• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk mengukur kinerja pembangunan ekonomi suatu daerah. Dalam mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi dapat digunakan nilai Produk Domestik Regional Bruto

Strategi Kebijakan pada Pembangunan Jalan Mengurangi Kemiskinan Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Meningkatkan Penyerapan Tenaga Kerja Perbaikan Jalan Penambahan Panjang Jalan Penambahan Fasilitas Jalan

(PDRB). Nilai PDRB yang akan dilihat yaitu menggunakan nilai PDRB atas dasar harga konstan karena tidak memperhitungkan tingkat perkembangan inflasi yang ada. Sehingga PDRB atas dasar harga konstan menggambarkan tingkat pertumbuhan riil barang dan jasa dalam suatu periode tertentu.

Sumber: BPS Kabupaten Bogor, 2014 (diolah)

Gambar 5 PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan 2000 tahun 1989- 2012

Nilai PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan menunjukkan peningkatan pada tahun 1989 hingga 1997, namun sempat mengalami penurunan pada tahun 1998 karena disebabkan krisis yang terjadi di Indonesia, lalu perlahan membaik mulai tahun 2000 hingga 2012, namun kecendrungan PDRB Kabupaten Bogor meningkat dari tahun 1989 hingga 2012. Pada Gambar 5 dari tahun 1989 hingga tahun 2012 terjadi peningkatan PDRB sebesar Rp 21 552 718. Nilai PDRB Kabupaten Bogor pada tahun 1989 sebesar Rp 14 978 025 dan pada tahun 2012 mencapai Rp 36 530 743.

Sumber: BPS Kabupaten Bogor, 2014 (diolah)

Gambar 6 Distribusi PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Konstan 2000 tahun 2008-2012 berdasarkan sektor

Gambar 6 menggambarkan besarnya persentase kontribusi tiap sektor dalam membentuk PDRB Kabupaten Bogor dari tahun 2008 hingga tahun 2012. Dapat dilihat bahwa rentang waktu tersebut sektor yang paling tinggi memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor adalah sektor industri yang besarnya selalu diatas 60 persen, selanjutnya adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang berada diatas 10 persen, sedangkan 7 sektor lainnya hanya memberikan kontribusi dibawah 10 persen. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa sektor yang memiliki kontribusi kecil dalam pembentukan PDRB dapat membantu perkembangan sektor-sektor lainnya, karena dari 9 sektor ini saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lainnya.

0 10000000 20000000 30000000 40000000 198919911993199519971999200120032005200720092011 Ju taan R u p iah Tahun PDRB

Perkembangan Infrastruktur di Kabupaten Bogor Infrastruktur Jalan

Jalan merupakan prasarana pengangkutan yang sangat penting guna memperlancar kegiatan perekonomian. Tersedianya jalan yang berkualitas akan meningkatkan usaha pembangunan khususnya dalam upaya memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang suatu daerah ke daerah lain.

Sumber: BPS Kabupaten Bogor, 2014 (diolah)

Gambar 7 Panjang jalan kabupaten berdasarkan kondisi jalan baik di Kabupaten Bogor tahun1989-2012

Gambar 7 adalah panjang jalan Kabupaten Bogor yang berkondisi baik, kondisi jalan di Kabupaten bogor tidak selalu menunjukkan kondisi jalan yang membaik disetiap tahunnya. Kondisi jalan baik pada tahun 1997 menurun diakibatkan karena Indonesia sedang menggalami krisis dan kurangnya pembiayaan untuk menangani kondisi jalan, namun 2001 kondisi jalan baik sudah mulai meningkat kembali sampai tahun 2012 walaupun sempat terjadi penurunan namun tidak terlalu drastis. Panjang jalan dalam kondisi baik di Kabupaten bogor mengalami peningkatan sebesar 1 053 987 km dari tahun 1989 hingga 2012 dan terjadi peningkatan sebesar 91 085 km dari tahun 2011 ke tahun 2012.

Panjang ideal jalan dalam melayani pergerakan masyarakat berdasarkan jumlah penduduk, luas wilayah dan PDRB Kabupaten Bogor adalah 3 680.60 km. Sedangkan panjang jalan yang ada adalah 1 758. 041 km atau 47.77 persen dari kebutuhan ideal, yang terdiri dari jalan nasional sepanjang 121.497 km, jalan provinsi 129.989 km dan jalan kabupaten yang bernomor ruas sepanjang 1 748.915 km. Selain itu, terdapat pula jalan-jalan yang tidak bernomor ruas dan jalan-jalan desa dengan jumlah yang terus bertambah pada setiap tahun, akibat pembukaan jalan baru atau peningkatan jalan yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat ataupun pengusaha.

Panjang jalan di Kabupaten Bogor sampai dengan Bulan Desember 2009 dalam kondisi mantap (kondisi baik dan sedang) adalah sepanjang 1 304.976 km atau 74.62 persen, sedangkan sisanya sepanjang 443.939 km atau sebesar 25,38 persen dalam kondisi rusak. Belum maksimalnya infrastruktur transportasi dalam memfasilitasi pergerakan masyarakat disebabkan rendahnya jumlah jalan mantap dan pembangunan jalan-jalan baru, serta belum maksimalnya struktur konstruksi jalan. Kondisi tersebut diperburuk dengan tingginya frekuensi bencana alam dan beban lalu lintas yang sering melampaui kapasitas.

0 500000 1000000 1500000 19 89 19 91 19 93 19 95 19 97 19 99 20 01 20 03 20 05 20 07 20 09 20 11 Km Tahun Panjang Jalan (km)

Infrastruktur Air Bersih

Ketersediaan air bersih merupakan salah satu prasyarat bagi terwujudnya permukiman yang sehat. Oleh karena itu akses masyarakat terhadap air bersih merupakan hal yang mutlak dipenuhi. PDAM Kabupaten Bogor adalah perusahan air minum yang menyuplai kebutuhan air bersih masyarakat di Kabupaten Bogor. Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 8 selama kurun waktu 24 tahun yaitu dari tahun 1989 hingga tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah air yang disalurkan oleh PDAM di Kabupaten Bogor sebesar 23 207 609 m³, atau dapat dikatakan pada tahun 2012 terjadi pertumbuhan jumlah air yang disalurkan oleh PDAM sebesar 1 391.3 persen dibandingkan tahun 1989. Peningkatan jumlah air bersih yang disalurkan disebabkan karena peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan kegiatan perekonomian yang ada di Kabupaten Bogor.

Sumber: BPS Kabupaten Bogor (diolah)

Gambar 8 Volume air bersih yang disalurkan oleh PDAM di Kabupaten Bogor tahun 1989-2012

Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 9, sebanyak 73 persen jumlah air yang disalurkan oleh PDAM di Kabupaten Bogor pada tahun 2012 digunakan untuk kepentingan rumah tangga. Hal ini disebabkan karena banyaknya keperluan rumah tangga yang menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, seperti penggunaan untuk air minum, mandi dan mencuci.

Sumber: BPS Kabupaten Bogor (diolah)

Gambar 9 Volume air bersih yang disalurkan menurut jenis pelanggan di Kabupaten tahun 2012

Pada cakupan pelayanan air bersih baru mencapai 25 kecamatan. Cakupan sanitasi air bersih di 80 desa/kelurahan di 19 kecamatan, yang memiliki kapasitas produksi sebesar 2 098.5 l/dt. Sementara itu, cakupan pelayanan air bersih baru mencapai 56,86 persen, terdiri dari PDAM 15 persen dan sisanya pedesaan dari jumlah penduduk Kabupaten Bogor. Peningkatan cakupan sarana air bersih yang dilakukan oleh unsur pemerintah hanya 1 persen sampai 2 persen pertahun. Rendahnya cakupan pelayanan air bersih, diantaranya karena menurunnya

0 10000000 20000000 30000000 m ³ Tahun Air Bersih (m³) 2% 73% 3% 4% 14% 4% Sosial Rumah Tangga Pemerintah Niaga Khusus

ketersediaan sumber daya air baku dan daya dukung lingkungan, akibat tersumbatnya badan air/sungai oleh sedimentasi yang relatif tinggi.

Infrastruktur Puskesmas

Kesejahteraan merupakan bagian yang sangat penting dalam rangka peningkatan SDM penduduk Kabupaten Bogor, dengan adanya upaya tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang baik dan akhirnya akan menimbulkan produktivitas yang tinggi.

Puskesmas merupakan sarana kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat Kabupaten Bogor. Berdasarkan Gambar 10 ketersediaan infrastruktur puskesmas di Kabupaten Bogor cenderung meningkat, namun sempat mengalami penurunan pada tahun 1999 dan tahun 2008 dan selanjutnya mengalami peningkatan kembali hingga tahun 2012. Jumlah puskemas mengalami penurunan karena pada tahun tertentu jumlah puskesmas keliling tidak beroperasi sementara dan puskesmas pembantu mengalami pengurangan. Pada tahun 1990 jumlah puskesmas mengalami peningkatan sebesar 3.42 persen dari tahun 1989 dan pada tahun 2012 terjadi peningkatan yang cukup tinggi dari tahun 1989 yaitu sebesar 62.32 persen.

Sumber: BPS Kabupaten Bogor, 2014 (diolah)

Gambar 10 Jumlah Puskesmas (puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling) di Kabupaten Bogor tahun 1989-2012

Berdasarkan data pada Bappeda Kabupaten Bogor pada tahun 2010, rasio cakupan pelayanan kesehatan dasar penduduk dimana perbandingan puskesmas dengan penduduk adalah 1:33 850 dan perbandingan puskesmas pembantu dengan penduduk sebesar 1:13 669. Selain itu pada tahun 2010, cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin mencapai 37.27 persen, angka kesembuhan baru mencapai 92 persen, ibu hamil gizi baik sebesar 91.5 persen, balita kurang energi protein sebesar 9.87 persen, balita gizi baik sebesar 88.82 persen. Pada tahun 2010, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang berkompetensi baru mencapai 78.60 persen dan cakupan pelayanan desa/kelurahan mencapai 81.07 persen.

Meskipun mengalami peningkatan, tetapi kondisi derajat kesehatan masyarakat belum memenuhi harapan. Oleh karena itu, dilakukan upaya-upaya pembangunan bidang kesehatan melalui peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar dan pengembangan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan. Upaya peningkatan akses dilakukan melalui pembangunan sarana kesehatan khususnya di tingkat desa, peningkatan status Puskesmas menjadi Puskesmas dengan tempat perawatan (DTP), penambahan Puskesmas keliling dan ambulan, pengembangan Puskesmas mampu PONED dan klinik gizi.

0 100 200 300 U n it Tahun Jumlah Puskesmas

Pengaruh Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Dalam penelitian ini menggunakan uji kriteria ekonometrik, uji yang pertama yaitu uji kenormalan, uji kenormalan digunakan untuk memeriksa apakah

error term menyebar normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan Jarque Bera Test. Hasil uji didapat nilai probabilitas (0.447952) > α 5 persen maka error term menyebar normal.

Uji yang kedua ialah uji autokolerasi, autokolerasi merupakan korelasi yang terjadi antar observasi dalam satu variabel atau korelasi error masa lalu dan error

masa sekarang. Pengujian adanya permasalahan dalam pengolahan data autokolerasi dilakukan dengan menggunakan uji Breusch-Godfreg Serial Correlation Test dengan hasil didapat pada Prob-Chi Squared sebesar 0.0516 > α 5 persen, sehingga pada persamaan ini tidak terapat gejala autokolerasi.

Uji yang ketiga ialah uji heteroskedastisitas, uji heteroskedastisitas merupakan gejala yang terjadi dalam model regresi linier jika variabelnya berbeda-beda atau bervariasi. Pengujian masalah heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan White Test. Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa persamaan fungsi pada penelitian ini tidak mengandung gejala heteroskedastisitas. Pada persamaan didapat nilai Prob Chi-Square sebesar 0.8627 > α 5 persen. Dengan nilai hasil tersebut dengan asumsi tidak ada heteroskedastisitas terpenuhi.

Uji keempat ialah uji multikolinieritas, asumsi ini menyatakan bahwa tidak adanya keterkaitan atau hubungan linier antar variabel bebas penyusun model. Jika ada hubungan linier antara dua atau lebih variabel bebas maka dikatakan terjadi multikolinierritas dan hal tersebut merupakan penyimpangan asumsi. Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinieritas, maka dapat dilakukan dengan VIF < 10 karena semua variabel pada Tabel 3 VIF < 10 maka uji multikolinieritas terpenuhi.

Persamaaan regresi untuk analisis pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut :

LNPDRB = 10.43857 + 0.417844 LNPUS + 0.060952 LNAIR + 0.254260 LNJLN

Tabel 3 Hasil estimasi model persamaan pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. VIF LNPUS 0.417844 0.186026 2.246153 0.0361 4,108 LNAIR 0.060952 0.026976 2.259474 0.0352 2.387 LNJLN 0.254260 0.054261 4.685883 0.0001 2.994 C 10.43857 0.550174 18.97322 0.0000

R-squared 0.876332 Mean dependent var 16.97539 Adjusted R-squared 0.857782 S.D. dependent var 0.238144 S.E. of regression 0.089808 Akaike info criterion -1.831263 Sum squared resid 0.161311 Schwarz criterion -1.634920 Log likelihood 25.97515 Hannan-Quinn criter. -1.779173 F-statistic 47.24127 Durbin-Watson stat 1.029287 Prob(F-statistic) 0.000000

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa hasil estimasi yang dihasilkan dari analisis pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor adalah nilai koefisien determinasi R-Square adalah 0.876332 persen, artinya 0.876332 persen keragaman variabel dependen adalah PDRB dapat dijelaskan oleh model yaitu jalan, listrik, air bersih dan puskesmas sedangkan sisanya 0.123668 persen keragaman tidak dapat dijelaskan oleh regresi yang digunakan.

Nilai probabilitas F-statistik yang dihasilkan adalah sebesar 0,000000 yang artinya variabel-variabel independennya dalam penelitian ini berpengaruh terhadap variabel dependennya pada taraf nyata lima persen. Maka dengan tingkat selang kepercayaan 95 persen, dapat disimpulkan bahwa variabel puskesmas, air bersih dan jalan bersama-sama signifikan terhadap PDRB dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, menunjukkan bahwa nilai probabilitas dari variabel puskesmas, air bersih dan jalan lebih kecil dari taraf nyata lima persen masing-masing 0.0001, 0.0352, dan 0.0361. Hal ini dapat dikatakan bahwa variabel independen tersebut secara individu berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor yang ditunjukkan oleh nilai PDRB.

Berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh pada Tabel 3, panjang jalan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor. Nilai koefisien variabel infrastruktur jalan sebesar 0.254260 artinya pertambahan panjang jalan sebesar satu persen akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor sebesar 0.254260 persen (cateris paribus). Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyebutkan bahwa pertumbuhan infrastruktur jalan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor.

Panjang jalan mempunyai peran yang penting dalam kegiatan perekonomian daerah. Adanya fasilitas infrastruktur jalan akan mempermudah distribusi faktor produksi, baik barang maupun jasa. Selain itu pengembangan jalan akan membuka akses suatu wilayah terhadap wilayah lainnya sehingga pertumbuhan ekonomi akan meningkat dan mengurangi daerah yang terisolasi. Kondisi jalan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jalan dengan kondisi baik.

Jumlah air bersih yang tersalurkan ke masyarakat memiliki pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor. Nilai koefisien dari infrastruktur air bersih ini adalah sebesar 0,060952, artinya kenaikan jumlah air bersih yang tersalurkan sebesar satu persen akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor sebesar 0,060952 persen (cateris paribus). Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa bertambahnya jumlah air bersih yang tersalurkan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor.

Jumlah air yang tersalurkan menunjukkan seberapa besar jumlah air bersih yang dikonsumsi oleh masyarakat. Semakin banyak jumlah air bersih yang digunakan menggambarkan seberapa besar akses suatu daerah terhadap ketersediaan air bersih. Air bersih yang digunakan dalam penelitian ini yaitu air bersih yang disalurkan oleh PDAM di Kabupaten Bogor.

Jumlah puskesmas memiliki pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor. Nilai koefisien dari infrastruktur puskesmas ini adalah sebesar 0,417844, artinya kenaikan jumlah air bersih yang tersalurkan sebesar satu persen akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor sebesar 0,417844 persen (cateris paribus). Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang

menyatakan bahwa bertambahnya jumlah puskesmas yang ada akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor.

Jumlah puskesmas yang ada menunjukkan seberapa besar masyarakat menggunakan puskesmas tersebut. Semakin banyak jumlah puskesmas yang digunakan menggambarkan seberapa besar akses suatu daerah terhadap puskesmas. Puskesmas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu puskesmas, puskesmas pembantu dan puskesmas keliling.

Prioritas Kebijakan Jalan di Kabupaten Bogor dengan Metode AHP

Penyusunan hirarki merupakan bagian terpenting dari model AHP, karena menjadi dasar para narasumber untuk memberi penilaian/pendapat secara lebih sederhana. Dalam penelitian ini, peneliti memberikan kuisioner kepada orang yang benar-benar ahli dibidangnya. Dalam penelitian ini peneliti memberikan kuisioner kepada BAPPEDA Kabupaten Bogor yang berdasar pada Rancangan Pembangunan Jamgka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bogor, diharapkan permasalahan yang kompleks akan menjadi lebih sederhana dan mudah untuk dipahami. Dalam model AHP yang digunakan dalam penelitian ini, hirarki yang disusun terdiri dari 3 level, dengan level puncak sebagai fokus/goal dari hirarki, yaitu: “Strategi Kebijakan Pembangunan Pada Pembangunan Jalan”. Hirarki model AHP secara lengkap disajikan dalam metode penelitian.

Level 1 adalah Sasaran, yang terbagi menjadi tiga sasaran yang hendak dicapai, yaitu:

1. Sasaran mengurangi kemiskinan adalah suatu sasaran yang bermaksud untuk mengurangi kemiskinan yang merupakan masih menjadi masalah utama bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor

2. Sasaran meningkatkan pertumbuhan ekonomi, adalah suatu sasaran yang bermaksud untuk menciptakan upaya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dalam hal ini dilihat PDRB Kabupaten Bogor.

3. Sasaran meningkatkan penyerapan tenaga kerja, adalah suatu sasaran yang bermaksud untuk mengurangi pengangguran di Kabupaten Bogor.

Level 2 adalah Alternatif strategi kebijakan pembangunan jalan di Kabupaten Bogor, yaitu :

1. Meningkatkan perbaikan jalan, alternatif ini bermaksud untuk meningkatkan perbaikan jalan yang yang berada di Kabupaten Bogor, seperti memperbaiki jalan yang rusak yang berada disetiap daerah di Kabupaten Bogor

2. Meningkatkan panjang jalan, alternatif ini bermaksud untuk meningkatkan panjang jalan kedaerah-daerah yang belum adanya jalan dan ke daerah yang hanya biasa dilewati oleh kendaraan beroda dua saja. 3. Meningkatkan fasilitas jalan, alternatif ini bermaksud untuk

meningkatkan fasilitas jalan seperti drainase, rambu, marka, pengaman jalan dan jembatan timbang yang berada ditiap daerah di Kabupaten Bogor.

Berdasarkan data-data dan perhitungan dari hasil penelitian responden atas kuisioner AHP tersebut, maka diperoleh hasil urutan prioritas berdasarkan prioritas tertinggi ditampilkan pada Gambar 11. Menurut hasil penilaian nara sumber Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor (BAPPEDA), dengan menggunakan metode AHP prioritas sasaran yang pertama ialah meningkatkan penyerapan tenaga kerja, dengan urutan prioritas kebijakannya yaitu penambahan panjang

jalan, penambahan fasilitas jalan dan perbaikan jalan. Prioritas sasaran kedua ialah meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan urutan prioritas kebijakannya ialah penambahan fasilitas jalan, penambahan panjang jalan dan perbaikan jalan. Prioritas sasaran ketiga ialah mengurangi kemiskinan dengan urutan prioritas kebijakannya ialah penambahan panjang jalan, penambahan fasilitas jalan, dan perbaikan jalan.

Gambar 11 Hasil Pengolahan AHP Menggunakan Expert Choise 2000

Sasaran Meningkatkan Penyerapan Tenaga Kerja

Dengan sasaran meningkatkan penyerapan tenaga kerja maka yang menjadi prioritas pertama kebijakan yang harus dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor adalah penambahan panjang jalan. Dengan adanya penambahan panjang jalan pada daerah-daerah baru akan membuka peluang para investor untuk berinvestasi dan menanamkan modalnya didaerah tersebut seperti pembuatan pabrik baru. Secara tidak langsung hal tersebut dapat menyerap tenaga kerja sekitar daerah tersebut. Dengan melakukan cara tersebut diharapkan tingkat pengangguran di Kabupaten Bogor menurun setiap tahunnya.

Sasaran Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi

Dengan sasaran meningkatkan pertumbuhan ekonomi maka yang menjadi prioritas pertama kebijakan yang harus dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor adalah penambahan fasilitas jalan. Dengan adanya penambahan fasilitas jalan seperti drainase baik, rambu, marka, pengaman jalan dan jembatan timbang maka kondisi jalan menjadi baik tidak ada jalan berlubang, jalan menjadi teratur masyarakat pun menjadi nyaman, maka penambahan fasilitas jalan penting untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena dapat meningkatkan produktivitas masyarakat, tidak adanya kemacetan yang diakibatkan jalanan yang rusak dan rambu-rambu yang kurang.

Str at eg i K ebi ja k an Pada Pem bang unan J al an 1. Meningkatkan Penyerapan Tenaga (0,424) 1. Penambahan Panjang Jalan (0,385) 2. Penambahan Fasilitas Jalan (0,313) 3. Perbaikan Jalan (0,243) 2. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi (0,400) 1. Penambahan Fasilitas Jalan (0,353) 2. Penambahan Panjang Jalan (0,325) 3. Perbaikan Jalan (0,322) 3. Mengurangi Kemiskinan (0,176) 1. Penambahan Panjang Jalan (0,382) 2. Penambahan Fasilitas Jalan (0,375) 3. Perbaikan Jalan (0,243)

Penambahan fasilitas jalan hampir sudah dilaksanakan ditiap daerah di Kabupaten Bogor. Namun penambahan fasilitas berbeda-beda tiap daerah, contohnya di Kecamatan Gunung Putri masih banyak jalanan yang berlubang yang diakibatkan karena kurangnya drainase saluran air, dan hal tersebut sangat mengganggu produktivitas industri yang berada dikawasan tersebut seperti penyaluran barang yang lambat akibat kemacetan yang terjadi karena jalanan berlubang dan menyebabkan biaya produksi semakin tinggi diakibatkan peningkatan pemakaian bahan bakar.

Sasaran Mengurangi Kemiskinan

Dengan kondisi perekonomian yang cukup baik di Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Bogor masih mengalami masalah yaitu kemiskinan yang cukup tinggi sebesar 424.31 ribu jiwa, walaupun turun setiap tahunnya. Masih banyak penduduk yang rentan terhadap masalah sosial dan berada dibawah garis kemiskinan karena belum banyak tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai yang mengakibatkan masih tingginya angka pengangguran di Kabupaten Bogor sekitar 9.07 persen.

Jalan merupakan sarana penunjang transportasi memiliki peran penting khususnya transportasi darat. Dalam rangka mengurangi kemiskinan di Kabupaten Bogor, prioritas yang seharusnya dilakukan ialah dengan penambahan panjang jalan. Dengan penambahan panjang jalan di daerah-daerah miskin di Kabupaten Bogor dapat terbukanya daerah-daerah terisolasi, meningkatkan produktivitas ekonomi rakyat dan wilayah juga meningkatkan pendapatan masyarakat, mempermudah perhubungan antara pusat produksi dan pusat pemasaran, mendorong tumbuhnya kegiatan ekonomi di pedesaan, mempermudah lalu lintas barang dan jasa sehingga dapat mengurangi jumlah kemiskinan di Kabupaten Bogor.

Dokumen terkait