• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum

Media tanam yang digunakan yaitu arang sekam. Penanaman menggunakan planlet nenas hasil aklimatisasi rumah kaca PKBT Tajur pada umur yang sama yaitu 2 bulan. Bahan tanam yang digunakan adalah planlet nenas kultivar Smooth Cayenne. Jumlah planlet nenas yang digunakan yaitu 1350

planlet. Kondisi planlet saat awal dan setelah perlakuan dapat dilihat pada

Gambar 4.

A B

Gambar 4. Planlet Nenas di Rumah Kaca PKBT Pasir Kuda A. Awal Penelitian sebelum Aplikasi, B. Saat Planlet Umur 19 MST.

Perlakuan giberelin dan nitrogen diaplikasikan setelah planlet nenas berumur 1 MST. Aplikasi giberelin dilakukan sebanyak 3 kali (sebulan sekali selama 3 bulan) sedangkan aplikasi nitrogen sebanyak 12 kali (seminggu sekali selama 3 bulan). Pada dua bulan terakhir tidak dilakukan aplikasi. Aplikasi dilakukan dengan sistem kocor menggunakan sendok teh.

Pemeliharaan planlet meliputi penyiraman dan pemberian fungisida. Penyiraman dilakukan dengan menyemprot planlet sampai kondisi basah. Penyiraman dilakukan satu kali sehari pada bulan pertama penelitian dan satu kali

penyiraman selama dua hari pada bulan berikutnya. Hal ini dapat mengurangi kelembaban media tanam yang dapat mengakibatkan munculnya jamur, bakteri dan cendawan. Pada bulan pertama terdapat planlet yang mati akibat busuk akar, layu dan terkena cendawan.

Tanaman nenas tahan terhadap iklim kering, namun untuk pertumbuhan tanaman yang optimal diperlukan air yang cukup. Pengairan atau penyiraman dilakukan 1-2 kali dalam seminggu atau tergantung keadaan cuaca. Penyiraman yang berlebih akan memudahkan tumbuhnya cendawan. Hal ini didukung bahwa nenas Smooth Cayenne rentan terhadap hama (kutu putih, penggerek buah, tungau, thrips, nematoda) dan penyakit (layu fusarium, busuk hati, busuk pangkal, busuk buah) dan pencoklatan internal (Chan, Coppens d’Eeckenbrugge dan Sanewski, 2003). Pada 8 MST terdapat planlet yang mengalami busuk hati. Gejala ini ditandai daun yang klorosis dengan ujung nekrosis. Daun-daun muda mudah dicabut, karena pangkalnya busuk. Bagian daun yang busuk mempunyai batas berwarna coklat. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Planlet Busuk (Lunak) pada bagian Pangkal disebabkan oleh Cendawan.

Pemberian fungisida dilakukan sekali selama penelitian dengan cara disemprot ke planlet sampai kondisi planlet basah. Hama yang terdapat di pertanaman yaitu kumbang (Carpophilus hemipterus L.) dan serangga, dan penyakit yang nampak yaitu layu fusarium, busuk hati dan busuk pangkal.

Hasil

Rekapitulasi hasil sidik ragam (Tabel 1) menunjukkan bahwa perlakuan giberelin menunjukkan pengaruh nyata pada peubah pengamatan panjang daun, lebar daun, diameter tajuk planlet dan jumlah daun, tetapi tidak berpengaruh nyata pada tinggi planlet selama penelitian. Perlakuan nitrogen berpengaruh nyata pada semua peubah pengamatan dari 2 MST sampai 19 SMT kecuali lebar daun dan jumlah daun pada saat 19 MST. Pemberian giberelin dan nitrogen menunjukkan tidak adanya interaksi nyata pada semua peubah pengamatan kecuali pada lebar daun dan jumlah daun saat 4 MST. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi Giberelin, Nitrogen dan Interaksinya terhadap Peubah yang Diamati.

No Peubah Pengamatan GA NI GA-NI KK (%) 1 Tinggi Planlet 2 MST tn ** tn 29.32 4 MST tn ** tn 29.62 6 MST tn ** tn 27.62 8 MST tn ** tn 25.51 10 MST tn ** tn 23.13 12 MST tn ** tn 22.4 19 MST tn ** tn 23.07 2 Panjang Daun 2 MST tn ** tn 28.85 4 MST tn ** tn 29.57 6 MST tn ** tn 27.66 8 MST tn ** tn 26.3 10 MST tn ** tn 23.12 12 MST tn ** tn 22.4 19 MST * ** tn 24.39 3 Lebar Daun 2 MST tn ** tn 7.4 4 MST tn ** * 6.17 6 MST tn ** tn 6.44 8 MST * ** tn 12.94 10 MST ** * tn 14.59 12 MST ** * tn 13.4 19 MST * tn tn 28.96

No Peubah Pengamatan GA NI GA-NI KK (%) 4 Diameter Planlet 2 MST tn ** tn 21.86 4 MST tn ** tn 24.2 6 MST tn ** tn 24.96 8 MST tn ** tn 22.68 10 MST tn ** tn 19.7 12 MST tn ** tn 17.73 19 MST ** ** tn 17.99 5 Jumlah Daun 2 MST tn * tn 12.2 4 MST tn ** * 4.63 6 MST tn ** tn 7.22 8 MST ** ** tn 6.39 10 MST ** ** tn 6.49 12 MST ** ** tn 7.09 19 MST ** tn tn 9.47

Keterangan : ** = berbeda sangat nyata, * = berbeda nyata, tn = tidak nyata menurut uji F pada taraf α 5 %.

Nilai koefisien keragaman (KK) pada penelitian ini berkisar antara 4.63 - 29.62 %. Menurut Gomez dan Gomez (1995) semakin tinggi nilai koefisien keragaman maka percobaan tersebut kurang dapat diandalkan. Pada percobaan ini menunjukkan adanya pengaruh lingkungan yang bervariasi. Kondisi di lapangan menunjukkan pada ulangan tiga, planlet mendapatkan cahaya lebih sedikit dibandingkan dengan ulangan satu dan pada waktu hujan, ulangan tiga memiliki kelembaban yang tinggi karena terkena hujan dibandingkan ulangan satu.

Tinggi Planlet

Perlakuan giberelin tidak menunjukkan pengaruh nyata pada peubah tinggi

planlet selama penelitian. Perlakuan nitrogen memberikan pengaruh sangat nyata

terhadap tinggi planlet selama penelitian. Perlakuan giberelin dan nitrogen tidak menunjukkan adanya interaksi yang nyata dari 2 MST sampai 19 MST (Tabel 1).

Tinggi planlet nenas pada perlakuan giberelin saat 2 MST sekitar 8 – 9 cm dan pada 19 MST mengalami pertumbuhan tinggi planlet sekitar 14 - 18 cm. Tinggi planlet nenas pada perlakuan nitrogen saat 2 MST sekitar 6 – 11 cm dan pada akhir pengamatan tinggi planlet sekitar 11 - 20 cm. Pertumbuhan tinggi

planlet tertinggi pada akhir pengamatan yaitu pada perlakuan giberelin 50 ppm

sebesar 18.06 cm dan perlakuan nitrogen 20 g/L yaitu 20.4 cm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi pemberian giberelin dan nitrogen maka semakin mempercepat laju pertumbuhan tinggi planlet, tetapi kedua-duanya tidak menunjukkan interaksi yang nyata. Tinggi planlet semakin bertambah seiring dengan bertambahnya umur. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Pertumbuhan Tinggi Planlet pada Konsentrasi Giberelin (Kiri) dan Nitrogen (Kanan) yang Berbeda.

Perlakuan nitrogen 0 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran kecil menghasilkan rumus regresi Y= 0.1809x + 5.9632 dengan R2 = 0.9848 (Lampiran 1). Jika Y = 30 cm maka X = 133 MST. Nenas dapat dipindahkan ke lapangan ketika tingginya mencapai 30 cm (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2010). Perlakuan tanpa pemberian nitrogen membutuhkan lama planlet dipindahkan ke lapangan yaitu 133 MST (33 bulan). Planlet nenas mempunyai umur sekitar 12 bulan dari mulai penanaman di media kultur jaringan sampai tahap aklimatisasi (Rosmaina, 2007) dan tahap pembesaran nursery 3 bulan (Naibaho et al., 2008) sehingga memerlukan waktu 1.3 tahun dapat pindah ke lapangan. Perlakuan tanpa pemberian nitrogen membutuhkan waktu sekitar 2.7 tahun untuk dipindahkan ke lapangan, hal ini menunjukkan 1.4 tahun lebih lambat tetapi tidak mengeluarkan biaya pemupukan nitrogen.

Perlakuan nitrogen 10 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran kecil menghasilkan rumus regresi Y = 0.4459x + 5.5804 dengan R2 = 0.9165 (Lampiran

1). Jika Y = 30 cm maka X = 55 MST. Perlakuan nitrogen 10 g/L membutuhkan lama planlet dipindahkan ke lapangan yaitu 55 MST (13 bulan), hal ini dapat mempercepat 2 bulan di fase pembibitan/nursery. Jumlah urea yang diperlukan sebanyak 2.5 kg/ha untuk fase pembibitan/nursery dengan estimasi urea 10 g/L dan dosis 5 ml/planlet. Harga urea Rp. 2 500/kg, sehingga membutuhkan biaya sekitar Rp. 6 250/ha.

Perlakuan nitrogen 20 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran kecil menghasilkan rumus regresi Y = 0.481x + 4.3284 dengan R2 = 0.9856 (Lampiran 1). Jika Y = 30 cm maka X = 54 MST. Perlakuan nitrogen 20 g/L membutuhkan lama planlet dipindahkan ke lapangan yaitu 54 MST (13 bulan), hal ini dapat mempercepat 2 bulan di fase pembibitan/nursery. Jumlah urea yang diperlukan sebanyak 5 kg/ha untuk fase pembibitan/nursery dengan estimasi urea 20 g/L dan dosis 5 ml/planlet. Harga urea Rp. 2 500/kg, sehingga membutuhkan biaya sekitar 12.500/ha.

Perlakuan nitrogen 10 dan 20 g/L dapat mempercepat umur planlet di pembibitan 20 bulan (1.6 tahun) dibandingkan dengan perlakuan tanpa nitrogen (kontrol). Perlakuan nitrogen 10 g/L memerlukan biaya untuk urea Rp. 6 250/ha sedangkan perlakuan nitrogen 20 g/L memerlukan biaya urea Rp. 12. 500/ha. Perlakuan nitrogen 10 g/L memiliki keuntungan diantaranya dapat mempercepat umur planlet 2 bulan dan dapat meminimalisir biaya pemupukan Rp. 6 250 dibandingkan dengan perlakuan nitrogen 20 g/L. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Laju Pertumbuhan Putative Tinggi Planlet Nenas Ukuran Kecil pada berbagai Konsentrasi Nitrogen.

Perlakuan nitrogen 0 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran sedang menghasilkan rumus regresi Y= 0.2531x + 7.3991 dengan R2 = 0.9912 (Lampiran 2). Jika Y = 30 cm maka X = 90 MST. Perlakuan nitrogen 0 g/L (kontrol) membutuhkan lama planlet dipindahkan ke lapangan sekitar 90 MST (22 bulan). Perlakuan tanpa nitrogen dapat memperlambat waktu pemindahan planlet sekitar 7 bulan, tetapi hal ini tidak mengeluarkan biaya pemupukan nitrogen (urea).

Perlakuan nitrogen 10 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran sedang menghasilkan rumus regresi Y = 0.6503x + 5.6321 dengan R2 = 0.9749 dan perlakuan nitrogen 20 g/L dengan rumus Y = 0.6412x + 6.2414 dengan R2 = 0.9735 (Lampiran 2). Jika Y = 30 cm maka X = 38 MST. Perlakuan nitrogen 10 dan 20 g/L pada ulangan dua planlet dapat dipindahkan ke lapangan memerlukan waktu 38 MST (9 bulan), hal ini dapat mempercepat umur planlet 6 bulan di fase pembibitan/nursery dan lebih cepat 13 bulan dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan nitrogen 10 g/L memerlukan urea 2.5 kg/ha dengan biaya Rp. 6 250 sedangkan perlakuan nitrogen 20 g/L memerlukan urea 5 kg/ha dengan biaya Rp. 12.500. Perlakuan nitrogen 10 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran sedang dapat mempercepat waktu pembibitan 6 bulan dan menghemat Rp. 6 250 dibandingkan dengan perlakuan nitrogen 20 g/L. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Laju Pertumbuhan Putative Tinggi Planlet Nenas Ukuran Sedang pada berbagai Konsentrasi Nitrogen.

Perlakuan nitrogen 0 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran besar menghasilkan rumus regresi Y= 0.4384x + 11.761 dengan R2 = 0.9721 (Lampiran 3). Jika Y = 30 cm maka X = 42 MST. Perlakuan tanpa pemberian nitrogen membutuhkan lama planlet dipindahkan ke lapangan yaitu 42 MST (10 bulan), hal ini dapat mempercepat umur planlet 5 bulan. Perlakuan tanpa pemberian nitrogen ini selain dapat mempercepat umur planlet dipindahkan ke lapangan juga tidak mengeluarkan biaya pemupukan nitrogen (urea).

Perlakuan nitrogen 10 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran besar menghasilkan rumus regresi Y = 0.4517x + 10.328 dengan R2 = 0.9238 (Lampiran 3). Jika Y = 30 cm maka X = 44 MST. Perlakuan nitrogen 10 g/L membutuhkan lama planlet dipindahkan ke lapangan yaitu 44 MST (11 bulan), hal ini dapat mempercepat 4 bulan di fase pembibitan/nursery. Jumlah urea yang diperlukan sebanyak 2.5 kg/ha untuk fase pembibitan/nursery dengan estimasi urea 10 g/L dan dosis 5 ml/planlet. Harga urea Rp. 2 500/kg, sehingga membutuhkan biaya sekitar Rp. 6 250/ha.

Perlakuan nitrogen 20 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran besar menghasilkan rumus regresi Y = 0.6436x + 9.7941 dengan R2 = 0.99 (Lampiran 3). Jika Y = 30 cm maka X = 32 MST. Perlakuan nitrogen 20 g/L membutuhkan lama planlet dipindahkan ke lapangan yaitu 32 MST (8 bulan), hal ini dapat

mempercepat 7 bulan di fase pembibitan/nursery. Jumlah urea yang diperlukan sebanyak 5 kg/ha untuk fase pembibitan/nursery dengan estimasi urea 20 g/L dan dosis 5 ml/planlet. Harga urea Rp. 2 500/kg, sehingga membutuhkan biaya sekitar 12.500/ha.

Perlakuan nitrogen 20 g/L pada tinggi planlet nenas ukuran besar dapat mempercepat umur planlet di pembibitan 2 bulan dibandingkan dengan perlakuan tanpa nitrogen (kontrol) dan harus mengeluarkan biaya sekitar 12.500/ha. Perlakuan nitrogen 20 g/L disamping dapat mempercepat umur fase pembibitan juga dimungkinkan dapat mempercepat umur produksi karena tanaman sendiri sudah tercukupi unsur hara nitrogennya di fase vegetatif. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Laju Pertumbuhan Putative Tinggi Planlet Nenas Ukuran Besar pada berbagai Konsentrasi Nitrogen.

Berdasarkan penelitian Lui dan Loy dalam ilmiyah (2009) disimpulkan bahwa mekanisme kerja pertama dari giberelin adalah menstimulasi pembelahan sel dengan cara memacu sel pada fase pertumbuhan sel untuk memasuki fase sintesis. Dengan demikian terjadi peningkatan jumlah sel, yang berkaitan pertumbuhan yang lebih cepat. Apabila mekanisme kerja giberelin dikaitkan dalam proses perkecambahan, dapat dikatakan bahwa percepatan fase-fase dalam

42 44 32

pembelahan sel akan mempercepat pembelahan sel, dan selanjutnya berakibat mempercepat perkecambahan (Salisbury dan Ross, 1995). Hal ini dapat mempercepat pertumbuhan tinggi planlet nenas yang diberikan perlakuan giberelin.

Tinggi planlet hasil perlakuan nitrogen selama 8 minggu memiliki selisih antara 1.67 – 3.33 cm. Selisih yang terbesar yaitu pada perlakuan nitrogen 20 g/L yaitu 3.33 cm. Tinggi planlet pada awal pengamatan berkisar antara 6.04 – 11.91 cm dan 11.97 – 20.40 cm pada akhir pengamatan. Perlakuan NI3 (Nitrogen 20 g/L) menunjukkan tinggi planlet tertinggi pada akhir pengamatan yaitu 20.40 cm dan berbeda nyata dengan control. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Tinggi Planlet Hasil Perlakuan Nitrogen pada 12 dan 19 MST.

Perlakuan 12 MST 19 MST

..……….. cm ………...

NI1 (0 g/L) 10.30b 11.97b

NI2 (10 g/L) 13.29b 16.14ab

NI3 (20 g/L) 17.07a 20.40a

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Tukey α 5 %.

Perlakuan tanpa nitrogen menunjukkan tinggi planlet terendah dibandingkan perlakuan nitrogen lainnya pada akhir pengamatan yaitu 11.97 cm. Hal ini dimungkinkan planlet mengalami kekurangan unsur N dalam pertumbuhannya sehingga planlet tumbuh kerdil. Miftahudin et al. (2008) menyatakan bahwa tanaman menggunakan nitrogen dalam proses pembentukan DNA, RNA, maupun protein sebagai pembangun jaringan tubuh tumbuhan. Gejala defisiensi nitrogen adalah tanaman tumbuh kerdil dan daunnya menjadi kekuningan (klorosis).

Panjang Daun

Perlakuan giberelin tidak memberikan pengaruh nyata terhadap peubah panjang daun pada 2, 4, 6, 8, 10, 12 MST sedangkan pada akhir pengamatan (19 MST) berpengaruh nyata. Perlakuan nitrogen memberikan pengaruh yang sangat nyata pada peubah panjang daun selama penelitian, tetapi tidak terdapat interaksi antara giberelin dan nitrogen dari 2 sampai 19 MST (Tabel 1).

Panjang daun planlet nenas pada perlakuan giberelin saat 2 MST sekitar 7 – 8 cm dan pada 19 MST sekitar 11 - 16 cm. Panjang daun pada perlakuan nitrogen saat 2 MST sekitar 5 – 11 cm dan pada akhir pengamatan sekitar 11 - 18 cm. Perlakuan giberelin pada akhir pengamatan yang menunjukkan panjang daun terpanjang yaitu perlakuan giberelin 12.5 ppm sebesar 16.76 cm dan pada perlakuan nitrogen 20 g/L yaitu 18.77 cm. Pemberian nitrogen pada planlet menunjukkan pengaruh peningkatan panjang daun yang signifikan dibandingkan tanpa nitrogen. Perlakuan nitrogen 0, 10 g/L, 20 g/L memberikan hasil panjang daun 11.17 cm, 14.86 cm, 18.77 cm. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi pemberian nitrogen maka semakin mempercepat pola pertumbuhan panjang daun planlet. Parameter-parameter pertumbuhan daun (panjang, lebar, berat segar) memberikan respon yang berbeda pada dosis pupuk nitrogen yang berbeda (Bhugaloo, 1998). Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Pertumbuhan Panjang Daun pada Konsentrasi Giberelin (kiri) dan Nitrogen (kanan) yang Berbeda.

Panjang daun planlet hasil perlakuan giberelin selama 8 minggu memiliki selisih antara 0.72 - 3.24. Selisih yang terbesar yaitu pada perlakuan giberelin 12.5 ppm yaitu 3.24 cm. Panjang daun planlet pada awal pengamatan berkisar antara 7.87 – 8.61 cm dan 11.90 – 16.76 cm pada akhir pengamatan. Perlakuan GA2 (Giberelin 12.5 ppm) menunjukkan panjang daun planlet tertinggi pada akhir pengamatan yaitu 16.76 cm dan berbeda nyata dengan kontrol. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Panjang Daun Planlet Hasil Perlakuan Giberelin pada 12 dan 19 MST.

Perlakuan 12 MST 19 MST

..……….. cm ………...

GA1 (0 ppm) 11.18a 11.90b

GA2 (12.5 ppm) 13.52a 16.76a

GA3 (50 ppm) 13.36a 16.15ab

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Tukey α 5 %.

Panjang daun planlet hasil perlakuan nitrogen selama 8 minggu memiliki selisih antara 1.42 – 2.81 cm. Selisih terbesar yaitu pada perlakuan nitrogen 20 g/L yaitu 2.81 cm. Panjang daun planlet pada awal pengamatan berkisar antara 5.74 – 11.32 cm dan 11.17 – 18.77 cm pada akhir pengamatan. Perlakuan NI3 (Nitrogen 20 g/L) menunjukkan panjang daun planlet tertinggi pada akhir pengamatan yaitu 18.77 cm dan berbeda nyata dengan kontrol. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Panjang Daun Planlet Hasil Perlakuan Nitrogen pada 12 dan 19 MST.

Perlakuan 12 MST 19 MST

..……….. cm ………..

NI1 (0 g/L) 9.75b 11.17b

NI2 (10 g/L) 12.35b 14.86ab

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Tukey α 5 %.

Peningkatan rata-rata panjang daun, ukuran buah, berat buah, rasio mahkota, penurunan persentase penyakit busuk buah terjadi apabila diberikan pupuk nitrogen dari 0-420 kg N/ha (Bhugaloo, 1998).

Lebar Daun

Perlakuan giberelin tidak berpengaruh nyata pada lebar daun saat 2, 4, 6 MST tetapi berpengaruh nyata saat 8, 10, 12, 19 MST. Perlakuan nitrogen menunjukkan pengaruh nyata saat 2, 4, 6, 8, 10, 12 MST tetapi tidak berpengaruh nyata pada akhir pengamatan (19 MST). Interaksi yang nyata antara perlakuan giberelin dan nitrogen hanya terlihat pada 4 MST selama penelitian (Tabel 1).

Lebar daun pada perlakuan giberelin saat 2 MST sekitar 1.1 cm dan pada 19 MST sekitar 1.2 – 1.9 cm. Lebar daun pada perlakuan nitrogen saat 2 MST sekitar 1 – 1.2 cm dan pada akhir penelitian sekitar 1.4 – 1.8 cm. Perlakuan giberelin 50 ppm menunjukkan lebar daun terlebar pada akhir pengamatan yaitu 1.93 cm dan perlakuan nitrogen 10 g/L yaitu 1.85 cm. Perlakuan tanpa giberelin pada akhir pengamatan hanya memiliki lebar 1.28 cm dan perlakuan tanpa nitrogen 1.4 cm. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Pertumbuhan Lebar Daun pada Konsentrasi Giberelin (kiri) dan Nitrogen (kanan) yang Berbeda.

Perlakuan tanpa pemberian nitrogen menunjukkan daun planlet kurus dan terhambat bertumbuhannya karena kekurangan unsur N, sehingga proses

fotosintat terhambat. Hal ini juga dapat mengakibatkan warna daun menjadi hijau kekuningan sampai kuning (Nightingale, 1942).. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 12.

A B

Gambar 12. Perbandingan Perlakuan Planlet nenas di akhir penelitian A. Perbandingan GA2NI2 dan GA2NI1, B. Perbandingan GA3NI2 dan GA3NI1.

Pada Gambar A terlihat perbandingan antara perlakuan GA2NI2 (kiri) dan GA2NI1 (kanan), menunjukkan perbedaan pada lebar daun dan warna daun. Perlakuan yang diberikan nitrogen memiliki lebar daun yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan tanpa nitrogen dan memiliki warna daun yang lebih hijau. Perlakuan nitrogen 10 g/L (NI2) memiliki lebar daun 1.85 cm dan perlakuan tanpa nitrogen (NI1) memiliki lebar daun 1.4 cm pada akhir pengamatan. Nenas memerlukan nitrogen dan kalium dalam jumlah besar dibandingkan unsur hara yang lain. Kekurangan N dapat mengakibatkan ukuran daun dan jumlah daun berkurang serta buah dan berat mahkota menurun (Nightingale, 1942).

Lebar daun planlet hasil perlakuan giberelin selama 8 minggu memiliki selisih antara 0.15 – 0.78 cm. Selisih terbesar yaitu pada perlakuan giberelin 50 ppm yaitu 0.78 cm. Lebar daun planlet pada awal pengamatan berkisar antara 1.12 – 1.15 cm dan 1.28 – 1.93 cm pada akhir pengamatan. Perlakuan GA3 (Giberelin 50 ppm) menunjukkan lebar daun planlet terbesar pada akhir pengamatan yaitu 1.93 cm dan berbeda nyata dengan kontrol. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Lebar Daun Planlet Hasil Perlakuan Giberelin pada 12 dan 19 MST. Perlakuan 12 MST 19 MST ..……….. cm ……… GA1 (0 ppm) 1.33b 1.28b GA2 (12.5 ppm) 1.83a 1.73ab GA3 (50 ppm) 1.76a 1.93a

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Tukey α 5 %.

Diameter Planlet

Perlakuan giberelin tidak berpengaruh nyata terhadap peubah diameter tajuk planlet pada 2, 4, 6, 8, 10, 12 MST tetapi berpengaruh sangat nyata saat 19 MST. Perlakuan nitrogen menunjukkan pengaruh sangat nyata selama penelitian. Pengaruh keduanya tidak menunjukkan adanya interaksi yang nyata selama penelitian (Tabel 1).

Diameter tajuk planlet pada perlakuan giberelin saat 2 MST sekitar 10 – 11 cm dan pada 19 MST sekitar 17 – 23 cm. Diameter tajuk planlet pada perlakuan nitrogen saat 2 MST sekitar 8 – 14 cm dan pada akhir pengamatan sekitar 16 – 24 cm. Perlakuan giberelin 12.5 ppm menunjukkan diameter tajuk terlebar pada akhir pengamatan yaitu 23.09 cm dan perlakuan nitrogen 20 g/L yaitu 24.71 cm. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Pertumbuhan Diameter Tajuk pada Konsentrasi Giberelin (kiri) dan

Diameter tajuk planlet hasil perlakuan giberelin selama 8 minggu memiliki selisih antara 5.85 – 11.77 cm. Selisih terbesar yaitu pada perlakuan giberelin 12.5 ppm yaitu 11.77 cm. Diameter tajuk planlet pada awal pengamatan berkisar antara 10.73 – 11.32 cm dan 17.16 – 23.09 cm pada akhir pengamatan. Perlakuan GA2 (Giberelin 12.5 ppm) menunjukkan diameter tajuk planlet terbesar pada akhir pengamatan yaitu 23.09 cm dan berbeda nyata dengan kontrol. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Diameter Tajuk Planlet Hasil Perlakuan Giberelin pada 12 dan 19 MST.

Perlakuan 12 MST 19 MST

..……….. cm ………..

GA1 (0 ppm) 15.46a 17.16b

GA2 (12.5 ppm) 18.50a 23.09a

GA3 (50 ppm) 18.76a 22.39a

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Tukey α 5 %.

Diameter tajuk planlet hasil perlakuan nitrogen selama 8 minggu memiliki selisih antara 8 – 11 cm. Selisih terbesar yaitu pada perlakuan nitrogen 10 g/L yaitu 11.04 cm. Diameter tajuk planlet pada awal pengamatan berkisar antara 8.49 – 14.46 cm dan 16.49 – 24.71 cm pada akhir pengamatan pada perlakuan nitrogen. Perlakuan NI3 (Nitrogen 20 g/L) menunjukkan diameter tajuk planlet terbesar pada akhir pengamatan yaitu 24.71 cm dan berbeda nyata dengan kontrol. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Diameter Tajuk Planlet Hasil Perlakuan Nitrogen pada 12 dan 19 MST.

Perlakuan 12 MST 19 MST

..……….. cm ………

NI1 (0 g/L) 13.97b 16.49b

NI2 (10 g/L) 17.10b 21.44a

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Tukey α 5 %.

Jumlah Daun

Perlakuan giberelin pada 2, 4, 6 MST tidak menunjukkan pengaruh nyata pada jumlah daun, tetapi pada 8, 10, 12, 19 MST menunjukkan pengaruh sangat nyata. Perlakuan nitrogen berpengaruh nyata pada jumlah daun saat 2, 4, 6, 8, 10, 12 MST sedangkan pada akhir penelitian (19 MST) tidak berpengaruh nyata. Interaksi antara perlakuan giberelin dan nitrogen hanya berpengaruh nyata saat 4 MST selama penelitian (Tabel 1).

Perlakuan giberelin pada 2 MST memiliki jumlah daun 7 daun dan pada akhir pengamatan menjadi 12 – 14 daun. Perlakuan nitrogen pada 2 MST memiliki jumlah daun sekitar 6 – 8 daun dan pada 19 MST menjadi 13 – 14 MST. Perlakuan giberelin 12.5 dan 50 ppm memiliki jumlah daun yang sama yaitu sekitar 14 daun sedangkan perlakuan tanpa giberelin sedikit sekitar 12 daun. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Pertumbuhan Jumlah Daun pada Konsentrasi Giberelin (kiri) dan Nitrogen (kanan) yang Berbeda.

Giberelin juga memacu pertumbuhan sel, hingga dapat meningkatkan pertumbuhan sel yang mengakibatkan pemanjangan batang dan perkembangan daun-daun muda (Wattimena, 1992). Oleh karenanya pemberian giberelin juga dapat meningkatkan jumlah daun.

Jumlah daun planlet hasil perlakuan giberelin selama 8 minggu memiliki selisih antara 4 – 7 daun. Selisih terbesar yaitu pada perlakuan giberelin 50 ppm

yaitu 7 daun. Jumlah daun planlet pada awal pengamatan sekitar 7 daun dan 12 – 14 daun pada akhir pengamatan. Perlakuan giberelin 12.5 ppm dan 50 ppm menunjukkan jumlah daun terbanyak yaitu 14 daun pada akhir pengamatan dibandingkan dengan kontrol yaitu 12 daun. Hal ini juga menunjukkan berbeda nyata dengan kontrol. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Daun Planlet Hasil Perlakuan Giberelin pada 12 dan 19 MST.

Perlakuan 12 MST 19 MST

..……….. cm …………

GA1 (0 ppm) 11.52b 12.29b

GA2 (12.5 ppm) 13.30a 14.48a

GA3 (50 ppm) 12.84a 14.58a

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Tukey α 5 %.

Pembahasan

Aplikasi giberelin dan nitrogen bertujuan untuk menambah nutrisi planlet nenas hasil kultur jaringan agar memiliki mutu fisik yang sesuai dengan standar tanam lapang dalam waktu yang cepat. Tanaman nenas memiliki periode

Dokumen terkait