.57 5.57 5.62 5.47 5.59 5.34 Kupas 5.35 5.40 5.83 5.82 5.34 5.46 ArbGum 5.98 6.11 5.85 6.27 5.86 6.34 Benomil 6.02 6.21 6.14 6.17 6.05 6.04 Curcuma - 100 ppm 6.56 6.29 6.97 7.07 7.15 7.26 - 150 ppm 5.65 5.61 6.23 6.04 6.45 6.10 - 200 ppm 5.92 5.96 6.56 6.36 7.17 6.83 As.Askorbat - 150 ppm 6.05 5.61 6.66 6.32 6.18 6.52 - 250 ppm 5.75 5.54 6.06 5.37 6.01 6.25 - 350 ppm 5.97 6.06 6.45 6.57 6.64 6.61 Rataan 5.88 5.84 6.24 6.14 6.24 6.27

Nilai tengah kadar air pada awal simpan seluruh perlakuan adalah 5.88% kemudian terjadi peningkatan hingga mencapai kadar air 6.27% pada akhir penyimpanan (16 minggu setelah penyimpanan). Peningkatan kadar air terjadi karena sifat benih yang higroskopis tetapi kemasan plastik yang digunakan cukup kedap sehingga peningkatan kadar air selama 16 minggu masih dapat dikendalikan pada batas aman. Plastik polipropilen memberikan perlindungan

yang cukup bagi KA benih sehingga KA relatif stabil selama penyimpanan dengan kisaran 5-7%. Kadar air ini aman untuk penyimpanan benih kacang tanah. Penelitian Ginting dalam Kasno et al. (1993) memperlihatkan bahwa penyimpanan benih kacang tanah tanpa polong varietas Gajah dan Tapir dengan kaleng biskuit (kapasitas 5 kg) menunjukkan daya tumbuh di atas 80% selama 6 bulan (kadar air 5-7%).

Rekapitulasi hasil sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara periode simpan dengan coating benih berpengaruh nyata (α = 5%) hanya pada tolok ukur KCT, tetapi perlakuan coating sebagai faktor tunggal berpengaruh nyata

(α = 1%) baik pada tolok ukur DB, IV, maupun KCT (Tabel 2). Faktor tunggal

periode simpan berpengaruh nyata (α = 1%) terhadap semua tolok ukur yang diamati.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Pengaruh Coating dan Periode Simpan terhadap Viabilitas Benih Kacang Tanah

Tolok Ukur Perlakuan KK Perlakuan Coating (C) Periode Simpan (T) CxT DB ** ** tn 9.08 PTM tn ** tn 1.32 IV ** ** tn 24.29 KCT ** ** * 9.09

Keterangan : DB = Daya berkecambah, PTM = potensi tumbuh maksimum, IV = Indeks vigor, KCT = kecepatan tumbuh, ** = Berpengaruh sangat nyata (1%), * = Berpengaruh nyata (5%), tn = Tidak berpengaruh nyata

Pengaruh Periode Simpan terhadap Viabilitas Benih

Selama penyimpanan, benih akan mengalami kemunduran (deteriorasi). Sadjad (1993) menyatakan bahwa proses kemunduran benih selama periode simpan terjadi secara alami dan berkaitan dengan waktu, sedangkan kemunduran fisiologis disebabkan oleh faktor lingkungan. Hal ini berarti bahwa semakin lama benih disimpan, maka benih akan mengalami kemunduran dan dapat dipercepat laju kemundurannya oleh kondisi lingkungan penyimpanan. Proses kemunduran benih tidak dapat dihindari tetapi dapat diperlambat laju kemundurannya.

Teori kemunduran benih menunjukkan bahwa benih pasti mundur selama periode simpan tetapi pengujian ini tetap diperlukan untuk menunjukkan bahwa periode waktu penelitian telah cukup untuk memperlihatkan adanya perbedaan viabilitas antara awal dan akhir periode simpan.Potensi tumbuh maksimum dilihat dari total benih yang hidup (berkecambah) dan mengindikasikan viabilitas total. Faktor periode simpan memberikan pengaruh yang nyata terhadap tolok ukur PTM. Tabel 3 memperlihatkan bahwa PTM benih mengalami penurunan pada minggu terakhir simpan (16 MSS). Pada 16 MSS, PTM rata-rata turun menjadi 98.0%, berbeda nyata dengan PTM 13 MSS yang masih 100.0%.

Tabel 3. Pengaruh Perlakuan Coating dan Periode Simpan terhadap Potensi Tumbuh Maksimum Benih Kacang Tanah

Perlakuan Periode Penyimpanan (Minggu)

0 4 7 10 13 16 --- PTM (%) --- Berpolong 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 98.7 Kupas 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 Kupas+ArbGum 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 97.3 Benomil 0.5 g/l 100.0 100.0 100.0 98.7 100.0 100.0 Curcuma - 100 ppm 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 98.7 - 150 ppm 100.0 100.0 98.7 100.0 100.0 96.0 - 200 ppm 100.0 100.0 100.0 98.7 100.0 97.3 As. Askorbat - 150 ppm 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 96.0 - 250 ppm 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 97.3 - 350 ppm 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 98.7 Rataan 100.0A 100.0A 99.9A 99.7A 100.0A 98.0B

Keterangan : Angka yang diikuti huruf kapital yang sama pada baris yang sama dan huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda berdasarkan uji DMRT pada taraf 5 %.

Daya berkecambah merupakan tolok ukur viabilitas absolut yang mensimulasi viabilitas potensial. Perlakuan periode simpan memberikan pengaruh yang sangat nyata pada tolok ukur daya berkecambah. Tabel 4 menunjukkan bahwa DB akhir (16 minggu setelah simpan) sebesar 70.1% berbeda nyata dengan DB awal (0 minggu setelah simpan) sebesar 92.0%.

Tabel 4. Pengaruh Perlakuan Coating dan Periode Simpan terhadap Daya Berkecambah Benih Kacang Tanah

Perlakuan Periode Penyimpanan (Minggu) Rataan

0 4 7 10 13 16 --- DB(%) --- Berpolong 84.0 100.0 98.7 98.7 90.7 82.7 92.4 abc Kupas 97.3 98.7 98.7 100.0 94.7 85.3 95.8 a Kupas+ArbGum 85.3 97.3 96.0 92.0 85.3 69.3 87.6 cd Benomil 0.5 g/l 92.0 98.7 100.0 97.3 98.7 88.0 95.8 a Curcuma - 100 ppm 94.7 100.0 100.0 92.0 85.3 72.0 90.7 abcd - 150 ppm 94.7 97.3 97.3 84.0 82.7 64.0 86.7 cd - 200 ppm 96.0 97.3 97.3 94.7 93.3 57.3 89.3 bcd As. Askorbat - 150 ppm 89.3 97.3 98.7 96.0 89.3 49.3 86.7 cd - 250 ppm 89.3 96.0 96.0 88.0 78.7 61.3 84.9 d - 350 ppm 97.3 100.0 100.0 98.7 97.3 72.0 94.2 ab

Rataan 92.0C 98.3A 98.3A 94.1AB 89.6C 70.1D

Keterangan : Angka yang diikuti huruf kapital yang sama pada baris yang sama dan huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda berdasarkan uji DMRT pada taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa benih mengalami peningkatan viabilitas sampai minggu keempat periode simpan (DB dari 92.0% menjadi 98.3%). Peningkatan DB kacang tanah sampai minggu keempat setelah penyimpanan diduga karena masih adanya sisa dormansi. Setelah dormansi patah sempurna baru terlihat terjadi penurunan, sehingga setelah 13 MSS daya berkecambahnya sebesar 89.6% nyata lebih rendah dibanding puncak viabilitas potensial pada 4-7 MSS yaitu sebesar 98.3%. Nilai DB semakin turun seiring dengan bertambahnya waktu penyimpanan sampai dengan 16 MSS yaitu 70.2%.

Menurut Sadjad (1993) dormansi benih merupakan suatu fenomena benih dalam keadaan istirahat, tidak aktif bermetabolisme meskipun lingkungannya baik untuk proses itu. Westpal dan Jansen (1993) menyebutkan bahwa pada benih kacang tanah tipe Spanish-Valencia tidak ada masa dormansi sedangkan tipe Virginia terdapat masa dormansi. Menurut Toole et al. (1963) dormansi benih kacang tanah tipe Virginia disebabkan karena perkecambahan benih dihalangi oleh embrio yang belum masak. Di Indonesia, menurut Suhartina (2005) kacang tanah yang berkembang adalah hasil persilangan antara tipe Virginia, tipe

Spanish, dan varietas lokal. Hasil penelitian Cahyono (2001) didapatkan hasil bahwa pada benih kacang tanah varietas Simpai dan Trenggiling telah patah dormansi (DB ≥ 85%) saat 3 minggu after-ripening dengan nilai DB sebesar 88%. Sedangkan pada benih varietas Gajah, Kidang, Pelanduk, Zebra, Macan, dan Panter belum patah dormansi hingga 6 minggu after-ripening dengan DB masing- masing perlakuan sebesar 40%, 28%, 12%, 28%, 24%, dan 64%. Benih yang belum patah dormansinya terus menunjukkan kenaikan viabilitas hingga tercapai puncak viabilitas, kemudian seiring dengan bertambahnya waktu penyimpanan benih tersebut akan menunjukkan penurunan viabilitas karena terjadi kemunduran.

Vigor benih adalah kemampuan benih tumbuh menjadi tanaman normal dan berproduksi normal dalam keadaan suboptimum. Tolok ukur indeks vigor dipengaruhi secara nyata (α = 1%) oleh periode simpan. Tolok ukur ini menunjukkan penurunan yang lebih cepat dibandingkan tolok ukur lain. Hal ini sesuai dengan konsepsi Steibauer Sadjad yang mengemukakan bahwa vigor benih akan lebih cepat turun dibandingkan viabilitas potensialnya (Sadjad, 1993). Secara umum, indeks vigor telah mengalami penurunan yang drastis pada 10 MSS menjadi 29.3% dan terus mengalami penurunan hingga periode akhir penyimpanan dengan IV sebesar 6.1% (Tabel 5). Hal ini nyata lebih rendah dibandingkan puncak IV yaitu 64.7% pada 4 MSS.

Pengaruh Perlakuan Coating terhadap Viabilitas Benih

Tolok ukur yang dipengaruhi secara nyata (α = 1%) oleh perlakuan

coating benih adalah daya berkecambah dan indeks vigor. Perlakuan yang mempunyai DB dan IV terbaik adalah perlakuan benomil 0.5 g/l dan perlakuan asam askorbat 350 ppm. Secara umum, perlakuan benomil 0.5 g/l mempunyai DB dan IV yang tinggi dengan nilai rata-rata DB 95.8% dan IV 40.2%. Perlakuan ini mampu mempertahankan viabilitas benih hingga 13 MSS dengan nilai DB 98.7% dan IV 21.3%. Perlakuan asam askorbat 350 ppm mempunyai nilai DB dan IV rata-rata yang tinggi pula yaitu DB 94.2% dan IV 45.8%. Perlakuan ini mampu mempertahankan DB >80% hingga 13 MSS dengan nilai DB 97.3% dan IV 26.7%. Kedua perlakuan tersebut nyata memberikan nilai IV yang lebih baik

dibandingkan perlakuan benih kupas tanpa coating (IV rata-rata hingga 16 MSS = 32.9%) maupun benih berpolong (IV rata-rata hingga 16 MSS = 28.2%) (Tabel 4 dan Tabel 5).

Tabel 5. Pengaruh Perlakuan Coating dan Periode Simpan terhadap Indeks Vigor Benih Kacang Tanah

Perlakuan Periode Penyimpanan (Minggu) Rataan

0 4 7 10 13 16 --- IV (%) --- Berpolong 41.3 49.3 42.7 18.7 10.7 6.7 28.2d Kupas 54.7 52.0 41.3 28.0 16.0 5.3 32.9cd Kupas+ArbGum 62.7 72.0 64.0 21.3 26.7 8.0 42.4ab Benomil 0.5 g/l 57.3 54.7 62.7 32.0 21.3 13.3 40.2ab Curcuma - 100 ppm 61.3 68.0 57.3 17.3 12.0 0.0 36.0bc - 150 ppm 65.3 64.0 60.0 29.3 29.3 9.3 42.9ab - 200 ppm 56.0 65.3 56.0 30.7 17.3 4.0 38.2bc As. Askorbat - 150 ppm 48.0 78.7 56.0 32.0 24.0 2.7 40.2ab - 250 ppm 56.0 64.0 50.7 37.3 26.7 2.7 39.6abc - 350 ppm 56.0 78.7 57.3 46.7 26.7 9.3 45.8a

Rataan 55.9B 64.7A 54.8B 29.3C 21.1D 6.1E

Keterangan : Angka yang diikuti huruf kapital yang sama pada baris yang sama dan huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda berdasarkan uji DMRT pada taraf 5 %.

Kemampuan asam askorbat dalam coating untuk mempertahankan vigor benih kacang tanah diduga berkaitan dengan aktivitas antioksidan. Benih kacang tanah memiliki kandungan lemak yang tinggi maka seiring dengan bertambahnya periode simpan, akan terjadi kemunduran benih akibat oksidasi lemak. Antioksidan seperti asam askorbat dapat digunakan dalam coating sebagai penangkap radikal bebas dan mencegah kemunduran benih akibat oksidasi lemak. Kemampuan asam askorbat dalam coating untuk mempertahankan vigor benih sejalan dengan penelitian Yuningsih (2009) yang menunjukkan bahwa coating

benih buncis dengan asam askorbat 350 ppm mampu mempertahankan viabilitasnya hingga 20 minggu pada penyimpanan kondisi kamar dan kemasan

plastik dengan daya berkecambah (DB) 96.67% dan lebih tinggi dibanding kontrol yang hanya 91.33%.

Perlakuan benomil merupakan salah satu perlakuan terbaik disamping perlakuan asam askorbat 350 ppm yang mampu mempertahankan vigor benih kacang tanah kupas. Menurut Marsh (1977), fungisida benomil sangat ideal untuk tujuan perlakuan benih karena fungisida ini diaplikasikan dalam bentuk debu atau pasta. Fungisida ini akan berpenetrasi pada permukaan benih dan terbawa ke dalam jaringan ketika benih mengimbibisi air dari tanah sewaktu benih ditanam. Selain itu, benomil juga bisa menetralisasi enzim dan atau toksin yang terlibat dalam invasi dan kolonisasi cendawan, permeabilitasnya lebih besar dari dinding sel cendawan. Benomil mampu melakukan perusakan dinding semipermeabel dari hifa cendawan dan struktur infeksi serta melakukan penghambatan sistem enzim dari cendawan. Selain itu, benomil juga mampu menghambat oksidasi glukosa dan asetat dari cendawan. Meskipun begitu, penggunaan fungisida sintetik pada benih kacang tanah sangat riskan. Penampilan dari benih coating menggunakan fungisida sintetik yang hampir sama dengan kacang tanah konsumsi dikhawatirkan bisa membahayakan manusia yang tidak sengaja mengonsumsinya (Gambar 2).

Keterangan: A: Benih dalam Polong, B: Benih Kupas Tanpa Coating, C: Benih Kupas

dengan Coating Arabic Gum + Benomil 0.5 g/l

Gambar 2. Beberapa Penampilan Perlakuan Benih Kacang Tanah Varietas Kelinci

Cendawan dapat menjadi masalah penting jika dilakukan pertanaman/panen pada kondisi cuaca yang tidak mendukung sehingga Aspergillus mudah menginfeksi benih. Pada kondisi ini, maka perlakuan tepung curcuma sebagai fungisida nabati diharapkan mampu menggantikan fungsisida

sintetik. Hal ini sangat bermanfaat karena tepung curcuma relatif tidak berbahaya bagi manusia dan lebih ramah lingkungan. Kurkumin yang terkandung dalam kunyit merupakan suatu persenyawaan fenolik yang dapat mematikan mikroba dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak membran sel (Rukmana, 1995). Mekanisme kerja curcuma sebagai fungisida adalah dengan menghambat pertumbuhan miselium jamur, mengganggu metabolisme energi dalam mitokondria merusak dinding sel cendawan, denaturasi protein, dan menghambat kerja enzim dalam sel (Sharma et al., 2010).

Tepung curcuma berpotensi sebagai fungisida nabati untuk menggantikan fungsi benomil. Nilai tengah daya berkecambah perlakuan coating tepung curcuma 100 ppm selama 16 minggu setelah simpan adalah sebesar 90.7% tidak berbeda nyata denga perlakuan coating benomil 0.5 g/l yaitu 95.8%. Demikian juga nilai indeks vigor perlakuan coating tepung curcuma 100 ppm adalah sebesar 36.0% tidak berbeda nyata dengan indeks vigor perlakuan coating benomil 0.5 g/l yang sebesar 40.2% (Tabel 4 dan Tabel 5). Perlakuan coating tepung curcuma 100 ppm ini juga mampu mempertahankan viabilitas benih hingga 13 minggu setelah simpan dengan nilai daya berkecambah 85.3%.

Pengaruh Interaksi Periode Simpan dan Perlakuan Coating terhadap Vigor Kekuatan Tumbuh

Kecepatan tumbuh benih merupakan tolok ukur yang mengindikasikan vigor kekuatan tumbuh (VKT) dan merupakan tolok ukur yang lebih peka

dibandingkan DB (Rahayu dan Widajati. 2007). Berdasarkan hasil sidik ragam, hanya tolok ukur kecepatan tumbuh benih yang memperlihatkan interaksi nyata.

Secara umum, benih dengan viabilitas potensial (DB) dan vigor (IV) yang tinggi adalah perlakuan benomil 0.5 g/l dan perlakuan asam askorbat 350 ppm. Meskipun terdapat interaksi, tetapi pada perlakuan benomil dan asam askorbat 350 ppm mempunyai nilai KCT tidak berbeda satu dengan yang lain sejak awal

hingga 16 MSS (Tabel 6).

Pada semua perlakuan benih menunjukkan kemunduran (penurunan nilai KCT), terutama sejak 10 MSS. Kecepatan kemunduran ternyata berbeda antar

tetapi pada 16 MSS, hanya perlakuan benih kupas + arabic gum, benomil 0.5 g/l, tepung curcuma 150 ppm, dan asam askorbat 350 ppm yang mampu menggantikan fungsi polong. Perlakuan benomil 0.5 g/l mampu menggantikan fungsi polong dalam menjaga viabilitas benih, tidak saja berdasarkan nilai DB dan IV, tetapi juga berdasarkan nilai KCT. Perlakuan tersebut mempunyai KCT

tertinggi, bahkan memberikan perlindungan benih lebih baik dibanding polong. Tabel 6. Pengaruh Interaksi antara Perlakuan Coating dan Periode Simpan

terhadap Kecepatan Tumbuh Benih Kacang Tanah

Perlakuan Periode Penyimpanan (Minggu)

0 4 7 10 13 16

--- KCT (%/etmal) ---

Berpolong 15.6 Bb 18.2 Ac 17.8 Aa 15.4 Bab 13.8 Ba 11.5 Cab Kupas 18.5 Aa 18.3 Abc 18.4 Aa 16.5 ABab 14.8 Ba 10.8 Cabc ArbGum 18.3 Aa 20.2 Aabc 18.6 Aa 14.9 Bab 14.3 Ba 9.4 Cabcd Benomil 18.2 ABCa 20.3 Aabc 19.6 ABa 16.7 BCab 15.5 Ca 12.3 Da Curcuma

- 100 ppm 18.9 Aa 20.3 Aabc 19.1 Aa 14.6 Bab 12.8 Ba 8.6 Cbcd - 150 ppm 19.2 Aa 19.7 Aabc 19.0 Aa 14.1 Bb 13.8 Ba 9.0 Cabcd - 200 ppm 18.4 Aa 19.7 Aabc 18.5 Aa 16.2 ABab 14.1 Ba 7.7 Ccd As. Askorbat

- 150 ppm 17.3 BCab 20.4 Aab 19.1 ABa 16.5 CDab 14.3 Da 6.1 Ed - 250 ppm 18.0 ABa 19.8 Aabc 17.5 ABa 15.3 BCab 13.3 Ca 8.0 Dbcd - 350 ppm 19.0 Ba 20.8 Aa 18.4 Ba 18.0 Ba 15.4 Ca 10.2 Dabc

Keterangan : Angka yang diikuti huruf kapital yang sama pada baris yang sama dan huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda berdasarkan uji DMRT pada taraf 5 %.

Dokumen terkait