• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Subjek Penelitian

Berdasarkan hasil pengumpulan data di lapangan diperoleh data karaketeristik subjek penelitian dari berbagai macam variabel. Rata-rata umur sampel adalah 20 tahun dengan umur maksimal adalah 22 tahun dan umur minimal adalah 18 tahun. Rata-rata berat badan sampel adalah 64.37 kg dengan berat badan maksimum adalah 87.43 kg dan berat badan minimal 54.5 kg. Indeks masa tubuh (IMT) rata-ratanya adalah 26.8 dengan nilai IMT maksimal adalah 33.7 dan minimal IMT adalah 22.9. Pada Tabel 10 menunjukan nilai minimal, maksimal dan rata-rata karakteristik sampel penelitian.

Tabel 10 Data karakteristik sampel

Variable awal subjek Penelitian Minimal Maksimal Rata-rata

Usia 18.2 22.11 20.21

Berat badan 54.5 87.3 64.37

Tinggi Badan 142.9 162.4 154.9

Indek Masa Tubuh 22.9 33.4 26.8

Pada Tabel 10 diketahui bahwa subjek penelitian semuanya berjenis kelamin perempuan yang mempunyai usia pada rentang remaja akhir dan dewasa awal yaitu antara 18 sampai 22 tahun dimana untuk usia 18 tahun berjumlah 1 orang, usia 19 tahun berjumlah 1 orang, usia 20 tahun berjumlah 11 orang, usia 21 tahun berjumlah 5 orang dan yang berusia 22 tahun berjumlah 1 orang. Subjek dalam penelitian ini juga merupakan mahasiswi dari program studi Gizi Masyarakat IPB angkatan 46 dan 47 yang masih aktif dalam perkuliahan.

27

Gambar 2 Rata-rata umur subjek penelitian

Pada Gambar 2 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata umur sampel pada kelompok 1, 2, dan 3 masing-masing adalah 19.5 tahun, 20.3 tahun, dan 20.7 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa subjek dalam penelitian ini termasuk dalam kategori kelompok remaja dimana rentang usia remaja berada dalam usia 12-21 tahun bagi wanita dan 13-22 tahun bagi pria. Jika dibedakan atas remaja awal dan akhir, maka remaja awal berada pada usia 12 atau 13 tahun sampai 17 atau 18 tahun dan remaja akhir pada rentang usia 17 atau 18 tahun hingga usia 21 atau 22 tahun (Panuju & Umami 1999).

Rata-rata tinggi badan sampel kelompok 1, 2, dan 3 pada penelitian ini masing-masing adalah 157.5 cm, 154.5 cm, dan 152.5 cm. Pada penelitian ini tinggi badan digunakan sebagai data karakteristik responden saja. Berikut ini mengenai tinggi badan responden pada Gambar 3.

Gambar 3 Rata-rata tinggi badan subjek penelitian Pengaruh Intervensi Terhadap Status Antropometri

Pengukuran dalam penelitian ini dilakukan pada masing-masing variabel saat awal maupun akhir penelitian. Rata-rata berat badan awal dan akhir pada ketiga kelompok perlakuan terdapat perubahan dimana terjadi penurunan berat badan sampel pada akhir pengukuran. Untuk rata-rata berat badan sampel pada kelompok 1 adalah 65,4 kg dan berat badan akhir 64.9 kg atau terjadi penurunan berat badan sebesar 0.5 kg. Pada kelompok 2, rata-rata berat badan awal dan akhir adalah yaitu 61 kg dan berat badan akhir pengukuran setelah intervensi sebesar 60.6 atau terjadi penurunan sebesar 0.4 kg. Sedangkan pada kelompok 3 terjadi penurunan berat badan sebesar 0.9 kg. Hasil analisis paired samples t test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara berat badan awal dan akhir pengukuran pada kelompok 1, 2 dan 3 (p>0.05). Hasil uji ANOVA juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara ketiga kelompok

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

Umur (tahun) 19.5 20.3 20.7

0 10 20 30

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

Tinggi Badan (cm) 157.5 154.5 152.5 0 50 100 150 200

28

intervensi untuk berat badan dengan nilai P = 0.774 atau P>0.05. Hasil berat badan sebelum dan sesudan perlakuan ketiga kelompok intervensi dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini.

Gambar 4 Rata-rata berat badan awal dan akhir sampel

Indeks Masa Tubuh (IMT) pada penelitian ini diperoleh dari perbandingan antara berat badan sampel (dalam kg) dengan tinggi badan sampel (dalam meter dikuadratkan) sehingga diperoleh hasil yang tidak jauh berbeda dengan berat badan dimana terdapat penurunan IMT pada kelompok 1,2 dan 3. Pada penelitian ini hampir seluruh subjek penelitian mempunyai indek masa tubuh yang menunjukkan status gizi overweight dan obesitas, yaitu rata-rata 26.8 kg/m2 dan merupakan salah satu resiko terjadinya penyakit generatif seperti kolesterol dan jantung (Arisman 2003).

Pada kelompok 1 terjadi penurunan IMT sebesar 0.2 kg/m2 dimana IMT awal sampel kelompok 1 adalah 26.3 kg/m2 dan IMT akhir 26.1 kg/m2. IMT awal dan akhir sampel pada kelompok 2 berturut-turut adalah 25.6 kg/m2 dan 25.3 kg/m2atau terjadi penurunan IMT sebesar 0.3 kg/m2, sedangkan pada kelompok 3 adalah 28.3 kg/m2 dan 27.8 kg/m2 dengan penurunan IMT sebesar 0.5 kg/m2.

Hasil analisis paired samples t test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara IMT awal dan akhir sampel pada kelompok 1, 2 dan 3 (p>0.05). Hasil uji ANOVA juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara ketiga kelompok intervensi untuk IMT dengan nilai P = 0.466 atau P>0.05. Penelitian ini mengungkapkan bahwa dengan latihan senam aerobik intensitas sedang yang dilakukan secara rutin dengan frekuensi 2x seminggu, 3x seminggu dan 4x seminggu telah terbukti mampu menurunkan berat badan dan IMT sampel dan penurunan yang paling besar terjadi pada latihan senam aerobik yang dilakukan dengan frekuensi 4x dalam seminggu.

Sebaran IMT sampel pada ketiga kelompok dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5 Rata-rata indek masa tubuh awal dan akhir sampel

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

BB awal (kg) 65.4 61 66.5 BB akhir (kg) 64.9 60.6 65.6 0 20 40 60 80

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

IMT awal (kg/m2) 26.3 25.6 28.3 IMT akhir (kg/m2) 26.1 25.3 27.8 0 10 20 30

29

Pengaruh Intervensi Terhadap Lemak Bawah Kulit

Pada penelitian ini dilakukan pengukuran lemak bawah kulit dengan menggunakan skin fold yaitu pada triceps, abdomen (perut) dan paha untuk mengetahui komposisi lemak bawah kulit sampel. Menurut Supriasa (2001) pengukuran lemak bawah kulit dilakukan dengan berbagai macam metode. Pengukuran triceps diperoleh menggunakan skin fold caliper dengan arah sudut vertical, jarak antara penonjolan lateral dari proses acronial dan batas interior dari proses olecranon, dan diukur pada bagian lateral lengan dengan bahu bersudut 90o menggunakan pita pengukur. Titik tengah ditandai pada sisi samping lengan dan pengukuran diambil 1 cm di atas tanda tersebut. Pengukuran abdomen (perut) dilakukan secara horizontal yaitu 3 cm disamping tali pusat dan 1 cm ke pusan ambilicus. Pengukuran paha dilakukan secara vertical dengan lipatan yang diambil di tengah paha antara lipatan inguinal dan batas dari patella. Pengukuran dilakukan 1 cm di bawah jari.

Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan lipatan lemak triceps pada ketiga kelompok. Pada kelompok 1, rata-rata pengukuran lipatan lemak triceps awal adalah 30.9 cm dan akhir 20.8 cm atau terjadi penurunan lipatan lemak triceps sebesar 10.1 cm. Pada kelompok 2 terjadi penurunan lipatan lemak triceps sebesar 4.1 cm dimana rata-rata pengukuran lipatan lemak triceps awal dan akhir masing-masing 24.5 cm dan 20.4 cm, sedangkan pada kelompok 3 rata-rata pengukuran lipatan lemak triceps awal adalah 29.2 cm dan akhir 21.8 cm atau terjadi penurunan lipatan lemak triceps sampel sebesar 7.4 cm.

Hasil analisis paired samples t test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara lipatan lemak triceps awal dan akhir sampel pada kelompok 1 dan 3 (p<0.05), sedangkan hasil analisis paired samples t test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara lipatan lemak triceps awal dan akhir sampel pada kelompok 2 (p>0.05). Berdasarkan Uji ANOVA pada variabel lemak bawah kulit menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara ketiga kelompok intervensi untuk lipatan lemak triceps dengan nilai P=0.241 atau P>0.05. Pada Gambar 6 berikut menyajikan data hasil rata-rata pengukuran lipatan lemak triceps sampel.

Gambar 6 Rata-rata lipatan lemak triceps awal dan akhir sampel

Pada Gambar 7 di bawah ini menunjukkan hasil rata-rata pengukuran awal dan akhir lipatan lemak abdomen sampel.

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

triceps awal (cm) 30.9 24.5 29.2

triceps akhir (cm) 20.8 20.4 21.8

0 20 40

30

Gambar 7 Rata-rata lipatan lemak abdomen awal dan akhir sampel

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan lipatan lemak abdomen pada ketiga kelompok sampel dimana rata-rata lipatan lemak abdomen awal sampel pada kelompok 1, 2, dan 3 adalah 30.7 cm, 19.8 cm dan 25.1 cm. Sedangkan rata-rata lipatan lemak abdomen sampel kelompok 1, 2, dan 3 pada akhir pengukuran adalah 23.5 cm, 16.7 cm., dan 19.7 cm dengan penurunan lemak bawah kulit sampel pada kelompok 1, 2 dan 3 berturut-turut sebesar 7.2 cm, 3.1 cm, dan 5.4 cm.

Hasil analisis paired samples t test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara lipatan lemak abdomen awal dan akhir sampel pada kelompok 3 (p<0.05), sedangkan hasil analisis paired samples t test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara lipatan lemak abdomen awal dan akhir sampel pada kelompok 1 dan 2 (p>0.05). Berdasarkan Uji ANOVA pada variabel lemak bawah kulit menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara ketiga kelompok intervensi untuk lipatan lemak abdomen (perut) dengan nilai P=0.63 atau P>0.05. Pada Gambar 8 dapat dilihat perbandingan lipatan lemak paha antar kelompok.

Gambar 8 Rata-rata lipatan lemak paha awal dan akhir sampel

Rata-rata paha pada ketiga kelompok menunjukkan adanya penurunan tebal lipatan lemak paha sebelum dan setelah intervensi. Pada kelompok 1 tebal lipatan lemak paha awal adalah 42 cm dan akhir 30.5 cm dengan penurunan tebal lipatan lemak paha sebesar 11.5 cm. Pengukuran tebal paha awal sampel kelompok 2 sebesar 40.5 cm dan pengukuran akhir sebesar 30.5 cm dimana terjadi penurunan tebal lemak lipatan paha sebesar 10 cm. Sedangkan untuk kelompok 3, pengukuran tebal lipatan lemak paha awal sebesar 46.1 dan akhir sebesar 37.3 cm atau terjadi penurunan tebal lipatan lemak paha sebesar 8.5 cm.

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

Abdomen awal (cm) 30.7 19.8 25.1 Abdomen akhir (cm) 23.5 16.7 19.7 0 10 20 30 40

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

Paha awal (cm) 42 40.5 46.1 Paha akhir (cm) 30.5 30.5 37.3 0 10 20 30 40 50

31 Hasil analisis paired samples t test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara tebal lipatan lemak paha awal dan akhir sampel pada ketiga kelompok intervensi, yaitu kelompok 1, 2 dan 3 (p<0.05). Berdasarkan Uji ANOVA pada variabel lemak bawah kulit menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara ketiga kelompok intervensi untuk lipatan lemak paha dengan nilai P=0.854 atau P>0.05.

Pada penelitian ini, latihan senam aerobik intensitas sedang yang dilakukan dengan frekuensi 2x seminggu, 3x seminggu dan 4x seminggu mampu menurunkan lemak bawah kulit sampel baik triceps, abdomen (lemak perut) maupun paha.

Pengaruh Intervensi Terhadap Komposisi Tubuh

Komposisi tubuh sampel dalam penelitian ini diketahui dengan pengukuran lean body mass (LBM), soft lean mass (SLM), total body water (TBW), percent of body fat (PBF) dan mass body fat (MBF). Supriasa (2001) mengungkapkaan bahwa komposisi tubuh adalah jumlah seluruh dari bagian-bagia tubuh. Pengertian lain dari Body composition atau komposisi tubuh adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan komponen berbeda yang menyusun tubuh seseorang. Tubuh manusia terdiri dari berbagai jenis jaringan yang berbeda termasuk jaringan otot, tulang, dan organ yang aktif secara metabolik, dan jaringan lemak (adiposa) yang tidak aktif secara metabolik (Quinn 2011). Gambar 9 menunjukkan rata-rata lean body mass (LBM) atau masa tubuh tanpa lemak sampel antar kelompok.

Gambar 9 Rata-rata lean body mass (LBM) awal dan akhir sampel

Pada Gambar 9 di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan LBM pada ketiga kelompok. Peningkatan yang cukup besar berada pada kelompok 2 dimana rata-rata LBM awal sampel adalah 40.4 kg, sedangkan pengukuran akhir sebesar 41 kg atau terjadi peningkatan sebesar 0.6 kg. Rata-rata pengukuran LBM awal pada kelompok 1 adalah 43.4 kg dan pengukuran akhir 43.5 kg atau terjadi peningkatan sebesar 0.1 kg. Sedangkan pada kelompok 3 terjadi peningkatan LBM sebesar 0.1 kg dimana pengukuran LBM awal dan akhir masing-masing adalah 4.2 kg dan 4.3 kg.

Hasil analisis paired samples t test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara LBM awal dan akhir sampel pada kelompok 2 dan 3 (p<0.05), sedangkan hasil analisis paired samples t test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara LBM awal dan akhir sampel pada kelompok 1 (p>0.05). Berdasarkan uji ANOVA yang dilakukan pada variabel komposisi tubuh menunjukkan bahwa

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

LBM awal (kg) 43.4 40.4 42.2 LBM akhir (kg) 43.5 41 42.3 0 10 20 30 40 50

32

tidak terdapat perbedaan yang nyata antara ketiga kelompok intervensi yang dilakukan untuk LBM dengan nilai P=0.355 atau P>0.05.

Gambar 10 Rata-rata soft lean mass (SLM) awal dan akhir sampel

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi kenaikan SLM sampel pada kelompok 1 dengan rata-rata SLM awal sampel adalah 39.7 kg dan SLM akhir 39.8 kg dimana terjadi kenaikan SLM sampel sebesar 0.1 kg. Sedangkan pada kelompok 2 dan 3 menunjukkan peningkatan SLM sampel berturut-turut sebesar 0.6 kg dan 0.1 kg.Pada kelompok 2 dan 3 rata-rata SLM awal sampel adalah 37 kg dan 38.5 kg dengan rata-rata SLM akhir 37.6 kg dan 48.6 kg.

Hasil analisis paired samples t test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara SLM awal dan akhir sampel pada kelompok 2 (p<0.05), sedangkan hasil analisi paired samples t test juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang antara SLM awal dan akhir sampel pada kelompok 1 dan 3 (p>0.05). Berdasarkan uji ANOVA yang dilakukan pada variabel komposisi tubuh menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara ketiga kelompok intervensi yang dilakukan untuk SLM dengan nilai P=0.365 atau P>0.05. Rata-rata total body water (TBW) sampel pada tiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 11 di bawah ini.

Gambar 11 Rata-rata total body water (TBW) awal dan akhir sampel Pada Gambar 11 di atas dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan TBW pada kelompok 2 dan 3 berturut-turut 0.4 kg dan 0.1 kg dimana rata-rata TBW awal pada kelompok 2 dan 3 masing-masing sebesar 29.1 kg dan 30.4 kg dengan rata-rata TBW akhir sebesar 29.5 kg dan 30.5 kg, namun kenaikan TBW sampel tidak terjadi pada kelompok 1. Pada kelompok 1 rata-rata TBW sampel tidak mengalami peningkatan, dimana rata-rata TBW awal dan akhir sampel sebesar 31.3 kg.

Hasil analisis paired samples t test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara TBW awal dan akhir sampel pada kelompok 2 (p<0.05), sedangkan hasil

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

SLM awal (kg) 39.7 37 38.5 SLM akhir (kg) 39.8 37.6 38.6 0 10 20 30 40 50

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

TBW awal (kg) 31.3 29.1 30.4 TBW akhir (kg) 31.3 29.5 30.5 0 10 20 30 40

33 analisis paired samples t test juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara TBW awal dan akhir sampel pada kelompok 1 dan 3 (p>0.05). Berdasarkan uji ANOVA yang dilakukan pada variabel komposisi tubuh menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara ketiga kelompok intervensi yang dilakukan untuk TBW dengan nilai P=0.367 atau P>0.05.

Gambar 12 Menunjukkan bahwa rata-rata percent body fat (PBF) pada kelompok 1, 2, dan 3 menunjukkan perubahan yaitu penurunan berturut-turut sebesar 1.1 persen, 1 persen, dan 1 persen. Pada kelompok 1 rata-rata PBF awal sampel adalah 33.9 persen dan rata-rata PBF akhir sampel adalah 32.8 persen. Pada kelompok 2, rata-rata PBF awal sampel adalah 33.4 persen dan rata-rata PBF akhir adalah 32.4 persen. Sedangkan pada kelompok 3, penurunan antara PBF awal dan akhir rata-rata PBF awal sampel adalah 36.2 persen dan PBF akhir sebesar 35.2 persen. Hasil analisis paired samples t test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara PBF awal dan akhir sampel pada kelompok 1, 2 dan 3 (p<0.05). Berdasarkan uji ANOVA yang dilakukan pada variabel komposisi tubuh menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara ketiga kelompok intervensi yang dilakukan untuk percent of body fat (PBF) dengan nilai P=0.956 atau P>0.05.

Gambar 12 Rata-rata percent of body fat (PBF) awal dan akhir sampel Hasil pengukuran mass of body fat (MBF) sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Rata-rata mass of body fat (MBF) awal dan akhir sampel Dari Gambar 13 di atas dapat dilihat bahwa secara keseluruhan baik pada kelompok 1, 2, dan 3 mengalami penurunan yang relatif kecil dimana pada kelompok 1 rata-rata MBF awal dan akhir sampel masing-masing sebesar 22.3 kg dan 21.4 kg atau terjadi penurunan sebesar 0.9 kg. Pada kelompok 2 terjadi peningkatan MBF sebesar 0.7 kg dimana rata-rata MBF awal sampel adalah 20.5 kg dan MBF akhir adalah 19.8 kg, sedangkan pada kelompok 3 rata-rata MBF

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

PBF awal (%) 33.9 33.4 36.2 PBF akhir (%) 32.8 32.4 35.2 0 10 20 30 40

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

MBF awal (kg) 22.3 20.5 24.2 MBF akhir (kg) 21.4 19.8 23.3 0 10 20 30

34

awal dan akhir sampel adalah 24.2 kg dan 23.3 kg atau terjadi penurunan sebesar 0.9 kg.

Hasil analisis paired samples t test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara MBF awal dan akhir sampel pada kelompok 1 dan 3 (p<0.05), sedangkan hasil analisis paired samples t test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara MBF awal dan akhir sampel pada kelompok 2 (p>0.05). Berdasarkan uji ANOVA yang dilakukan pada variabel komposisi tubuh menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara ketiga kelompok intervensi yang dilakukan untuk mass body fat (MBF) dengan nilai P=0.852 atau P>0.05.

Pengaruh Intervensi Terhadap Profil Lipid Darah

Penilitian ini juga melihat pengaruh intervensi frekuensi senam aerobik intensitas sedang terhadap profil lipid ketiga kelompok sampel. Profil lipid sampel diperoleh melalui pengukuran kadar Kolesterol Total, HDL, LDL, dan Trigliserida sampel. Hasil pengukuran kadar kolesterol awal dan akhir sampel dapat dilihat pada Gambar 14 berikut.

Gambar 14 Rata-rata total kolesterol awal dan akhir sampel

Dari hasil pengukuran kadar kolesterol sampel secara keseluruhan terjadi penurunan antara awal dan akhir pengukuran. Penurunan rata-rata kadar kolesterol yang cukup besar terdapat pada kelompok 1 yaitu sebesar 26.5 mg/dl dimana rata-rata kadar kolesterol awal dan akhir sampel masing-masing adalah 169.3 mg/dl dan 142.8 mg/dl. Pada kelompok 2, rata-rata kadar kolesterol awal sampel adalah 153.3 mg/dl dan kadar kolesterol akhir adalah 150.8 mg/dl atau terjadi peningkatan sebesar 2.2 mg/dl. Sedangkan pada kelompok 3 terjadi penurunan sebesar 4.1 mg/dl dengan rata-rata kadar kolesterol awal dan akhir masing-masing adalah 167 mg/dl dan 162.9 mg/dl.

Hasil analisis paired samples t test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kolesterol awal dan akhir sampel pada kelompok 1 (p<0.05), sedangkan hasil analisis paired samples t test juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kolesterol awal dan akhir sampel pada kelompok 2 dan 3 (p>0.05). Berdasarkan Uji ANOVA pada variabel profil lipid menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara ketiga kelompok intervensi untuk Total Kolesterol dengan nilai P=0.272 atau P>0.05.

Gambar 16 berikut menunjukkan rata-rata kadar high density lipoprotein (HDL) sampel pada awal dan akhir pengukuran.

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

CL awal (mg/dl) 169.3 153.3 167 CL akhir (mg/dl) 142.8 150.8 162.9 0 50 100 150 200

35

Gambar 15 Rata-rata high density lipoprotein (HDL) awal dan akhir sampel Gambar 15 di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan rata-rata kadar HDL pada kelompok 1 dan 3 berturut-turut sebesar 1.3 mg/dl dan 7.3 mg/dl. Namun pada kelompok 2 terjadi penurunan rata-rata kadar HDL sampel yaitu sebesar 0.4 mg/dl. Pada kelompok 1 dan 3 rata-rata kadar kolesterol awal sampel masing-masing adalah 45.7 mg/dl dan 44.4 mg/dl yang mengalami peningkatan pada pengukuran akhir dimana rata-rata kadar kolesterol akhir sampel kelompok 1 dan 3 masing-masing adalah 47 mg/dl dan 47.7 mg/dl. Pada kelompok 2 mengalami penurunan kadar HDL dimana kadar HDL awal sampel adalah 44.2 mg/dl dan kadar HDL akhir adalah 43.8 mg/dl.

Hasil analisis paired samples t test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kadar HDL awal dan akhir sampel pada kelompok 1, 2, dan 3 (p>0.05). Hasil Uji ANOVA pada variabel profil lipid menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara ketiga kelompok intervensi untuk HDL dengan nilai P=0.55 atau P>0.05.

Rata-rata kadar low density lipoprotein (LDL) awal dan akhir sampel dapat dilihat pada Gambar 16 berikut.

Gambar 16 Rata-rata low density lipoprotein (LDL) awal dan akhir sampel Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan kadar LDL sampel pada kelompok 1, 2, dan 3 yaitu 20.7 mg/dl, 2.3 mg/dl, dan 3.9 mg/dl dimana rata-rata kadar LDL awal sampel pada kelompok 1, 2, dan 3 adalah 93.5 mg/dl, 86 mg/dl, dan 96 mg/dl. Sedangkan rata-rata kadar LDL kelompok 1, 2, dan 3 pada akhir pengukuran adalah 72.8 mg/dl, 83.7 mg/dl, dan 92.1 mg/dl. Hasil analisis paired samples t test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara LDL awal dan akhir sampel pada kelompok 1, 2, dan 3 (p>0.05). Hasil Uji ANOVA pada variabel profil lipid menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

HDL awal (mg/dl) 45.7 44.2 44.4 HDL akhir (mg/dl) 47 43.8 47.7 0 20 40 60

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

LDL awal (mg/dl) 93.5 86 96 LDL akhir (mg/dl) 72.8 83.7 92.1 0 50 100 150

36

yang nyata antara ketiga kelompok intervensi untuk LDL dengan nilai P=0.481 atau P>0.05.

Selain pengukuran kadar kolesterol, HDL, dan LDL, pengukuran kadar Trigliserida juga dilakukan untuk mengetahui profil lipid sampel. Gambar 17 menunjukkan bahwa rata-rata kadar Trigliserida sampel mengalami penurunan. Pada kelompok 1 atau terjadi penurunan kadar Trigliserida sampel sebesar 25 mg/dl. Kadar Trigliserida awal sampel pada kelompok 1 adalah 149.7 mg/dl dan kadar Trigliserida akhir adalah 124.7 mg/dl, sedangkan pada kelompok 2 dan 3 rata-rata kadar Trigliserida awal sampel adalah 117 mg/dl dan 130.7 mg/dl. Rata-rata kadar Trigliserida akhir sampel berturut-turut adalah 116.8 mg/dl dan 115.1 mg/dl dimana terjadi penurunan Trigliserida sampel pada kelompok 2 dan 3 sebesar 0.2 mg/dl dan 15.6 mg/dl.

Gambar 17 Rata-rata trigliserida awal dan akhir sampel

Hasil analisis paired samples t test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara trigliserida awal dan akhir sampel pada kelompok 1, 2 dan 3 (p>0.05). Berdasarkan Uji ANOVA pada variabel profil lipid menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara ketiga kelompok intervensi untuk trigliserida dengan nilai P=0.637 atau P>0.05.

Pengaruh Intervensi Terhadap Status Kebugaran

Penelitian ini juga melihat kebugaran fisik sampel dimana kebugaran fisik sampel diukur melalui beberapa tes yaitu: push up, sit up, vertical jump, lari cepat 100 m, dan lari 1000 m. Data rata-rata jumlah push up sampel dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18 Rata-rata push up awal dan akhir sampel Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

TG awal (mg/dl) 149.7 117 130.7 TG akhir (mg/dl) 124.7 116.8 115.1 0 50 100 150 200

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

Dokumen terkait